TINJAUAN PUSTAKA
peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dan dihasilkan oleh adanya
pada kuantitas yang maknanya terjadi perubahan pada jumlah dan ukuran sel
tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh
berhubungan serta ada keterkaitan anatara satu komponen dan komponen lain.
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah suatu
proses alamiah yang terjadi pada individu secara bertahap akan semakin
bertambah berat dan tinggi. Sedangkan perkembangan adalah suatu proses yang
untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar
10
11
Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan dengan
masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya bekerja lebih cepat. Anak sering
mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan
anak mulai belajar berjalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian
berjalan dengan berpegangan. Anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga
sekitar usia 16 bulan, tetapi masih terlihat kaku, oleh karena itu anak perlu
teori Erikson, anak berada pada fase mandiri vs malu atau ragu-ragu (otonomi vs
doubt), hal ini terlihat dengan perkembangannya kemampuan anak yaitu dengan
belajar untuk makan, dan berpakaian sendiri. Apabila orang tua tidak mendukung
upaya anak untuk belajar mandiri, makan hal ini dapat menimbulkan rasa ragu
akan kemampuannya, misalnya orang tua yang selalu memanjakan anak dan
mencela aktivitas yang dilakukan oleh anak. Pada masa ini, sudah sampai
waktunya anak dilatih untuk buang air besar atau buang air kecil pada tempatnya
(toilet training). Tahap perkembangan anak pada usia 2-3 tahun, anak balita sudah
mampu mengucapkan keinginan untuk buang air besar dan buang air kecil. Ini
menandakan anak balita khususnya usia 2-3 tahun sudah mampu menunjukkan
Fase anal (1-3 tahun), selama fase kedua, yaitu menginjak tahun pertama
sampai tahun ketiga, kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak, yaitu
dan eksplorasi terhadap benda yang ada di sekelilingnya, sehingga bahaya atau
resiko terjadi kecelakaan harus diwaspadai pada periode ini. Orang tua perlu
atau ancaman kecelakaan tersebut. Pada usia ini, sudah sampai waktunya
3. Perkembangan mental, gerak kasar dan halus, emosi, sosial, prilaku, bicara
Perkembangan mental, gerakan kasar dan halus, emosi, sosial, perilaku, bicara
anak usia 2-3 tahun menurut Soetjiningsih (2014), adalah sebagai berikut:
a. Belajar meloncat
b. Memanjat
tunjukkan kepadanya
g. Menggambar lingkaran
Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan
yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama karena dipengaruhi oleh interaksi
kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Genetika
b. Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin
berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon
yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga
misalnya club foot). Toksin, zat kimia, radiasi, kelainan endokrin, infeksi
ibu.
2. Natal (kelahiran)
3. Pasca natal
Seperti halnya pada masa pasca natal, faktor yang berpengaruh terhadap
2.2 Penyuluhan
2.2.1 Pengertian
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran (Maulana, 2009).
15
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari
dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (di luar diri manusia). Faktor
internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai
faktor antara lain ; sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi,
(Notoatmodjo, 2012).
2.2.2 Tujuan
khusus, dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat
serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
Oleh karena itu, pencapaian target penyuluhan dibagi menjadi tujuan jangka
yang akan mengubah perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka panjang
(Maulana, 2009).
2.2.3 Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan sesuai dengan program pembangunan Indonesia
keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita
keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan
kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok
kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah,
terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya
baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku
atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain:
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap
b. Wawancara
Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
1. Ceramah
2. Seminar
seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang
Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah
sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti
20
massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan massa ini tidak langsung,
biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah
ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien
dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam
menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena
pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui
semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini
Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu
peraga dalam sebuah kerucut. Alat peraga yang memiliki intensitas paling
tinggi adalah benda asli dan yang memiliki intensitas paling rendah adalah
kata-kata. Hal ini berarti penyampaian materi dengan kata-kata saja kurang
efektif. Seperti penggunaan metode, akan lebih efektif dan efisien apabila
yang digunakan tidak hanya satu alat peraga, tetapi gabungan dari beberapa
adalah mata. Oleh sebab itu, dalam aplikasi pembuatan media, disarankan
pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima lebih lama
pada waktu ternyadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang
misalnya dua dimensi, tiga dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia,
2008).
non verbal. Pesan verbal berupa bahasa lisan atau kata-kata, sedangkan
guman, musik, dan lain-lain (Amien dan Lamere, 2010). Jenis-jenis alat
bantu dengar antara lain tape recorder, cd maupun radio. Alat bantu
pada waktu proses penyuluhan. Media ini mempunyai unsur suara dan
kombinasi audio dan visual dimana penyajian materi atau bahan ajar akan
keterampilan, dan sikap. Media audio visual dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu media audio visual murni dan media audio visual tidak murni.
Media audio visual murni dilengkapi oleh fungsi peralatan suara dan
gambar dalam satu unit, contohnya film bergerak (movie), televisi, dan
video. Sedangkan media audio visual tidak murni adalah peralatan media
2008). Media audio visual lebih dikenal sebagai media video (Waryanto,
2007).
berbagai topik, tipe orang yang belajar, dan dapat digunakan pada
(Waryanto, 2007). Manfaat dan karakteristik lain dari media video dapat
24
adalah pesan yang disampaikan lebih cepat dan lebih mudah diingat,
(Waryanto, 2007).
2. Media Penyuluhan
Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan atau pengajaran. Media penyuluhan disebut juga sebagai alat peraga
Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan
yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat
a. Media cetak
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam
media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik),
rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang
antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa
dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti
halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih
adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk
mengoperasikannya.
televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami,
lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut
relatif besar.
Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat
mengoperasikannya.
2.3.1 Pengertian
Kebiasaan mengompol pada anak di bawah usia 2 tahun merupakan hal yang
wajar, bahkan ada beberapa anak yang masih mengompol pada usia 4-5 tahun dan
sesekali terjadi pada anak 7 tahun. Anak di bawah usia 2 tahun mengompol karena
belum sempurnanya kontrol kandung kemih atau toilet trainingnya (Ford, 2007).
Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun, kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol
rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai
kemih dan perutnya pada umur 1 tahun hingga 2,5 tahun (Natalia, 2006). Toilet
training merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol
dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Toilet training ini dapat
berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 24 bulan
penting dalam perkembangan anak usia toddler yang harus mendapat perhatian
Menurut Gilbert (2009) toilet training terdiri dari bowel control (kontrol buang air
buang air besar atau kemampuan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin
defekasi mulai berkembang. Rata- rata anak mulai bisa latihan sejak usia 8
bulan sampai 2 tahun pada anak perempuan dan 3 tahun pada anak laki-laki.
buang air kecil atau kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin
berkemih.
Tujuan dari toilet training ini adalah untuk melatih kemampuan anak usia 1
sampai 3 tahun mengendalikan rasa ingin kencing dan rasa ingin defekasi
(Supartini, 2004).
Menurut Gilbert (2009), tahapan melatih anak toilet training terdiri dari:
Umumnya anak bisa dilatih toilet training setelah otot-ototnya mulai dapat
mengontrol kandung kemih pada usia di atas 18 bulan. Selain itu juga ditandai
dengan kesiapan emosi, fisik dan psikologis di usia sekitar 2-3 tahun. Tanda-
28
tanda anak siap untuk dilatih toilet training antara lain: anak dapat duduk
dan sudah bisa mengatakan keinginannya untuk buang air besar dan buang air
kecil.
mengenalkan dan membiasakan anak untuk buang air kecil dan buang air
pemahaman anak tentang perlunya toilet. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menceritakan secara sederhana bagaimana cara buang air besar dan buang air
kecil di toilet.
3. Mengatur Jadwal
interval ke kamar mandi. Untuk mengatur jadwal orang tua perlu mengamati
jadwal siklus buang air besar dan buang air kecil anak. Siklus ini memudahkan
untuk mengajak anak menyalurkan dorongan buang air kecil dan buang air
4. Konsisten
sehingga anak cepat paham dan semakin terampil memakai toilet. Informasi
yang lengkap mengenai kebiasaan dan jadwal toileting dapat diberikan untuk
5. Memberi pujian
dengan benar akan membuat anak menganggap toilet training merupakan hal
yang penting. Hindari untuk menghukum dan memasang wajah marah dan
kecewa karena hal tersebut akan membuat anak takut sehingga anak tidak
berani mengatakan keinginannya untuk buang air besar dan buang air kecil.
Menurut Gilbert (2009) tanda kesiapan anak melakukan toilet training adalah:
1. Kesiapan fisik
kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu. Hal ini dapat ditunjukan
dengan anak mampu duduk atau berdiri sehingga memudahkan anak untuk
dapat dilatih buang air besar dan kecil, dapat jongkok dan berdiri ditoilet
selama 5-10 menit tanpa berdiri dulu, mempunyai kemampuan motorik halus
2. Kesiapan mental
dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar dan buang air kecil.
Kesiapan psikologis yang harus dimiliki anak diantaranya adalah anak dapat
bersabar mengontrol keinginan buang air kecil maupun buang air besar, tidak
rewel jika berada di dalam toilet tanpa bantuan orang lain, mengenal rasa yang
datang tiba-tiba untuk berkemih dan defekasi, komunikasi secara verbal dan
non verbal jika merasa ingin berkemih dan defekasi, keterampilan kognitif
3. Kesiapan psikologis
a. Dapat duduk atau jongkok di toilet 5 sampai 10 menit tanpa berdiri dulu
b. Mempuyai rasa penasaran atau rasa ingin tau terhadap kebiasaan orang
c. Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda padat di
4. Kesiapan intelektual
Hal ini dapat ditunjukan apabila anak memahami arti buang air besar atau
kapan saatnya harus buang air kecil dan buang air besar, kesiapan tersebut
khususnya buang air besar dan buang air kecil (toilet training). Anak dalam
kesiapan intelektual harus dapat membedakan buang air kecil dan buang air
besar dan mengerti dimana tempat buang air semestinya, serta dapat
tua.
perceraian
31
1. Usia
menguasai latihan toilet training adalah usia 35 bulan bagi anak perempuan
dan usia 39 bulan bagi anak laki-laki. Usia yang efektif untuk dilakukan
latihan toilet training adalah usia 1-3 tahun. Hasil penelitian Nurul (2010),
toilet training yang diajarkan pada sekelompok anak usia <24bulan, 68%
yang berusia >24 bulan, hanya 54% yang mampu menyelesaikannya sebelum
3 tahun.
2. Jenis Kelamin
keberhasilan toilet training pada anak, dimana anak perempuan lebih mudah
3. Pendidikan Ibu
Menurut Gilbert (2009), tanda seorang anak berhasil melakukan toilet training
adalah:
1. Tidak mengompol dalam waktu beberapa jam sehari minimal 3-4 jam
3. Sudah mampu memberi tahu apabila celana atau popoknya sudah basah dan
kotor
Apabila orang tua tidak berhasil dalam mengajarkan anak tentang bagaimana
toilet training yang benar, maka akan sangat berdampak terhadap perkembangan
anak, seperti:
Salah satu akibat jika orang tua tidak berhasil dalam mengajarkan anak
buang air besar, buang air besar menjadi tidak teratur, anak akan menahan
keinginan buang air besar dengan sengaja atau tidak mau buang air besar pada
Kesulitan anak dalam mengontrol kandung kemih atau buang air kecil salah
kecil dengan sengaja misalnya mengompol atau buang air kecil di sembarang
tempat.
3. Enuresis
Menurut pengalaman 25% anak gagal melakukan buang air besar atau buang
air kecil setelah umur 3 tahun dan pada anak laki-laki lebih sering daripada
hal tersebut dapat memunculkan sikap terhadap nilai-nilai yang baik salah satunya
terdapat 5 tahap yaitu tahap oral, tahap anal, tahap oedipal/phalik, tahap laten dan
tahap genital (Hidayat, 2008). Pada tahap anal fokus kesenangan berubah ke area
anal, anak-anak semakin tertarik pada sensasi kesenangan pada daerah anal. Pada
tahap ini anak mulai mampu untuk mengontrol buang air besar dan buang air
kecil. Pada tahap inilah waktu yang tepat untuk orang tua mengajarkan anak
dalam melakukan toilet training diperlukan media yang tepat sehingga dapat
mengembangkan stimulus suara dan gerak sehingga dapat mengubah perilaku dan
anak pun berhasil dalam melakukan toilet training. Stimulus dapat menggunakan
menggunakan lebih dari satu panca indera karena diketahui bahwa 83%
suatu proses yang dapat disaksikan secara berulang-ulang dan dapat mendorong
atau meningkatkan motivasi dalam menanamkan sikap dan segi afektif lainnya.
Hal ini di dukung oleh penelitian Ira Rahmawati, Toto Sudargo, dan Ira
Visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Balita Gizi
metode media audio visual. Grafik peningkatan pada media audio visual lebih
dengan baik oleh responden. Hal tersebut terbukti dari setelah diberikan
pendidikan kesehatan dengan audio visual perilaku cuci tangan dengan sabun
dengan audio visual dalam penelitian Dwi Aprilina Andriani (2013) yang berjudul