Anda di halaman 1dari 20

Dongeng mite

Mite (Mitos) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk
setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benar – benar
terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.

1. Telaga Bidadari

Dahulu kala, ada seorang pemuda yang tampan dan gagah. Ia bernama Awang
Sukma. Awang Sukma mengembara sampai ke tengah hutan belantara. Ia tertegun
melihat aneka macam kehidupan di dalam hutan. Ia membangun sebuah rumah
pohon di sebuah dahan pohon yang sangat besar.

Kehidupan di hutan rukun dan damai. Setelah lama tinggal di hutan, Awang Sukma
diangkat menjadi penguasa daerah itu dan bergelar Datu. Sebulan sekali, Awang
Sukma berkeliling daerah kekuasaannya dan sampailah ia di sebuah telaga yang
jernih dan bening. Telaga tersebut terletak di bawah pohon yg rindang dengan buah-
buahan yang banyak. Berbagai jenis burung dan serangga hidup dengan riangnya.
"Hmm, alangkah indahnya telaga ini. Ternyata hutan ini menyimpan keindahan yang
luar biasa," gumam Datu AwangSukma.

Keesokan harinya, ketika Datu Awang Sukma sedang meniup serulingnya, ia


mendengar suara riuh rendah di telaga. Di sela-sela tumpukan batu yang bercelah,
Datu Awang Sukma mengintip ke arah telaga. Betapa terkejutnya Awang Sukma
ketika melihat ada 7 orang gadis cantik sedang bermain air.

"Mungkinkah mereka itu para bidadari?" pikir Awang Sukma. Tujuh gadis cantik itu
tidak sadar jika mereka sedang diperhatikan dan tidak menghiraukan selendang
mereka yang digunakan untuk terbang, bertebaran di sekitar telaga. Salah satu
selendang tersebut terletak di dekat Awang Sukma.

"Wah, ini kesempatan yang baik untuk mendapatkan selendang di pohon itu,"
gumam Datu Awang Sukma.

Mendengar suara dedaunan, para putri terkejut dan segera mengambil selendang
masing-masing. Ketika ketujuh putri tersebut ingin terbang, ternyata ada salah
seorang putri yang tidak menemukan pakaiannya. Ia telah ditinggal oleh keenam
kakaknya. Saat itu, Datu Awang Sukma segera keluar dari persembunyiannya.

"Jangan takut tuan putri, hamba akan menolong asalkan tuan putri sudi tinggal
bersama hamba," bujuk Datu Awang Sukma. Putri Bungsu masih ragu menerima
uluran tangan Datu Awang Sukma. Namun karena tidak ada orang lain maka tidak
ada jalan lain untuk Putri Bungsu kecuali menerima pertolongan Awang Sukma.

Datu Awang Sukma sangat mengagumi kecantikan Putri Bungsu. Demikian juga
dengan Putri Bungsu. Ia merasa bahagia berada di dekat seorang yang tampan dan
gagah perkasa. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi suami istri. Setahun
kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang cantik dan diberi nama Kumalasari.
Kehidupan keluarga Datu Awang Sukma sangat bahagia.
Namun, pada suatu hari seekor ayam hitam naik ke atas lumbung dan mengais padi
di atas permukaan lumbung. Putri Bungsu berusaha mengusir ayam tersebut. Tiba-
tiba matanya tertuju pada sebuah bumbung bambu yang tergeletak di bekas kaisan
ayam. "Apa kira-kira isinya ya?" pikir Putri Bungsu. Ketika bumbung dibuka, Putri
Bungsu terkejut dan berteriak gembira. "Ini selendangku!, seru Putri Bungsu.
Selendang itu pun didekapnya erat-erat. Perasaan kesal dan jengkel tertuju pada
suaminya. Tetapi ia pun sangat sayang pada suaminya.

Akhirnya Putri Bungsu membulatkan tekadnya untuk kembali ke kahyangan. "Kini


saatnya aku harus kembali!," katanya dalam hati. Putri Bungsu segera mengenakan
selendangnya sambil menggendong bayinya.

Datu Awang Sukma terpana melihat kejadian itu. Ia langsung mendekat dan minta
maaf atas tindakan yang tidak terpuji yaitu menyembunyikan selendang Putri
Bungsu. Datu Awang Sukma menyadari bahwa perpisahan tidak bisa dielakkan.
"Kanda, dinda mohon peliharalah Kumalasari dengan baik," kata Putri Bungsu
kepada Datu Awang Sukma." Pandangan Datu Awang Sukma menerawang kosong
ke angkasa. "Jika anak kita merindukan dinda, ambillah tujuh biji kemiri, dan
masukkan ke dalam bakul yang digoncang-goncangkan dan iringilah dengan
lantunan seruling. Pasti dinda akan segera datang menemuinya," ujar Putri Bungsu.

Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya dan seketika terbang ke


kahyangan. Datu Awang Sukma menatap sedih dan bersumpah untuk melarang
anak keturunannya memelihara ayam hitam yang dia anggap membawa
malapetaka.

Pesan moral : Legenda Telaga Bidadari mengajarkan kita, jika kita menginginkan
sesuatu hendaknya dengan cara halal. Kita tidak boleh mencuri, merampok harta
milik orang lain, karena sewaktu-waktu dapat menjadi batu sandungan dalam meraih
cita-cita. Kitapun tidak boleh menyimpan perbuatan busuk, karena pada suatu saat
akan ketahuan juga.

2. joko tingkir

Banyubiru adalah nama desa terpencil di suatu kota di Jawa Tengah. Alamnya
sangat indah dan tanahnya subur. Di desa itu tinggal seorang yang amat saleh dan
bijaksana, bernama Ki Buyut Banyubiru.

Pada suatu sore, datanglah seorang pemuda yang ingin berguru padanya. Pemuda
itu bernama Joko Tingkir.

Apakah benar, saya sedang berhadapan dengan Ki Buyut Banyubiru?" tanya Joko
Tingkir dengan penuh hormat kepada laki-laki setengah tua di hadapannya.
"Benar, akulah Ki Buyut Banyubiru dan aku tahu keperluanmu sehingga kau datang
kemari," jawab Ki Buyut Banyubiru. Maksud kedatangan Joko Tingkir adalah ingin
memohon ampunan dari Sultan Demak untuk menebus kesalahannya karena telah
membunuh Dadungawuk.

Di rumah Ki Buyut Banyubiru selain Joko Tingkir, ternyata ada pemuda lain bernama
Mas Manca yang tinggal di sana. la berasal dari Desa Kalpitu di lereng Gunung
Lawu. Setiap hari kedua pemuda itu menerima berbagai ilmu untuk menambah
kesaktian.

"Mulai tengah malam ini kalian harus bertahan berendam di air sungai yang dingin
ini," kata Ki Buyut Banyubiru kepada kedua pemuda itu.

"Dengan cara ini kalian akan mampu menguasai diri dan mengendalikan hawa
nafsu," lanjut Ki Buyut Banyubiru. Kedua pemuda itu menjalankan perintahnya tanpa
mengeluh.

Tak terasa Joko Tingkir telah berguru di Desa Banyubiru selama tiga bulan. Pada
suatu hari ia dipanggil oleh Ki Buyut Banyubiru untuk diberi nasihat dan perintah.

"Anakku Joko Tingkir, sudah tiba saatnya kau menampakkan diri di hadapan Sultan
Demak. Ini, terimalah segenggam tanah. Bila kelak kau berjumpa dengan
banteng, masukkan tanah ini ke dalam mulutnya. Banteng itu akan mengamuk dan
lari ke Alun-Alun Prawata. Saat itulah Sultan akan memanggilmu," kata Ki Buyut
Banyubiru. Joko Tingkir mendengarkan

dengan seksama. Kemudian ia pamit dan memohon restu Ki Buyut Banyubiru.

Joko Tingkir ditemani oleh Mas Manca, Ki Wuragil dan Ki Wila menempuh
perjalanan dengan menyusuri sungai menggunakan rakit.

"Awas, ada buaya!" teriak Joko Tingkir. Mereka tidak menyadari ternyata rakitnya
telah dikerumuni oleh sekawanan buaya yang langsung menyerangnya dengan
buas. Dengan gagah berani mereka melawan dan mengalahkan buaya-buaya itu.
Bahkan Joko Tingkir berhasil mengalahkan raja buaya di sungai itu. Sebagai
pengakuan kekalahannya maka sebanyak empat puluh ekor buaya berbaris
menopang rakit yang ditumpangi Joko Tingkir dan kawan-kawannya. Rakit itu pun
meluncur cepat tanpa perlu mereka dayung lagi.

Akhirnya mereka tiba di tepi sungai dan segera memasuki hutan belantara. Tiba-tiba
mereka melihat seekor banteng ganas yang siap menyerang. Koko Tingkir segera
memasukkan tanah yang diberikan oleh Ki Buyut Banyubaru ke dalam mulut
banteng. Seketika itu juga banteng mengamuk dan lari ke Alun-Alun Prawata.

"Awas, ada banteng mengamuk...!" teriak penduduk sambil berlarian


menyelamatkan diri. Beberapa orang mencoba mengalahkan banteng itu.

Peristiwa yang menghebohkan itu akhirnya didengar oleh Sultan Demak. Beliau
sangat cemas memikirkan keselamatan penduduknya. Tiba-tiba ia melihat Joko
Tingkir yang sedang berdiri di pinggir alun-alun menyaksikan banteng mengamuk
itu. Segera Joko Tingkir dipanggil menghadapnya.

"Kalau kau dapat mengalahkan banteng itu, aku bersedia mengampuni


kesalahanmu," kata Sultan Demak kepada JokoTingkir.

"Hamba sanggup mengalahkan banteng itu, Tuanku." Segera ia berlutut hormat di


depan Sultan Demak dan bersiap menghadapi banteng itu.

“Lihat, Joko Tingkir akan menghadapi banteng itu. la tampak gagah dan tak gentar
sedikit pun!" teriak seorang prajurit Demak yang terkagum-kagum meiihatnya.

Joko Tingkir segera memasuki tengah alun-alun dan siap untuk bertempur.

Kedatangannya langsung menarik perhatian banteng ganas itu. Banteng itu


mendengus dan siap menyeruduk dengan tanduknya yang tajam.

Terjadilah pertarungan yang seru antara banteng dan Joko Tingkir. Ketika banteng
itu akan menyeruduk perut Joko Tingkir, tiba-tiba tangan kanan Joko Tingkir
menghantam kepala banteng itu. Seketika kepala banteng itu pecah dan tubuhnya
roboh tak berdaya. Darah mengucur dari kepalanya dan membasahi tanah
sekitarnya.
Kemenangannya disambut dengan sorak-sorai penduduk yang menyaksikan
keberaniannya. Setelah berhasil memenangkan pertarungan itu Joko Tingkir kembali
menghadap Sultan Demak.

“Joko Tingkir, aku sangat berterimakasih padamu. Kau telah menyelamatkan


rakyatku dari amukan banteng itu. Sesuai dengan janjiku, aku mengampuni semua
kesalahanmu," kata Sultan Demak kepada Joko Tingkir.
Selanjutnya Joko Tingkir diangkat sebagai Lurah Prajurit Tamtama. Karena tingkah
lakunya sangat sopan dan bijaksana maka akhirnya Joko Tingkir diangkat menjadi
menantu Sultan Demak.

Dongeng legenda
Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi yang
ceritanya dihubungkan dengan tokoh sejarah, telah dibumbui dengan keajaiban,
kesaktian, dan keistimewaan tokohnya
1. Telaga Warna

Jaman dahulu ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan.


Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup
tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja
Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu
Purbamanah. Sayang Prabu dan Ratu belum dikaruniai keturunan sehingga mereka
selalu merasa kesepian. Rakyat pun sangat mengkhawatirkan keadaan ini, karena
siapa yang akan menggantikan Prabu dan Ratu kelak?

Akhirnya Raja memutuskan untuk bersemedi. Dia pergi ke gunung dan menemukan
sebuah gua. Disanalah dia bersemedi, berdoa kepada Tuhan supaya dikaruniai
keturunan. Setelah berhari-hari Prabu Suwartalaya berdoa, suatu hari tiba-tiba
terdengar suara gaib.
“Benarkah kau menginginkan keturunan Prabu Suwartalaya?” kata suara gaib
tersebut.
“Ya! Saya ingin sekali memiliki anak!” jawab Prabu Suwartalaya.
“Baiklah! Doamu akan terkabul. Sekarang pulanglah!” kata suara gaib.

Maka Prabu Suwartalaya pun pulang dengan gembira. Benar saja beberapa minggu
kemudian, Ratu pun mengandung. Semua bersuka cita. Terlebih lagi ketika
sembilan bulan kemudian Ratu melahirkan seorang putri yang cantik. Dia diberi
nama Putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya mengadakan pesta yang meriah
untuk merayakan kelahiran putri mereka. Putri Gilang Rukmini pun menjadi putri
kesayangan rakyat Kutatanggeuhan.

Beberapa tahun telah berlalu, putri Gilang Rukmini tumbuh menjadi gadis yang
cantik jelita. Sayang putri Gilang Rukmini sangat manja dan berperangai tidak baik,
mungkin karena Prabu dan Ratu sangat memanjakannya. Maklumlah anak semata
wayang. Apapun yang diminta oleh putri pasti segera dituruti. Jika tidak putri akan
sangat marah dan bertindak kasar. Namun rakyat tetap mencintainya. Mereka
berharap suatu hari perangai putri akan berubah dengan sendirinya.

Seminggu lagi putri Gilang Rukmini akan berusia tujuh belas tahun. Prabu
Suwartalaya akan mengadakan pesta syukuran di istana. Semua rakyat boleh
datang dan memberikan doa untuk putri Gilang Rukmini. Rakyat berkumpul dan
merencanakan hadiah istimewa untuk putri kesayangan mereka. Akhirnya disepakati
bahwa mereka akan menghadiahkan sebuah kalung yang sangat indah. Kalung itu
terbuat dari emas terbaik dan ditaburi batu-batu permata yang beraneka warna.
Maka rakyat dengan sukarela menyisihkan uang mereka dan mengumpulkannya
untuk biaya pembuatan hadiah tersebut. Mereka memanggil pandai emas terbaik di
kerajaan untuk membuatnya.

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Rakyat berduyun-duyun datang ke


halaman istana tempat pesta ulang tahun putri Gilang Rukmini diadakan. Di depan
istana sudah berdiri sebuah panggung yang megah. Rakyat bersorak-sorai saat
Prabu dan Ratu menaiki panggung. Apalagi ketika akhirnya putri Gilang Rukmini
keluar dari istana dan melambaikan tangannya. Rakyat sangat gembira melihat putri
yang cantik jelita. Pesta pun berlangsung dengan meriah.

Kini tiba saatnya rakyat mempersembahkan hadiah istimewa mereka. Mereka


memberikan kotak berisi hadiah itu kepada putri Gilang Rukmini. Prabu Suwartalaya
membuka kotak tersebut dan mengeluarkan kalung beraneka warna yang sangat
indah dan memberikannya kepada putri Gilang Rukmini. putri Gilang Rukmini
memandang kalung itu dengan kening berkerut. Prabu Suwartalaya memandang
putrinya, “Ayo nak, kenakan kalung itu! Itu adalah tanda cinta rakyat kepadamu.
Jangan kecewakan mereka nak!”
“Iya putriku. Kalung itu sangat indah bukan. Ayo kenakan! Biar rakyat senang,” kata
Ratu Purbamanah.
“Bagus apanya? Kalung ini jelek sekali. Warnanya norak, kampungan! Aku tidak
mau memakainya!” teriak putri Gilang Rukmini.
Dia membanting kalung itu ke lantai hingga hancur. Prabu Suwartalaya, Ratu
Purbamanah dan rakyat Kutatanggeuhan hanya bisa tertegun menyaksikan kejadian
itu. Lalu tangis Ratu Purbamanah pecah. Dia sangat sedih melihat kelakuan
putrinya. Akhirnya semua pun meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh
air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana,
dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin
banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah
sebuah danau yang sangat indah.

Kini danau itu masih bisa kita temui di daerah Puncak, Jawa Barat. Danau itu
dinamakan Telaga Warna, karena jika hari cerah, airnya akan memantulkan cahaya
matahari hingga tampak berwarna-warni. Katanya, itu adalah pantulan warna yang
berasal dari kalung putri Gilang Rukmini.

2. Legenda Candi Prambanan


Pada zaman dahulu, berdirilah sebuah kerajaan sangat besar bernama Prambanan.
Rakyat Kerajaan Prambanan hidup dengan makmur dan damai di bawah
kepemimpinan raja bernama Prabu Baka. Kerajaan-kerajaan kecil di sekitar
Kerajaan Prambanan juga tunduk dan sangat menghormati kepemimpinan Prabu
Baka.
Sementara itu, di wilayah lain terdapat satu kerajaan yang tidak kalah besar dari
Kerajaan Prambanan, nama kerajaan itu adalah Kerajaan Pengging. Kerajaan
tersebut sangat terkenal arogan dan selalu ingin memperluas wilayah kekuasaan.
Kerajaan Pengging memiliki seorang kesatria sakti bernama Bondowoso.

Ia memiliki senjata yang sangat sakti bernama Bandung, dengan begitu ia sangat
terkenal dengan sebutan Bandung Bondowoso. Tidak hanya mempunyai senjata
yang sakti, Bandung Bondowoso juga memiliki pasukan tentara berupa jin. Bala
tentara jin tersebut ia gunakan untuk membantunya dalam menyerang kerajaan lain
dan juga memenuhi segala keinginannya.
Suatu Ketika Raja Pengging memerintahkan Bandung Bondowoso untuk menyerang
Kerajaan Prambanan. Esok harinya, bandung Bondowoso memanggil seluruh bala
tentara jinnya dan berangkat ke Kerajaan Prambanan.

Setiba di Kerajaan Prambanan, Bandung Bondowoso dan bala tentara langsung


menyerbu masuk ke dalam Kerajaan Prambanan. Tanpa adanya persiapan
membuat Raja Baka dan pasukannya kalang kabut, dan para perang ini membuat
Prabu Baka dan pasukannya tewas. Akhirnya Bandung Bondowoso berhasil
menduduki Kerajaan Prambanan.

Kabar keberhasilan Bandung Bondowoso didengar oleh Raja Pengging dan merasa
sangat bahagia. Raja Pengging pun mengutus Bandung Bondowoso untuk
menempati Kerajaan Prambanan dan mengurus segala isi Kerajaan tersebut
termasuk keluarga Raja Baka.

Pada saat Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan, ia melihat seorang


wanita yang cantik jelita. Wanita tersebut adalah putri dari Prabu Baka bernama
Roro Jonggrang. Bandung Bondowoso menaruh hati kepada Roro Jonggrang saat
melihatnya. Tanpa pikir panjang, Bandung Bondowoso memanggil Ror Jonggrang
dan melamarnya.

“Wahai Roro Jonggrang yang cantik jelita, bersediakah engkau menjadi


permaisuriku?” tanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang.
Mendengar pertanyaan tersebut membuat Roro Jonggrang terdiam dan bingung. Ia
sangat benci melihat Bandung Bondowoso yang telah membunuh ayahhanda yang
sangat ia cintainya. Namun ia juga takut untuk menolak lamaran Bandung
Bondowoso. Akhirnya setelag Roro Jonggrang berfikir sejenak, ia menemukan satu
cara agar Bandung Bondowoso tidak jadi untuk menikahinya.
“baiklah aku menerima lamaranmu, Bandung Bondowoso. Namun setelah kamu
memenuhi satu syarat dariku.” Jawah Roro Jonggang.
“Apakah Syaratmu itu wahai Roro Jonggrang?, tanya Bandung Bondowoso.
“Buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam satu malam”. Jawab Roro
Jonggrang memberikan syarat yang ia minta.

Mendengar syarat yang diberikan oleh Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso pun
langsung menyetujuinya. Syarat yang Roro Jonggrang berikan, ia anggap sangat
mudah karena ia mempunyai balatentara jin yang sangat banyak dan akan
membantunya.

Pada malam hari, Bandung Bondowoso mengumpulkan semua bala tentara jinnya.
Dalam waktu yang singkat, semua bala tentaranya sudah berkumpul. Setelah
mendengar perintah dari Bandung Bondowoso, semua bala tentaranya kengsung
membuat sumur dan membangun seribu candi dengan sangat cepat.

Melihat kecepatan bala tentara Bandung Bondowoso dalam membangun candi dan
membuat sumur, membuat Roro Jonggrang merasa ketakutan dan gelisah. Dalam
dua per tiga malam, hanya tinggal tiga buah candi dan satu sumur yang belum
terselesaikan.

Roro jonggrang berfikir keras bagaimana cara menggagalkan pembangunan candi


dan membuatnya tidak jadi menikah dengan Bandung Bondowoso. Jika syarat
tersebut tidak dipenuhi tentunya pernikahan mereka tidak akan terlaksana. Roro
Jonggang berpikir sangat keras untuk menggagalkannya.
Setelah berpikir keras, akhirnya me
mbuahkan hasil yakni sebuah ide yang sangat cemerlang. Ia akan membuat
suasana menjadi seperti pagi, dengan begitu para jin akan berhenti membuat candi
karena hari sudah pagi.

Roro Jonggrang pergi untuk mengumpulkan para dayang-dayang yang ada di dalam
istana Prambanan. Para dayang-dayang tersebut ia beri tugas untuk membakar
jerami, membunyikan lesung dan menaburkan bunga berbau semerbak mewangi.

Mendengar perintah Roro Jonggrang, para dayang-dayang segera membakar


beberapa jerami. Tidak berselang lama langit tampak kemerahan dan lesung pun
mulai untuk dibunyikan. Bau harum dari bunga yang disebar mulai tercium dan
membuat para ayam mulai berkokok.

Melihat langit berwarna kemerahan, lesung berbunyi dan bau harum bunga,
membuat bala tentara jin Bandung Bondowoso pergi meninggalkan pekerjaan.
Mereka berpikir bahwa hari telah beranjak pagi, dan mereka pun harus segera pergi.

Melihat balatentaranya pergi membuat Bandung Bondowoso marah dan berkata


“Hai balatentaraku, hari belum pagi. Kembalilah dan selesaikan pembangunan candi
ini!”. Bandung Bondowoso menyuruh bala tentaranya untuk kembali dan
menyelesaikan. Karena hari belum pagi, dan itu semua adalah perbuatan Roro
Jonggrang untuk membuat suasana seperti pagi.
Para bala tentara Bandung Bondowoso tetap pergi dan tidak menghiraukan perintah
darinya. Bandung Bondowoso sangat kesal dan menyelesaikan sendiri sisa
pembangunan candi. Namun sebelum Bandung Bondowoso selesai membangun
sisa candi, hari sudah beranjak pagi. Bandung Bondowoso pun gagal memenuhi
syarat yang diberikan Roro Jonggrang untuk menikahi putri Prabu Baka tersebut.

Mengetahui kegagalan Bandung Bondowoso dalam membuatkannya seribu candi


dan dua sumur, membuat Roro Jonggrang sangat bahagia dan menghampiri
Bandung Bondowoso. Ia berkata “Kamu gagal memenuhi syarat dariku, Bandung
Bondowoso.”

Mendengar ucapan Roro Jonggrang tersebut, membuat kemarahan Bandung


Bondowoso semakin besar. Dengan nada yang keras Bandung Bondowoso berkata
“Kau yang curang Roro Jonggrang. Kamulah yang menggagalkan pembangunan
seribu candi yang sedang aku bangun. Untuk itu, aku kutuk kau menjadi arca yang
ada di dalam candi keseribu!!!” teriak Bandung Bondowoso dengan nada keras.

Dengan kesaktian yang dimiliki oleh Bandung Bondowoso, Roro Jonggang pun
menjadi arca keseribu dari Candi seribu yang ia syaratkan kepada Bandung
Bondowoso. Keseribu candi ini berada di Candi Prambanan, dan arca Roro
Jonggrang dikenal dengan candi Roro Jonggarang diantara seribu candi lainnya
yang diberi nama candi sewu.

Dongeng sage
1. Si Pahit Lidah

Dahulu di Sumatera Selatan tepatnya di daerah Sumidang ada sebuah kerajaan


besar. Di Kerajaan itu hidup seseorang pangeran yang bernama Serunting. la
memiliki sifat iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain. Pangeran Serunting telah
memiliki istri. lstrinya memiliki seorang adik yang bernama Aria Tebing, yang kini
menjadi adik ipar Pangeran Serunting.

Serunting dan Aria Tebing masing-masing memiliki ladang, letak ladang mereka
bersebelahan yang hanya dipisahkan pepohonan. Dan di bawah pepohonan itu
tumbuh tanaman Cendawan. Namun, Cendawan yang tumbuh itu menghasilkan hal
yang jauh berbeda. Jika diamati Cendawan yang menghadap ke arah ladang milik
Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas.

Sedangkan Cendawan yang menghadap ke arah ladang milik Serunting tumbuh


menjadi tanaman parasit tanaman tidak berguna.
Mengetahui hal tersebut, Serunting menjadi iri hati pada Aria

"Tapi, tapi aku tidak pernah berbuat curang," sahut Aria Tebing. Serunting tidak
memperdulikannya, ia tetap menantangnya untuk berduel. Aria Tebing kebingungan.
la tahu bahwa kakak iparnya itu adalah orang yang sakti, setelah lama berpikir,
akhirnya Aria Tebing mendapat ide.

la kemudian menceritakan kejadian itu dan membujuk kakak kandungnya yang tak
lain adalah istri dari serunting untuk memberitahukan rahasia kelemahan Serunting.

"Kak, beritahukanlah aku rahasia kelemahan suamimu. Aku dalam keadaan


terdesak, jika aku kalah maka aku akan terbunuh," ucap Aria Tebing memohon.

"Maaf adikku, aku tak mau mengkhianati suamiku, aku tak bisa memberi tahumu,"
jawab istri serunting keberatan.

"Percayalah kak, ini demi adikmu! Jika aku mengetahui kelemahan suamimu, aku
tidak akan membunuhnya," bujuk Aria tebing lagi.

Akhirnya istri Serunting iba melihat adiknya yang terus memohon, kemudian ia
memberitahukan bahwa kesaktian Serunting berada pada tumbuhan ilalang yang
bergetar meskipun tak tertiup angin.

Keesokan harinya, sebelum bertanding, Aria Tebing sudah menancapkan


tombaknya ke ilalang yang bergetar meskipun tak tertiup angin. Serunting pun
akhirnya terluka parah dan kalah.

Serunting mengetahui bahwa istrinya lah yang memberi tahu Aria Tebing tentang
kelemahannya, merasa dikhianati akhirnya Serunting pergi mengembara, ia bertapa
di Guning Siguntang.

Saat sedang bertapa, ia mendengar suara Hyang Mahameru, "Wahai Serunting! Aku
akan menurunkan ilmu kekuatan gaib kepadamu, apakah kau maul' tanya Hyang
Mahameru.

"Aku mau kekuatan gaib itu, wahai Hyang Mahameru, aku mau kekuatan itu," jawab
Serunting.
"Tapi, ada satu syarat yaitu kau harus bertapa di bawah pohon bambu. Setelah
tubuhmu ditutupi oleh daun-daun dari pohon bambu itu, maka kamu berhasil
mendapatkan kekuatan itu," ucap Hyang Mahameru.

Dua tahun berlalu, Serunting masih bertapa, akhirnya daun-daun dari pohon bambu
sudah menutupinya. Kini ia memiliki kesaktian yaitu setiap perkataan yang keluar
dari mulutnya akan menjadi kenyataan dan kutukan.

Suatu hari, ia berniat ingin pulang ke kampung halamannya, di Sumidang. Di


perjalanannya, ia mengutuk semua pohon tebu menjadi batu. "Hai pohon tebu,
jadilah Batu," teriaknya lantang. Dan dalam sekejap, pohon-pohon tebu tersebut
menjadi batu. Lalu di sepanjang tepi Sungai iambi, ia kembali mengutuk semua
orang yang ia jumpai menjadi batu.

Lama-kelamaan Serunting menjadi orang yang angkuh dan sombong. Akhirnya


orang menjulukinya dengan nama Si Pahit Lidah. Namun saat Serunting tiba di
sebuah Bukit Serut yang gundul, ia mulai menyadari kesalahannya. Lalu ia
mengubah Bukit Serut menjadi hutan kayu. Dalam sekejap bukit itu berubah menjadi
hutan kayu hingga masyarakat setempat berterima kasih kepadanya karena bukit itu
telah menjadi hutan kayu yang akan menghasilkan hasil kayu yang berlimpah dan
dijual di pasar untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Kemudian ia melanjutkan perjalanan dan tiba di Desa Karang Agung. Serunting


melihat gubuk tua yang dihuni suami-istri yang sudah tua. Serunting mendatangi
sepasang suami istri tua renta itu. Serunting berpura-pura meminta seteguk air
minum.

Sepasang kakek dan nenek itu sangat ramah dan baik hati. Ternyata sudah lama
mereka ingin dikaruniai seorang anak untuk membantu mereka bekerja. Serunting
pun mengabulkannya.

Ketika melihat ada sehelai rambut yang rontok menempel pada baju sang nenek,
Serunting mengambilnya lalu mengubah rambut itu menjadi seorang bayi. Pasangan
tua itu bahagia dan berterima kasih kepada Serunting.
Serunting bahagia bisa membantu orang lain. Di sisa perjalanannya, Serunting
belajar untuk membantu dan berusaha menolong orang yang kesulitan. Namun
meskipun kalimat yang keluar dari mulutnya adalah kalimat baik dan untuk
membantu orang yang membutuhkan, tetap saja orang-orang masih menjulukinya
dengan nama Si Pahit Lidah.

2. Si pitung jagoan betawi

Hati si Pitung geram sekali. Sore ini ia kembali melihat kesewenang-wenangan para
centeng Babah Liem. Babah Liem atau Liem Tjeng adalah tuan tanah di daerah
tempat tinggal si Pitung. Babah Liem menjadi tuan tanah dengan memberikan
sejumlah uang pada pemerintah Belanda, Selain itu, ia juga bersedia membayar
pajak yang tinggi pada pemerintah Belanda. Itulah sebabnya, Babah Liem
mempekerjakan centeng-centengnya untuk merampas harta rakyat dan menarik
pajak yang jumlahnya mencekik Ieher.

Si Pitung bertekad, ia harus melawan para centeng Babah Liem. Untuk itu ia berguru
pada Haji Naipin, seorang ulama terhormat dan terkenal berilmu tinggi. Haji Naipin
berkenan untuk mendidik si Pitung karena beliau tahu wataknya. Ya, si Pitung
memang terkenal rajin dan taat beragama. Tutur katanya sopan dan ia selalu patuh
pada kedua orangtuanya, Pak Piun dan Bu Pinah.

Beberapa bulan kemudian, si Pitung telah menguasai segala ilmu yang diajarkan
oleh Haji Naipin. Haji Naipin berpesan, "Pitung, aku yakin kau bukan orang yang
sombong. Gunakan ilmumu untuk membela orang-orang yang tertindas. Jangan
sekali-kali kau menggunakannya untuk menindas orang lain." Si Pitung mencium
tangan Haji Naipin lalu pamit. Ia akan berjuang melawan Babah Liem dan centeng-
centengnya.

"Lepaskan mereka!" teriak si Pitung ketika melihat centeng Babah Liem sedang
memukuli seorang pria yang melawan mereka.

"Hai Anak Muda, siapa kau berani menghentikan kami?" tanya salah satu centeng
itu.
"Kalian tak perlu tahu siapa aku, tapi aku tahu siapa kalian. Kalian adalah para
pengecut yang bisanya hanya menindas orang yang lemah!" jawab si Pitung.

Pemimpin centeng itu tersinggung mendengar perkataan si Pitung. Dia lalu


memerintahkan anak buahnya untuk menyerang si Pitung. Namun semua centeng
itu roboh terkena jurus-jurus si Pitung. Mereka bukanlah lawan yang seimbang
baginya. Mereka Ian terbirit-birit, termasuk pemimpinnya.

Sejak saat itu, si Pitung menjadi terkenal. Meskipun demikian ia tetaplah si Pitung
yang rendah hati dan tidak sombong.

Sejak kejadian dengan para centeng Babah Liem, si Pitung memutuskan untuk
mengabdikan hidupnya bagi rakyat jelata. Ia tak tahan menyaksikan kemiskinan
mereka, dan ia muak melihat kekayaan para tuan tanah yang berpihak pada
Belanda.

Suatu saat ia mengajak beberapa orang untuk bergabung dengannya. Mereka


merampok rumah orang-orang kaya dan membagikan hasil rampokan tersebut pada
rakyat jelata. Sedikit pun ia tak pernah menikmati hasil rampokan itu secara pribadi.

Rakyat jelata memuji-muji kebaikan hati si Pitung. Sebaliknya, pemerintah Belanda


dan para tuan tanah mulai geram.

Apalagi banyak perampok lain yang bertindak atas nama si Pitung, padahal mereka
bukanlah anggota si Pitung. Pemerintah Belanda kemudian mengeluarkan perintah
untuk menangkap si Pitung. Meskipun menjadi buronan, si Pitung tak gentar. Ia
tetap merampok orang-orang kaya, dengan cara berpindah tempat agar tak mudah
tertangkap.

Kesal karena tak bisa menangkap si Pitung, pemerintah Belanda menggunakan cara
yang licik. Mereka menangkap Pak Piun dan Haji Naipin. Salah satu pejabat
pemerintah Belanda yang bernama Schout Heyne mengumumkan bahwa kedua
orang tersebut akan dihukum mati jika si Pitung tak menyerah. Berita itu sampai juga
ke telinga si Pitung. Ia tak ingin ayah dan gurunya mati sia-sia. Ia lalu mengirim
pesan pada Schout Heyne. Si Pitung bersedia menyerahkan diri jika ayah dan
gurunya dibebaskan. Schout Heyne menyetujui permintaan si Pitung. Pak Piun
dibebaskan, tapi Haji Naipin tetap disandera sampai si Pitung menyerahkan diri.
Akhirnya si Pitung muncul. "Lepaskan Haji Naipin, dan kau bebas menangkapku,"
kata si Pitung. Schout Heyne menuruti permintaan tersebut. Haji Naipin pun
dilepaskan.

"Pitung, kau telah meresahkan banyak orang dengan kelakuanmu itu. Untuk itu, kau
harus dihukum mati," kata Schout Heyne.

"Kau tidak keliru? Bukannya kau dan para tuan tanah itu yang meresahkan orang
banyak? Aku tidak takut dengan ancamanmu," jawab si Pitung.

"Huh, sudah mau mati masih sombong juga. Pasukan, tembak dia!" perintah Schout
Heyne pada pasukannya.

Pak Piun dan Haji Naipin berteriak memprotes keputusan Schout Heyne. "Bukankah
anakku sudah menyerahkan diri? Mengapa harus dihukum mati?" ratap Pak Piun.
Namun Schout Heyne tak perduli, baginya si Pitung telah mengancam jabatannya.

Suara rentetan peluru pun memecahkan kesunyian, tubuh si Pitung roboh


bersimbah darah terkena peluru para prajurit Belanda. Pak Piun dan Haji Naipin
sangat berduka. Mereka membawa pulang jenazah si Pitung kemudian
menguburkannya. Berkat jasa-jasanga, bangak sekali orang yang mengiringi
pemakamannga dan mendoakannga. Meskipun ia telah tiada, si Pitung tetap
dikenang sebagai pahlawan bagi rakyat jelata.

Dongeng Fabel
Fabel adalah cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang berperilaku
menyerupai manusia. Cerita tersebut tidak mungkin kisah nyata.
1. Katak dan Tikus
Ketika seekor tikus muda yang mencari petualangan baru, berjalan menyusuri
pinggiran kolam di mana di kolam tersebut tinggallah seekor katak. Saat katak
tersebut melihat tikus, dia berenang menuju ke tepi kolam dan berkata:
"Maukah kamu mengunjungi saya? Saya berjanji kamu akan senang."
Sang Tikus tidak berpikir panjang lagi, karena dia sangat ingin berpetualang ke
seluruh dunia dan melihat segala yang ada di dunia. Tetapi walaupun dia bisa
berenang sedikit, dia tidak berani untuk masuk dan berenang di kolam tanpa
bantuan.
Sang katak memiliki akal, agar sang Tikus bisa yakin bahwa katak akan dapat selalu
membantu sang Tikus saat berenang di kolam, dia mengikat kaki tikus tersebut ke
kakinya sendiri dengan seutas tali. Lalu dia melompat ke dalam kolam, sambil
menarik teman jalannya yang bodoh bersamanya.
Sang tikus yang terbawa-bawa berenang bersama katak akhirnya merasa cukup dan
ingin kembali ke pinggiran kolam; tetapi sang Katak yang jahat memiliki rencana lain.
Dia kemudian menarik Sang Tikus masuk ke dalam air dan menenggelamkannya
sehingga meninggal. Tetapi sebelum sempat melepaskan tali yang mengikat dia
dengan tikus yang telah meninggal, seekor elang terbang menyambar ke bawah,
menangkap tikus dan membawanya pergi, bersama Sang Katak yang tergantung-
gantung pada kaki tikus. Saat itulah, Sang Elang sadar bahwa dengan sekali sambar
mendapatkan dua makanan sekaligus untuk makan siangnya.

2. Kerbau dan Kambing


Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara
memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan
kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat
cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam
gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan
kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau
jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal
diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa
berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.
Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan
menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya
merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran
yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Dongeng Parabel
Parabel adalah dongeng perumpamaan yang di dalamnya mengandung kiasan-
kiasan yang bersifat mendidik.

1. Peniup Seruling Ajaib

Pada zaman dahulu terdapat sebuah pekan kecil yang sangat cantik terletak di kaki
bukit. Pekan tersebut di kenali Hamelyn. Penduduk di pekan tersebut hidup dengan
aman damai, tetapi sikap mereka tidak perihatin terhadap kebersihan. Pekan
tersebut penuh dengan sampah sarap. Mereka membuang sampah di merata-rata
menyebabkan pekan tersebut menjadi tempat pembiakan tikus. Semakin hari
semakin banyak tikus membiak menyebabkan pekan tersebut dipebuhi oleh tikus-
tikus. Tikus-tikus berkeliaran dengan banyaknya dipekan tersebut. Setiap rumah
tikus-tikus bergerak bebas tanpa perasaan takut kepada manusia. Penduduk di
pekan ini cuba membela kucing untuk menghalau tikus dan ada diantara mereka
memasang perangkap tetapi tidak berkesan kerana tikus terlampau banyak. Mereka
sungguh susah hati dan mati akal bagaimana untuk menghapuskan tikus-tikus
tersebut.

Musibah yang menimpa pekan tersebut telah tersebar luas ke pekan-pekan lain
sehinggalah pada suatu hari seorang pemuda yang tidak dikenali datang ke pekan
tersebut dan menawarkan khidmatnya untuk menghalau semua tikus dengan syarat
penduduk pekan tersebut membayar upah atas kadar dua keping wang emas setiap
orang. Penduduk di pekan tersebut berbincang sesama mereka diatas tawaran
pemuda tadi. Ada diantara mereka tidak bersetuju oleh kerana mereka tidak
sanggup untuk membayar upah yang sangat mahal. Setelah berbincang dengan
panjang lebar akhirnya mereka bersetuju untuk membayar upah seperti yang diminta
oleh pemuda itu kerana mereka tidak mempunyai pilihan lain.

Keputusan tersebut dimaklumkan kepada pemuda tadi, lalu dia mengeluarkan


seruling sakti dan meniupnya. Bunyi yang keluar dari seruling itu sangat merdu dan
mengasik sesiapa yang mendengarnya. Tikus-tikus yang berada dimerata tempat
didalam pekan tersebut mula keluar dan berkumpul mengelilinginya. Pemuda tadi
berjalan perlahan-lahan sambil meniup seruling sakti dan menuju ke sebatang
sungai yang jauh dari pekan tersebut. Apabila sampai ditepi sungai pemuda tadi
terus masuk kedalamnya dan diikuti oleh semua tikus.Tikus-tikus tadi tidak dapat
berenang didalam sungai dan semuanya mati lemas.

Kini pekan Hamelyn telah bebas daripada serangan tikus dan penduduk bersorak
dengan gembiranya. Apabila pemuda tadi menuntut janjinya, penduduk tersebut
enggan membayar upah yang telah dijanjikan kerana mereka mengangap kerja yang
dibuat oleh pemuda tadi tidak sepadan dengan upah yang diminta kerana hanya
dengan meniupkan seruling sahaja. Pemuda tadi sangat marah lalu dia menuipkan
seruling saktinya sekali lagi. Irama yang keluar dari seruling itu sangat memikat hati
kanak-kanak menyebabkan semua kanak-kanak berkumpul di sekelilingnya. Satelah
semua kanak-kanak berkumpul pemuda tadi berjalan sambil meniupkan seruling dan
diikuti oleh semua kanak-kanak. Pemuda itu membawa kanak-kanak tersebut keluar
dari pekan Hamelyn. Setelah Ibu Bapa menyedari bahawa mereka akan kehilangan
anak-anak, mereka mulai merasa cemas kerana kanak-kanak telah meninggalkan
mereka dan mengikuti pemuda tadi. Mereka mengejar pemuda tadi dan merayu
supaya menghentikan daripada meniup seruling dan memulangkan kembali anak-
anak mereka. Merka sanggup memberi semua harta benda yamg ada asalkan
pemuda tersebut mengembalikan anak-anak mereka.

Rayuan penduduk tidak diendahkan oleh pemuda tadi lalu mereka membawa kanak-
kanak tersebut menuju ke suatu tempat dan apabila mereka sampai disitu muncul
sebuah gua dengan tiba-tiba. Pemuda tadi masuk ke dalam gua itu dan diikuti oleh
kanak-kanak. Setelah semuanya masuk tiba-tiba gua tersebut ghaib dan hilang
daripada pandangan penduduk pekan tersebut. Mereka tidak dapat berbuat apa-apa
oleh kerana mereka telah memungkiri janji yang mereka buat. Merka menyesal
diatas perbuatan mereka tetapi sudah terlambat. Sesal dahulu pendapatan sesal
kemudian tidak berguna.

Sehingga hari ini penduduk pekan Hamelyn tidak melupakan kesilapan yang
dilalukan oleh nenek moyang mereka. Menepati janji adalah pegangan yang kuat
diamalkan oleh penduduk pekan Hamelyn sehingga hari ini.

2. Kisah Sepasang Sandal Kulit

Dahulu kala di daerah Lombok, hiduplah seorang raja yang bijak dan pemberani.
Baginda Raja memiliki Sepasang sandal dari kulit kerbau. Sandal kanan berasal dari
kulit kerbau jantan dan sandal kiri dari kulit kerbau betina.

Konon, kedua Sandal itu merupakan suami istri. Sandal jantan bernama Pogon dan
sandal betina bernama Pigin. Kedua sandal itu bisa bercakap-cakap, walaupun
hanya bisa didengar oleh mereka berdua saja.

Sandal ini sangat disayang Raja. Ke mana-mana, Raja selalu memakainya. Sandal
tersebut kuat dan tahan air.

Setiap malam, seekor tikus serakah selalu mengintai sandal itu. Tampaknya si Tikus
tergiur dengan bau sandal kulit tersebut.
“Istriku!” panggil sandal jantan kepada istrinya, “jika kita selalu diintip tikus yang
kelaparan, kita bisa jadi mangsanya. Bagaimana kalau kita berdoa kepada dewa
agar dijadikan tikus saja?”

“Kalau itu maumu, aku menurut saja!” sahut istrinya.

“Kalau kita jadi tikus, semua makanan sisa yang ada di dapur istana bisa kita santap
berdua,” tambah sandal jantan lagi. Sandal betina setuju dengan usul suaminya itu.

Mereka pun berdoa. Doa mereka terkabul. Berubahlah mereka menjadi dua ekor
tikus besar. Kedua tikus itu sangat disegani oleh tikus-tikus lainnya.

Sepasang tikus itu selalu berkejaran di atap istana sehingga Raja merasa
terganggu. Beliau lalu mencari kucing untuk menangkap tikus-tikus itu.

Sepasang tikus jelman itu mulai ketakutan. Akhirnya mereka berdoa di jadikan
kucing saja . Doa mereka terkabul lagi. Berubahlah sepasang tikus itu menjadi
kucing yang elok. Ratu sangat menyayangi kedua hewan itu.

Beberapa waktu kemudian, kedua kucing itu merasa iri pada anjing karena selalu
diajak berburu. Akhirnya setelah berdoa, mereka pun menjadi sepasang anjing.

Setelama lama menjadi sepasang anjing berburu, mereka mereka merasa lelah dan
bosan. Mereka berdoa mereka. Kini, keduanya menjadi raja dan ratu. Mereka
mendirikan kerajaan yang lebih besar. Akan tetapi, mereka belum puas juga.
Keduanya ingin menguasai seluruh lombok.

Pendirian kerajaan baru ini terdengar oleh sang raja tempat mereka mengabdi dulu.
Beliau merasa tersaingi dan terancam. Oleh karna itu, disusunlah rencana untuk
menyerang kerajaan baru itu. Akhirnya, terjadilah pertempuran. seru

Kerajaan baru ternyata kalah . Mereka berdoa lagi agar dijadikan tikus kembali.
Akan tetapi, dewa akhirnya mengubah mereka menjadi Sepasang sandalseperti
semula.

Dongeng Orang Pandir


Yaitu jenis cerita jenaka yang di dalamnya di kisahkan kekonyolan-
kekonyolan Yang menimbulkan gelak tawa dari tingkah laku seseorang karna
kebodohannya, bahkan sering kali karna kecerdikannya.
1. Pak Pandir dengan hartanya
Pak Pandir adalah seorang anak yang baru saja mendapatkan harta warisan setelah
ayahnya meninggal. Tetapi ia bingung di manakah ia perlu simpan wang tersebut.
Hendak simpan di bank takut kalau-kalau banknya bangkrup. Diletak dibawah
bantal, nanti diambil pencuri.

Setelah berfikir cukup lama, akhirnya ia mendapat ide, ia menanam wang itu
dibelakang rumahnya, lalu memasang papan peringatan dengan tulisan yang sangat
besar "TIDAK ADA WANG DISINI!". Ternyata temannya Pak Pandir yang bernama
Si Luncai melihat apa yang dilakukan Pandir.

Setelah lewat tengah malam, Luncai pun menggali tanah itu untuk mengambil wang
tesebut. Setelah ia mendapatkan wang itu dan supaya tidak dicurigai, maka Luncai
mengganti tulisan yang ditulis Pandir dengan ayat "BUKAN LUNCAI YANG AMBIL!".

2. Pak Pandir naik kapal terbang kali ke 2


Alkisahnya..
hebohlah satu kampung..
Pak Pandir mendapat tiket kapal terbang untuk menjadi tetamu Kieran dlm pagi di
era.. ,
walaupun hanya kelas ekonomi..
tapi bagi pak pandir..
itu sudah cukup mengembirakanya..

dipendekkan cerita..
hari dijanji telah tiba..
pak pandir pun sudah menunggu seawal subuh di lapangan terbang..

kapal terbang sampai..


pak pandir pun naiklah..

masuk jer kapal terbang.. pak pandir terus ambik tempat.

sebelum kapal terbang berlepas..


pramugari pun memeriksa penumpang supaya semua duduk ditempat masing
masing dan bersedia untuk berlepas..
sekali pramugari nampak pak pandir duduk kat kerusi bisnes klass.. setahu dia.. tak
ada penumpang bisnes klass hari tu..

dengan budi bahasa pramugari tu tegur.


"Pak cik, pakcik tak boleh duduk kat sini.. boleh pak cik pindah duduk dibelakang.."
"eh.. bagus sungguh orang kapal terbang nii (pramugari).. takpalah nak.. pak cik
selesa dah kat sini.."
*mana tak selesanya.. bisnes klass..
mati akal pramugari tu.. semua pramugari dan pramugara (kecuali yang terlampau)
datang silih ganti..
sakit kepala..

pilot yang menunggu lama nak berlepas..


bengong kenapa masih belum ada isyarat kata ok dari ketua pramugari..

dia pun keluar tengok..


pramugari sorang tu cerita..

pilot tu pun pi lah kat pak pandir..


"pak cik.. boleh tengok tiket?"
pak pandir kasi tiket..

"oo.. pak cik nak pi KL yer pak cik?"


"yer nak... "
"taapi pak cik.. kerusi nii pi johor bahru pakcik.., kerusi belakang baru pi KL!"
"yerker nak.. nasib baiklah anak bagitau.."

Anda mungkin juga menyukai