Sesuai dengan kebutuhan mahasiswa akan pemahaman atas teori yang diberikan
dikelas oleh dosen mengenai aliran saluran terbuka, maka dilakukan praktikum laboratorium
hidraulika.
Penyelidikan di laboratorium meliputi:
- Pengukuran debit air dalam suatu penampang.
- Loncatan hidrolis
Percobaan dan penyajian laporan hasil praktikum di laboratorium ini di lakukan
berkelompok.
Dalam laporan ini dicantumkan maksud atau tujuan, lokasi atau tempat percobaan, alat
dan prosedur pelaksanaannya. Sedangkan hasil praktikum disajikan langsung dalam bentuk
tabel lengkap dengan perhitungannya.
Kegunaan praktikum
- Untuk lebih mempertajam pengetahuan mahasiswa dalam memahami masalah
hidrolika, khususnya permasalahan pada aliran saluran terbuka.
Dikerjakan oleh
Kelompok : 8
Disetujui Oleh :
LABORATORIUM HIDRO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
PERCOBAAN A
DEBIT ALIRAN YANG MELALUI “SLUICE GATE”
1. TUJUAN
a. Mendemonstrasikan aliran melalui pintu sorong.
b. Menunjukan bahwa pintu sorong dapat digunakan sebagai alat ukur dan pengatur debit.
2. PELAKSANAAN PERCOBAAN
2.1 Teori Dasar
Pengaliran di bawah sluice gate mempunyai dua kondisi, yaitu pengaliran bebas (free
flow) dan pengaliran tenggelam (submerge flow). Kondisi pengaliran bebas dicapai apabila
aliran di depan pintu adalah subkritis dan di belakang pintu adalah superkritis. Untuk kondisi
pengaliran tenggelam akan dicapai apabila kedalaman air di belakang pintu lebih tinggi dari
bukaan pintu.
a. Pengaliran Bebas.
Dalam pengaliran bebas, debit diperoleh dengan rumus :
Q Cd . b . Yg . 2 . g . Y0
Dengan :
Q = debit yang melalui pintu (m3/detik)
Cd = koefisien debit.
b = lebar pintu ( m ).
Yg = tinggi bukaan pintu ( m ).
Y0 = tinggi muka air di hulu ( m ).
b. Pengaliran Tenggelam.
Untuk pengaliran tenggelam, debit diperoleh dengan rumus:
Q Cd . b . Yg . 2 . g . Y0 Yg
Total Head di hulu dan hilir pintu.
V02 Q2
H 0 Y0 Y0
2.g. Y0 xb
2
2. g
V12 Q2
H 1 Y1 Y1
2.g . Y1 xb
2
2.g
2
V0
2. g
Total head line
2
H0 V1 H1
or or
V0 Y0 2.g E1
E0
Water surface
Yg
V1 Y1
Section 0 Section 1
2.2 Peralatan yang Digunakan
a. Flume ( Saluran Terbuka )
c. Point Gauge
a. Tabel Debit Aliran Melalui Pintu Tegak (Sluice Gate) dengan Yg konstan
Variasi Yg (m) Yo (m) Y1 (m) Q (m3/dt)
1. 0,020 0,062 0,018 2,70 x 10-3
2. 0,020 0,103 0,016 3,00 x 10-3
3. 0,020 0,128 0,014 3,00 x 10-3
4. 0,020 0,175 0,020 5,00 x 10-3
b.Tabel Debit Aliran Melalui Pintu Tegak (Sluice Gate) dengan Q konstan
Variasi Yg (m) Yo (m) Y1 (m) Q (m3/dt)
1. 0,020 0,207 0,025 2,42 x 10-3
2. 0,030 0,123 0,033 2,42 x 10-3
3. 0,040 0,090 0,035 2,42 x 10-3
4. 0,050 0,078 0,037 2,42 x 10-3
3.PERHITUNGAN
4. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dalam percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan:
a) Pengaruh dari nilai Yg dan Q terhadap nilai Cd untuk pengaliran di bawah pintu
1. Untuk nilai Yg konstan.
Dengan bertambahnya nilai Q maka nilai Yo menjadi bertambah besar
( berbanding lurus ).
Dengan bertambahnya nilai Q maka nilai Cd menjadi bertambah besar
( berbanding lurus ).
2. Untuk nilai Q konstan.
Dengan bertambahnya nilai Yg maka nilai Yo menjadi berkurang
( berbanding terbalik ).
Dengan bertambahnya nilai Yg maka nilai Cd menjadi berkurang
( berbanding terbalik ).
3. Dalam percobaan ini, parameter yang sangat berpengaruh terhadap nilai Cd adalah Yg,
Y0, dan Q ( debit aliran ).
5. SARAN
LONCATAN HIDRAULIK
Dikerjakan oleh
Kelompok : 8
Disetujui Oleh :
LABORATORIUM HIDRO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
PERCOBAAN B
LONCATAN HIDRAULIK
1. TUJUAN
Menunjukkan karakteristik loncat air pada aliran setelah ‘sluice gate’.
2. PELAKSANAAN PERCOBAAN
2.1 Teori Dasar
Loncatan hidraulik merupakan salah satu bentuk aliran berubah secara cepat ( rapidly
variete flow ). Loncatan hidraulik terjadi apabila aliran di saluran berubah dari super kritis
menjadi subkritis.
Pemakaian praktis dari loncatan hidrolik, antara lain: (1) sebagai peredam energi pada
bendungan, saluran dan struktur hidrolik yang lain dan untuk mencegah pengikisan struktur
di bagian hilir; (2) untuk menaikkan kembali tinggi energi atau permukaan air pada daerah
hilir saluran pengukur dan juga menjaga agar permukaan air saluran irigasi atau saluran
distribusi yang lain tetap tinggi; (3) untuk memperbesar tekanan pada lapis lindung sehingga
memperkecil tekanan angkat pada struktur tembok, dengan memperbesar kedalaman air pada
lapis lindung; (4) untuk memperbesar debit, dengan mempertahankan air bawah balik, karena
tinggi energi efektif akan berkurang bila air bawah dapat menghilangkan loncatan hidrolik;
(5) untuk menunjukkan kondisi – kondisi aliran tertentu, misal adanya aliran superkritis atau
adanya penampang kontrol, sehingga letak pos pengukuran dapat ditentukan.
2
V3
2 2. g
V0
2. g
2
V1 H1 H
H0 H3
or
2. g or
or
E1
E0 E3
Y0
Yb Y3
Yg V1 V3
Y1 V2 Y2 Vb
y3
y1
1
2
. 1 8.Fr21 1
0,5
Dengan :
y1 = tinggi muka air sebelum loncatan.
y3 = tinggi muka air setelah loncatan.
V1
Fr1 = bilangan froude saat y1, Fr
g.y1 0,5
Dari gambar di atas dapat dilihat hitungan kehilangan tinggi ( H ) dengan
kedalaman air sebelum loncatan atau ( ya ) dan kedalaman air setelah loncatan (yb) dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Va2 Vb2
H y a . y b
2g 2g
Karena sectionnya sempit, maka ya = y1, dan dapat disederhanakan oleh rumus berikut
ini:
H
y3 y1
3
4 y1 y3
Dengan:
H = total kehilangan energi sepanjang loncat air.
Va = kecepatan rata-rata sebelum loncat air (m/dt)
ya = kedalaman rata-rata sebelum loncat air (m).
Vb = kecepatan rata-rata setelah loncat air (m/dt)
yb = kedalaman rata-rata setelah loncat air (m).
c. Point Gauge
d. Pitot Meter ( Tabung Pitot dan Manometer )
3.PERHITUNGAN
4. KESIMPULAN
5. SARAN
Dikerjakan oleh
Kelompok : 8
Disetujui Oleh :
LABORATORIUM HIDRO
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
PERCOBAAN C
BENDUNG AMBANG LEBAR
1. TUJUAN
a. Mendemonstrasikan aliran melalui ambang lebar.
b. Menunjukkan bahwa ambang lebar dapat digunakan untuk mengukur debit.
2. PELAKSANAAN PERCOBAAN
2.1 Teori Dasar
Peluap disebut ambang lebar apabila B > 0,66 H, dengan B adalah peluap / ambang
lebar dan H adalah tinggi peluapan. Dipandang dari A dan B tinggi air di atas peluap pada
titik A adalah H, sedang pada titik B adalah yc (h).
Kondisi aliran di hilir peluap ambang lebar tidak mengalami ”obstruction”, hal ini
menunjukkan bahwa aliran di atas ambang adalah maksimum. Dalam kondisi demikian
terjadi aliran kritis di atas ambang, sehingga dapat dipakai sebagai dasar mengukur energi
V 2
spesifik. Bila kecepatan di hulu ambang kecil, maka nilai tinggi kecepatan 0 2 g dapat
diabaikan dan energi spesifik di atas ambang adalah E = H.
Debit aliran yang lewat ambang lebar dapat dihitung dengan formula:
Q Cd .B. 2 g . Hyc 2 yc 2
dan
2
yc H
3
3
Qmaks 1,71.Cd .B.H 2
keterangan :
Q = debit di atas ambang (m3/s).
B = lebar ambang (m).
H = tinggi peluap (m).
Cd = koefisien debit.
2
V0 2
2. g L V1
2.g
yc
E0 H
Y0
P
A B
c. Point Gauge
d. Pitot Meter
2.3 Cara Kerja
a. Siapkan peralatan dan pastikan posisi flume dan peluap ambang lebar horizontal.
b. Alirkan air secara perlan-lahan sampai melimpah sedikit di atas ambang dan hentikan
aliran.
c. Ukur dan catat tinggi air di hulu ambang sebagai data batas permukaannya.
d. Alirkan air kembali untuk mendapatkan ketinggian H tertentu di atas ambang, dan
naikkan aliran untuk mendapatkan data H yang lain sebanyak 4 kali dengan interval
kenaikan ( ∆H ) = 10 mm.
e. Pada setiap langkah percobaan ukur dan catat nilai H, Q, Y0, Yc, dan L.
f. Gambarkan profil aliran yang terjadi di setiap pengaliran.
2.4 Tabulasi Data Percobaan
PERCOBAAN C : BENDUNG AMBANG LEBAR
Tanggal Percobaan :
Kelompok :8
1. Pande Ketut Ardha Suganda 1519151077
2. I Made Ari Santi Wikrama 1519151078
3. Putu Gede Asta Wiguna MP 1519151079
4. I Putu Gede Dharma Wijaya 1519151080
5. I Dewa Made Arie Artha Widnyana 1519151081
6. Putu Intan Pratami Dewi 1519151082
7. I Made Lanang Dwi Adnyana 1519151083
3.PERHITUNGAN
4. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dalam percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan :
a) Bahwa nilai Cd rata – rata ialah 1,026 selalu tetap untuk setiap nilai Q karena merupakan
koefisien.
b) Panjang pengempangan (L) tidak berpengaruh terhadap nilai Cd, hal ini terbukti dengan
Q
persamaan : Cd
1,71.x.b.x.H 3 / 2
Yang berpengaruh terhadap nilai koefisien debit (Cd) adalah lebar flume (b), debit aliran
(Q), dan tinggi peluap (H)
5. SARAN
Dalam melakukan pengukuran debit air, dilakukan sebanyak 2 atau 3 kali untuk setiap
masing – masing sesi, agar mendapatkan hasil yang optimal.
Sebelum Melaksanakan praktikum setidaknya harus mengerti tentang materi yang akan di
praktikan dan alat yang akan digunakan.
Di dalam melakukan percobaan, untuk mendapatkan hasil yang maksimal hendaknya
pengukuran tinggi air dilakukan pada saat air mencapai tinggi yang konstan.
DAFTAR PUSTAKA
Panduan Praktikum Hidraulika Saluran Terbuka, Laboratorium Hidro Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Van Te Chow. 1985. Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics - alih bahasa oleh
Ir.E.V.Nensi Rosalina, M.Eng. Jakarta : Erlangga
Terbitan asli McGraw-Hill, Inc.