Anda di halaman 1dari 7

Devi Rahma Jayanti

21040115120066
MKP Pengembangan Lokal 2017

KLASTER KOPI KABUPATEN TEMANGGUNG


(Fokus Area Kecamatan Kledung, Candiroto, Wonoboyo, Dan Kandangan)

1. Gambaran Umum
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki perkembangan klaster
yang pesat. Terhitung dari tahun 2006 hanya terdapat 23 kalster yang dikembangkan di Jawa
Tengah dan mengalami peningkatan pesat pada lima tahun kemudian yaitu pada tahun 2010
terdapat 200 klaster yang berkembang di Jawa Tengah. Pengembangan klaster di Jawa Tengah di
bagi menjadi tiga tipologi yaitu klaster pertanian, klaster industri dan klaster pariwisata.
Kabupaten Temanggung merupakan salah satu daerah baru yang juga mengembangkan klaster.
Pada tahun 2006 pengembangan klaster di Kabupaten Temanggung belum terlihat. Namun pada
tahun 2011 Kabupaten Temanggung sudah mulai terlihat sebagai daerah dengan pengembangan
klaster industri dan klaster agrikultur. Salah satu klaster agrikultur yang dikembangkan di
Kabupaten Temanggung adalah klaster kopi. Hal ini menjadi menarik karena Kabupaten
Temanggung merupakan penghasil kopi utama bagi Provinsi Jawa Tengah disusul Kabupaten
Wonosobo, Semarang dan Kabupaten Kendal.
Klaster kopi di Kabupaten Temanggung merupakan penghasil kopi jenis arabika dan
robusta, dengan harga jual kopi arabika lebih tinggi dari harga jual kopi robusta. Klaster kopi di
Kabupaten Temanggung mulai terbentuk sejak tahun 2010 melalui keputusan bupati Temanggung
No:500/280/tahun 2010. Sejak awal kemunculannya, klaster kopi ini menjadi salah satu perhatian
pemerintah Temanggung. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena komoditas kopi Temanggung
menjadi pemasok utama bagi Jawa Tengah. Karakteristik tanaman kopi yang dapat tumbuh pada
wilayah dengan suhu 20-24∘, menjadikan hampir seluruh wilayah di Kabupaten Teanggung
berpotensi untuk menjadi perkebunan kopi. Namun luas lahan yang ditanami kopi saat ini adalah
seluas 10.518,14 ha. Luas lahan tersebut digunakan untuk penanaman dua jenis kopi yaitu robusta
dan arabika. Luas lahan untuk kopi arabika adalah seluas 1404,29 ha dan luas lahan untuk kopi
robusta adalah seluas 9113,85 ha. Hasil produksi kopi robusta tentunya lebih besar dari kopi
arabika yaitu mencapai 4524 ton/tahun sedangkan kopi arabika sebanyak 201 ton/tahun.
Berdasarkan data tahun 2015, klaster kopi Kabupaten Temanggung sudah tersebar
hampir keseluruh desa, namun terdapat 4 klaster yang dominan yaitu klaster kopi yang berada di
Kecamatan Kledung, Candiroto, Kandangan, dan Wonoboyo. Hasil kopi dari klaster-klaster di
Kabupaten Temanggung menyumbang sebanyak 40% bagi Provinsi Jawa Tengah. Angka tersebut
merupakan yang terbesar di Jawa Tengah sehingga kopi dari Kabupaten Temanggung merupakan
pemasok utama bagi Jawa Tengah. Produk klaster kopi yang sudah berkembang di Kabupaten
Temanggung masih terbatas pada industri pengupasan dan kopi bubuk saja. Sementara
pengembangan hasil olahan kopi lainnya belum terlihat di Kabupaten Temanggung. Hal ini
memperlihatkan klaster kopi di Kabupaten Temanggung masih pada tahap penanaman dan
pengolahan pasca panen semata, sedangkan pengolahan kopi bubuk yang dilakukan oleh IKM
belum mampu menembus pasar ekspor. Melihat pola tanam komoditas kopi di Kabupaten
Temanggung adalah dengan sistem tumpang sari, dimana dalam satu lahan pertanian ditanami
tanaman kopi, tembakau dan sayuran. Hal ini banyak dijumpai di Kecamatan Kledung khususnya
Desa Tlahab. Pekan panen raya untuk tanaman kopi adalah pada kisaran bulan April hingga Juni.
Produk yang dihasilkan telah memiliki branding seperti Kopi Robusta, Arabika Sindoro Sumbing,
Arabika Special, Robusta Cipta Martani, Kopi Djinawi dan Aminah, serta Kopi Luwak.
Pada setiap klaster yang sudah berkembang di 4 kecmatan tersebut, memiliki jumlah unit
pengolahan dan petani yang cukup banyak. Klaster kopi Kledung memiliki 18 pengolah kopi
Devi Rahma Jayanti
21040115120066
MKP Pengembangan Lokal 2017

dengan jumlah petani sebanyak 2418 orang. Kemudian di klaster Wonoboyo terdapat 44 pengolah
kopi dengan 2025 petani, Klaster Candiroto terdapat 60 pengolah dengan 8397 petani kopi dan di
Klaster Kandangan tersapat 46 pengolah kopi dengan 5762 petani. Aksesibilitas yang dibutuhkan
oleh klaster kopi di Kabupaten Temanggung 70% sudah mencukupi dan keempat klaster utama
memiliki lokasi yang strategis.

Sumber: Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 4 2015


Gambar 1.1 PetaPersebaran Klaster Kopi Kabupaten Temanggung

2. Isu dan Permasalahan Klaster Kopi Temanggung


Perkembangan klaster kopi Temanggung masih berada di tahap awal, dimana kopi yang
merupakan komoditas lokal baru mulai di klasterkan pada tahun 2011. Sehingga dalam
perkembangannya klaster kopi Temanggung masih terus diupayakan untuk memiliki nilai
kompetitif bagi Kabupaten Temanggung.
 Salah satu upaya perkembangn klaster kopi dilihat dari kondisi kemitraan klaster kopi. Isu
kemitraan dari Klaster kopi Temanggung memiliki pandangan yang positif, dimana sudah
terbentuk kerjasama antar pengolah dan petani kopi yang mayoritas sudah formal. Selain
itu terdapat agenda rutin untuk memusyawarahkan terkait pengembangan komoditas kopi
yang dilakukan satu bulan sekali. Namun sayangnya, belum ada peraturan resmi yang
mengikat dan mengatur proses produksi yang menaungi semua klaster kopi di Kabupaten
Temanggung. Selin itu belum terdapat spesialisasi dalam klater kopi. Sehingga secara
keseluruhan setiap klaster kopi yang berkembang memiliki ciri khas proses produksi yang
sama dengan hasil yang cenderung sama. Sehingga dalam pemasaran hasil produksi klaster
memiliki pasaran yang berbeda-beda dan kurang optimal.
Dalam Pengembangannya klaster kopi sudah memiliki kemitraan dengan pemerintah dan
pihak swasta, dimana klaster kopi menjadi pemasok bagi beberapa perusahaan swasta di
Jawa Tengah. Namun mayoritas perusahaan swasta berada di luar Kabupaten
Devi Rahma Jayanti
21040115120066
MKP Pengembangan Lokal 2017

Temanggung, sehingga menmbulkan kebocoran dalam pengembangan lokal. Sedangkan


Kabupaten Temanggung belum memiliki perusahaan yang mampu menangkap dan
mengembangkan produk lokal kopi. Sehingga pengolahannya hanya sebatas hingga pasca
panen saja. Peran pemerintah dalam pengembangan klaster kopi adalah memberikan
wadah bagi krlompok tani kopi berupa APEKI (Asosiasi Petani Kopi Indonesia) cabang
Temanggung. Selain itu sudah terjalin kemitraan dengan swasta berupa investor bagi
sarana dan prasarana untuk pengolahaan perkebunan. Sedangkan peran kerjasama dari
perbankan belum terlalu dirasakan oleh petani kopi, melihat masih banyaknya petani kopi
yang terkendala permodalan dalam penanaman maupun pengolahan kopi.

Pemerintah

Swasta Petani dan Pengolah Perbankan


Kopi

Dunia Usaha

 Isu terkait inovasi dalam pengembangan klaster kopi di Kabupaten Temanggung adalah
masih sangat minim dan belum meratanya inovasi terhadap komoditas kopi.Ketersediaan
akan mesin pengolah sebagian besar sudah dimiliki oleh klaster Candiroto, dimana pada
IKM pengolahan yang besar sudah dilengkapi oleh mesin pencuci, mesin pengering dan
mesin sangrai yang sudah tidak menggunakan tenaga manusia. Kemudian dalam
prosesnyasetiap IKM pengolah kopi di keempat klaster belum ada spesialisasi. Sehingga
tidak terdapat hubungan komplementer antar IKM. Hal ini sebenarnya dibutuhkan, agar
dalam klaster terjadi kerjasama saling membutuhkan antar IKM yang akan mendukung
keberlanjutan dari klaster kopi di Kabupaten Temanggung. Rendahnya inovasi pada klaster
kopi juga dapat dilihat dari jangkauan pasar hasil olahan kopi, dimana hanya klaster
Kledung saja yang sudah menembus pasar ekspor internasional meski dengan teknologi
yang kurang dari Klaster Candiroto. Inovasi dalam pengolahan produk atau terbentuknya
multiplayer effect sama sekali belum ditangkap oleh Kabupaten Temanggung. Sehingga
kopi yang dihasilkan hanya sebatas bahan setengah jadi saja.
Selain itu, meskipun sudah terdapat kelompok formal dalam klaster kopi, namun belum
mampu menghailkan inovasi kolektif. Hal ini dipengaruhi juga dengan kualitas SDM lokal.
Mayoritas SDM yang terkait dengan pengolahan kopi dan penanaman kopi masih minim,
hal ini ditunjukan dengan kemahiran dalam penggunaan teknologi masih sangat rendah.
Sehingga ketersediaan teknologi dalam mendukung pengolahan kopi belum mampu
dimanfaatkan 100% oleh pelaku klaster.
Penanaman kopi juga menggunakan sistem tumpang sari. Dimana hal ini menjadi salah
satu inovasi dalam sistem penanaman kopi. Sistem tanam dengan tumpang sari memiliki
beberapa keunggulan dan dapat memberikan hasil yang optimal.
Devi Rahma Jayanti
21040115120066
MKP Pengembangan Lokal 2017

 Perkembangan IKM pada klaster kopi sudah cukup pesat. Melihat banyaknya IKM-IKM
pengolah hasil pertanian kopi khususnya di 4 kecamatan yang menjadi konsentrasi dari
klaster kopi Kabupaten Temanggung. Hal ini ditunjukkan dengan terdapat 18 IKM pengolah
kopi di klaster Kledung, 44 pengolah di klaster Wonoboyo, 60 pengolah di klaster
Candiroto, dan 46 pengolah di klaster Kandangan. Berikut merupakan peta persebaran IKM
di setiap klaster.

Sumber: Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 4 2015


Gambar 1.2 Peta Persebaran IKM Pengolah Kopi

Hasil dari IKM klaster kopi tersebut, berupa bubuk kopi yang sudah mengalami pengolahan.
Terdapat beberapa merk yang sudah cukup dikenal, seperti Kopi Sindoro Sumbing, Kopi
Aminah dll. Tenaga kerja dalam pengolahan klaster kopi berasal dari warga setempat di
sekitar IKM kopi tersebut. Dalam pengolahannya, sudah terdapat IKM yang menggunakan
teknologi yang cukup lengkap namun juga masih banyak IKM yang menggunakan tenaga
manual. Sehingga penyerapan tenaga kerja dalam IKM kopi yang masih manual cukup
tinggi. Namun sayangnya IKM yang tumbuh belum mampu menciptakan multiplayer effect
yang sangat berpeluang.

Petani Kopi Industri Pengepul Kopi


Pengupas Kopi

Eksportir Kopi Industri Kopi


Kelompok Industri Bubuk
Petani Kopi Pengolahan Kopi
Bubuk
Kelompok Tani Ekspor Konsumen

Jaringan Distribusi

Jaringan Sharing Informasi


Devi Rahma Jayanti
21040115120066
MKP Pengembangan Lokal 2017

Berdasarkan supply chain klaster kopi tersebut IKM kopi mendapatkan pasokan kopi dari
pertanian kopi yang berada di klaster tersebut. Industri pengolah kopi memasarkan
produknya langsung kepada konsumen. Namun untuk yang sudah menjadi bubuk kopi masih
memiliki cakupan pasar yang belum seluas biji kopi. Sehingga pendapatan nilai tambah dari
olahan kopi masih kecil. Pada IKM yang sudah berkembang masih sebatas mengolah biji kopi
menjadi kopi bubuk semata. Sedangkan branding terhadap produk hasil belum
dikembangkan. Sehingga bubuk kopi yang dihasilkan belum mampu menembus pasar ekspor
dan belum mampu bersaing dengan produk kopi dari daerah lain. Hal ini dikarenakan
pengusahaan kopi di Kabupaten Temanggung masih terfokus pada kegiatan penanaman
semata. Sedangkan untuk pengolahan pasca panen masih sekedar diadakan saja namun
belum memiliki kelembagaan yang baik. Klaster kopi Temanggung yang masih pada tahap
pemula, sudah mulai bergerak pada proses dimana antar industri pengolahan terdapat
persaingan. Secara informal juga sudah terjadi kerjasama antar IKM dalam satu klaster.

3. Strategi dalam Pengentasan Isu


Pada perkembangannya klaster kopi Kabupaten Temanggung memiliki beberapa isu yang
berkembang terkait dengan kemitraan, inovasi dan IKM. Baik potensi dan permasalahan yang
berkembang pada isu bagi klaster kopi yang masih berada pada tahap pemula ini memerlukan
strategi untuk mengoptimalkan klaster kopi sebagai komoditas lokal Kabupaten Temanggung
dan memiliki daya saing baik bagi Kabupaten Temanggung maupun bagi Provinsi Jawa Tengah.
Beberapa starategi untuk pengentasan isu adalah sebagai berikut:
a. Strategi dalam pengentasan kemitraan (Belum optimalnya kemitraan klaster kopi
Temanggung dengan stakeholder terkait)
Untuk pengentasan isu tersebut maka diperlukan beberapa startegi diantaranya :
 Menyusun kelembagaan yang jelas mengenai peran antar stakeholder. Hal ini
ditujukan untuk memperjelas kemitraan dari klaster kopi dengan stakeholder yang
terkait pada perkembangan klaster kopi.
 Menjalin kerjasama antara klaster dengan pemerintah, sehingga program
pengembangan klaster dapat menjadi salah satu perumusan dalam strategi
Kabupaten Temanggung dalam mengembangkan perekonomian lokal. Hal ini juga
diperlukan agar pemerintah secara serius mewadahi pelaku klaster kopi dengan
kelembagaan yang sudah dibentuk yaitu APEKI.
 Membentuk komunitas pada setiap klaster kopi yang ada di Kabupaten Temanggung
sebagai sub cabang dari asosiasi yang dibentuk oleh pemerintah sehingga mampu
mengoptimalkan peran dari masyarakat setempat.

b. Strategi dalam pengentasan dan pengoptimalan inovasi pengembangan klaster kopi


Kabupaten Temanggung.
Mengingat berkembangnya isu terkait inovasi pada klaster kopi di Kabupaten
Temanggung yang masih sangat minim karena tidak didukung dengan SDM yang
Devi Rahma Jayanti
21040115120066
MKP Pengembangan Lokal 2017

memadai. Sehingga memerlukan beberapa strategi dalam pengentasan, beberapa


strategi tersebut diantaranya adalah :
 Memberikan inovasi pada hasil penanaman kopi untuk diolah menjadi produk yang
lebih memiliki nilai jual tinggi. Hal ini seperti memberi wisata kopi dengan penyediaan
kedai kopi yang menyediakan kopi khas dari Temanggung
 Pengoptimalan pada penggunaan teknologi untuk menurunkan angka kecacatan pada
hasil produk kopi yang masih cukup tinggi jika dikerjakan dengan tenaga manusia.
Pada strategi ini dibarengi juga dengan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan
dan penyuluhan.
 Melakukan inovasi dalam membranding produk kopi bubuk yang mejadi ciri khas bagi
produk kopi Temanggung.
 Mengembangkan spesialisasi pada IKM pengolahan kopi sehingga dapat menciptakan
komplementer dalam klaster kopi. Dalam hal ini seperti spesialisasi industri hasil
olahan kopi seperti makanan dan minuman berbahan dasar kopi.
c. Strategi dalam mengatasi isu mengenai perkembangan IKM pada klaster kopi Kabupaten
Temanggung.
Beberapa strategi yang dapat dikembangkan adalah diantaranya:
 Mempersiapkan pengembangan bagi peluang adanya multiplayer effect terhadap
produk olahan dan hasil perkebunan kopi. Multiplayer effect dapat menjadi peluang
bagi penduduk setempat sebagai matapencaharian baru. Berdasarkan
berkembangnya klaster kopi dapat memunculkan multiplayer effect dari industri
terkait maupun industri pendukung seperti industri pupuk dll.
 Menciptakan standarisasi pada produk olahan kopi bubuk dan memberikan harga
pasar yang sama. Sehingga setiap klaster dapat berkembang dan bersaing secara
positif. Hal ini merupakan upaya pencegahan dari jatuhnya harga kopi lokal akibat
pasaran dan persaingan harga yang tidak baik yang justru akan mengakibatkan nilai
jual kopi menurun.
Devi Rahma Jayanti
21040115120066
MKP Pengembangan Lokal 2017

Daftar Pustaka

Candra, Tiara Kurnia. 2015. Transisi Industri Pada Klaster Kopi di Kabupaten Temanggung, dalam
www.download.portalgaruda.org. Diunduh pada 3 Desember 2017.

Pinasthika, Dayinta dan Jawoto Sih Setyono. 2015. Tipologi Klaster Kopi Di Kabupaten Temanggung,
dalam www.download.portalgaruda.org. Diunduh pada 30 November 2017.

Pratikno, Rahmat. 2012. Klaster Kopi Kabupaten Temanggung. dalam www.sidajateng.com. Diakses
pada 10 Desember 2017.

Tio, Lativa. 2014. Pengembangan Ekonomi Lokal Kabupaten Temanggung Melalui Klaster Kopi dan
Tembakau, dalam www.slideshare.com. Diakses pada 9 Desember 2017.

Anda mungkin juga menyukai