Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga kami diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai tugas kuliah dan usaha
kami dalam meningkatkan wawasan tentang asuhan keperawatan hipertiroidisme
dan hipotiroidisme.
Kami sadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Walaupun kami telah berusaha dengan maksimal. Makalah kami
masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam
penyusunannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan.
Kelompok 16
1
Daftar Isi
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan
bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Sedangkan
hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu sendiri.
Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan hipertiroidisme dan
yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme. Tiroid sendiri diatur oleh
kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari
diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan
balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain
yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi hipertiroid dan hipotiroid?
3
5. Apa Patofisiologi hipertiroid dan hipotiroid?
C. Tujuan
1. Agar kita mampu mengetahui seluk beluk dari penyakit hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertiroidisme
1. Definisi Hipertiroidisme
2. Etiologi
3. Klasifikasi
1. Penyakit Graves
5
merupakan suatu penyakit otoimun yang biasanya ditandai oleh produksi
otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid.
Otoantibodi IgG ini yang disebut immunoglobulin perangsang tiroid
(Thyroid-Stimulating Immunoglobulin), meningkatkan pembenukan
HT.Badan pesakit yang mengalami hipertiroidisme selalu akan
mengeluarkan antibody, yang kemudian akan merangsang kelenjar tiroid
untuk menjadi aktif. Penyebab penyakit Grave’s tidak diketahui, namun
tampaknya terdapat predisposisi genetic terhadap penyakit otoimun.
Penyakit Graves biasanya terjadi pada usia sekitar 30-40 tahun dan lebih
sering ditemukan pada wanita daripada pria.
4. Anatomi Patologi
Kelenjar tiroid adalah salah satu kelenjar getah bening yang terletak di
daerah leher, berdekatan dengan nervus laryngeus rekurrens dan kelenjar
paratiroid. Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dan terberat dibandingkan
kelenjar lainnya.Terdiri dari dua bagian dengan berat kira-kira 20-30 gram.
Kelenjar tiroid ini kaya pembuluh darah dan terdapat sistem limfatik yang berada
di dalam kelenjar. Terdapat kedua susunan saraf otonom, akan tetapi saraf
simpatik lebih berperan. Sel yang mendominasi kelenjar ini adalah sel folikel.
Hormon yang diproduksi adalah tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Produksi
hormon ini tergantung pada stimulasi dari tirotropin stimulating hormon (TSH)
yang berasal dari hipofisis, di samping hormon ini kelenjar tiroid masih
memproduksi tiroglobulin. Sifat hormon T3 dan T4 adalah
meningkatkan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
6
Fungsi utamanya adalah sebagai pemicu kelenjar-kelenjar lain agar berfungsi
dengan baik, khususnya kelenjar yang berhubungan dengan pencernaan dn
pertumbuhan. Gangguan yang timbul akibat kelenjar tiroid menjadi hiperaktif
disebut thyrotoxocosis atau hiperaktif. Menurut para ahli, penyakit ini merupakan
salah satu penyakit gangguan kelenjar getah bening yang paling banyak
ditemukan. Penderitanya yang paling banyak adalah wanita berusia 20-40 tahun.
Pada pemeriksaan laboratorium akan didapati peningkatan kadar hormone tiroid
dalam darah.
5. Patofisiologi
Goiter nodular toksik paling sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai
komplikasi goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini hipertiroidisme timbul
secara lambat dan manifestasi klinisnya lebih ringan daripada penyakit Graves.
Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap
7
terapi digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan BB,
lemah, dan pengecilan otot. Penderita goiter nodular toksik memperlihatkan
tanda-tanda mata melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang
akibat aktivitas simpatis yang berlebihan.
Penderita hipertiroidisme berat dapat mengalami krisis atau badai tiroid yang
bias membahayakan kehidupan. Apabila terdapat manifestasi klinis
hipertiroidisme, maka tes laboratorium akan menunjukkan pengambilan resin
triyodotironin/T3 dan tiroksin serum yang tinggi, serta kadar TSH serum rendah.
Selain itu TSH tidak dapat memberikan respon terhadap rangsangan oleh TRH,
suatu tiroid releasing hormone dari hipotalamus.
8
6. Pathway hipertiroid
9
7. Manifestasi Klinis
Berdebar-debar
Hipertensi sistolik
Tekanan nadi meningkat
Kadang-kadang disertai sesak nafas
2. gangguan gastrointestinal
Emosi labil
Rasa gelisah
Susah tidur
Hiperkinetik (banyak bergerak)
Lumpuh kaki, terutama di kalangan laki-laki.
Penglihatan terjejas karena saraf mata tertekan
Menggeletar jari tangan
Mata melotot/bola mata menonjol terjadi akibat pembengkakan
otot dan jaringan lemak di sekitar mata.
4. Kelainan kulit
10
Kelainan pada jari tangan dan kulit pada depan betis
7. Komplikasi
8. Fokus Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
2. Sirkulasi
11
Tanda : Disritmia ( vibrilasi atrium ), irama gallop, murmur ;
Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia ;
Sirkulasi kolaps, syok ( krisis tirotoksikosis )
3. Eliminasi
4. Integritas Ego
5. Makanan / Cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri / Kenyamanan
8. Pernapasan
12
9. Keamanan
10. Seksualitas
9. Penatalaksanaan
13
o Beristirahat
Untuk kasus-kasus yang ringan, cukup berobat jalan dengan observasi yang baik.
Sedangkan untuk kasus-kasus yang berat, diperlukan istirahat total, lebih-lebih
bila pasien direncanakan akan dioperasi.
o Makanan
Pengaturan makanannya yaitu tinggi kalori, tinggi vitamin dan mineral serta
cukup protein.
o Obat-obatan
14
4. Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid
5. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
o Tindakan operasi
15
B. Hipotiroidisme
1. Definisi Hipotiroidisme
2. Etiologi
1. Hipotiroid Primer
2. Hipotiroid Sekunder
16
3. Hipotiroid Tertier/ Pusat
3. Anatomi patologi
17
4. Patofisiologi
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien
dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan
eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan
asam folat (Lukman and Sorrensons, 1993: 1810; Rumaharbo, H, 1999:
18
5. PATHWAY HIPOTIROID
19
6. Manifestasi Klinis
b. Muskuloskeletal
c. Neurologik
d. Kardiorespiratorik
20
Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T
mendatar/inversi
Penyakit jantung iskemic
Hipotensilasi
Efusi pleural
Dispnea
e. Gastrointestinal
f. Renalis
g. Hematologi
h. Sistem endokrin
21
Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri,
perilaku maniak
Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti
bula (moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal,
sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin menurun, lemah, ekspresi wajah
kosong dan lemah.
7. Komplikasi
1. Penyakit Hashimoto
2. Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel
tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap
semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai
kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
22
3. Karsinoma Tiroid
8. Pemeriksaan Laboratorium
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
b. Data Subjektif
Neurologi : Ansomia, diplopia, sakit kepala, kelemahan otot,
sangat lemah . Kardiovasculer : Palpitasi dan banyak keringat.
c. Data Objektif
Neurologi : Aritable, tremo, emosi labil, kelemahan otot atropi, refkles
tendon dalam dan cepat bingung atau disorientasi, apatis, stuporl
delirium dan koma.
24
Metabolik : Banyak keringat, kelenjar tiroid membesar, bruit
arteri kalenjar tiroid.
d. Data Laboratorium
Peningkatan T3 dan T4, TSH menurun.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan peningkatan
stimulasi sistim sarat simpatetik oleh kadar hormon tiroid yang
tinggi.
Hasil yang diharapkan :
Intervensi :
25
Orentasikan pasien terhadap lingkungan waktu dan orang ( Jam,
kalender, gambar keluarga ).
2. Aktifitas intoleransi berhubungan dengan kurang suplai O2 akibat
meningkatnya metabolisme.
Hasil Yang diharapkan :
Intervensi :
Intervensi :
Kaji pola tidur dan aktifitas masa lalu dan saat ini
Tanyakan bantuan yang dibutuhkan untuk pengantara tidur ( air
hangat, gosok punggung dengar musik dll ).
Diskusikan bantuan / pengantar tidur yang lain misalnya tekni
relaksasi.
Bantu pasien untuk menetapkan pola aktifitas fisik yang teratur,
kurangi aktifitas yang merangsang sebelum tidur.
26
Usahakan lingkungan yang mendukung untuk tidur, kurangi cahaya
lampu, tutup pintu ruangan, pelihara ketenangan dan jaga privasi.
Hindari gangguan selama tidur
Bila mungkin rencanakan pengobatan dan pemberian obat obat pada
siang dan sore hari.
Kaji aktifitas tidur .
27
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPOTIROIDISME
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukan pengkajian seperti :
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga seperti sejak kapan klien menderita
penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama.
a. Pola makan.
c. Pola aktivitas.
4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh yaitu:
a. Sistem pulmonary.
b. Sistem pencernaan.
c. Sistem kardiovaslkuler.
d. Sistem muskuloskeletal.
f. Sistem reproduksi.
g. Metabolik.
28
5. Pemeriksaan fisik yang mencakup :
c. Perbesaran jantung.
2. Diagnosa Keperawatan
29
6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
7. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi
penggantian tiroid seumur hidup.
3. Intervensi Keperawatan
yang normal.
Intervensi :
30
2. Miksedema dan koma miksedema.
Intervensi :
e. Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu.
31
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.
Intervensi :
Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar feses tidak
keras.
32
4. Perubahan suhu tubuh.
Intervensi :
b. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya bantal
pemanas, selimut listrik atau penghangat).
c. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar
suhu normal pasien.
Intervensi :
33
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk
mendapatkan istirahat yang adekuat.
Intervensi :
34
Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien
terhadap stress.
Intervensi :
35
d. Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang
berlebihan dan kurang.
4. Implementasi
5. Evaluasi
36
Daftar Pustaka
37