Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pengupasan Overburden


Menurut Partanto (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan
pengupasan overburden terdiri dari material, alat mekanis yang digunakan, dan
efisiensi alat.

2.1.1 Material
Setiap macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik dan
kimia yang berbeda-beda. Pada dasarnya pemindahan tanah itu merupakan suatu
pekerjaan untuk meratakan tanah atau penggalian suatu lahan. Beberapa jenis
tanah dianggap mudah untuk dimuat, jenis tanah yang dapat langsung digusur
dalam kondisi aslinya.
Tanah atau batuan yang keras akan lebih sukar dikoyak (ripped) digali (dug)
atau dikupas (stripped). Hal ini tentu akan menurunkan produksi alat mekanis
yang digunakan. Nilai kekerasan tanah atau batuan biasanya diukur dengan alat
“Ripper Mater“ atau “ Seismic Test“ dan satuannya adalah meter per detik, yaitu
sesuai dengan satuan untuk kecepatan gelombang seismik pada batuan. Tanah
yang banyak mengandung humus harus dipisahkan, sehingga dikemudian hari
dapat untuk menutupi tempat penimbunan (reklamasi).

2.1.2 Alat Mekanis Yang Digunakan.


Pemilihan dan penggunaan alat mekanis sangat penting, karena alat mekanis
merupakan alat yang digunakan dalam pengupasan konvensional, sehingga perlu
pemilihan alat untuk kegiatan pengupasan tepat dan cepat. Pemilihan alat mekanis
dapat menentukan cepat lambatnya kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup
terselesaikan.

2.1.3 Efisiensi Alat


Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat terdapat
faktor yang mempengaruhi produktivitas alat yaitu efisiensi alat. Efektivitas alat
5

tersebut bekerja tergantung dari beberapa hal yaitu :


1. Kemampuan operator pemakaian alat.
2. Pemilihan dan pemeliharaan alat.
3. Perencanaan dan pengaturan letak alat.
4. Topografi dan volume pekerjaan.
5. Kondisi cuaca.
6. Metode pelaksanaan alat.
Cara yang umum dipakai untuk menentukan efisiensi alat adalah dengan
menghitung berapa menit alat tersebut bekerja secara efektif dalam satu jam.
Contohnya jika dalam satu jam waktu efektif alat bekerja adalah 45 menit, maka
dapat dikatakan efisiensi alat adalah 45/60 atau 0,75.

2.2 Stripping Ratio


Menurut Irwandy (2000), Stripping ratio merupakan salah satu cara
menggambarkan efisiensi geometri (geometrical efficiency) dalam kegiatan
penambangan. Stripping ratio menunjukkan jumlah overburden yang harus
dipindahkan untuk memperoleh satu tonbatubara. Ratio antara waste terhadap
bijih yang digambarkan dalam suatu unit satuan tertentu berguna untuk tujuan
design perancangan. Sebagai contoh, ratio ini didefinisikan sebagai berikut :

𝑂𝑣𝑒𝑟𝑏𝑢𝑟𝑑𝑒𝑛 (𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒)
𝑆𝑅 = ....................................................................... (1)
𝐵𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 (𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒)

Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa jika overburden dan batubara
mempunyai density yang sama, maka persamaan diatas akan memiliki nilai yang
sama. Sehingga dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan dibandingkan dengan
nilai BESR (Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung sebelumnya, maka
akan diperoleh bahwa secara teknis batasan kegiatan penambangan dalam pit
adalah sampai nilai BESR dicapai dalam perhitungan stripping ratio.
Stripping ratio berbanding terbalik dengan keuntungan. Apabila
menambang dengan batasan BESR maka tidak diperoleh keuntungan dan tidak
pula mengalami kerugian. Apabila menambang dengan ketentuan stripping ratio
6

lebih kecil dari BESR maka diperoleh keuntungan dan semakin kecil stripping
ratio yang diterapkan maka keuntungan yang diperoleh semakin besar. Sebaliknya
apabila menambang dengan ketentuan stripping ratio lebih besar dari BESR
makaakan mengalami kerugian dan semakin besar stripping ratio yang diterapkan
maka kerugian yang diderita pun akan semakin besar.

2.3 Sifat Fisik Material


Menurut Andi (2003), Material yang berada dipermukaan bumi ini sangat
beraneka ragam, baik jenis, bentuk dan lain sebagainya. Oleh karenanya alat yang
dapat dipergunakan untuk memindahkannya pun beraneka ragam juga. Yang
dimaksud dengan material dalam bidang pemindahan tanah (earth moving),
meliputi tanah, batuan, vegetasi (pohon, semak belukar, dan alang-alang) dimana
kesemuanya mempunyai karakteristik dan sifat fisik masing-masing yang
berpengaruh besar terhadap alat berat terutama dalam hal :
1. Menentukan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran produksi atau
kapasitas produksinya.
2. Perhitungan volume pekerjaan.
3. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada.

2.3.1 Pengembangan Material


Menurut Partanto (2003), yang dimaksud dengan pengembangan material
adalah perubahan penambaan atau pengurangan volume material (tanah) yang
diganggu dari bentuk aslinya. Dari faktor tersebut bentuk material dibagi dalam 3
(tiga) keadaan seperti :
a. Keadaan Asli (Bank Condition)
Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan
teknologi disebut keadaan asli (bank). Dalam keadaan seperti ini butiran-butiran
yang dikandungnya masih terkonsolidasi dengan baik. Ukuran tanah demikian
biasanya dinyatakan dalam ukuran alam atau bank measure = Bank Cubic Meter
(BCM) yang digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah pemindahan tanah.
b. Keadaan Gembur (Loose Condition)
7

Keadaan material (tanah) setelah diadakan pengerjaan (disturb), tanah


demikian misalnya terdapat di depan dozer blade, diatas truck, di dalam bucket
dan sebagainya. Material yang tergali dari tempat asalnya, akan mengalami
perubahan volume (mengembang). Hal ini disebabkan adanya penambahan
rongga udara di antara butiran-butiran tanah. Dengan demikian volumenya
menjadi lebih besar. Ukuran volume tanah dalam keadaan lepas biasanya
dinyatakan dalam loose measure = Loose Cubic Meter (LCM) yang besarnya
sama dengan BCM + % swell x BCM dimana faktor “swell” ini tergantung dari
jenis tanah. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa LCM mempunyai nilai
yang lebih besar dari BCM.
c. Keadaan Padat (Compact Condition)
Keadaan padat adalah keadaan tanah setelah ditimbun kembali dengan
disertai usaha pemadatan. Keadaan ini akan dialami oleh material yang
mengalami proses pemadatan (pemampatan). Perubahan volume terjadi karena
adanya penyusutan rongga udara di antara partikel - partikel tanah tersebut.
Dengan demikian volumenya berkurang, sedangkan beratnya tetap. Volume tanah
setelah diadakan pemadatan, mungkin lebih besar atau mungkin juga lebih kecil
dari volume dalam keadaan bank, hal itu tergantung dari usaha pemadatan yang
dilakukan. Ukuran volume tanah dalam keadaan padat biasanya dinyatakan dalam
compact measure = Compact Cubic Meter (CCM). Berikut merupakan tabel
mengenai faktor pengembangan tanah dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Perlu diketahui bahwa angka-angka yang tertera pada Tabel 2.1 tergantung
dari berbagai faktor yang di jumpai secara nyata di lapangan. Selain itu perlu di
ketahui faktor tanah yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas alat berat,
yaitu : berat material, bentuk material, kekerasan, dan daya ikat (cohesivity).

Tabel 2.1. Faktor Pengembangan Tanah


Jenis Tanah Swell ( % BM )
Pasir 5 – 10
Tanah Permukaan (top soil) 10 – 25
Tanah Biasa 20 – 45
8

Lempung (clay) 30 – 60
Batu 50 – 60
Sumber : Partanto, 2003.

Dalam perhitungan produksi, material yang di sorong atau di gusur dengan


blade, yang di muat dengan bucket atau vessel, kemudian dihampar adalah dalam
kondisi gembur. Untuk menghitung volume tanah yang telah di ganggu dari
bentuk aslinya, dengan melakukan penggalian material tersebut, atau melakukan
pemadatan dari material yang sudah gembur ke padat, perlu dikalikan dengan
suatu faktor yang disebut “Faktor Konversi” yang dapat dibaca dengan mudah
pada Tabel 2.2.
Disamping itu dikenal pula cara perhitungan volume dari berbagai keadaan
tanah sebagai berikut :
Pengembangan (Swelling), dapat dihitung dengan rumus :

B−L
Sw = ( ) x 100% ............................................................................ (2)
L
Penyusutan (shrinkage), dapat dihitung dengan rumus :

C−B
Sh = ( ) x 100% ............................................................................ (3)
C
Dimana : Sw = Swell = % pengembangan
Sh = Shrinkage = % penyusutan
B = Berat jenis tanah keadaan asli
L = Berat jenis tanah keadaan lepas
C = Berat jenis tanah keadaan padat

Tabel 2.2. Faktor Konversi Volume Tanah/Material


Jenis Material Kondisi Perubahan Kondisi Berikutnya
Awal Kondisi Kondisi Kondisi
Asli Gembur Padat
Tanah Berpasir (A) 1,00 1,11 0,99
(B) 0,90 1,00 0,80
9

(C) 1,05 1,17 1,00


Tanah Biasa (A) 1,00 1,25 0,90
(B) 0,80 1,00 0,72
(C) 1,11 1,39 1,00
Tanah Liat (A) 1,00 1,25 0,90
(B) 0,70 1,00 0,63
(C) 1,11 1,59 1,00
Tanah Berkerikil (A) 1,00 1,18 1,08
(B) 0,85 1,00 0,91
(C) 0,93 1,09 1,00
Kerikil (A) 1,00 1,13 1,29
(B) 0,88 1,00 0,91
(C) 0,97 1,10 1,00
Kerikil Besar dan (A) 1,00 1,42 1,03
Padat (B) 0,70 1,00 0,91
(C) 0,77 1,10 1,00
Pecahan Batu Kapur, (A) 1,00 1,65 1,22
Batu Pasir, Cadas (B) 0,61 1,00 0,74
Lunak, Sirtu (C) 0,82 1,35 1,00
Pecahan Granit, (A) 1,00 1,70 1,31
Basalt, Cadas Keras (B) 0,59 1,00 0,77
(C) 0,76 1,30 1,00
Pecahan Cadas, (A) 1,00 1,75 1,40
Broken Rock (B) 0,57 1,00 0,80
(C) 0,71 1,24 1,00
Ledakan Batu Cadas, (A) 1,00 1,80 1,30
Kapur Cadas (B) 0,56 1,00 0,72
(C) 0,77 1,38 1,00
Sumber : Partanto, 2003.

Keterangan : (A) : Asli


10

(B) : Gembur (Loose)


(C) : Padat (Compact

2.3.2 Berat Material


Berat adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan suatu alat
berat untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, mengangkut,
dan lain-lain, akan dipengaruhi oleh berat material tersebut. Berat material ini
akan berpengaruh terhadap volume yang diangkut atau didorong, dalam
hubungannya dengan Draw Bar Pull (DBP) atau tenaga tarik yang tersedia pada
alat bersangkutan.

2.3.3 Bentuk Material


Faktor ini harus dipahami karena akan berpengaruh terhadap banyak
sedikitnya material tersebut dapat menempati suatu ruangan tertentu. Mengingat
material yang kondisi butirannya seragam, kemungkinan besar isinya dapat sama
(senilai) dengan volume ruangan yang ditempatinya. Sedangkan material yang
berbongkah-bongkahakan lebih kecil dari nilai volume ruangan yang
ditempatinya. Oleh karena itu, pada material jenis ini akan berbentuk rongga-
rongga udara yang memakan sebagian isi ruangan. Ukuran butir ini akan
berpengaruh terhadap pengisisan bucket, misalnya pada pengisian munjung
(heaped) dan rongga-rongga tanah yang terbentuk dalam bucket. Berapa material
yang mampu ditampung oleh suatu ruangan dapat dihitung dengan cara
mengoreksi ruangan tersebut dengan suatu faktor yang disebut “faktor muat” yaitu
dengan “bucket factor” atau “pay load factor”.

2.3.4 Kohesivitas (Daya Ikat) Material


Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat
diantara butir-butir material itu sendiri, sifat ini jelas berpengaruh terhadap alat,
misalnya pengaruhnya terhadap spillage factor (faktor pengisian). Material
dengan kohesivitas tinggi akan mudah menggunung, dengan demikian apabila
material itu berada pada suatu tempat, akan munjung. Volume material yang
menempati ruangan ini ada kemungkinan bisa melibihi volume ruangannya,
11

misalnya tanah liat. Sedangkan material dengan kohesivitas yang kurang


baik,misalnya pasir, apabila menempati suatu ruangan akan sukar menggunung
melainkan permukaannya cenderung rata.
2.3.5 Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah didefenisikan sebagai kemampuan tanah untuk
mendukung alat yang berada diatasnya. Jika suatu alat berada di atas tanah, maka
alat tersebut akan memberikan “ground pressure”, sedangkan perlawanan yang
diberikan oleh tanah “ daya dukung”. Jika ground pressure alat lebih besar dari
daya dukung tanah, maka alat tersebut akan terbenam. Demikian pula sebaliknya,
alat akan berada dalam keadaan aman untuk dioperasikan juka ground pressure
lebih kecil dari daya dukung tanah dimana alat tersebut berada.
Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran (test)
langsung di lapangan. Alat yang umum digunakan untuk test daya dukung tanah
disebut : “cone penetrometer”.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Mekanis


Menurut Yanto (2005), pemilihan alat berat dilakukan pada tahap
perencanaan, dimana jenis, jumlah, dan kapasitas alat merupakan faktor-faktor
penentu. Tidak setiap alat berat dapat dipakai untuk setiap proyek konstruksi.
Oleh karena itu pemilihan alat berat yang tepat sangatlah diperlukan. Apabila
terjadi kesalahan dalam pemilihan alat berat maka akan terjadi kelambatan di
dalam pelaksanaan , biaya proyek yang membengkak, dan hasil yang tidak sesuai
dengan rencana.
Dalam pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
sehingga kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari. Faktor-faktor tersebut
antara lain :
Fungsi yang harus dilaksanakan.
1. Alat berat dikelompokkan fungsinya, seperti untuk menggali, mengangkut,
meratakan permukaan, dan lain-lain.
2. Kapasitas peralatan.
Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat material yang
12

harus diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus sesuai
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
3. Cara operasi.
Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun vertikal) dan jarak
gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan, dan lain-lain.
4. Ekonomi
Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan
pemeliharaan merupakan faktor penting dalam pemilihan alat berat.
5. Jenis dan daya dukung tanah
Jenis tanah dilokasi dan jenis material yang akan dikerjakan dapat
mempengaruhi alat berat yang akan dipakai. Tanah dapat dalam kondisi
padat, lepas, keras, atau lembek.
6. Kondisi lapangan
Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik merupakan faktor lain
yang mempengaruhi pemilihan alat berat.

2.5 Alat-Alat Penggalian dan Pengangkutan


Menurut Susi (2008), pengupasan tanah penutup biasanya menggunakan
alat-alat penggalian dan pengangkutan sebagai berikut :

2.5.1 Backhoe
Pengoperasian backhoe umumnya untuk penggalian saluran, terowongan,
atau basement. Backhoe beroda ban biasanya tidak digunakan untuk penggalian di
bawah permukaan serta untuk penggalian material keras. Backhoe termasuk dalam
alat penggali hidrolis memiliki bucket yang dipasangkan di depannya. Alat
penggeraknya traktor dengan roda ban atau crawler. Backhoe bekerja dengan cara
menggerakkan bucket ke arah bawah dan kemudian menariknya menuju badan
alat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa backhoe menggali material yang
berada dibawah permukaan dimana alat tersebut berada.
Karakteristik penting dari hydraulic excavator adalah pada umunya
menggunakan tenaga diesel engine dan full hydraulic system. Excavating
operation paling efisiensi adalah menggunakan metode heel and toe (ujung dan
13

pangkal), mulai dari atas permukaan sampai ke bagian bawah. Bagian atas bisa
berputar (swing) 360°. Dalam konfigurasi backhoe, ukuran boom lebih panjang
sehingga jangkauan lebih jauh, tetapi bucket lebih kecil. Ini bukan berarti waktu
siklusnya lebih pendek (lebih cepat).
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan excavator
adalah dalam hal kapasitas bucketnya, kondisi kerja, bisa menggali pada daerah
yang lunak sampai keras, tetapi bukan tanah asli berupa batuan keras. Bila batuan
keras perlu dilakukan ripping atau blasting lebih dahulu. Untuk tanah yang keras,
bila operator mempunyai skill yang kurang baik, akan mengakibatkan tekanan
hydraulic yang berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan atau usia alat
yang pendek. Tinggi permukaan galian untuk backhoe bisa mencapai 6 meter.

2.5.1.1 Bagian Backhoe


Backhoe terdiri dari enam bagian utama, yaitu struktur atas yang dapat
berputar, boom, lengan (arm), bucket, slewing ring, dan struktur bawah. Boom,
lengan dan bucket digerakkan oleh sistem hydroulic. Struktur bawah adalah
penggerak utama yang berupa roda ban atau crawler. Ada enam gerakan dasar
backhoe yang mencakup gerakan-gerakan pada masing-masing bagian yaitu:
1. Gerakan Boom : merupakan gerakan boom yang mengarahkan bucket
menuju tanah galian.
2. Gerakan bucket menggali : merupakan gerakan bucket saat menggali
material.
3. Gerakan bucket membongkar : adalah gerakan bucket yang arahnya
berlawanan dengan saat menggali.
4. Gerakan lengan : merupakan gerakan mengangkat lengan dengan radius
sampai 100°.
5. Gerakan slewing ring : gerakan pada as yang bertujuan agar bagian atas
backhoe dapat berputar 360°.
6. Gerakan struktur bawah : dipakai untuk perpindahan tempat jika area telah
selesai digali.
14

2.5.2 Bulldozer
Bulldozer merupakan traktor yang dipasangkan pisau atau blade di bagian
depannya. Pisau berfungsi untuk mendorong, atau memotong material yang ada di
depannya. Jenis pekerjaan yang biasanya menggunakan dozer atau bulldozer
adalah :
1. Mengupas top soil dan pembersihan lahan dari perpohonan.
2. Pembukaan jalan baru.
3. Memindahkan material pada jarak pendek sampai dengan 100 m.
4. Membantu mengisi material pada scraper.
5. Menyebarkan material.
6. Mengisi kembali saluran.
7. Membersihkan quarry.
Bulldozer terdiri dari tiga bagian, yaitu penggerak utama (prime mover),
traktor dan pisau (blade) di bagian depan.

2.5.2.1 Penggerak (Prime Moved)


Ada dua macam alat penggerak bulldozer, yaitu roda crawler dan roda ban.
Alat penggerak bulldozer umumnya adalah crawler. Jenis bulldozerberoda
crawler terbagi menjadi ringan, sedang dan berat. Jenis ini digunakan untuk
menarik dan mendorong beban berat serta mampu bekerja pada permukaan kasar
dan berair. Sedangkan bulldozer beroda ban dapat bergerak lebih cepat sehingga
lebih ekonomis. Pemakaian alat ini umumnya pada permukaan. Dilihat dari jarak
tempuh maka bulldozer beroda ban mempunyai jarak tempuh lebih besar daripada
crawler bulldozer.

2.5.2.2 Pisau (Blade)


Ada dua fungsi utama dari pisau, yaitu mendorong material ke depan
(drifting) dan mendorong material ke samping (side casting). Permukaan pisau
umumnya melengkung sehingga material bergerak berputar saat didorong. Pisau
dihubungkan dan dikendalikan pada traktor oleh dua pasang double hydraulic
cylinder. Pasangan pertama bekerja untuk mengatur letak muka pisau sehingga
15

kedalaman penggalian dapat diatur. Sedangkan pasangan yang kedua bekerja


untuk menaikkan dan menurunkan pisau.
Ada beberapa macam jenis pisau yang dipasangkan pada bulldozer.
Pemilihan jenisnya tergantung pada jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Jenis pi-
sau yang umum dipakai adalah :
1. Straight blade (S-blade) biasanya digunakan untuk pekerjaan pengupasan dan
penimbunan tanah. Blade jenis ini dapat bekerja pada tanah keras.
2. Angle blade (A-blade) mempunyai lebar yang lebih besar 0.3 sampai 0.6 m
daripada S-blade. Blade jenis ini digunakan untuk menyingkirkan material ke
sisinya, penggalian saluran, dan pembukaan lahan.
3. Universal blade (U-blade) lebih lebar daripada S-blade. U-blade dipakai
untuk reklamasi lahan. Blade jenis ini mempunyai kemampuan untuk
mengangkut material dalam jumlah besar pada jarak tempuh yang relatif jauh.
Umumnya material yang ditangani adalah material yang ringan seperti tanah
lepas.
4. Cushion blade (C-blade) umunya dipasang pada traktor yang besar yang
digunakan untuk mendorong scraper. Blade jenis ini lebih pendek daripada S-
blade.
Pemasangan blade mempengaruhi gerakannya yang bervariasi tergantung
dari kebutuhan pekerjaan. Gerakan blade terdiri dari tilt, pitch, dan angle. Jika
ujung blade bergerak secara vertikal maka gerakan ini disebut tilt. Biasanya sudut
kemiringan gerakan ini maksimal 15°. Sedangkan jika sisi atas blade bergerak
menjauhi atau mendekati badan traktor maka gerakan ini disebut pitch. Angling
adalah gerakan blade pada sisi samping yang menjauhi atau mendekati badan
tractor. Gerakan miring secara horisontal ke kanan dan ke kiri ini sejauh kurang
lebih 25°.

2.5.3 Dump Truck


Dump Truck merupakan alat yang sangat efisien untuk pengangkutan jarak
jauh. Kelebihan dump truck dibandingkan alat lain :
1. Kecepatan lebih tinggi.
16

2. Kapasitas besar.
3. Biaya operasional kecil.
4. Kebutuhannya dapat disesuaikan dengan kapasitas alat gali.
Namun, alai ini juga memiliki kekurangan dibanding alat lain karena dump
truck memerlukan alat lain untuk pemuatan. Dalam pemilihan ukuran dan
konfigurasi dump truck ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu material
yang akan diangkut dan excavator atau loader pemuat.
Dump truck tidak hanya digunakan untuk pengangkutan tanah tetapi juga
material-material lain. Dalam pengisian baknya, dump truck memerlukan alat lain
seperti excavator dan loader. Karena dump truck sangat tergantung pada alat lain,
untuk pengisian material tanah perlu memperhatikan haal-hal berikut :
1. Excavator merupakan penentu utama jumlah dumpt truck, sehingga
tentukan jumlah dump truck agar excavator tidak menunggu.
2. Jumlah dump truck yang menunggu jangan sampai lebih dari 2 unit.
3. Isi dump truck sampai kapasitas maksimum.
4. Untuk pengangkutan material beragam, material paling berat diletakkan
dibagian belakang.

2.5.3.1 Klasifikasi Dump Truck


Dump truck diklasifikasikan berdasarkan faktor berikut :
1. Ukuran, tipe mesin dan bahan bakar.
2. Jumlah roda, as dan cara penyetiran.
3. Metode pembongkaran muatan.
4. Kapasitas.
5. Sistem pembongkaran.
Berdasarkan metode pembongkaran maka terdapat tiga jenis dump truck
yaitu : rear dump, bottom dump, dan side dump.
2.5.3.1.1 Rear Dump
Rear dump terdiri dari dua jenis, yaitu rear dump truck dan rear dump
tractor wagon. Dari semua jenis dump truck maka rear dump truck adalah alat
yang paling sering dipakai. Dump truck mempunyai kelebihan dibandingkan
17

dengan wagon karena dump truck lebih mampu jika harus bergerak pada jalan
menanjak.
Cara kerja pembongkaran alat tipe ini adalah material dibongkar dengan
cara menaikkan bak bagian depan dengan sistem hidrolis. Rear dump truck
dipakai untuk mengangkut berbagai jenis material. Akan tetapi material lepas
seperti tanah pasir kering merupakan material yang umum diangkut oleh dump
truck. Material seperti batuan dapat merusak dump truck yang dipakai, oleh
karena itu, pemuatan material harus dilakukan secara hati-hati atau bak dump
truck dilapisi bahan yang tidak mudah rusak. Ukuran bak dump truck jenis ini
berkisar antara 25 sampai 250 ton.
2.5.3.1.2 Side Dump
Side dump truck mengeluarkan material yang diangkut dengan menaikkan
salah satu sisi bak ke samping. Saat pembongkaran material harus
memperlihatkan distribusi material dalam bak. Kelebihan material pada salah satu
sisi dapat menyebabkan terjadinya jungkir pada saat pembongkaran material. Pada
kondisi dimana pembongkaran muatan dilakukan pada tempat yang sempit dan
panjang maka pemakaian dump truck dan tractor wagon jenis ini merupakan
pilihan yang tepat.
2.5.3.1.3 Bottom Dump
Umumnya bottom dump adalah semitrailer. Material yang diangkut oleh
bottom dump dikeluarkan melalui bagian bawah bak yang dapat dibuka di tengah-
tengahnya. Pintu bak adalah sisi bagian bawah memanjang dari depan ke belakang
Pintu-pintu tersebut digerakkan secara hidrolis.
Bottom dump umumnya mengangkut material lepas seperti pasir, kerikil,
batuan sedimen, lempung kera, dan lain-lain. Pembongkaran material dilakukan
pada saat kendaraan bergerak. Kelandaiaan permukaan dimana alat tersebut
digunakan sebaiknya kurang dari 5% karena bentuk dari alat tersebut tidak
memungkinkan untuk daerah yang terjal.
2.5.3.2 Kapasitas Dump Truck
Volume material yang diangkut harus dengan kapasitas dump truck. Jika
pengangkutan material oleh dump truck dilaksanakan melampaui batas kapasitas-
18

nya maka hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, seperti :


1. Konsumsi bahan bakar bertambah.
2. Umur ban berkurang.
3. Kerusakan pada bak.
4. Mengurangi produktivitas.
Kapasitas dari bak penampung dump truck terdiri dari stuck capacity
(kapasitas peres) dan heaped capacity (kapasitas munjung). Struck capacity adalah
kapasitas alat dimana muatan mencapai ketinggian dari bak penampung. Jenis
material yang lepas dengan daya lekat rendah seperti pasir dan kerikil umumnya
tidak bisa menggunung jadi pengangkutannya dalam kapasitas peres. Sedangkan
heaped capacity adalah kondisi dimana muatan mencapai ketinggian lebih dari
ketinggian bak. Karena tanah liat mempunyai daya lekat antara butir yang cukup
besar maka kapasitas pengangkutan tanah liat dapat mencapai kapasitas munjung.
Besarnya kapasitas dump truck tergantung pada waktu yang dibutuhkan untuk
memuat material ke dalam dump truck terhadap waktu angkut dump truck. Akan
tetapi penggunaan dump truck yang terlalu besar sangat tidak ekonomis kecuali
jika volume tanah yang akan diangkut sangat besar.

2.6 Waktu Edar (Cycle Time)


Menurut Nabar (1998), yang dimaksud dengan waktu edar adalah waktu
yang diperlukann untuk merampungkan satu siklus pekerjaan. Waktu siklus secara
garis besar terdiri dari dua yaitu :
a. Waktu tetap (fixed time) adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan
gerakan-gerakan tetap, dimana besarnya hampir selalu konstan. Tiap jenis
alat memiliki gerakan-gerakan yang berbeda-beda.
b. Waktu tidak tetap (variable time) adalah waktuyang diperlukan untuk
melakukan gerakan-gerakan tidak tetap. Waktu tidak tetap ini lebih
dipengaruhi oleh kondisi pekerjaan.
Dengan mengetahui waktu tetap dan waktu tidak tetap maka siklus kerja
dari suatu alat berat dapat dihitung. Waktu siklus merupakan penjumlahan dari
waktu tetap dan waktu tidak tetap. Waktu siklus ini akan sangat berpengaruh
19

terhadap produksi kerja alat berat karena waktu siklus adalah faktor penentu
dalam menghitung jumlah trip atau rit yang dapat dilakukan dalam satu jam kerja.
Jadi besar kecilnya waktu siklus akan menghasilkan tinggi rendahnya
produksi kerja , dimana total waktusiklus yang relative kecil tentunya akan meng-
akibatkan tingginya produksi kerja begitu pula sebaliknya.

2.6.1 Waktu Edar Excavator


Pada excavator seperti back hoe dalam satu siklus, waktu yang diperlukan
untuk produksi adalah waktu menggali (digging), swing isi, pemuatan (loading),
dan swing kosong.
Penjelasan menurut cycle time back hoe :
Menggali : waktu ketika bucket pertama kali mulai menyentuh tanah
atau batuan.
Swing isi : waktu saat stick mau berputar dan keadaan bucket terisi
muatan.
Pemuatan : waktu saat bucket akan menumpahkan isi muatannya ke
bak dump truck sampai hendak berputar lagi.
Swing kosong : waktu ketika stick mau berputar hingga menyentuh tanah
atau batuan lagi dan bucket dalam keadaan kosong.
Dimana cycle time back hoe bisa didapat sebagai berikut :

CT = T1 + T2 + T3 + T4 ......................................................................(4)

Keterangan : CT = cycle time, (detik)


T1 = waktu menggali (digging), (detik)
T2 = waktu swing isi, (detik)
T3 = waktu pemuatan (loading), (detik)
T4 = waktu swing kosong, (detik)

2.6.2 Waktu Edar Bulldozer


Waktu siklus pada bulldozer adalah waktu gusur, waktu kembali, dan waktu
tetap. Waktu gusur adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan penggusuran,
20

dapat dihitung dengan rumus :

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐺𝑢𝑠𝑢𝑟 (𝑚)


Waktu Gusur = …………..……………......(5)
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐺𝑢𝑠𝑢𝑟 (m3/jam)
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖 (𝑚)
Waktu Kembali = ………….…………..…(6)
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖 (m3/jam)

Waktu tetap merupakan waktu yang diambil konstan pada setiap


pengoperasian bulldozer, misalnya dalam menentukan waktu percepatan dan
perlambatan.

2.6.3 Waktu Edar Dump Truck


Menurut Susi (2008), siklus kerja dalam pemindahan tanah mekanis
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang. Pada excavator seperti back
hoe dalam satu siklus, waktu yang diperlukan untuk produksi adalah waktu
menggali (digging), swing isi, pemuatan (loading), dan swing kosong.
Penjelasan menurut cycle time pada back hoe :
Menggali : waktu ketika bucket pertama kali mulai menyentuh tanah
atau batuan
Swing isi : waktu saat stick mau berputar dan keadaan bucket terisi
muatan
Pemuatan : waktu saat bucket akan menumpahkan isi muatannya ke
bak dump truck sampai hendak berputar lagi
Swing kosng : waktu ketika stick mau berputar hingga menyentuh tanah
atau batuan lagi dan bucket dalam keadaan kosong.
Dimana cycle time back hoe bisa didapat sebagai berikut :

CT = T1 + T2 + T3 + T4 ................................................ …………….(7)

Keterangan : CT = cycle time, (detik)


T1 = waktu menggali (digging), (detik)
T2 = waktu swing isi, (detik)
T3 = waktu pemuatan (loading), (detik)
T4 = waktu swing kosong, (detik)
21

2.7 Taksiran Produktivitas Alat Pemindahan Tanah Mekanis


Pemilihan kombinasi peralatan yang efektif khususnya untuk kegiatan
penggalian dan pengangkutan memerlukan perkiraan produktivitas dari setiap
macam kombinasi shovel/truck yang memungkinkan (Thompson, RJ, 2005).
Kemampuan produksi (produktivitas) dari alat digunakan untuk menilai
kemampuan kerja alat dan melakukan perencanaan target produksi dan kebutuhan
jumlah alat.
Perhitungan taksiran produktivitas alat dilakukan berbeda-beda tergantung
dari fungsi dan kegunaan alat tersebut. Namun pada dasarnya perhitungan
produktivitas memiliki rumus yang sama, yaitu:

2.7.1 Taksiran Produktivitas Bulldozer


Taksiran produktivitas dari bulldozer terdiri dari dua taksiran produktivitas
yaitu dozing dan ripping. Pada kegiatan produksi yang memerlukan kegaitan
ripping, maka taksiran produksi bulldozer merupakan gabungan dari produktivitas
ripping dan dozing karena pada prakteknya ripping merupakan pekerjaan bantu
dari dozing. Material hasil ripping pasti selanjutnya akan di-dozing. Untuk
menghitung taksiran produksi gabungan digunakan rumus sebagai berikut:

𝑇𝐷𝑥𝑇𝑅
TP = (m3/jam) ....................................................................................... ...(8)
𝑇𝐷+𝑇𝑅

Keterangan:
TD : Taksiran produksi dozing (m3/jam)
TR : Taksiran produksi ripping (m3/jam)

2.7.1.1 Taksiran Produksi Dozing


Pada pekerjaan dozing, taksiran produksi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
𝐾𝑏𝑥 60 𝑥𝐹𝐾
TD = 𝐽 𝐽 (m3/jam) .......................................................................... ... (9)
+ +𝑍
𝐹 𝑅

Keterangan:
Kb = Kapasitas blade (m3)
22

FK = Faktor koreksi
= Blade factor x Efisiensi kerja alat
J = Jarak dorong (meter)
F = Kecepatan maju (meter/menit)
R = Kecepatan mundur (meter/menit)
Z = Waktu tetap (menit)

2.7.1.2 Taksiran ProduksiRipping (Giant Ripper)


Keperluan taksiran produksi hasil ripping disarankan berdasarkan hasil test
seismic wave velocity karena produktivitas ripping sangat dipengaruhi dari jenis
ripper maupun tipe unitnya. Taksiran produksi ripping dengan giant ripper dapat
dihitung dengan rumus:

𝑃2 𝑥𝐽𝑥 60 𝑥𝐹𝐾
TR = 𝐽 𝐽 (m3/jam) ...................................................................... ..(10)
+ +𝑍
𝐹 𝑅

Keterangan:
P = Kedalaman penetrasi (meter)
FK = Faktor koreksi
J = Jarak dorong (meter)
F = Kecepatan maju (meter/menit)
R = Kecepatan mundur (meter/menit)
Z = Waktu tetap (menit)

2.7.2 Taksiran Produktivitas Excavator


Taksiran produktivitas alat gali muat khususnya excavator dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut:

𝐾𝑏𝑥𝐵𝑓𝑥 3600 𝑥𝐹𝐾 3


TP = (m /jam) ................................................................. ..(11)
𝐶𝑇
Keterangan:
TP = Taksiran produktivitas alat muatbcm/jam untuk tanah atau ton/jam
untuk batubara sesuai density batubara
23

Kb = Kapasitas bucket (m3)


Bf = Bucket factor
FK = Faktor koreksi
= Fill Factor x Efisiensi kerja alat x Swell factor
CT = Waktu edar alat muat/excavator(detik)

2.7.3 Taksiran Produktivitas Dump Truck


Taksiran produktivitas dump truckdapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:

𝐶𝑥 60 𝑥𝐹𝐾 3
TP = (m /jam) ................................................................................ ..(12)
𝐶𝑇
Keterangan:

TP = Taksiran produktivitas dump truck, bcm/jam atau ton/jam


C = Kapasitas Vessel (m3)
FK = Faktor Koreksi
= Swell factor x Efisiensi kerja alat
CT = Waktu edar dump truck(menit)

2.8 Sumber Alat Berat


Menurut Susi (2008), didalam dunia konstruksi alat-alat berat yang dipakai
dapat berasal dari bermacam-macam sumber, antara lain alat berat yang dibeli
oleh perusahaan/kontraktor, alat berat yang disewa-beli, dan alat berat yang
disewa.
2.8.1 Alat Berat Yang Dibeli
Perusahaan konstruksidapat membeli alat berat sebagai aset perusahaan.
Keuntungan dari pembelian ini adalah biaya pemakaian perjam yang sangat kecil
jika alat tersebut dipergunakan secara optimal. Keuntungan lain dari kepemilikan
alat adalah bonafiditas bagi perusahaan konstruksi karena kadang-kadang dalam
proses tender pemilik proyek melihat kemampuan suatu kontraktor berdasarkan
alat yang dimiliki.
2.8.2 Alat Berat Yang Disewa-Beli
24

Pengadaan alat juga dapat berasal dari perusahaan leasing alat berat. Sewa-
beli alat umumnya dilakukan jika alat tersebut berlangsung dalam jangka waktu
yang lama. Yang dimaksud dengan sewa-beli adalah pengadaan alat dengan
pembayaran pada perusahaan leasing dalam jangka waktu yang lama dan diakhir
masa sewa-beli tersebut alat menjadi milik pihak penyewa. Biaya pemakaian
umumnya lebih tinggi daripada memiliki alat tersebut, namun terhindar dari
resiko investasi alat yang besar di awal.
2.8.3 Alat Berat Yang Disewa
Perusahaan konstruksi juga dapat mengadakan alat berat dari perusahaan
penyewa. Alat berat yang disewa umumnya dalam jangka waktu yang tidak lama.
Biaya pemakaian alat berat sewa adalah yang tertinggi, akan tetapi tidak akan
berlangsung lama karena penyewaan dilakukan pada waktu yang singkat. Pada
metode ini juga perusahaan konstruksi terbebas dari biaya investasi alat yang
cukup besar.

2.9 Biaya Alat Berat


Menurut Andi (2003), Biaya alat berat dapat dibagi di dalam dua kategori
yaitu biaya kepemilikan alat dan biaya pengoperasian alat. Kontraktor yang
memiliki alat berat harus menanggung biaya yang disebut biaya kepemilikan alat
berat (ownership cost). Pada saat alat berat dioperasikan makan akan ada biaya
pengoperasian (operation cost).

2.9.1 Biaya Kepemilikan Alat


Biaya kepemilikan alat berat terdiri dari beberapa faktor. Faktor pertama
adalah biaya investasi pembelian alat. Jika pemilik meminjam uang dari bank
untuk membeli alat tersebut maka akan ada biaya bunga pinjaman. Faktor kedua
adalah depresiasi atau penurunan nilai alat yang disebabkan bertambahnya umur
alat. Faktor ketiga yang juga penting adalah pajak. Faktor keempat adalah biaya
yang harus dikeluarkan pemilik untuk membayar asuransi alat dan faktor terakhir
adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menyediakan tempat penyimpanan
alat.
25

2.9.1.1 Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan nilai alat yang dikarenakan adanya
kerusakan, pengurangan dan harga pasaran alat. Penurunan nilai alat ini berkaitan
erat dengan semakin meningkatnya umur alat atau juga out of date. Perhitungan
depresiasi diperlukan untuk mengetahui nilai alat setelah pemakaian alat tersebut
selama suatu masa tertentu. Selain itu bagi pemilik alat dengan menghitung
depresiasi alat tersebut maka pemilik dapat menghitung modal yang akan
dikeluarkan di masa alat sudah tidak dapat digunakan dan alat baru harus dibeli.
Dalam pelaksanaanya depresiasi juga dapat dimasukkan ke dalam biaya
operasional pada perhitungan biaya perawatan alat berat.
Dilihat dari jenisnya maka ada tiga jenis penyusutan yaitu penyusutan
fisik, penyusutan fungsional, penyusutan akibat perubahan ekonomi. Yang
dimaksud dengan penyusutan fisik adalah berkurangnya kemampuan fisik sebuah
aset karena aus. Akibat dari penyusutan fisik dapat meningkatkan biaya
operasional dan pemeliharaan yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas
dan keuntungan. Penyusutan fungsional biasanya terjadi karena alat dianggap
telah kuno sehingga penentuannya lebih sulit dibandingkan dengan penyusutan
fisik. Penyusutan fungsional salah satunya diakibatkan oleh berubahnya
permintaan pasar karena munculnya mesin dengan teknologi baru. Penyusutan
jenis ketiga yaitu penyusutan akibat perubahan ekonomi sangat sulit diramalkan.
Depresiasi dapat dihitung dengan menggunakan metode garis lurus
(straight line method). Metode ini merupakan metode termudah dalam
perhitungan depresiasi. Tingkat depresiasi dengan metode ini adalah :

1
𝑅𝑘 = .................................................................................................... (13)
𝑛
K adalah tahun dimana depresiasi dihitung. Untuk menghitung depresiasi per
tahun digunakan rumus berikut ini :

𝑃−𝑆
𝐷𝑘 = ................................................................................................. (14)
𝑛
Dk adalah depresiasi per tahun yang tergantung pada harga alat pada saat
pembelian (P), nilai sisa alat (S) dan umur ekonomis alat (n). Nilai 𝐷𝑘 pada meto-
26

de ini selalu konstan.


2.9.2 Biaya Operasional
Biaya pengoperasian alat akan timbul setiap saat alat berat dipakai. Biaya
pengoperasian meliputi biaya bahan bakar, gemuk, pelumas, perawatan dan
perbaikan, serta alat penggerak atau roda. Operator yang menggerakkan alat
termasuk dalam biaya pengoperasian alat. Selain itu mobilisasi dan demobilisasi
alat juga adalah pengadaan alat ke proyek konstruksi. Sedangkan yang dimaksud
dengan demobilisasi adalah pengembalian alat dari proyek setelah alat tersebut
tidak digunakan kembali.

2.9.2.1 Bahan Bakar


Kebutuhan bahan bakar dan pelumas per jam berbeda untuk setiap alat atau
merek dari mesin. Data-data ini biasanya dapat diperoleh dari pabrik produsen alat
atau dealer alat yang bersangkutan atau dari data lapangan. Pemakaian bahan
bakar dan pelumas per jam akan bertambah bila mesin bekerja berat dan
berkurang bila bekerja ringan. Bahan bakar dapat di hitung dengan
rumus :

Cost fuel = Keb.Bahan Bakar/jam x Harga bahan bakar/ltr ................... (15)

2.9.2.2 Bahan Pelumas, Gemuk, Saringan (Filter)


Untuk kebutuhan bahan-bahan tersebut, seperti pada kebutuhan bahan
bakar, masing-masing alat besar dalam kebutuhan per jam berbeda sesuai dengan
kondisi pekerjaan, bahan pelumas yang terdiri atas :
1. Oli Mesin
2. Oli Tranmisi
3. Oli Hidrolis
4. Oli Final Drive
5. Gemuk

Biaya Pelumas = Keb. Pelumas x harga Pelumas per ltr ..................... (16)
27

Sedangkan biaya filter biasnya diambil 50% dari jumlah biaya pelumas di
luar bahan bakar atau dalam rumus hitungan :

Jumlah Filter x Harga Filter


Biaya filter per jam = ....................................... (17)
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐹𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟

2.9.2.3 Biaya Ban


Umur ban dari alat sangat dipengaruhi oleh medan kerjanya di samping
kecepatan dan tekanan angin. Selain itu kualitas ban yang digunakan juga
berpengaruh. Umur ban biasanya diperkirakan sesuai kondisi medan kerjanya.

Harga Ban (Rp)


Ban = ..................................................................... (18)
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐾𝑒𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 (𝑗𝑎𝑚)

2.9.2.4 Perbaikan (Reparasi)


Biaya perbaikan ini merupakan biaya perbaikan dan perawatan alat sesuai
dengan kondisi operasinya. Makin keras alat bekerja per jam makin besar pula
biaya operasinya. Biaya perbaikan (reparasi) alat dapat ditentukan dengan
menggunakan formula berikut :

Faktor Perbaikan x (Harga Mesin−Harga ban)


Biaya Reparasi = .............(19)
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐾𝑒𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 (𝑗𝑎𝑚)

Dimana faktor perbaikan biasanya ditentukan berdasarkan pengalaman.

2.9.2.5 Hal-Hal Khusus


Beberapa part yang keausannya lebih cepat dibanding part lainnya tidak
termasuk dalam biaya perbaikan, tetapi dimasukkan dalam hal-hal khusus.

2.9.2.6 Upah Operator


Salah satu cara untuk menghitung upah operator per jam adalah :

Upah Operator x Pembantu per Bulan (Rp)


Upah Operator = ...........…(20)
𝐽𝑎𝑚 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 (𝑗𝑎𝑚)

2.9.2.7 Biaya Tidak langsung (Indirect Cost)


Biaya tidak langsung terdiri atas : biaya pool, biaya kantor, biaya resiko,
28

keuntungan dan sebagainya. Biaya ini biasanya dihitung sebesar 15% - 25% dari
total biaya penggunaan peralatan bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai