Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Ooeh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Denpasar, 13 Desember 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3 Tujuan............................................................................................. 3
1.4 Manfaat………………………………………………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHSAN.......................................................................................... 4
2.1 Fungsi Asas Hukum dan Perbedaannya Dengan Kaidah/Norma………… 4
2.2 Penerapan Asas Hukum Umum/Fundamental Dan Asas Khusus Dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Dan Yurisprudensi……. 7
BAB III PENUTUP............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 11
3.2 Saran………………………………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial pasti saling berhubungan antara satu


individu dengan individu lainnya. Dalam perjalanannya, manusia membutuhkan
hukum supaya terjalin suatu hubungan yang harmonis. Pada dasarnya manusia
secara alami terikat oleh kaidah seperti norma kesusilaan, norma kesopanan, dan
norma adat sebagai aturan dalam kehidupannya. Akan tetapi norma-norma itu tidak
cukup untuk menjamin keberlangsungan kehidupan manusia karena tidak tegasnya
sanksi bagi yang melanggarnya sehingga kesalahan itu bisa terulang lagi, maka
disusunlah suatu hukum yang mempunyai sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya.
Hukum berfungsi sebagai pengatur keseimbangan antara hak dan kewajiban
manusiasebagai makhluk sosial, dan mewujudkan keadilan dalam hidup bersama.
Karenapentingnya kedudukan hukum dalam tatanan masyarakat, maka dalam
pembentukanperaturan hukum tidak bisa terlepas dari asas hukum, karena asas
hukum adalahlandasan utama dalam pembentukan hukum.
Pada hakikatnya tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan
masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Setiap
hubungan kemasyarakatan tidak boleh bertentangan dengan ketentuanketentuan
dalam peraturan hukum yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Hukum berfungsi
sebagai pengatur keseimbangan antara hak dan kewajiban manusia sebagai
makhluk sosial, dan mewujudkan keadilan dalam hidup bersama. Hal itu
dikemukakan oleh Jeremy Bentham yang menegaskan bahwa Hukum barulah diakui

1
sebagai hukum, jika ia memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarya terhadap
sebanyakbanyaknya orang.1
Di dalam pembentukan kehidupan bersama yang baik, dituntut pertimbangan
tentang asas atau dasar dalam membentuk hukum supaya sesuai dengan cita-cita
dan kebutuhan hidup bersama. Dengan demikian asas hukum adalah prinsip yang
dianggap dasar atau fundamen hukum. karena itu bahwa asas hukum merupakan
jantung dari peraturan hukum. Dikatakan demikian karena asas hukum merupakan
landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum.
Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan
pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum. Dalam
bahasa Inggris, kata " asas " diformatkan sebagai " principle ", peraturan konkret
seperti undang-undang tidak boleh bertentangan dengan 27 asas hukum, demikian
pula dalam putusan hakim, pelaksanaan hukum, hukum dasar, dasar sesuatu yang
menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat dan sistem hukum yang di pertegas
oleh Dragan Milovanovic bahwa pengsistematisan hukum berlangsung secara terus-
menerus kedalam kumpulan hukum yang relevan, yang di koordinasi oleh beberapa
asas-asas tentang pembenaran.2

1
Achmad Ali, 2007, Menguak Teori Hukum Legal theory Dan Teori Peradilan Judicialprudance,
Kencana, Makasar, h.76
2

Ibid.h.14

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah fungsi dan perbedaan asas hukum dengan kaidah atau norma ?
2. Bagaimanakah penerapan asas hukum umum/fundamental dan asas khusus
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi ?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan ini Secara umum,dimaksudkan untuk mengkaji fungsi dan
perbedaan asas hukum dengan kaidah atau norma, dan penerapan asas hukum
umum/fundamental dan asas khusus dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan dan yurisprudensi.

1.4. Manfaat
Mengedukasi dan meningkatkan pemgetahuan khususnya tentang fungsi dan
perbedaan asas hukum dengan kaidah atau norma penerapan asas hukum
umum/fundamental dan asas khusus dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan dan yurisprudensi.

BAB II
PEMBAHASAN

3
2.1 Fungsi Asas Hukum dan Perbedaannya Dengan Kaidah/Norma
Sebelum membahas mengenai fungsi Asas hukum dan perbedaannya dengan
kaidah/norma terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian dari asas hukum.
Asas hukum adalah pikiran dasar yang bersifat umum dan abstrak. Asas hukum
terdapat dalam setiap sistem hukum dan menjelma dalam setiap hukum positif. Asas
hukum merupakan unsur penting dan pokok dari peraturan hukum. Pembentukan
hukum praktis sedapat mungkin berorientasi pada asas-asas hukum. Asas hukum
menjadi dasar-dasar atau petunjuk arah dalampembentukan hukum positif.Dalam
pandangan beberapa ahli, asas mempunyai arti yang berbeda-beda. Asas adalah
sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat, dan asas dapat juga
berarti merupakan hukum dasar.3
Tentang batasan pengertian asas hukum ada beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu :
1. Bellefroid berpendapat bahwa asas hukum umum adalah norma
dasaryang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak
dianggapberasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum
merupakanpengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat. 4
2. van Eikema Hommes mengatakan bahwa asas hukum itu tidak boleh
dianggap sebagai norma-norma hukum kongkrit, akan tetapi perlu
dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi
hukumyang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu berorientasi pada
asas-asashukum tersebut.5
3. Scholten mengatakan asas hukum adalah kecenderungankecenderungan
yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum,merupakan

3
Fence M. Wantu, 2002, Cara Cepat Belajar Hukum Acara Perdata, Reviva Cendekia,
Jakarta, h. 13

4
Ishaq, 2007, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 75

5
Ibid, h.76

4
sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya sebagaipembawaan
yang umum itu, tetapi yang tidak boleh tidak harus ada.
4. Menurut pendapat Sudikno Mertokusumo, asas hukum adalah bukan
merupakan peraturan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar
yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dan peraturan yang
konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang
terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang
merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-
sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut. 6
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa asas
hukum bukan merupakan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang
umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat
di dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat
diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut.
Atau lebih ringkasnya, asas hukum merupakan latar belakang dari terbentuknya
suatu hukum konkrit.
Fungsi Asas Hukum Dalam sistem hukum, asas hukum memiliki beberapa
fungsi yaitu :
1. Menjaga ketaatan asas atau konsistensi. Contoh, dalam Hukum Acara
Perdata dianut" asas pasif bagi hakim ", artinya hakim hanya memeriksa
pokok-pokok sengketa yangditentukan oleh para pihak yang berperkara
dan bukan oleh hakim. Hakim hanyamembantu para pencari keadilan dan
berusaha mengatasi segala hambatan danrintangan untuk tercapainya
keadilan. Dengan demikian hakim menjadi pasif danterjagalah ketaatan
asas atau konsistensi dalam Hukum Acara Perdata, karena parapihak
dapat secara bebas mengakhiri sendiri persengketaannya.

Fence M. Wantu Dkk, Op.Cit, h.13

5
2. Menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam sistem hukum. Fungsi ini
diwujudkandalam beberapa asas hukum di bawah ini :
a. Lex dura sed ita scripta : Undang- Undang adalah keras tetapi ia telah
ditulis demikian.
b. Lex niminem cogit ad impossibilia, undang- undang tidak memaksa
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin
c. Lex posterior derogat legi priori atau Lex posterior derogat legi
anteriori, undang-undang yang lebih baru mengenyampingkan
undang- undang yang lama.
d. Lex specialist derogat legi generali , undang- undang yang khusus
didahulukanberlakunya daripada undang- undang yang umum.
e. Lex superior derogat legi inferiori , undang- undang yang lebih tinggi
mengenyampingkan undang- undang yang lebih rendah tingkatannya
Terkait dengan perbedaannya dengan norma, di Indonesia Roeslan Saleh
dalam membedakan antara asas-asas hukum dan aturan hukum/norma hukum
mengenai bagaimana cara dia diterapkan. Mengutip pendapat Paul Scholten bahwa
asas-asas hukum bukan aturan-aturan hukum. Aturan-aturan hukum mempunyai isi
lebih kongkrit sehingga aturan hukum dapat langsung diterapkan. Asas-asas hukum
hanya mempunyai daya kerja tidak langsung dalam penemuan hukum. Juga dari
pnengertian asas-asas hukum, tampak ada perbedaan, Bellefroid mendefinisikan,
asas hukum adalah pengendapan hukum positif. Dibalik itu Eikema Homes
mengartikan asas hukum itu sebagai dasar-dasar atau petunjuk arah dalam
pembentukan hukum. Dari perbedaan itu bagi Bellefroid karena asas hukum
merupakan endapan hukum positif, asas hukum dapat diterapkan secara langsung
untuk penyelesaian perkara, sedangkan mengikuti Eikema Homes, asas-asas hukum
hanya dasar-dasar petunjuk arah pembentukan hukum, maka asas-asas hukum
tidak dapat diterapkan langsung untuk menyelesaikan snegketa. Hakim dalam
menerapkan asas-asas hukum, menempatkan asas-asas hukum dalam fungsi ratio

6
legis (alasan motif dibentuknya undang-undang) yang dapat dijadikan petunjuk
untuk melakukan penafsiran atau interpretasi dalam menerapkan aturan hukum itu. 7
Ada beberapa perbedaan mendasar antara asas dan norma , yaitu :
1. Asas merupakan dasar pemikiran yang umum dan abstrak, sedangkan
normamerupakan peraturan yang riil.
2. Asas adalah suatu ide atau konsep, sedangkan norma adalah penjabaran
dari idetersebut.
3. Asas hukum tidak mempunyai sanksi sedangkan norma mempunyai
sanksi.Tentu saja keduanya berbeda, karena asas hukum adalah
merupakan latar belakang dari adanya suatu hukum konkrit, sedangkan
norma adalah hukum konkrit itu sendiri.Atau bisa juga dikatakan bahwa
asas adalah asal mula dari adanya suatu norma

2.2 Penerapan Asas Hukum Umum/Fundamental Dan Asas Khusus


Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Dan
Yurisprudensi

Berbicara mengenai asas hukum, maka asas hukum dapat dibagi menjadi asas
hukum umum dan asas hukum khusus seperti berikut ini :
1. Asas Hukum Umum
Asas Hukum Umum adalah asas hukum yang berhubungan dengan seluruh
bidang hukum, seperti asas restitutio in integrm, asas lex posteriori derogat
legi priori. Asas yang diartikan bahwa apa yang lahirnya tampak benar, maka
untuk sementara harus juga dianggap demikian sampai diputus (lain) oleh
pengadilan.

Menurut P.Scholten ada 5 asas hukum umum, yaitu:


a. Asas kepribadian

7
I Dewa Gede Atmadja, 2014, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang, h. 102-103

7
b. Asas pesekutuan
c. Asas kesamaan
d. Asas kewibawaan, dan
e. Asas pemisah antara baik dan buruk
Dalam asas hukum umum :
a. Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut (non retroaktif).
Peraturan perundang-undangan yang dibuat hanya berlaku pada peristiwa
peristiwa hukum yang terjadi setelah peraturan perundangundangan itu lahir.
Namun demikian, mengabaikan asas ini dimungkinkan terjadi dalam rangka
untuk memenuhi keadilan masyarakat.
b. Asas kepatuhan pada hirarkhi (lex superior derogat lex inferior).Peraturan
perundang-undangan yang ada di jenjang yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berada pada
jenjang lebih tinggi. Dan seterusnya sesuai dengan hierarki norma dan
peraturan perundang-undangan
c. Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus menyampingkan
peraturan perundang-undangan yang bersifat umum ( lex specialis derogat
lex generalis)
d. Peraturan perundang-undangan yang berlaku belakangan membatalkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku terdahulu ( lex posteriori
derogate lex periori); dalam setiap peraturan perundang-undangan biasanya
terdapat klausul yang menegaskan keberlakuan peraturan perundang-
undangan tersebut dan menyatakan peraturan perundangundangan sejenis
yang sebelumnya digunakan, kecuali terhadap pengaturan yang tidak
bertentangan

2. Asas Hukum Khusus

8
Asas Hukum Khusus berfungsi dalam bidang yang lebih sempit seperti dalam
bidang hukum perdata, hukum pidana, hukum internasional dan sebagainya.
Asas hukum ini sering merupakan penjabaran dari asas hukum umum,
seperti asas pactasunt, servanda, asas konsesualisme, asas yang tercantum
dalam pasal 1977 BW dan juga asas praduga tak bersalah.
Terkait dengan yurisprudensi Hakim dalam menerapkan asas-asas hukum,
menempatkan asas-asas hukum dalam fungsi ratio legis (alasan motif dibentuknya
undang-undang) yang dapat dijadikan petunjuk untuk melakukan penafsiran atau
interpretasi dalam menerapkan aturan hukum itu.
Klanderman membedakan dua fungsi asas-asas hukum yaitu, pertama fungsi
hukum dan kedua, fungsi ilmu hukum. Pada fungsi pertama asas-asas hukum
mendasarkan eksistensinya pada rumusan pembentuk undang-undang dan hakim
(fungsi mengesahkan), serta mempunyai pengaruh normative dan mengikat para
pihak. Dibalik itu pada fungsi kedua fungsi dalam ilmu hukum asas-asas hukum
hanya bersifat mengatur dan eksplanatif (menjelaskan), tujuannya hanya
memberikan ikhtisar, sifatnya tidak normative, dan tidak termasuk hukum positif.
Dalam hubungan ini patut dicatat pendapat Roeslan Saleh yang melihat ada
perbedaan tingkatan asas-asas hukum yakni antara asas hukum yang kurang
fundamental yang telah dimasukkan ke dalam suatu peraturan perundang-
undangan, meskipun tetap mempunyai watak yang umum, dan asas-asas hukum
yang paling fundamental yang tidak dimasukkan kedalam peraturan perundang-
undangan. Asas-asas fundamental berlaku bagi tiap-tiap system hukum positif baik
system hukum pidana, perdata, maupun hukum privat dan hukum publik lainnya. 8
Dengan demikian tampak bagi Klanderman dan Roeslan Saleh apabila asas-
asas hukum itu dimasukkan kedalam rumusan undang-undang atau piagam
internasional (contoh Pasal 38 Piagam PBB) dan hakim mengakui eksistensinya
(pengesaan) , asas-asas hukum sama dengan norma hukum positif, oleh karena itu
dapat langsung diterapkan untuk menyelesaikan snegketa. Sebaliknya jika asas-asas
hukum hanya berfungsi sebagai doktrin hanya bersifat menjelaskan adanya nilai
8
Ibid. h. 103

9
yang mendasari norma hukum, asas-asas hukum tidak bersifat normative, bukan
hukum positif, tidak dapat diterapkan langsung untuk penyelesaian sengketa. 9
Di Indonesia karena pengaruh positivism hukum masih kuat, hakim-hakim
jarang berani keluar dari penalaran deduktif-positivistik, sehingga dalam
menerapkan hukum masih menjadi “corong undang-undang”, sebagaimana
dikatakan oleh Montesquieu (la bouschee de la loi)

BAB III

PENUTUP

9
Ibid

10
3.1 Kesimpulan

1. Fungsi Asas Hukum Dalam sistem hukum adalah menjaga ketaatan asas atau
konsistensi, menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam sistem hukum.
Terkait dengan perbedaannya dengan norma, di Indonesia Roeslan Saleh
dalam membedakan antara asas-asas hukum dan aturan hukum/norma
hukum mengenai bagaimana cara dia diterapkan. Mengutip pendapat Paul
Scholten bahwa asas-asas hukum bukan aturan-aturan hukum. Aturan-
aturan hukum mempunyai isi lebih kongkrit sehingga aturan hukum dapat
langsung diterapkan. Asas-asas hukum hanya mempunyai daya kerja tidak
langsung dalam penemuan hukum. Juga dari pnengertian asas-asas hukum,
tampak ada perbedaan.

2. Asas Hukum Umum adalah asas hukum yang berhubungan dengan seluruh
bidang hukum, seperti asas restitutio in integrm, asas lex posteriori derogat
legi priori. Asas yang diartikan bahwa apa yang lahirnya tampak benar, maka
untuk sementara harus juga dianggap demikian sampai diputus (lain) oleh
pengadilan. Asas Hukum Khusus berfungsi dalam bidang yang lebih sempit
seperti dalam bidang hukum perdata, hukum pidana, hukum internasional
dan sebagainya. Asas hukum ini sering merupakan penjabaran dari asas
hukum umum, seperti asas pactasunt, servanda, asas konsesualisme, asas
yang tercantum dalam pasal 1977 BW dan juga asas praduga tak bersalah.
Terkait dengan yurisprudensi Hakim dalam menerapkan asas-asas hukum,
menempatkan asas-asas hukum dalam fungsi ratio legis (alasan motif
dibentuknya undang-undang) yang dapat dijadikan petunjuk untuk
melakukan penafsiran atau interpretasi dalam menerapkan aturan hukum itu.

3.2 Saran

11
1. Hendaknya asas hukum sesuai dengan fusngsinya dapat menjaga ketaatan
asas atau konsistensi, menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam sistem
hukum.

2. Dalam penerapan hukum perlu diteliti ajaran penerapan hukum yakni


bagaimana hakim menempatkan dan menemukan norma-norma hukum
dalam menjatuhkan vonis

12
Daftar Pustaka

Ali, Achmad, 2007, Menguak Teori Hukum Legal Theory Dan Teori Peradilan
Judicalprudence, Kencana, Makasar

Atmadja, I Dewa Gede, 2014, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara
Press, Malang

Ishaq, 2007, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika

Wantu, Fence M, 2002, Cara Cepat Belajar Hukum Acara Perdata, Reviva Cendekia,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai