Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur Penulis panjatkan ke kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya Penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini penulis buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
keperawatan Medikal Bedah Makalah ini membahas tentang “PERSIAPAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG USG ABDOMEN, ENDOSKOPI DAN
BARIUM ENEMA” semoga dengan makalah yang penulis susun ini kita sebagai
mahasiswa keperawatan dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.
Penulis mengetahui makalah yang penulis susun ini masih sangat jauh dari
sempurna, maka dari itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran dari
bapak/ibu selaku dosen-dosen pembimbing penulis serta teman-teman sekalian,
karena kritik dan saran itu dapat membangun penulis dari yang salah menjadi
benar.Semoga makalah yang penulis susun ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .........................................................................1
C. TUJUAN ..................................................................................................1
D. SISTEMATIKA PENULISAN .................................................................2
BAB II PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG USG ABDOMEN,
ENDOSKOPI DAN BARIUM ENEMA
A. KONSEP DASAR PEMERIKSAAN USG ABDOMEN ........................3
B. KONSEP DASAR PEMERIKSAAN ENDOSKOPI ...............................6
C. KONSEP DASAR PEMERIKSAAN BARIUM ENEMA .....................12
BAB III PENUTUP
A.SIMPULAN ...............................................................................................20
B. SARAN .....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara berkembang, memiliki tenaga kesehatan
yang cukup banyak, terutama tenaga perawat. Namun, para perawat ini
belum memasuki daerah – daerah terpencil dan walaupun ada, para tenaga
ini juga sangat kesulitan dalam memaksimalkan asuhan keperawatan,
karena keterbatasan alat, terutama alat untuk pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting, karena ada
beberapa pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat
- alat dalam pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan penunjang sangat
berguna dalam menentukan jenis penyakit maupun mengontrol
perkembangan proses penyembuhan.
Berdasarkan alasan – alasan di atas, kami mahasiswa AKPER
Cianjur melakukan diskusi Pemerikasaan Penunjang, dengan tujuan agar
memiliki kemampuan diagnosis yang lebih akurat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana persiapan untuk pemeriksaan USG Abdomen?
2. Bagaimana persiapan untuk pemeriksaan Endoskopi?
3. Bagaimana persiapan untuk pemeriksaan Barium Enema?
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep dasar pemeriksaan penunjang
USG Abdomen, Endoskopi dan Barium Enema
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan menerapkan bagaimana persiapan untuk
pemeriksaan USG abdomen
2. Untuk mengetahui dan menerapkan bagaimana persiapan untuk
pemeriksaan endoskopi
1
3. Untuk mengetahui dan menerapkan bagaimana persiapan untuk
pemeriksaan barium enema
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
sistematika penulisan.
BAB II
2
PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG USG ABDOMEN,
ENDOSKOPI DAN BARIUM ENEMA
3
Keuntungan ultrasonografi abdomen mencakup tidak adanya
radiasi pengion, tidak ada efek samping terlihat, biaya yang relatif
rendah, dan hasil hampir segera. Hal ini tidak dapat digunakan
untuk memeriksa struktur yang ada di balik jaringan tulang karena
tulang mencegah gelombang suara dari bepergian kestruktur yang
lebih dalam. (Dr.Eko Batiansyah).
4
berbagai organ tubuh. Jadi, jelas bahwa dalam penggunaan
USG untuk menegakkan diagnosa medis tidak memiliki
kontraindikasi atau efek samping terhadap pasien.
5
air dan tidak boleh berkemih. Sementara untuk trimester ke
tiga, pemeriksaan pada pasien dilakukan pada saat kandung
kemih kosong
9. Bila pemeriksaan dilakukan pada otak, lepaskan semua
perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala
10. Bila pemeriksaan dilakukan pada jantung, anjurkan untuk
bernapas secara perlahan-lahan dan menahannya setelah
inspirasi dalam.
GAMBAR 1.1 Pasien yang menjalankan GAMBAR 1.2 pasien yang menjalankan
Pemeriksaan USG Abdomen Pemeriksaan USG Abdomen
6
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem
pencernaan, daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan
pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh
jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.Endoskopi
utamanya digunakan dalam mendiagnosis dan merawat gangguan
pencernaan. Penyakit yang memengaruhi saluran pencernaan
biasanya memengaruhi beberapa organ lainnya, dimulai dari mulut
sampai ke anus.
Endoskopi biasanya digunakan untuk memeriksa penyakit-
penyakit pencernaan, antara lain:
a. Radang usus buntu
b. Obstruksi usus (penyumbatan usus)
c. Peradangan saluran pencernaan
d. Batu empedu
e. Radang lambung
f. Radang lambung dan usus kecil
g. Wasir
h. Intoleransi laktosa
i. Ulkus peptikum (luka pada lambung atau usus 12 jari)
j. Kolitis ulserativa (peradangan pada usus besar)
k. Anemia
l. Pyrosis (sensasi terbakar pada ulu hati/dada)
m. Mulas
n. Penyakit celiac (Intoleransi pada gluten)
o. Kanker saluran pencernaan, seperti kanker usus besar, kanker
kandung empedu, dan kanker lambung
7
1) Untuk menentukan atau menegakkan diagnosis yang pada
pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang meragukan
atau kurang jelas.
2) Untuk menentukan diagnosis pada klien yang sering
mengeluh nyeri epigastrum, muntah-muntah, sulit atau
nyeri telan. Sedangkan radiologi menunjukkan hasil yang
normal.
3) Melaksanakan biopsi atau sitologi pada lesi-lesi di saluran
pencernaan yang diduga keganasan.
4) Untuk menentukan sumber pendarahan secara cepat dan
tepat.
5) Memantau residif pada keganasan maupun menilai klien
pasca-bedah.
6) Menentukan diagnosis pada kelainan pankreatobiliter.
b. Kontra indikasi
1) Kontraindikasi umum : dekompensasi jantung, paru, renjatan
dan koma
8
2) Kontraindikasi khusus : perforasi, lesi korosif akut atau
phlegmon esofagitis/ gastritis, aneurisma aorta torakal.
3) Kontraindikasi relatif : Gangguan perdarahan atau gangguan
fungsi trombosit, hepatitis virus akut HBs antigenemia,
kifosis vertebra servikalis, striktura esofagus bagian atas,
anemia berat
2) Persiapan khusus
1. Endoskopi atas atau saluran cerna bagian atas (SCBA)
atau esofagogastroduodenoskopi (EGD) :
a) Puasa, tidak makan dan minum sedikitnya 6 jam
sebelum pemeriksaan atau tindakan endoskopi.
9
b) Gigi palsu dan kacamata harus dilepas selama
pemeriksaan/tindakan endoskopi.
c) Sebelum pemeriksaan atau tindakan endoskopi,
orofaring disemprot dengan xylocain spray 10%
secukupnya.
2. Endoskopi bawah atau saluran cerna bagian bawah
(SCBB) atau kolonoskopi:
a) Dua hari sebelum pemeriksaan dianjurkan diit
rendah serat (bubur kecap atau bubur maizena).
b) Minum obat pencahar (sodium bifosfat, disodium
bifosfat, sodium klorida, potasium klorida, sodium
bikarbonat) misalnya fleet dan niflec.
3. Bronchoskopi:
a) Puasa 6jam sebelum tindakan.
b) Persetujuan tindakan
c) Gigi palsu, kontak lensa dan perhiasanharus dilepas
selama pemeriksaan atau tindakan bronkoskopi.
d) Periksa dan catat tanda-tanda vital.
e) Kaji adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan.
f) Premedikasi
g) Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi
terlentang atau semi fowler dengan kepala
ditengadahkan atau didudukan dikursi.
h) Tenggorokan disemprot dengan anestesi lokal.
Bronkoskop dimasukan melalui mulut atau hidung.
i) Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke
laboratorium.
j) Lama pemeriksaan kurang lebih satu jam.
b. Post Endoskopi:
1) Puasa 1 jam setelah tindakan
10
2) Obat-obatan yang diberikan selama pemeriksaan endoskopi
membuat pasien merasa mengantuk untuk itu pasien tetap
berada di kamar pasien sampai efek obat-obatan
menghilang.
3) Hasil pemeriksaan endoskopi akan dijelaskan oleh dokter.
4) Pasien baru diperbolehkan makan atau minum satu jam
setelah tindakan endoskopi.
5) Pasien tidak diijinkan mengemudi atau mengoperasikan
mesin 12 jam pasca tindakan.
11
6. Perawatan Klien post – Endoskopi
1) bantuan dan atau latihan pada klien untuk membalik dan napas
dalam tiap 2 jam.
2) Anjurkan dan siapkan untuk kumur salin hangat
3) Siapkan dan berikan cairan hangat sampai klien mampu untuk
menlan tanpa ketidaknyamanan kemudian makan sesuai diet
yang ditentukan.
4) Jaga kebersihan mulut (hygiene oral)
5) Berikan penjelasan mengenai tanda dan gejala yang harus
dilaporkan pada dokter. Misalnya peningkatan nyeri / nyeri
telan, pendarahan , kesulitan bernapas , dan muntahan .
6) Ajak tukar pendapat tentang latihan napas dalam dan
kebersihan mulut.
7) Sampaikan untuk rawat jalan terus-menerus sampai dinyatakan
sembuh
12
a. Mendeteksi adanya pertumbuhan abnormal pada usus besar
seperti polip atau kanker.
b. Mendiagnosa adanya sumbatan pada usus besar .
c. Mendiagnosa atau memantau perkembangan penyakit pada
usus besar misalnya kolitis ulseratir, atau penyakit Crohn.
d. Mendiagnosa adanya darah pada feses, diare atau konstipasi
atau feses keras.
13
dan perlahan melalui mulut untuk mengurangi rasa tidak
nyaman itu.
h. Selama pemeriksaan Barium enema, klien harus menjaga anus
berkontraksi rapat-rapat terhadap selang rectal utnuk menahan
posisinya dan membantu mencegah keluarnya barium. Jika ada
barium yang keluar, dinding usus tidak bisa terlapisi dengan
baik dan tes menjadi tidak akurat.
i. Klien medapat surat yang memberitahukan persetujuan klien
untuk melakukan pemeriksaan Barium enema ini. Pastikan
untuk membaca surat tersebut dengan hati-hati sebelum
menandatanganinya. Tanyakan bila ada bagian yang tidak
dimengerti.
14
f. Usus harus daam keaadaan kosong sebelum pemeriksaan, jika
tidak maka kelainan usus besar tidak akan terdeteksi. Untuk itu
klien dianjurkan harus berpuasa selama 8 jam, makanan diet
cair sejak 1 hari sebelum pemeriksaan.
15
1) Penderita dianjurkan diet lunak (low residu) 3 hari
sebelumnya.
2) Diet cair 1 hari sebelumnya. Pada malam hari diberikan
urus-urus (jam 22.00 wib) diikuti dengan minur air putih
secara bertahap sebanyak 6-8 gelas.
3) Bila ada kecurigaan massa colon atau perdarahan per-rectal
dan tidak ada kontra indikasi, dapat diberikan atropine per-
oral.
4) Pagi hari diberikan dulcolax supp (jam 04.00 wib).
Penderita tidak boleh makan, minum dan merokok.
5) Bila pada hasil anamnesa dicurigai bahwa urus-urus kurang
berhasil atau kebersihan colon diragukan, maka dilakukan
lavament (sampai mencapai colon proximal) memakai air +
1-2 liter (sesuai dengan suhu tubuh). Foto colon dilakukan
paling cepat 1-2 jam setelah lavament.
6) Penderita diberi penerangan tentang prosedur pemeriksaan.
g. BOF bila ada kecurigaan : adanya sisa kontras di saluran
pencernaan karena pemeriksaan sebelumnya. Kemungkinan
adanya kontra indikasi pemeriksaan colon
h. Kontras media :
1) Double contrast, dipakai larutan lebih pekat (70 W/vol)
dengan jumlah ± 300-400cc.
2) Single contrast, dipakai larutan lebih encer (150 watt/vol)
dengan jumlah ± 600-800cc.
i. Tata cara lavement/cleansing enema :
1) Lavement dilakukan oleh orang yang terlatih
2) Pada orang dewasa diperlukan 1 - 1½ liter cairan
3) Air hangat kaku + garam (1 cth/gelas yang sesuai ± 9 gr
NaCl/l) dan dicampur bahan iritan
4) Lavement dilakukan 2 ½ jam sebelum foto colon, agar
tonus colon normal lagi dan cairan residu diserap
16
5) Untuk px dari ruangan, sebaiknya dilavement juga pada
malam sebelum pemeriksaan
6) Bila perlu, lavement lebih dari. 1 kali. Defekasi px
sebaiknya dicek oleh petugas bahwa beraknya hanya keluar
air saja.
j. Teknik pemeriksaan :
1) Double Contrast
Dilakukan RT untuk menilai tonus sphincterani dan
kemungkinan adanya massa.
a) Dilakukan pemasangan kateter rectal, balon kateter
digunakan bila dicurigai klien tidak dapat menahan
berak. Klien Ca rectal dan ulcerative colitis daerah
rectosigmoid, sebaiknya tidak memakai balon kateter
yang besar Diberikan spasmolitik : mis Buscopan
IV/IM.
b) Cairan Ba SO4 dimasukkan pelan-pelan dan selalu
diikuti ujungnya. Diberikan kesempatan colon untuk
adaptasi terhadap perubahan volume (diklem beberapa
detik)
c) Setelah mencapai flexura hepatica, sebagian kontras
dikeluarkan lewat kateter. Secara bertahap dimasukkan
gas. Sebelum mencapai caecum dibuat foto daerah
rectosigmoid dengan posisi optimal (biasanya oblique
supine ke kanan).
d) Kontras diteruskan sampai dengan masuk daerah
caecum diusahakan masuk ileum distal. Bila kontras
tidak masuk ileum diusahakan manipulasi dengan
memutar –mutar badan px dan palpasi daerah caecum.
e) Dibuat foto daerah flexura lienalis (biasanya oblique
supine ke kiri) dan flexura hepatica (oblique supine ke
kanan).
17
f) Bila perlu dibuat foto tambahan, dengan coating kontras
dan posisi berbeda pada daerah lesi colon, daerah
caecum bila kontras tidak masuk ileum (1 – 2 foto).
g) Dibuat foto seluruh colon (terlentang / AP).
h) klien jangan diturunkan dulu dari meja x-ray sebelum
evaluasi hasil foto (basahnya).
2) Single Kontras :
Kontras dimasukkan pelan-pelan dan diberi waktu
adaptasi pada colon terhadap tambahan volume. Pemberian
spasmolitik tidak mutlak, tgt keperluan dan ada tidaknya
Kontra Indikasi.
Pada waktu mencapai flex. Lienalis, dibuat foto daerah
rectosigmoid. Setelah mencapai caecum dan ileum
terminal, dibuat foto daerah flex. Lienalis, flex. Hepatica
dan caecum. Diusahakan kontras masuk ileum distal. Buat
foto seluruh colon. Bila perlu dibuat foto tambahan pada
daerah lesi, dan daerah caecum bila kontras tidak dapat
masuk ileum. Dibuat foto post evacuasi, bila kesukaran
berak diberi rangsangan dengan minum air hangat.
k. Perawatan setelah pemeriksaan Barium Enema
18
1) Penerangan pada px bahwa babnya akan berwarna putih
selama 1-2 hari.
2) Anamnesa dan observasi adanya kemungkinan komplikasi
akibat pemberian kontras dan obat-obatan sebelum klien
diijinkan pulang / meninggalkan ruangan.
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ultrasonography adalah teknik diagnostik invasif dimana
gelombang suara frekuensi tinggi yang masuk ke struktur tubuh
internal dan gemaultrasonik dicatat pada osiloskop karena mereka
menyerang jaringan kepadatan yang berbeda.Mendeteksi kelainan pada
empedu, kandung kemih, dan pankreas yang memungkinkan adanya
pembesaran ovarium kehamilan, atau usus buntu.
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan
menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk
memeriksa: kerongkongan (esofagoskopi), lambung (gastroskopi),
usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Barium enema adalah pemeriksaan X-Ray pada usus besar (colon)
yang sebelumnya colon diisi dengan barium sulfate (a radioopaque
contrast medium). Tipe enema dibedakan menjadi 4 kelompok :
pembersih, karminatif, retensi dan enema aliran balik. Tujuan
pemeriksaan barium enema adalah membantu menegakkan diagnosis
dari carcinoma colon dan penyakit inflamasi colon. Mendeteksi adanya
polip, inflamasi dan perubahan struktural pada colon.
B. SARAN
Diharapkan setelah mempelajari makalah ini mahasiswa dapat
mengetahui dan menerapkan bagaimana cara persiapan klien pada
proses USG Abdomen dan endoskopo serta Barium Enema.
Kami penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah
ini semoga makalah ini dapat sedikit membantu.
20
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Sudath. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. EGC, 2010
21