Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri


ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah
merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah.
Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung.
Tekanan darah pada arteri besar bervariasi menurut denyutan jantung.
Tekanan ini paling tinggi ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling
rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik) (Depkes, 2012).
Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang,
sering disebut juga sebagai the silent killer (pembunuh diam-diam) karena
penderita tidak mengetahui kalau dirinya mengidap hipertensi. Hipertensi
juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat
menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial, dan ekonomi
(Depkes, 2012).
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga terjadi melalui
aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan
darah menjadi tetap tinggi (Yundini, 2011).
Hipertensi berbahaya kerana akan membebani jantung dan ini
menyebabkan arteriosklerosis (pengerasan dinding arteri). Ini meningkatkan
risiko mendapat penyakit jantung dan strok. Hipertensi yang tidak dirawat
juga akan membawa kepada penyakit kronik degeneratif seperti retinopati,
strok, paru-paru berair, penebalan dinding jantung dan penyakit berkaitan
jantung, pengerasan dinding arteri terutama di jantung, buah pinggang dan
otak serta kematian (Arif,2007).
Salah satu faktor yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi
adalah stres. Stres dan aktivasinya pada sistem saraf simpatis, salah satu

1
2

bagian dari sistem saraf otonom (tidak disadari), yang mendominasi saat
stres, memegang peran penting dalam menciptakan tekanan darah tinggi.
Telah menjadi semakin jelas bahwa perubahan gaya hidup bisa menurunkan
kadar kotekolamin, bahan kimia yang berpotensi negatif yang meningkat saat
stres. Kecemasan dan stres emosional meningkatkan tekanan darah pada
banyak orang, namun tidak semua orang, dan walaupun ketegangan tidak
selalu identik dengan hipertensi. Penelitian berulang-ulang menunjukkan
bahwa kecemasan adalah salah satu emosi yang menyebabkan melonjaknya
tekanan darah. (Yundini, 2011). Menurut Alimul (2009), stres dipicu oleh
adanya ketidakcukupan beberapa kebutuhan seperti kebutuhan biologis,
sosial, psikologis, lingkungan, spiritual, ekonomi dan keadaan keluarga.
Banyak penelitian telah diketahui hubungan antara stres dan
hipertensi. Seperti misalnya pada mahasiswa yang mengalami stres
kecemasan menjelang ujian dapat mengalami peningkatan tekanan darah
secara mendadak. Tidak heran pula bila kita pernah mendengar seseorang
mengalami serangan jantung maupun stroke pada saat orang tersebut tidak
dapat mengontrol emosi negatif, seperti amarah (Braverman E. R, 2009).
Hasil penelitian Sugiharto (2011) menyimpulkan adanya hubungan antara
stres dengan kejadian hipertensi yaitu orang yang stres kejiwaan mengalami
hipertensi. Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi
negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan
individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik, seperti
misalnya hipertensi.
Data yang diperoleh dari kinerja Puskesmas Dlanggu memberikan
informasi bahwa prevalensi hipertensi di Desa Punggul mencapai 40% pada
wanita berusia di atas 18 tahun (Kinerja Puskesmas Dlanggu, 2016). Berlatar
belakang uraian di atas dan informasi ini maka perlu diadakan suatu
penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian
hipertensi pada perempuan ≥18 tahun di desa Punggul.
3

B. Rumusan Masalafh
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
yang diangkat adalah “ adakah hubungan tingkat stres dengan kejadian
hipertensi pada perempuan ≥18 tahun di desa Punggul Kecamatan Dlanggu
Kabupaten Mojokerto Tahun 2017.”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi
pada perempuan ≥18 tahun di desa Punggul Kecamatan Dlanggu
Kabupaten Mojokerto tahun 2017

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat stres pada perempuan ≥18 tahun di desa Punggul
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto tahun 2017.
b. Mengetahui deskripsi hipertensi pada perempuan ≥18 tahun di desa
Punggul Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto tahun 2017
c. Mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada
Perempuan ≥18 tahun di desa Punggul Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto tahun 2017

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di praktek
dan pekerjaan.
2. Bagi institusi kesehatan dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai bahan
referensi untuk penyuluhan dan pembinaan pada masyarakat.
3. Bagi masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang stres dan
hipertensi.
4. Bagi pengembangan ilmu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan
referensi untuk perkembangan penelitian selanjutnya.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi hipertensi

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu


gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap
(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai
dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya
(Lanny Sustrani , 2010).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri yang dihasilkan dari
dua faktor utama yaitu jantung yang memompa dengan kuat dan arteriol
yang sempit sehingga darah mengalir menggunakan tekanan untuk
melawan dinding pembuluh darah. Kedua faktor tersebut dapat berdiri
sendiri atau merupakan gabungan keduanya (Simon, 2002). Hipertensi
merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ≥140
mmHg (tekanan sistolik) dan atau ≥90 mmHg (tekanan diastolik) (JNC
VII, 2003). Penyakit ini sering disebut pembunuh diamdiam karena sering
tidak menunjukkan gejala tetapi tiba-tiba menimbulkan stroke atau
serangan jantung (Depkes , 2012).
Hipertensi adalah penyakit multifaktorial yakni penyakit yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ciri-ciri individu seperti umur,
jenis kelamin dan suku, faktor genetik serta faktor lingkungan yang
meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok, konsumsi alkohol, dan
sebagainya (Kaplan , 2010).
Beberapa faktor yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi secara bersama-sama sesuai

4
5

dengan teori mozaik pada hipertensi esensial. Teori tersebut menjelaskan


bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor yang saling
mempengaruhi, dimana faktor utama yang berperan dalam patofisiologi
adalah faktor genetik dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu
asupan garam, stres, dan obesitas (Susalit dkk ,2011).

2. Jenis hipertensi
Menurut Hariwijaya (2011) Hipertensi dapat dikelompokkan
menjadi 2 jenis yaitu :

a. Hipertensi primer atau esensial


Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum di ketahui
penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan
sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, stres
psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, kegemukan dan heriditas
(keturunan). Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah
untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah
kembali normal. Sekitar 90% pasien hipertensi termasuk dalam
kategori ini.

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya telah di ketahui
umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan
dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian
kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang
merupakan faktor pengatur tekanan darah. Dapat di sebabkan oleh
penyakit endokrin, penyakit jantung. Penyebab hipertensi lainnya
yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal
yang menghasilkan hormon ephinefrine (adrenalin) atau
norephinefrin (noradrenalin).
6

3. Klasifikasi hipertensi

Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada


Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia
pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi
hipertensi sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data
penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang. Karena
itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan
klasifikasi WHO dan JNC 7 (Joint National Committee 7) sebagai
klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia (WHO, 2011).
Tabel. II.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Tanda dan Gejala


Jika hipertensi karena faktor genetik tidak dikendalikan dengan
baik, maka dapat menyebabkan kelainan pada jantung, otak, ginjal,
dan pembuluh darah tubuh berupa aterosklerosis kapiler. Karena ada
hubungan antara hipertensi, penyakit jantung koroner, dengan gagal
ginjal khususnya gagal ginjal kronis. Munculnya hipertensi, tidak
hanya di sebabkan oleh tingginya tekanan darah. Akan tetapi, ternyata
juga karena adanya faktor risiko lain seperti komplikasi penyakit dan
kelainan pada organ target, yaitu jantung, otak, ginjal, dan pembuluh
darah. Hipertensi memang jarang muncul sendiri, lebih sering muncul
dengan faktor lain. Bila satu atau lebih faktor resiko tersebut ada pada
penderita hipertensi tentu akan meningkat resiko akibat hipertensi.
Adapun gejala hipertensi yang mungkin di alami antar lain
(Hariwijaya, 2011):
1) Sering pusing kepala nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah intrakranium
7

2) Gampang marah

3) Sulit tidur dan sering gelisah

4) Sesak nafas

5) Leher belakang sering kaku

6) Gangguan penglihatan yang kabur akibat kerusakan retina karena


hipertensi

Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala,


terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain
adalah epistaksis, marah, telinga berdengung (Depkes,2012).

4. Patofisiologi
Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki
peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem
sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiacoutput/CO)
dan dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-
masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari
berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan
abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan
peningkatan curah jantung dan atau ketahanan periferal (Anggraini,
2011).
8

5. Faktor risiko
Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko hipertensi
adalah:
a. Umur : Tekanan darah meningkat Dengan bertambahnya umur, risiko
terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada
segalausia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun
atau lebih (Gunawan, 2001).
b. Ras : Kulit hitam > kulit putih.
c. Urban: Daerah perkotaan > pedesaan.
d. Geografis : Pantai > pegunungan
e. Jenis Kelamin : Pada usia dini tidak terdapat perbedaan tekanan darah
pada pria dan wanita. Akan tetapi mulai dari usia >35 tahun pria
cenderung menunjukkan tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan
wanita (Padmawinata , 2001)
f. Kegemukan : Gemuk > kurus
g. Stres : Type A > B
h. Makanan : Tinggi garam, tinggi lemak,
i. Minuman : Alkohol (Meninggi bila minum > 3x/hr)
j. Kopi : Belum terbukti
k. Rokok
l. Diabetus mellitus
m. Pil KB : Risiko meninggi dengan lamanya pemakaian (± 12 tahun
berturut-turut) (Dinkes, 2012).

B. Stres

1. Definisi stres
Stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap
tuntutan beban yang merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku
dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik
tekanan internal dan eksternal (stresor). Stresor dapat mempengaruhi
9

semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental,


perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain
dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus
menstruasi (Banjari, 2009)
Stres dapat dibagi dua yaitu stres baik/positif/Eustres dan stres
buruk/negatif/distres. Stres baik disebut sebagai stres positif merupakan
situasi atau kondisi apapun yang dapat memotivasi atau memberikan
inspirasi, misalnya: promosi jabatan. Sedangkan stres buruk/negatif/distres
adalah stres yang membuat marah, tegang, bingung, cemas, merasa
bersalah, atau kewalahan. Distres dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu
stres akut dan stres kronik (Banjari, 2009).
Stres akut muncul cuku kuat, tetapi menghilang dengan cepat, seperti
stres mencari lahan parkir di tempat kerja, terburu-buru mencari nomor
telepon, dan terlambat datang ke rapat. Sedangkan stres kronik munculnya
tidak terlalu kuat, tetapi dapat bertahan sampai berhari-hari sampai
berbulan-bulan, contoh stres kronik antara lain masalah keuangan dan
kejenuhan kerja. Stres kronik yang berulang kali dapat mempengaruhi
kesehatan dan produktivitas seseorang (Widyawati, 1999).
Stres adalah apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang
berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang di bebankan
itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas
tersebut, sehingga orang tersebut dapat megalami stres. Stres adalah
tanggapan tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan atasnya.
Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini yang
dinamakan distres. Tubuh akan berusaha menyelaraskan rangsangan atau
manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-pengaruh
pengalaman stres. Manusia mempunyai suplai yang baik dari energi
penyesuaian diri untuk dipakai dan di isi kembali bilamana perlu (Yosep,
2011).
Stres juga sangat erat hubungannya dengan hipertensi. Stres
merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensidi mana hubungan
antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
10

peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak


menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi (Suhadak, 2010).

2. Stresor (sumber stres)


Stresor merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan
yang menimbulkan stres. Stresor mewakili kebutuhan yang tidak
terpenuhi, bisa berupa kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial,
lingkungan,spiritual dan sebagainya. Stress reaction acute (reaksi stres
akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu
tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan
atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau
hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang
memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya
(Hidayat, 2009).
Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan diluar tubuh,
sumber stres dapat berupa biologik (fisiologik), kimia, psikologik, social
dan spiritual, terjadinya stres karena stresor tersebut dirasakan dan
dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan
kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan
kesehatan fisik dan psikologis (Rasmun, 2010).

3. Tingkat stres
1. Stres normal
Stres normal yang merupakan bagian alamiah dari kehidupan.
Misalnya merasakan detak jantung yang lebih keras setelah beraktivitas,
kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian (Crowford
& Henry, 2003).
2. Stres ringan
Stresor yang dihadapi yang bisa berlangsung beberapa menit atau
jam. Contohnya adalah dimarahi dosen, kemacetan. Stresor ini dapat
menimbulkan gejala, antara lain kesulitan bernafas, bibir kering, lemas,
11

keringat berlebihan ketika temperatur tidak panas, takut tanpa ada


alasan yang jelas, merasa lega jika situasi berakhir (Psychology
Foundation of Australia, 2010).
3. Stres sedang
Stres yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.
Misalnya perselisihan yang tidak dapat diselesaikan dengan seseorang.
Stresor ini dapat menimbulkan gejala yaitu, mudah merasa letih, mudah
marah, sulit untuk beristirahat, mudah tersinggung, gelisah (Psychology
Foundation of Australia, 2010).
4. Stres berat
Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu, seperti
perselisihan dengan dosen atau teman secara terus menerus, penyakit
fisik jangka panjang dan kesulitan finansial. Stresor ini dapat
menimbulkan gejala yaitu, merasa tidak kuat lagi untuk melakukan
kegiatan, mudah putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa
tidak dihargai, merasa tidak ada hal yang bisa diharapkan di masa
depan (Psychology Foundation of Australia, 2010).
5. Stres sangat berat
Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam
kurun waktu yang tidak dapat ditentukan. Biasanya seseorang untuk
hidup cenderung pasrah dan tidak memiliki 12 motivasi untuk hidup.
Seseorang dalam tingkatan stres ini biasanya teridentifikasi mengalami
depresi berat kedepannya (Psychology Foundation of Australia, 2010).

4. Cara mengukur tingkat stres


Tingkatan stres ini di ukur dengan menggunakan Depression Anxiety
Stres Scale 42 (DASS 42). Psychometric Properties of The Depression
Anxiety Stres Scale 42 (DASS) yang terdiri dari 42 item. DASS adalah
seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk mengukur status
emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk
tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status
emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman,
pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional,
12

secara signifikan biasanya di gambarkan sebagai stres. DASS dapat di


gunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian.

Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang,


berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety
Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item. tingkatan stres yaitu (Hidayat,
2009):

a. Stres normal dengan skor 0- 14


b. Stres ringan dengan skor 15- 18
c. Stres sedang dengan skor 19- 25
d. Stres berat dengan skor 26- 33
e. Stres sangat berat ≥ 34

5. Faktor- faktor yang dapat menimbulkan stres


Wartonah dan Tarwoto, (2010) stres dipicu oleh beberapa faktor
seperti:
a. Lingkungan yang asing.
b. Kehilangan kemandirian sehingga dapat mengalami ketergantungan dan
memerlukan bantuan orang lain.
c. Berpisah dengan keluaga dan pasangan.
d. Masalah biaya.
e. Kurang informasi.
f. Ancaman masalah penyakit yang parah.

6. Bahaya stresbagi kesehatan


Stres normal sebenarnya merupakan reaksi alamiah yang berguna,
karena stres akan mendorong kemampuan seseorang untuk mengatasi
kesulitan atau problem kehidupan. Tetapi, dalam kehidupan dunia modern
ini, banyaknya persaingan, tuntutan, dan tantangan yang menumpuk,
menjadi tekanan dan beban stres (ketegangan) bagi semua orang.
Jika tekananstres terlampau besar hingga melampaui daya tahan
individu, maka akan timbul gejala-gejala seperti sakit kepala, mudah marah,
tidak bisa tidur; gejala-gejala itu merupakan reaksi non-spesifik pertahanan
13

diri,dan ketegangan jiwa itu akan merangsang kelenjar anak ginjal (corfex)
untuk melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, sehinnga tekanan darah menjadi naik dan aliran darah
ke otak, paru-paru, dan otot perifer, meningkat. Jika stres berlangsung
cukup lama, tubuh akan berusaha mengadaknan penyesuaian sehingga
timbul perubahan patologis (Anggota IKAPI, 2012).

7. Gejala stres
Menurut Amelia (2011), ada beberapa gejala stres, antara lain sebagai
berikut :
a. Hilang minat terhadap kegiatan yang disenangi.
b. Hilang selera makan, yang berujung pada penurunan berat badan.
c. Terlihat lelah, atau kekurangan energi.
d. Memiliki perasaan tidak berharga dan tidak memiliki harapan.
e. Rasa bersalah yang tidak pada tempatnya.
f. Tidak mampu berkonsentrasi dan berpikir jernih.
g. Melankolik (rasa sedih berlebihan), rasa tidak berdaya di pagi hari dan
bergerak lebih lamban.
h. Pusing atau sakit perut.
i. Mempunyai keinginan atau harapan untuk mati, bahkan bunuh diri.

8. Hubungan stres dengan kejadian tingkat hipertensi


Perubahan fungsional tekanan darah pada beberapa tempat dapat
disebabkan oleh stres akut, bila berulang secara intermiten beberapa kali,
dapat menyebabkan suatu adaptasi struktural hipertropi kardiovaskuler. Bila
stres berkepanjangan akan mempengaruhi tekanan darah pada penderita
hipertensi. Stres akan mempengaruhi peningkatan tekanan darah, jika
penderita hipertensi mengalami stres, cenderung akan tetap tekanan
darahnya bahkan bisa bertambah tinggi atau menjadi berat tingkat
hipertensinya. Bila ini terjadi pada tingkat vaskuler akan ada peningkatan
tahanan (resistensi), yang disebabkan peningkatan rasio dinding pembuluh
dengan lumennya. Hal ini kemudian mempertinggi pengaruh homodinamik
tekanan (Hariwijaya, 2011).
14

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

FAKTOR LINGKUNGAN

TINGKAT KECUKUPAN
KEBUTUHAN:
1. Biologis
2. Sosial
3. Psikologis
4. Spiritual
5. Ekonomi
6. Keluarga

STRES

KETURUNAN HIPERTENSI PERILAKU

Gaya hidup
Olah raga

KEADAAN KESEHATAN

Penyakit jantung
Keseimbangan hormon
Diteliti Kontrasepsi oral
obesitas
Tidak diteliti

Gambar III.1 Kerangka Konsep Hubungan antara Tingkat Stres dengan Kejadian
teliti
Hipertensi pada Perempuan ≥ 18 Tahun di Desa Punggul Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto, 2017.

14
15

Ada 4 faktor yang memicu terjadinya stres yaitu faktor keturunan,


faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor lingkungan.
Dalam kesempatan ini peneliti akan menguji adanya hubungan antara “stres
oleh faktor lingkungan dengan hipertensi”. Faktor lingkungan tersebut
menyangkut faktor : biologis, sosial, psikologis, spiritual, ekonomi dan faktor
keluarga.

Salah satu sudut pandang biologis adalah somatik weakness model.


Model ini memiliki asumsi bahwa hubungan antara stres dan gangguan
psikofisiologis terkait dengan lemahnya organ tubuh individu. Faktor biologis
seperti misalnya genetik, ataupun penyakit yang sebelumya pernah diderita
membuat suatu organ tertentu lebih menjadi lemah dari pada organ lainnya
hingga akhirnya rentan dan mudah mengalami kerusakan ketika individu
tersebut dalam kondisi tertekan dan tidak fit (Yusuf, 2004),

Faktor sosial menyangkut hubungan dengan orang lain yang dilakukan


seseorang diluar keluarganya, menyediakan banyak sumber stres. Misalnya
anak-anak mengalami stres di sekolah, dalam peristiwa persaingan seperti
olahraga atau prestasi (Sarafino, 1990). Pengalaman stres orang dewasa
banyak berhubungan dengan pekerjaan mereka dan situasi lingkungan yang
beragam dapat menjadi stressfull. Bagi beberapa individu situasi stresfull
hanya sedikit, singkat dan kurang berpengaruh, namun bagi individu lain,

Berburuk sangka, frustasi (kekecewaan karena gagal memperoleh


sesuatu yang diinginkan), hasut (iri hati/dendam), sikap permusuhan, perasaan
cemburu, konflik pribadi dan keinginan yang diluar kemampuan merupakan
beberapa contoh faktor psikologis yang dapat memicu terjadinya hipertensi
(Yusuf, 2004 ).
16

Stresor spiritual berhubungan dengan kedirian manusia. Stresor ini


timbul karena kecintaan manusia yang mendalam terhadap dirinya sendiri. Hal
yang paling membentuk manusia stres adalah ketakutan akan kematian dan
rasa cinta terhadap kedudukan, harta dan sesama manusia (Pedak, 2009).
Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat,
misalnya: pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang,
kebangkrutan usaha dan soal warisan juga merupakan pemicu terjadinya
hipertensi (Yusu, 2004).
Perilaku kebutuhan dan kepribadian tiap anggota keluarga
memengaruhi interaksi diantara anggota keluarga, kadang-kadang
menimbulkan stres. Konflik interpersonal dapat muncul dari masalah
keuangan, dari perilaku yang tidak dapat diperhatikan, atau dari tujuan yang
bertentangan. Ini dapat dilihat dari berebut program TV diantara saudara, atau
orang tua menghadapi anak-anak yang memainkan musik dengan keras. Hidup
dalam rumah tangga yang terlalu ramai, menambah konflik secara pribadi dan
penggunaan sumber-sumber keluarga. Disamping itu peristiwa yang dapat
menimbulkan konflik di dalam keluarga adalah penambahan anggota
keluarga, keadaan sakit, ketidakmampuan, dan kematian dalam keluarga
(Sarafino, 1990).

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dalam kerangka konsep diatas, maka disusunlah


hipotesis sebagai berikut: “ada hubungan tingkat stres dengan kejadian
hipertensi pada perempuan ≥18 tahun di desa Punggul Kecamatan
Dlanggu Kabupaten Mojokerto Tahun 2017.”
17

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan cross


sectional yaitu penelitian yang mengukur variabel secara observasi pada obyek,
dilakukan hanya sekali pengukuran. Sementara dari segi analisis penelitian ini
merupakan penelitian analitik.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2017, di Desa Punggul


wilayah kerja Puskesmas Dlanggu, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten
Mojokerto.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perempuan ≥18 tahun di
Desa Punggul sebesar 1,247 kepala keluarga (KK).

2. Sampel
a. Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan rumus yang
sebagai berikut (Dahlan, M, 2010):
n = Zα2 X p X q
d2
= (1,96)2 X 0,40 X 0,60

(0,1)2

17
18

= 0,92
0,01
= 92,1
= 93 IRT

Keterangan :
Zα : Standar deviasi dengan standar confidence level 95%
adalah 1,96
p : proporsi perempuan ≥18 tahun yang menderita
hipertensi (40%).
q : proporsi perempuan ≥18 tahun yang tidak menderita
hipertensi (60%).
d : presisi sebesar 0,1.

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diperoleh besar sampel


sebanyak 93 perempuan (IRT).

b. Kriteria inklusi dan eksklusi


1) Kriteria inklusi
1. Semua IRT (istri atau janda) ≥18 tahun yang bertempat tinggal di
Desa Punggul.
2. Bisa baca tulis.
3. Bersedia menjadi subyek penelitian.
2) Kriteria eksklusi
1. Tidak bisa ditemui karena tidak berada di tempat pada waktu
pengumpulan data setelah 2x ditemui.
2. Perempuan dengan gangguan jiwa atau gangguan kesehatan
lainnya yang menghalangi atau tidak memungkinkan dalam
pengisian kuesioner.
19

c. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling area, yaitu dengan cara sbb;
1) Membuat frame work populasi, yaitu daftar nama IRT menurut
Rukun Tetangga (RT) Desa Punggul dan memenuhi syarat inklusi.
2) Membuat tabel 7 Dusun di desa Punggul kemudian diundi Dusun
mana yang menjadi anggota sampel.
3) Membuat tabel 4 RT dari dusun Dawuhan yang terpilih dari hasil
undian dan jumlah IRT pada masing-masing RT
4) Menentukan RT yang menjadi anggota sampel dengan cara
mengundi (random) dan didapatkan RT 1, 2 dan 3 dengan masing-
masing IRT 43, 40, dan 48.
5) Dengan jumlah IRT lebih dari 93 yaitu 131, maka diundi lagi untuk
menentukan 93 IRT.
6) Sejumlah 93 orang IRT yang telah terpilih dari Dusun Dawuhan
RT 1-3 menjadi anggota sampel dicantumkan dalam tabel.

D. Variabel
1. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah adalah tingkat stres
pada perempuan ≥18 tahun di desa Punggul Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto Tahun 2017.

2. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hipertensi pada
perempuan ≥18 tahun di desa Punggul Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto Tahun 2017.
20

E. Definisi Operasional

Tabel IV.1 Definisi Operasional, Kategori/Kriteria, Alat Ukur dan Skala


Data dari Variabel Bebas dan Terikat

Variabel Definisi Kategori/kriteria Alat Ukur Skala


No
operasional
1. Independen Tingkat stres Jawaban sering, kuisioner Ordinal
adalah faktor- diberi skor 2
Tingkat faktor ( biologis,
Stres sosial, psikologis, Jawaban kadang,
spiritual,ekonomi, diberi skor 1
keluarga ) yang
dinyatakan dalam Jawaban tidak
skor dari 30 pernah, diberi skor 0
pertanyaan dalam
kuesioner dengan Sehingga bisa
kategori : didapatkan kriteria:
1. Berat 1. Skor 41-60 :
2. Ringan Stres berat
3. Normal 2. Skor 21-40 :
Stres ringan
3. Skor 0-20 :
Stres normal
2. Dependen Derajat tekanan Tekanan darah: Tensimeter Nominal
darah arteri yang 1. hipertensi bila;
Hipertensi diukur dengan sistol ≥ 140 mmHg
tensi meter dan atau diastol ≥
dengan satuan 90 mmHg,
mmHg dengan
kategori: 3. Normal bila:
1. Hipertensi Tekanan darah
2. Normal. sistol <140
mmHg dan
diastol< 90
mmHg.
21

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian menyangkut kegiatan sebagai berikut:

1. alur penelitian seperti bagan berikut:

a. Persiapan penelilitan

b. identifikasi IRT yang berpotensi masuk sebagai obyek penelitian

c. Informed consent

tidak bersedia d. bersedia

e. penilaian lebih lanjut

Tidak memenuhi kriteria f. memenuhi kriteria

g. penentuan anggota sampel (acak wilayah)

h. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data


:
Uji bivarat dan Spearman

i. Laporan Penelitian

Gambar IV.1 Alur Penelitian


22

2. Kualifikasi dan jumlah petugas


Jumlah petugas yang secara formal yang memilki kompetensi dalam
pengukuran data penelitian antara lain :
a. Petugas Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto yang khusus
memegang ponkesdes sebanyak 1 orang.
b. Kader di Desa Punggul, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto
sebanyak 2 orang.
c. Dokter Muda yang melakukan penelitian sebanyak 4 orang.

3. Pengumpulan data
a. Data yang dikumpulkan/diperlukan
1) Data Primer
Diperoleh dari kuisioner langsung yang diberikan kepada
responden.
2) Data Sekunder
Diperoleh dari dokumen yang ada di Puskesmas Dlanggu, kantor
Desa Punggul dan sumber data lain yang diperlukan.
b. Jadwal waktu pengumpulan data
Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2017.

4. Alat dan instrumen penelitian


Alat dan instrumen penelitian data dari penelitian antara lain :
a. Daftar nama Peremepuan ≥18 tahun yang menjadi anggota sampel
(Lihat lampiran)
b. Alat-alat tulis;
c. Kuesioner sejumlah 93 set ditambah beberapa set sebagai cadangan;

5 Teknik pengolahan data


Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-
langkah:
a. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul
padalembar kuesioner (checklist) dan lembar observasi.
23

b. Coding, yaitu memberikan code numerik (angka) terhadap data


yangterdiri dari beberapa kategori untuk memudahkan memasukan
data keprogram komputer.
c. Saving, yaitu menyimpan data sebelum data diolah atau dianalisis.
d. Data entry, yaitu memasukan data yang telah disimpan
kedalamprogram komputer untuk dilakukan analisis lanjut.
e. Cleaning, yaitu pengetikan kembali data yang sudah dientri
untukmengetahui ada kesalahan atau tidak.
f. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk program
computerkemudian direkap dan di susun dalam bentuk tabel supaya
memudahkan dalam membaca data (Wawansiswa, 2012).

E. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis

univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis setiap

variabel yang ada secara deskriptif yaitu mendeskripsikan demografi pasien

seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan. Analisis bivariat

bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi

menggunakan uji statistik korelasi spearman pada derajat kepercayaan 95% (α

= 0,05) dengan bantuan program dari SPSS 16 for windows (Mongisidi

Gabby, 2015).
24

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Punggul Kecamatan Dlanggu pada
bulan September 2017. Desa Punggul adalah salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto. Luas wilayah yaitu 2,7 ha dengan
jumlah penduduk terdiri dari 1247 KK. Penduduk dalam desa Punggul
mempunyai pekerjaan sebagai petani dan Ibu Rumah Tangga. Sedangkan
tingkat pendidikan penduduk sebagian besar masih rendah.

Batas wilayah Desa Prasung sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Talok dan Segunung


2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pojejer Gondang
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tawar Gondang
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kalen

B. Karateristik Responden
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner di Desa Punggul, diperoleh
data yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

1. Umur responden

Tabel V.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Punggul


Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Umur Frekuensi Persentase %


< 50 tahun 55 59,1
≥ 50 tahun 38 40,9
Total 93 100
Sumber: Hasil Survei, 2017

24
25

Umur
40.9
59.1 < 50
≥ 50 tahun

Gambar V.1. Proporsi Responden Berdasarkan Umur di Desa Punggul, Kecamatan


Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.

Tabel V.1 dan Gambar V.1 menunjukkan bahwa dari 93 responden


yang diteliti, sebagianbesar responden di Desa Punggul (59,1%) berusia <50
tahun.
2. Tingkat pendidikan
Tabel V.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Desa Punggul, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase %


SD 40 43,1
SMP 19 20,4
SMA 31 33,3
PerguruanTinggi 3 3,2
Total 93 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Tingkat Pendidikan
Tinggi
36.5
Rendah
63.5

Gambar V.2. Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikandi Desa Punggul,


Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tabel V.2 dan Gambar V.2 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden di Desa Punggul berpendidikan rendah (SD dan SMP) (63,5 %).
26

3. Tekanan darah

Tabel V.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah di Desa


Punggul, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tekanan Darah Frekuensi Persentase %


Sistol <140 dan diastol <90 (non
66 70,9
hipertensi)
Sistol ≥140 dan atau diastol ≥90
27 29,1
(Hipertensi)
Total 93 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Tekanan Darah
29.1
Tinggi
70.9
Rendah

Gambar V.3. Proporsi Responden Berdasarkan Tekanan darah di Desa Punggul,


Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tabel V.3 dan Gambar V.3 menunjukkan bahwa di Desa Punggul


terdapat 29,1 % responden menderita hipertensi.

4. Tingkat Stres

Tabel V.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Stres di Desa


Punggul, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tingkat Stres Frekuensi Presentase %


Stres normal 71 76,34
Stres ringan 18 19,35
Stres berat 4 4,31
Total 93 100
Sumber: Hasil Survei, 2017
27

Tingkat Stres
4.31
19.35 Stres Normal
Stres Ringan
76.34 Stres Berat

Gambar V.4. Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Stres di Desa Punggul,


Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tabel V.4 dan Gambar V.4 menunjukkan bahwa terdapat 23,66%


responden mengalami sstres dan 4,31% diantaranya stres berat.

5. Faktor Stres
Tabel V.5 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Stres di Desa
Punggul, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto
Faktor Stres Frekuensi Persentase %
Biologis 5 5.38
Sosial 17 18.28
Psikologis 37 39.78
Spiritual 1 1.08
Ekonomi 10 10.75
Keluarga 23 24.73
Total 93 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Faktor Stres
5.38
Biologis
24.73 18.28 Sosial
Psikologis
10.75 Spiritual
39.78 Ekonomi

1.08 Keluarga

Gambar V.5. Proporsi Responden Berdasarkan Faktor di Desa Punggul, Kecamatan


Dlanggu, Kabupaten Mojokerto
28

Tabel V.5 dan gambar V.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
(39,78%) di Desa Punggul mengalami stres karena faktor psikologis.

a. Faktor Stres Biologis


Tabel V.6 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Stres Biologis
menurut Tingkat Stres di Desa Punggul, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto
Tingkat Stres Frekuensi Faktor Persentase %
Stres Biologis
Stres normal 4 80.0
Stres ringan 1 20.0
Stres berat 0 0.0
Total 5 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Ditinjau dari segi faktor biologis terdapat 5 responden dan 20% diantaranya
mengalami stres ringan (Tabel V.6)

b. Faktor Stres Sosial


Tabel V.7 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Stres Sosial
menurut Tingkat Stres di Desa Punggul, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto
Tingkat Stres Frekuensi Faktor Persentase %
Stres Sosial
Stres normal 12 70.59
Stres ringan 4 23.53
Stres berat 1 5.88
Total 17 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Dari responden yang mengalami gangguan faktor sosial 29,41% diantaranya


mengalami stres dan 5.88% di dalamnya stres berat (Tabel V.7).
29

c. Faktor Stres Psikologis


Tabel V.8 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Stres Psikologis
menurut Tingkat Stres di Desa Punggul, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto
Tingkat Stres Frekuensi Faktor Persentase %
Stres Psikologis
Stres normal 30 81.08
Stres ringan 5 13.51
Stres berat 2 5.41
Total 37 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Tabel V.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan faktor


stres psikologis, 18,92% diantaranya mengalami stres baik ringan maupun
berat.

d. Faktor Stres Spiritual


Tabel V.9 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Stres Spiritual
menurut Tingkat Stres di Desa Punggul, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto
Tingkat Stres Frekuensi Faktor Persentase %
Stres Spiritual
Stres normal 1 100
Stres ringan 0 0
Stres berat 0 0
Total 0 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Secara spiritual hanya terdapat seorang responden yang mendapat tekanan


tetapi masih dalam status stres normal (Tabel V.9).
30

e. Faktor Stres Ekonomi


Tabel V.10 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Stres Ekonomi
menurut Tingkat Stres di Desa Punggul, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto
Tingkat Stres Frekuensi Faktor Persentase %
Stres Ekonomi
Stres normal 7 70.0
Stres ringan 3 30.0
Stres berat 0 0
Total 10 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Tabel V.10 menunjukkan bahwa dari responden yang mengalami tekanan


secara ekonomi 30% diantaranya menderita stres ringan.

f. Faktor Stres Keluarga


Tabel V.11 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Stres Keluarga
menurut Tingkat Stres di Desa Punggul, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto
Tingkat Stres Frekuensi Faktor Persentase %
Stres Keluarga
Stres normal 17 73.92
Stres ringan 5 21.72
Stres berat 1 4.34
Total 23 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Dari responden yang mengalami stres keluarga 26,08% diantaranya


mengalami stres baik ringan maupun berat (Tabel V.11).

C. Analisis
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel (univariat)
analisis diteruskan dengan uji Spearman Correlation testuntuk menguji
hipotesis sbb:
Ho. : tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada
perempuan ≥18 tahun di desa Punggul di Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto Tahun 2017.
31

H1 : ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada


perempuan ≥18 tahun di desa Punggul di Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto Tahun 2017.

Tabel V.12 Tekanan Darah menurut tingkat stres pada perempuan usia ≥
18 tahun di Desa Punggul, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto
Tekanan darah
Tingkat Stres Total p value
Non hipertensi Hipertensi

Stres normal 53 (74,6%) 18 (25,4%) 71 (100%)


Stres ringan 11 (61%) 7 (39%) 18 (100%) 0,152

Stres berat 2 (50%) 2 (50%) 4 (100%)

Total 66 (71%) 27 (29%) 93 (100%)


Sumber : Hasil Survei, 2017

Dan berdasarkan hasil uji statistik Tabel V.12 dengan Spearman


correlation test diperoleh nilai Sig. p = 0,152 (>0,05), artinya h0 diterima,
yaitu tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi.
Apabila diperhatikan Tabel V.12 tersebut tampak bahwa kelompok
responden yang mengalami stres normal sebanyak 25,4% menderita hipertensi,
yang mengalami stres ringan 39% diantaranya menderita hipertensi, sedangkan
yang mengalami stres berat separuhnya (50%) menderita hipertensi. Penderita
hipertensi menurut kategori tingkat stres memang ada peningkatan jumlahnya
yang secara berurutan mulai dari 25,4% 39% dan 50%. Makin tinggi tingkat
stres, makin besar kemungkinan untuk menderita hipertensi. Namun demikian
secara statistik peningkatan tersebut tidak bermakna (p = 0,152). Dari
kenyataan ini, berarti tingkat stres bukan satu-satunya faktor risiko yang
menyebabkan hipertensi di Desa Punggul. Ada faktor risiko lain yang
mempengaruhi.
32

BAB VI

PEMBAHASAN

Masalah hipertensi semakin menjadi perhatian karena prevalensinya cukup


tinggi. Lebih dari 10% populasi orang dewasa di Indonesia mengidap hipertensi.
Gejala hipertensi sering tersembunyi atau tanpa gejala sama sekali, sehingga
penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi. Sebagian besar penderita
memang mengidap hipertensi ringan, sehingga sering kurang diperhatiankan.
Hipertensi yang tidak dikendalikan dengan baik akan menyebabkan perubahan
atau kerusakan organ tubuh penting. Pada otak dapat menyebabkan stroke,
terhadap jantung dapat menimbulkan gagal ginjal kronik, pada ginjal timbul gagal
ginjal kronik, dan terhadap organ mata menyebabkan perdarahan pada mata
sehingga buta dan gangguan lainnya (Sarwanto, 2009).
Hubungan antara tingkat stres dengan tekanan darah diduga melalui
aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-
debar, rasa marah, dendam, rasa takut dan rasa bersalah), dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepas hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Penderita
hipertensi yang dapat penatalaksanaan hipertensi atau tidak cenderung memiliki
tekanan darah yang tinggi meski ada kalanya tekanan darah pada lansia berada
dalam batas normal. Kondisi akan diperburuk dengan adanya peningkatan tekanan
darah akibat stres, maka tekanan darah akan menjadi semakin tinggi. Apabila
kondisi ini terus menerus dalam waktu yang lama tanpa penanganan yang tepat
maka tekanan darah tinggi tersebut akan sulit dikontrol. Tekanan darah yang tidak
terkontrol, akan menjadikan penyebab utama penyakit stroke (Prawesti, 2011).
Stres akan mempengaruhi peningkatan tekanan darah, jika penderita
hipertensi mengalami stres, cenderung akan tetap tekanan darahnya bahkan bisa
bertambah tinggi atau menjadi berat tingkat hipertensinya. Bila ini terjadi pada
tingkat vaskuler akan ada peningkatan tahanan (resistensi), yang disebabkan

32
33

peningkatan rasio dinding pembuluh dengan lumennya. Hal ini kemudian


mempertinggi pengaruh homodinamik tekanan (Hariwijaya, 2011)
Berbagai pendapat dari sumber diatas sesuai dengan hipotesis yang
dibangun dalam penelitian ini yaitu “tingkat stres berhubungan dengan kejadian
hipertensi”. Ternyata pendapat-pendapat tersebut bertentangan dengan hasil
penelitian ini yang menurut analisis disebutkan bahwa tidak ada hubungan tingkat
stres dengan kejadian hipertensi di Desa Punggul Kecamatan Dlanggu Kabupaten
Mojokerto.
Hasil penelitian terhadap 93 responden menunjukkan bahwa kelompok
masyarakat yang mengalami stres normal sebagian besar (25,4%) menderita
hipertensi, demikian juga yang mengalami stres ringan, sebagian besar (39%) juga
menderita hipertensi. Hal seperti ini wajar apabila yang mengalami stres berat
sebagian besar (50%) menderita hipertensi. Penderita hipertensi menurut kategori
tingkat stres memang ada secara berurutan mulai dari 25,4% 39% dan 50% dari
faktor risiko tingkat stres yang normal, ringan dan berat, tetapi tidak bermakna.
Dari kenyataan ini, berarti tingkat stres bukan satu-satunya faktor risiko yang
menyebabkan hipertensi di Desa Punggul, kemungkinan ada faktor risiko lain
yang mempengaruhi.
Diantaranya faktor tersebut antara lain faktor biologis, sosial, psikologis,
spiritual, ekonomi, dan keluarga.Salah satu sudut pandang biologis adalah somatik
weakness model. Model ini memiliki asumsi bahwa hubungan antara stres dan
gangguan psikofisiologis terkait dengan lemahnya organ tubuh individu. Faktor
biologis seperti misalnya genetik, ataupun penyakit yang sebelumya pernah
diderita membuat suatu organ tertentu lebih menjadi lemah dari pada organ
lainnya hingga akhirnya rentan dan mudah mengalami kerusakan ketika individu
tersebut dalam kondisi tertekan dan tidak fit (Yusuf, 2004).
Faktor sosial menyangkut hubungan dengan orang lain yang dilakukan
seseorang diluar keluarganya, menyediakan banyak sumber stres. Misalnya anak-
anak mengalami stres di sekolah, dalam peristiwa persaingan seperti olahraga atau
prestasi (Sarafino, 1990). Pengalaman stres orang dewasa banyak berhubungan
dengan pekerjaan mereka dan situasi lingkungan yang beragam dapat menjadi
34

stressfull. Bagi beberapa individu situasi stresfull hanya sedikit, singkat dan
kurang berpengaruh, namun bagi individu lain,
Berburuk sangka, frustasi (kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu
yang diinginkan), hasut (iri hati/dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu,
konflik pribadi dan keinginan yang diluar kemampuan merupakan beberapa
contoh faktor psikologis yang dapat memicu terjadinya hipertensi (Yusuf, 2004 ).
Stresor spiritual berhubungan dengan kedirian manusia. Stresor ini timbul
karena kecintaan manusia yang mendalam terhadap dirinya sendiri. Hal yang
paling membentuk manusia stres adalah ketakutan akan kematian dan rasa cinta
terhadap kedudukan, harta dan sesama manusia (Pedak, 2009).
Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat, misalnya:
pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan
usaha dan soal warisan juga merupakan pemicu terjadinya hipertensi (Yusuf,
2004).
Perilaku kebutuhan dan kepribadian tiap anggota keluarga memengaruhi
interaksi diantara anggota keluarga, kadang-kadang menimbulkan stres. Konflik
interpersonal dapat muncul dari masalah keuangan, dari perilaku yang tidak dapat
diperhatikan, atau dari tujuan yang bertentangan. Ini dapat dilihat dari berebut
program TV diantara saudara, atau orang tua menghadapi anak-anak yang
memainkan musik dengan keras. Hidup dalam rumah tangga yang terlalu ramai,
menambah konflik secara pribadi dan penggunaan sumber-sumber keluarga.
Disamping itu peristiwa yang dapat menimbulkan konflik di dalam keluarga
adalah penambahan anggota keluarga, keadaan sakit, ketidakmampuan, dan
kematian dalam keluarga (Sarafino, 1990).
Dalam penelitian ini masyarakat di Desa Punggul dalam mengisi kuisioner
banyak yang mengalami permasalahan dalam bidang psikologi sehingga membuat
masyarakat tersebut menunjukkan tanda dari stres.
Kelemahan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan sampel yang
menggunakan random sampling area yang mengindikasikan bahwa sampel tidak
sepenuhnya mewakili populasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
menyatakan bahwa responden yang menderita hipertensi sebesar 29% (Tabel
V.12) sementara data awal dari Puskesmas menyatakan bahwa prevalensi
35

hipertensi sebesar 40% sebagaimana disebutkan dalam latar belakang penelitian


ini. Perbedaan yang cukup nyata ini bisa disebabkan oleh karena adanya faktor
lain yang memengaruhi kejadian hipertensi di samping faktor stres atau
kemungkinan teknik sampling yang menggunakan sampling area, tidak tepat
untuk penelitian ini. Kemungkinan juga tingkat homogenitas populasi rendah
sehingga perlu dikaji. Kemungkinan lainnya adalah alat ukur yang digunakan,
mungkin tingkat reliabilitasnya rendah dimana belum dilakukan uji validitas,
sehingga tidak sepenuhnya tepat untuk apa yang mestinya diukur.
36

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar warga Punggul memiliki tekanan darah yang normal


(71.0%) apabila dibandingkan dengan yang memiliki hipertensi (29.0%).
2. Sebagian besar warga Punggul memiliki tekanan darah non hipertensi
dengan tingkat stres normal (76.3%) apabila dibandingkan dengan yang
menderita tingkat stres ringan (19.4%) dan yang menderita stres berat
(4.3%).
3. Tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada
perempuan ≥18 tahun di Desa Punggul, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten
Mojokerto yang di tunjukkan dengan hasil uji Spearmen Correlation
diperoleh nilai Sig. = 0,152 (>0,05).
4. Data yang diperoleh dari kinerja Puskesmas Dlanggu sebanyak 40%
perempuan ≥18 tahun yang menderita hipertensi, sedangkan dari hasil
penelitian yang dilakukan, didapatkan data responden yang menderita
hipertensi sebanyak 29%. Perbedaan mungkin karena adanya faktor lain
yang mempengaruhi hipertensi.

B. Saran - saran

1. Bagi subjek penelitian


Agar masyarakat dapat rutin untuk mengkontrol tekanan darahnya untuk
menghindari penyakit hipertensi dengan komplikasinya. Selain itu
diharapkan agar masyarakat dapat menyalurkan hobi yang dimiliki untuk
menghindari beban pikiran.
2. Bagi petugas kesehatan
a. Supaya dapat memotivasi masyarakat untuk lebih memperhatikan
kesehatan jasmani dan rohaninya.

36
37

b. Untuk lebih memperhatikan masyarakat supaya terhindar dari penyakit


dan komplikasinya.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Teknik pengambilan sampel dengan random area tidak tepat untuk
penelitian ini, sehingga dianjurkan pengambilan sampel dengan simple
random sampling untuk penelitian selanjutnya.
Perlu dikaji pula tentang kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan
data, sebaiknya dikaji lebih dulu tingkat reliabilitasnya.
38

DAFTAR PUSTAKA

Alimul. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data.


Jakarta : Salemba Medika.

Amelia, D.R. 2011. Relaps pada Pasien skizoprenia. Jurnal Ilmiah Psikologi.
Jakarta : salemba Medika.

Banjari, A.R.A. 2009. Pengaruh latihan pasrah diri (LPD) terhadap kadar CRP
pada pasien DM dengan hipertensi, dislipidemia dan gejala depresi.Jakarta :
Salemba Medika.

Braverman, E.R. 2009. Dua Penyebab Penyakit Jantung Tekanan Darah Tinggi
dan Kenaikan Kadar Kolesterol. Jakarta : PT Buana Ilmu Komputer.

Depkes, RI. 2012. Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan


Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta.

Gunawan. 2001. Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia.

Hariwijaya, M. 2007. Pencegahan dan pengobatan penyakit kronis. Edsa


Mahkota : Jakarta.
Hidayat, A. 2009. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Kaplan. Non
Drug Treatment of Hypertension. Ann Intern Med 2010.

Mustamir Pedak. 2009. Metode Supernol Menaklukan Stres. Jakarta : Hikmah


Publishing House.

Padmawinata, Kosasih. 2001. Pengendalian Hipertensi , Bandung : ITB.

Psychology Foundation of Australia. 2010. Depression anxiety stress scale.


Diakses dari http://www.psy.unsw.edu.au/groups/dass. Pada tanggal 18
September 2017.

Rasmun. 2010. Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta : Sagung Seto.


Sarafino, EP. 1990. Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. New
York: John Wiley & Sons Inc.
Sidabutar R.P dan Wiguno p. 2010. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 11, Hipertensi
Esensial Balai. Jakarta : Penerbit FK – UI.

Suhadak. 2010. Pengaruh Pemberian Teh Rosella terhadap Penurunan Tekanan


Darah Tinggi pada Lansia di Desa Windu Kecamatan Larangbinangun
Kabupaten Lamongan. Lamongan : BPPM Stikes Muhammadiyah
Lamongan.

38
39

Susalit E, Kapojos JE & Lubis HR. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam II.
Jakarta : Balai penerbit FKUI; 2011.

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

WHO and JNC 7. Klasifikasi Hipertensi. Diakses dari www. Serene. Me. Uk.
Pada tanggal 16 September 2017.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Rapika Aditama.
Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Rapika Aditama.
Yusuf Syamsu. 2004. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Widyastuti, p. 1999. Manajemen stres, National Safety Council. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai