Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Arthritis pirai (gout) adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh
dunia. Arthitis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen suatu proses inflamasi yang
terjadi karena deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam
urat didalam cairan ekstraseluler. Asam urat adalah asam yang membentuk Kristal-kristal yang
merupakan hasil akhir dari metabolism purin (bentuk turunan nucleoprotein), yaitu salah satu
komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara ilmiah, purin terdapat
dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari
tanaman (sayur, buah kacang-kacangan) atau paru hewan (daging, jeroan, ikan sarden).1
Manifestasi klinik deposisi urat melipuri arthritis gout akut, akumulasi kristal pada
jaringan yang merusak tulang (tofi). Gangguan metabolisme yang mendasarkan gout adalah
hiperurisemia yang di definisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0
mg/ dl.1
Jadi asam urat merupakan hasil metabolism di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh
berlebih, kelebihan asam urat akan dibuang melalui urin. Setiap orang memiliki asam urat di
dalam tubuh, karena pada setiap metabolism normal dihasilkan asam urat. Sedangkan
pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Sebetulnya,
tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kehidupan setiap hari. Ini berarti bahwa
kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen. Jika mengkonsumsi makanan ini tanpa
perhitungan, jumlah purin dalam tubuh dapat melewati ambang batas normal. Hal inilah yang
dapat menyebabkan terjadinya penyakit gout.1
Pada tahun 1986 dilaporakan prevalensi gout di Amerika Serikat adalah 13,6/1000 pria
dan 6,4/1000 perempuan. Prevalensi gout bertambah dengan menigkatnya taraf hidup.
Prevalensi diantara pria African American lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pria
Caucasian.1
1
diantaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas
pereda nyeri. daro total penduduk. Indonesia belum banyak publikasi epidemiologi tentang
arthritis pirai (AP). Pada tahun 1935 seorang dokter berkebangsaan Belanda bernama Van Der
Horst telah melaporkan 15 pasien arthritis pirai dengan kecacatan (lumpuhkan anggota gerak)
dari suatu daerah di Jawa Tengah. Penelitian lain didapatkan bahwa pasien gout yang berobat,
rata-rata sudah mengidap penyakit selama lebih dari 5 tahun. Hal ini mungkin disebabkan
banyak pasien gout yang mengobati sendiri (self medication).1.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Arti/istilah Gout berasal dari kata gutta, berarti tetesan. Dahulu kala dianggap akibat
adanya tetesan jahat yang masuk ke dalam sendi. Namun seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menurut para ahli sekarang, kita tahu bahwa arthritis pirai
(gout) adalah jenis artropati kristal yang patogenesisnya sudah diketahui secara jelas dan dapat
diobati secara sempurna. Secara klinis, artritis pirai atau yang biasa kita kenal dengan penyakit
asam urat ini merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan arthritis akut
yang biasanya mono-artrikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar sendi,
parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran kemih. Kelainan ini dipengaruhi banyak
faktor antara lain gangguan kinetik asam urat misalnya hiperurikemia.1
2.2 ETIOLOGI
Asam urat merupakan zat sisa yang dibentuk oleh tubuh pada saat regenerasi sel. Beberapa
orang yang menderita gout membentuk lebih banyak asam urat dalam tubuhnya dan tubuh tidak
efektif dalam membuang asam urat melalui air seni, sehingga asam urat menumpuk dalam
darah. Genentik, jenis kelamin, dan nutrisi (Peminum alcohol, obesitas) memegang perananan
penting dalam pembentukan penyakit gout.
3
Oleh karena itu, penyebab gout adalah hiperurisemia umum. Asam urat, urin produk degradasi,
disintesis terutama dihati. Dua per tiga dari total asam saraf disekresi oleh ginjal, dan disekresi
ke dalam usus. Penyebab hiperurisemia dapat dibagi menjadi sebagai akibat dari gangguan atas
produksi dan gangguan akibat penurunan klirens saraf di ginjal. Sebagian besar kasus gout
(90%) berasal dari sekresi asam menurun. 5% berasal dari pasien mengalami over produksi
asam sebagai akibat dari defek enzim yang diturunkan (fosforibosiltransferase adenine
defisiensi hipoksantine-guanine atatu lebih kegiatan sintase 1-pirofosfat 5-phosphorybosyl).1,3
Penyebab terjadinya gout artritis dibagi 2,yaitu primer dan sekunder (Tom, 2010).
Faktor resiko terjadinya gout artritis sekunder antara lain berupa pola makan yang tidak
terkontrol dan mengandung purin, produksi asam urat berlebihan karena suatu penyakit
(polisitemia, anemia hemolitik, penyakit sumsum tulang) atau obat-obatan (alkohol,obat-obat
kanker, vitamin B12, diuretika, asam salisilat dosis rendah), kegemukan dan intoksikasi. Pada
pasien dikatakan sering memakan makanan yang banyakmengandung purin seperti kambing
dan kangkung, pasien mengatakan sering mengkonsumsi kopi dan juga jamu untuk mengurangi
keluhan.Pasien juga seorang perokok di masa remaja. BMI pasien dalam batas normal.16
2.3 KLASIFIKASI
1. Gout Primer
Gout primer dipengaruhi oleh faktor genetic. Terdapat produksi/sekresi asam urat yang
berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
2. Gout Sekunder
Gout sekunder dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :
a. Produksi asam urat yang berlebihan, misalnya pada :
1) Kelainan mieloproliferatif, (polisitemia, leukemia, myeoloma retikulasi)
2) Sindroma Lech-Nyhan) yaitu kelainan akibat defisiensi hipoxantin guanine
fosforibosil transferase yang terjadi pada anak-anak dan pada sebagian orang
dewasa.
3) Gangguan penyimpanan glikogen
4
Pada pengobatan anemia pernisiosa oleh karena maturasi sel megaloblastik
menstimulasi pengeluaran asam urat
b. Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada :
1) Kegagalan ginjal kronik
2) Pemakaian obat-obat salisilat, tiazid, beberapa macam diuretic dan
sulfonamide.
3) Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis laktik, hiperparatiroidisme dan pada
miksedema.
4) Obesitas
5) Intoksikasi (keracunan timbal)
6) Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik dimana
akan ditemukan mengandung benda-benda keton (hasil buangan metabolism
lemak) dengan kadar yang tinggi. Kadar benda-benda keton yang meninggi
akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
2.4 PATOFISIOLOGI
Onset serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat serum,
meninggi atau menurun. Pada keadaan asam urat stabil jarang mendapat serangan.1,2
Perkembangan dari serangan akut gout umumnya mengikuti serangkaian
peristiwa. Mula – mula terjadi hipersaturasi dari urat plasma dan cairan tubuh. Selanjutnya
diikuti oleh penimbunan di dalam dan sekeliling sendi – sendi. Serangan gout seringkali
terjadi sesudah trauma local atau ruptura tofi (timbunan asam urat), yang mengakibatkan
peningkatan cepat konsentrasi asam urat lokal. Tubuh mungkin tidak dapat mengatasi
peningkatan ini dengan baik, sehingga terjadi pengendapan asam urat di luar serum.
Kristalisasi dan penimbunan asam urat akan memicu serangan gout. Krital – kristal asam
urat memicu respon fagositik oleh leukosit, sehingga leukosit memakan Kristal – Kristal
asam urat dan memicu mekanisme respon peradangan lainnya. Respon peradangan ini
diperngaruhi oleh lokasi dan banyaknya timbunan Kristal asam urat. Reaksi peradangan
dapat meluas dan bertambah sendiri, akibat dari penambahan timbunan Kristal serum.1,2
5
`
2.5 DIAGNOSIS
6
asam urat darah. Pemeriksaan radiologis pada sendi yang terkena tidak menunjukan
suatu gambaran yang spesifik tetapi untuk menyingkirkan penyebab radang sendi
lainya.
Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis yang dijumpai dan hasil radiografis (
Soeroso, 2006 ).
7
lama serangan makin lama makin panjang dan jumlah sendi yang terserang makin
banyak.
4. Tahap 4 (Tahap Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah mengalami sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada
tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering meradang yang
disebut dengan Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk kapur yang
merupakan deposit dari Kristal Monosodium urat. Thopi ini akan mengakibatkan
kerusakan pada sendi tulang dan sekitarnya.
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat
menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski OA
masih tergolong dini ( secara radiologis ). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat
konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah satu arah gerakan saja ) ( Soeroso,
2006 ).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti
dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA
berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul
diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum tulang (
Felson, 2008).
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh, inervasi
neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang
sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).
8
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri
yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson,
2008).
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak
gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah
bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 ).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai
pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah
atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit,
krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu ( Soeroso, 2006 ).
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak
banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah (
Soeroso, 2006 ).
9
tanda – tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh.
Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
10
Gambar. Artritis gout tampak sclerosis dan penyempitan ruang terlihat di sendi
metatarsophalangeal pertama, serta pada sendi interphalangeal keempat.
Gambar 6. Artritis gout nampak erosi gout (panah) terlihat sepanjang margin
medial caput metatarso-phalangeal pertama pada pasien dengan gout.
11
Pada awal serangan gout yang nyeri, tidak terdapat perubahan perubahan pada
tulang. Kemudian akan terlihat suatu defek tulang yang berbatas tegas, bulat dan
seperti kista, terutama pada sendi metatarsophalangeal yang pertama.
Kadang0kadang bisa terlihat pembengkakan jaringan lunak akibat adanya thopi
Tampang penyempitan ruang sendi dan sklerosis khususnya di sendi pangkal ibu
jari kaki kiri. Defek yang besar kapaut os. Metatarsal ibu jari kaki disebabkan oleh
topus gout
12
a. Pemeriksaan dengan USG
13
b. Pemeriksaan dengan CT-Scan
a. Erosi di kaki depan pada pria 53 tahun dengan gout asimetris dan sedikit
lebih besar pada kaki kiri
b. Erosi di kaki belakang pada dan lebih besar pada kaki kiri17
14
Gambar 9. CT-Scan 3D volume-rendered dari kaki kanan pasien dengan gout
kronis, menunjukkan deposit tofi yang luas (divisualisasikan dengan warna
merah) – terutama pada sendi phalangeal pertama metatarsal, midfoot dan
tendon achilles. (a) tampak dari dorsal (b) tampak dari lateral.
15
c. Pemeriksaan dengan MRI3
16
Gambar MRI gout artritis, terdapat erosi tulang dan edema pada marrow bone.
1. Permeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Asam Urat darah
didapatakan kadar asam urat yang tinggi dalam darah. Hiperurisemia
jika kadar asam urat darah diatas 7 mg/dl. Kadar asam urat normal
dalam serum pria diatas 7mg% dan 6 mg% pada perempuan. Kadar
asam urat dalam urin juga tinggi 500 mg%/l per 24 jam. Sampai saat
ini, pemeriksaan kadar asam urat terbaik dilakukan dengan cara
enzimatik
b. Pemeriksaan kadar ureum darah dan kreatinin
didapatakan kadar urea darah normal 5 – 20 mg/dl. Kadar kreatinin
darah normal pria 0,6 - 1,3 mg/dl dan 0,5 - 1 mg/dl pada perempuan
c. Aspirasi cairan sendi
Merupakan gold standar untuk diagnose gout. Jarum diinsersikan ke
dalam sendi untuk mengambil sampel/jaringan. Pemeriksaan untuk
menemukan adanya Kristal MSU.
17
2.9 DIANOSIS BANDING
penimbunan Kristal
monosodium urat
monohidrat
Asimetris
Gejala Onset sewaktu-waktu Gejala cenderung pada pagi Gejala cenderung pada
menit.
Gambaran Radiologi Pada fase awal asimetris, Terdapat periosteal Terdapat osteofit
pembengkakan disekitar
disekitar sendi.
interoseus banyak
18
2.10 PENATALAKSANAAN
2.11 KOMPLIKASI
19
Gout yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan sendi yang parah dan gagal
ginjal. Arthritis septik dapat terjadi dalam sendi yg menyebabkan gout, dan
pengeringan tophi bisa menjadi sekunder terinfeksi.
Gout dapat merusak ginjal sehingga ekskresi asam urat akan bertambah buruk. Kristal-
kristal asam urat dapat terbentuk dalam intestinum medula, papila, dan piramid,
sehingga timbul proteinuria dan hipertensi ringan. Batu ginjal asam urat juga dapat
terbentuk sebagai akibat sekunder dari gout. Batu biasanya berukuran kecil, bulat dan
tidak terlihat pada pemeriksaan radiografi. 12,13
2.12 PROGNOSIS
Lebih dari 50% orang yang telah terkena serangan artritis gout akan mucul
kembali biasanya dalam waktu enam bulan sampai dua tahun. Bagi orang-orang
dengan penyakit yang lebih berat.3,4
Pasien yang telah menderita arthritis gout tidak akan sembuh sepenuhnya.
Pasien tersebut harus terus menjaga diet sepanjang hidup dan mengurangkan makanan
yang mengandungi purin seumur hidupnya. Ini untuk memastikan penyakitnya tidak
kambuh lagi. 12,13
20
DAFTAR PUSTAKA
21
11. Bicle, Ian, dkk. Gout. Online https://www.radiopedia.org/articles/gout. Online
2016 April 7
12. Hidayat R. Hiperurisemia dan gout. Medicinus 2009.
13. Richter, J.M. & K.J. Isselbacher: dalam Harrison (Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam) Jilid I. Jakarta : EGC. 1999.
14. Anggraini, Tiara, Anggraini, Dian Asta. Penatalaksanaan Arthritis Gout dan
Hipertensi pada Lansia 70 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran Kelurga.
http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/08/TIARA-ANGGRAINI-
1118011134.pdf Online 2016
15. Rahmah, Nur Fadhilatu, 2016. Drug Use Profile Of Gout and Hyperuricemic in
Patients In Anutapura Hospital, Palu https://wisuda.unud.ac.id/pdf/ Online
2016
16. Doyle, Anthony J, dkk. 2016. Gout on CT of the feet: A Symmetric
Arthropathy. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1754-
9485.12419/full
17. Patel, Padip R, 2011.Radiologi. Edisi Kedua
18. Palme, P.E.S, 1995, Manual of radiographc interpretation for general
practitioner. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Hal 122-123
19. Corr, Peter. Pattern Recognition in Diagnostic Imaging. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2007
20. Eastman, George W, dkk. 2009. Belajar dari Awal Radiologi Klinis. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012. Hak.158-159
21. Sutton, David, 2003. Textbook of Radiology and Imaging. Volume 2.
Nordanesh Medical, Publication. 2003. Hal.1230-1233
22