makhluk yang kuat, berani dan suka tantangan. Jika seorang lelaki menangis itu terkadang dianggap sebagai anomali dan salah satu bentuk kelemahan. Jikalau pun seorang lelaki harus menangis pasti disebabkan oleh sesuatu yang tergolong luar biasa. Oleh karena itu kita sangat jarang melihat seorang lelaki menangis apalagi di depan orang asing yang baru ditemuinya. Saya memiliki kisah tentang dua orang lelaki, sebut saja pak Jono dan pak Bejo, dan air mata mereka. Kedua orang tersebut memiliki latar belakang yang berbeda namun setidaknya memiliki satu kesamaan. Mereka berdua menangis di depan orang asing dan orang asing itu adalah saya. Pak Jono hanya lulusan SMP, meski demikian dia adalah seorang developer perumahan yang sukses. Perumahan-perumahan yang pak Jono bangun dan pasarkan selalu sukses dan laris dibeli masyarakat. Sebagai seorang pengusaha sukses tentu saja pak Jono memiliki banyak pekerja dan mental yang teruji untuk bersaing dalam dunia bisnis. Namun saat saya mengirimkan sepucuk surat dan kemudian pak Jono menemui saya terkait surat tersebut, tak disangka-sangka pak Jono menitikan air mata setelah tahu bahwa selama bertahun-tahun menjalankan bisnis dia memiliki kewajiban yang terutang dan belum dilaksanakan berkaitan dengan pajak. Lain lagi dengan pak Bejo. Pak Bejo adalah seorang dokter spesialis bedah satu- satunya di kabupaten tempat saya bekerja. Untuk mampu menjadi dokter seperti pak Bejo tentu membutuhkan pendidikan sampai belasan tahun dengan kepintaran yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sudah tak terhitung berapa operasi yang dilakukan dan nyawa pasien yang dia selamatkan selama ini. Suatu waktu dikarenakan surat yang saya kirim, pak Bejo datang menemui saya ditempat saya bekerja. Saat saya menjelaskan bahwa kewajiban pajaknya tidak terbatas hanya dari pemotongan oleh pihak rumah sakit dan menunjukan beberapa deret angka, terlihat raut pucat dan pelupuk mata yang basah. Pak Jono dan pak Bejo, keduanya berada pada usia 40 tahunan, keduanya telah kenyang dengan asam garam kehidupan. Tapi mereka semua menangis di depan anak muda yang sekiranya seumuran anak mereka yang baru pertama ditemui karena satu hal yang sama, ketidaktahuan yang berakibat ketidaktaatan mereka pada pajak. Suatu hal yang bagi mereka sesusatu yang awam dan dianggap luar biasa. Air mata lelaki sering dianalogikan dengan air mata buaya. Jika lelaki menangis biasanya hanya kepura-puraan dengan maksud lain dibelakangnya. Namun dalam air mata kedua bapak-bapak tersebut saya tidak melihat kepura-puraan. Mereka menitikan air mata karena merasa mendapati beban yang entah datang dari mana karena ketidaktahuan mereka. Selama ini tax compliance atau kepatuhan pajak selalu dijadikan salah satu kambing hitam tidak tercapainya target pajak. Melihat kasus airmata pak Jono dan pak Bejo di atas, saya berkesimpulan bahwa rendahnya kepatuhan pajak ini sebagian besar dikarenakan wajib pajak tidak ngeh mengenai masalah perpajakan. Jangan lah kita mengharap wajib pajak akan patuh dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, karena saya yakin untuk tahu cara menghitung bahkan jenis pajak yang menjadi tanggungan mereka saja tidak tahu. Sudah saatnya pemerintah berperan aktif dalam mengenalkan mengenai pajak lebih dini kepada masyarakat. Pengenalan itu bisa dilakukan dengan memasukan pajak dalam kurikulum pendidikan di sekolah (yang tiap ganti menteri, ganti kurikulum). Kenalkan lah jenis- jenis pajak yang ada dan cara menghitung pajak kepada para siswa karena hal tersebut akan lebih bermanfaat bagi mereka dibandingkan mengajarkan cara menghitung berbagai rumus sampai berbusa-busa. Dengan masyarakat memahami dasar perpajakan sejak duduk di bangku sekolah, diharapkan saat mereka berposisi sebagai wajib pajak, mereka akan lebih peduli dan patuh pajak. Terbukti setelah diberikan penjelasan secara menyeluruh dan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak, pak Jono dan pak Bejo bersedia untuk membayar dan melaksanakan kewajiban perpajakannya secara tuntas. Dengan masyarakat yang sadar akan pajak, semoga tidak ada lagi pak Jono dan pak Bejo lain yang harus menitikan air mata karena ketidaktahuannya akan pajak. Dan tidak ada lagi pandangan aneh dari rekan sejawat pada seseorang karena ada bapak-bapak paruh baya menangis di sebelahnya.