Anda di halaman 1dari 2

Oleh : Faisal Yusuf Ashari (PD 2010)

Salam Perjuangan!
Kepada saudara-saudariku yang menjadi penerus tonggak pimpinan LKMI. Saya ingin sekali meluapkan
segala sesuatu tentang hal-hal yang sepertinya tidak bisa saya sampaikan secara langsung mengenai Lembaga
Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI). Sebelumnya, saya ingin mengucapkan selamat kepada kader-kader yang
telah tuntas menyelesaikan tugasnya di komisariat dan sekarang naik untuk berproses lebih lanjut di LKMI. Ada
pertanyaan paling mendasar yang dulu pernah saya tanyakan kepada diri saya sendiri. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut merupakan pertanyaan yang paling mendasar dan terkadang tidak semua kader bisa menjawabnya. Yaitu,
apa itu LKMI? kenapa saya harus berjuang di LKMI? Dan bagaimana saya bisa berkontribusi untuk nusa bangsa
dan agama melalui LKMI?

Sebelumnya saya akan bicara sedikit tentang LKMI. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
merupakan lembaga otonom Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang bergerak di luar kampus. Lembaga ini
secara nasional kurang lebih telah berusia 53 tahun, itu terhitung sejak didirikan pada Kongres VII HMI, 14
September 1963 di Jakarta. Di samping LKMI, HMI Cabang Surabaya juga mempunyai beberapa Lembaga
Pengembangan Profesi (LPP) lainnya yang aktif, seperti, Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI),
Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI), dan Lembaga Pres Mahasiswa Islam (LAPMI) yang bersifat semi
otonom. Kesemua lembaga tersebut dibentuk sesuai dengan kebutuhan. LKMI sebagai badan khusus yang
dibentuk untuk menyalurkan minat, bakat dan kemampuan profesi anggota HMI di bidang kesehatan, maka
aktivitas lembaga ini diarahkan kepada pengembangan profesi kesehatan. Lembaga ini terdiri dari berbagai
macam profesi, seperti : Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat, dan Farmasi.

Saya akan beri sedikit ilustrasi. LKMI itu saya ibaratkan seperti rumah. Rumah tersebut saya gambarkan
sebuah rumah yang sudah megah, karena terdapat berbagai fasilitas yang cukup lengkap serta memiliki elemen-
elemen yang kuat sehingga rumah tersebut selalu kokoh meskipun sering diterpa hujan, angin, badai, serta terik
matahari. Namun, terkadang kita terlalu terlena dengan kemegahan tersebut. Rumah seharusnya selalu diurus dan
dirawat agar selalu tampak indah, bersih, dan nyaman bagi penghuninya. Dalam rumah tersebut memiliki hal-hal
(baca: aturan) yang seharusnya dipatuhi oleh penghuninya. Misalkan, ketika kita ingin masuk dan keluar rumah,
maka kita sebaiknya melalui pintu. Sebenarnya bisa saja kita masuk maupun keluar rumah melalui jendela,
bahkan bisa juga lewat genting rumah, namun apakah itu pantas? Karena hal tersebut tidak pantas maka kita
mengenal adanya hukuman (baca: sanksi organisasi). LKMI memiliki aturan-aturan baik itu bersifat formal
maupun informal. Aturan yang bersifat formal merupakan segala hal harus dipatuhi bersama, karena sudah
menjadi patokan (standar). Misalkan, keputusan hasil Musyawarah Lembaga LKMI, rapat koordinasi nasional,
rapat kerja, maupun rapat rutin. Sebagai penghuni yang baik, tentu saja secara sadar harus memahami fungsi dari
aturan-aturan tersebut. Sedangkan, aturan yang bersifat informal atau biasa disebut dengan etika ini mengajarkan
kepada kita bahwa dalam berorganisasi tentunya memiliki etika-etika yang disepakati secara langsung maupun
tidak, karena etika ini berkaitan dengan kultur organisasi tersebut. Sayangilah rumah kita, jangan menjadi
penghuni yang pulang ke rumah saat ada perlunya saja. Setelah tidak ada perlu dan kepentingannya, kita tidak
akan pulang. Ataupun menjadi penghuni yang pindah rumah baru karena merasa rumah yang baru tersebut lebih
baik dari rumah kita sendiri. Bersama penghuni yang lain, secara kompak mari kita rawat dan buat rumah ini
semakin nyaman sehingga rumah kita dapat menjadi referensi rumah idaman bagi orang lain.

Sepertinya terlalu dini jika kita langsung menginginkan hasil dalam menjadi kader LKMI tanpa melalui
adanya proses. Namun, tenang saja, Allah telah berjanji kepada kita bahwa “Maka barangsiapa mengerjakan
kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya” (QS. Az Zalzalah: 7). Selayaknya seorang petani,
bersusah-susah dulu dan pada akhirnya dapat memanen hasilnya. Begitu juga dengan LKMI, saya masih sangat
yakin bahwa LKMI ini adalah laboratorium terbaik bagi saya dan adek2 sekalian untuk berproses menjadi
pemimpin yang dapat menjawab semua tantangan ke depannya. Singkirkan sejenak pikiran negatif mengenai
LKMI, mungkin kita pernah tersakiti, kecewa, atau merasa tidak ada untungnya dalam berorganisasi di LKMI.
Lebih baik menjadi seperti mahasiswa yang lainnya saja cukup dapet IPK tinggi dan lulus cepat tanpa harus
susah-susah berorganisasi. Pahamilah kawan semuanya tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Perjuangan kalian dan
jerih payah kalian itu akan menjadikan pribadi yang berkharakter nantinya. Bangunlah LKMI, dan perbaiki LKMI
dengan penuh kekompakan antarpimpinan.

Ada 3 pesan yang saya kutip dari beberapa senior saya yang akan saya selalu ingat. Pertama “Rencana
yang Baik adalah Rencana yang Dilaksanakan”, Kedua “Di saat kita telah menetapkan strategisnya maka
semuanya akan menjadi taktis” dan yang Ketiga “Tidak ada yang namanya ujuk2 semuanya terjadi melalui proses
dan bukan karena kebetulan”

Semoga di kepengurusan selanjutnya, senantiasa mampu menciptakan iklim yang saling memahami,
menasihati, menggerakan, serta menginspirasi satu sama lain. Kepemimpinan kolektif-kolegial dengan satu visi
dan misi organisasi. Harapannya semoga ke depannya kita semua mampu menjadi pemimpin di segala bidang
yang mampu menjaga dan meningkatkan kualitas dari organisasi sehingga pada nantinya HMI akan dapat
menjadi uswatun hasanah.

Bahagia HMI!

YAKUSA!

Fastabiqul Khairat!!

Anda mungkin juga menyukai