Anda di halaman 1dari 28

I.

Pendahuluan
Kehamilan remaja merupakan fenomena internasional yang belum terselesaikan hingga
sekarang. Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO) menetapkan tema untuk Hari
Kependudukan Dunia yaitu “Kehamilan Remaja”. Hal ini menandakan kasus tersebut perlu
diperhatikan oleh seluruh warga dunia. Secara global, diperkirakan bahwa 16 juta anak
perempuan berusia 15-19 tahun melahirkan setiap tahun. Kejadian kehamilan remaja banyak
terjadi di negara dengan penghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia. Di
Indonesia jumlah remaja berusia 15-19 tahun menurut Badan Pusat Statistik, sebesar 20,9
juta atau 9 % dari total penduduk.1
Kehamilan remaja umumnya didefinisikan sebagai kehamilan di bawah usia 19 tahun
dan biasanya tidak terencana, bebas menikah, atau karena pernikahan dini. Meski angka
kematiannya rendah, morbiditasnya tetap ada dan tinggi walaupun kejadian kehamilan
remaja telah menurun sejak 1991. Kehamilan remaja lebih banyak dikaitkan dengan faktor
sosial ekonomi, psikologi, dan pendidikan dibandingkan dengan efek biologis usia.
Berdasarkan sensus Penduduk Sensus Penduduk 2010 yang berusia 10-14 tahun berjumlah
22,7 juta dan berusia 15-24 tahun berjumlah 40,75 juta dari 237,6 juta total populasi. Data
tahun 2009 nasional, sensus menunjukkan bahwa remaja yang menikah berusia 15-19 adalah
sekitar 3% (perempuan 5,4% dan laki-laki 0,6%) saat menikah remaja berusia 20-24 tahun
sekitar 16,8% (perempuan 25,2% dan laki-laki 8,6%).1
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 28 kasus aborsi per 1.000 wanita setiap
tahunnya. Itu jumlah kasus aborsi meningkat dari 44% di tahun 1995 menjadi 49% di tahun
2008. Kira-kira di seluruh dunia 16 juta remaja berusia di bawah 18 tahun melahirkan setiap
tahun dan 3,2 juta lainnya mengalami aborsi yang tidak aman. Pada tahun 2012 WHO, juga
mencatat tingkat kehamilan remaja yang tidak diinginkan juga meningkat menjadi 4,8%
terjadi pada remaja usia 10 sampai 11 tahun. Sementara tingkat kehamilan pada usia 15
sampai 19 adalah sebanyak 48,1%, terutama pada usia 17 tahun. Survei tahun 2008 di 33
provinsi di Indonesia oleh BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
ditemukan lebih tinggi. Persentase remaja antara SMP dan SMA di Indonesia yang
mengalami seks dini kegiatan terutama di kota-kota besar dari 45,54% di tahun 2006 menjadi
63%. SKDI di Indonesia 2012 menemukan bahwa sepertiga dari semua perkawinan di
beberapa daerah dicatat oleh pasangan berusia di bawah 16 tahun.

1
Kehamilan remaja juga terkait dengan meningkatnya kejadian komplikasi obstetrik.
Kehamilan di bawah usia 20 tahun memiliki risiko anemia yang sering terjadi, kelainan
pertumbuhan janin, keguguran, prematuritas, kelahiran rendah berat badan (BBLR), atau
gangguan persalinan, preeklampsia, perdarahan ante-partum, postpartum yang mengarah ke
sub-involution uterine, infeksi nifas, masalah menyusui, IQ rendah. Komplikasi obstetrik
selama kehamilan termasuk kekurangan nutrisi, retardasi pertumbuhan intrauterine, plasenta
previa, kelainan janin, persalinan prematur, berat lahir rendah, aborsi spontan, dan
hiperemesis gravidarum. Kurang pengetahuan tentang gizi yang akan mengakibatkan
kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan selama pertumbuhan janin. Akibatnya, hal ini
dapat menyebabkan kelahiran prematur lebih tinggi, berat lahir rendah dan cacat bawaan.2
Berikut akan dibahas kasus mengenai salah satu kasus rujukan persalinan pada ibu
hamil dengan usia remaja.

II. Laporan Kasus


2.1.Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Usia : 16 tahun
Alamat : Kp Babakan RT/ RW 03/03 Cikitu Pacet Kabupaten Bandung
Pekerjaan : IRT
Rekam medis : 0001630xxx
Masuk Rumah Sakit : 07 September 2017
Jam Masuk : 15.13 WIB

2.2.Anamnesis
Dikirim Oleh : RS AL Ihsan
Dengan Keterangan/Surat : G1P0A0 parturien 32-33 minggu kala I fase laten
Keluhan Utama : Mules mules
Anamnesa Khusus:
G1P0A0 merasa hamil 9 bulan datang dengan keluhan mules-mules yang semakin
sering dan bertambah kuat sejak ± 5 jam SMRS. Keluar cairan banyak dari jalan lahir

2
disangkal. Gerak anak dirasakan ibu. Karena keluhannya, ibu berobat puskesmast pacet
kemudian diruju kke RS Al- Ihsan karena NICU penuh kemudian pasien dirujuk ke RSHS.

2.3. Riwayat Obstetri

1. Hamil ini.
Keterangan Tambahan
Menikah : I ♀, 16 tahun, SMP, IRT
♂, 23 tahun, SD, Buruh

Haid terakhir : 22/12/2016


Taksiran persalinan : 29/09/2017
Prenatal care : Bidan : 6 kali
KB : (-)

2.4 Status Presens


Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC
TB : 150 cm
BB : 52 kg

2.5. Pemeriksaan Obstetri


Pemeriksaan Luar
TFU : 32 cm
LP : 96 cm
LA : kepala, 2/5, punggung kiri
His : 3-4x/10’/40” kuat
BJA : 136-140x/min

3
TBBA : 2500 gram

Pemeriksaan Dalam
Vulva : tidak ada kelainan
Vagina : tidak ada kelainan
Portio : tipis lunak
O/ : 4-5 cm
Ketuban : (+)
Kepala : Station 0, ubun- ubun kecil kiri depan

Pemeriksaan Panggul
Promontorium : tidak teraba
Linea inominata : 1/3 – 1/3
Sacrum : Tidak teraba
Spina ischiadica : tidak menonjol
Arcus Pubis : > 900
Dinding samping : lurus
Kesan panggul : baik

2.6 Pemeriksaan Penunjang

USG

Janin tunggal, hidup, letak kepala, sesuai 37-38 minggu, plasenta di corpus anterior, ketuban
cukup, TBBA 2600 gram.

Laboratorium

Hb : 11.7 gr/dL Leukosit : 14.890 /mm3


Ht : 34 % Trombosit : 254.000 /mm3
Eritrosit : 4.30 x 106 MCV : 79.1
MCH : 26.3 MCHC : 33.2

4
2.7 Diagnosis

G1P0A0 parturien aterm kala I fase aktif

2.8.Rencana Pengelolaan:
- Admission test
- Rencana Partus Pervaginam
- Inform consent pasien dan keluarga
- Observasi Keadaan umum, tanda vital, His, Bunyi jantung anak
- Lapor DPJP: setuju diagnosis dan tindakan
Admission Test

Baseline 140-150 bpm

Variabilitas >5 bpm

Akselerasi (+)

Deselerasi (-)

Kesan : reaktif

KALA 1

Observasi

Jam HIS BJA Tekanan Nadi Respirasi Keterangan


(x/menit) Darah (x/menit) (x/menit)
(mmHg)

15.30 - 16.30 3-4x/10’/40 148-152 120/80 84 20 (-)


Kuat

16.30 - 17.30 3-4x/10’/40 144-148 120/70 86 20


Kuat

17.30 - 18.30 3-4x/10’/40 144-148 120/80 86 20

5
Kuat

18.30 - 19.30 3-4x/10’/40 140-144 120/80 88 20


Kuat

Jam 19.30 dilakukan pemeriksaan dalam :

- vulva/vagina tidak ada kelainan


- Portio tipis lunak
- Pembukaan 8-9 cm
- Ketuban (+)
- Kepala Station + 2, ubun-ubun kecil kiri depan
Diagnosa kerja : G1P0A0 parturien aterm kala I fase aktif

Tatalaksana :

- Observasi Keadaan umum, tanda vital, His, Bunyi jantung anak


- Observasi kemajuan persalinan

Observasi

Jam HIS BJA Tekanan Nadi Respirasi Keterangan


(x/menit) Darah (x/menit) (x/Menit)
(mmHg)

19.30 - 20.30 3-4x/10’/40 132-136 120/80 96 20 (-)


Kuat

Pada jam 20.30 ibu gelisah ingin meneran , ketuban pecah spontan, keluar cairan jernih + 80 cc
jernih dilakukan pemeriksaan dalam :

- vulva/vagina tidak ada kelainan

6
- Pembukaan lengkap
- Ketuban (-) sisa cairan jernih
- Kepala Station + 3, ubun-ubun kecil kiri depan
Diagnosa kerja : G1P0A0 parturien aterm kala II

Tatalaksana :

- Ibu dipimpin meneran setiap ada His


- Informed consent pasien dan keluarga
- Observasi Keadaan umum, tanda vital, his, bunyi jantung anak
Jam 20.35 : Ibu dipimpin meneran setiap ada his
Dilakukan episiotomi mediolateral

Jam 20.40 : Lahir bayi laki – laki spontan

BB= 2650 gram, PB= 47 cm, APGAR 1’= 7 5’=9

Dilakukan manajemen aktif kala III

Disuntikan oksitosin 10 IU Intramuskular

Dilakukan PL : FU setinggi pusat, kontraksi baik

Dilakukan peregangan tali pusat terkendali, tampak tanda-tanda pelepasan plasenta

Jam 20.45 : lahir plasenta dengan peregangan tali pusat terkendali

Berat : 510 gram, ukuran 20 x 19 x 2 cm

Dilakukan penjahitan luka epiotomi

Perdarahan : 150 cc

Kesimpulan : P1A0 partus maturus spontan

7
Observasi pasca salin

Jam TFU Kontraksi Perdarahan Tekanan Nadi Respirasi Keterangan


Darah (X/menit) (X/menit)
(mmHg)

20.45 - 2 jari Baik 20 cc 120/80 84 20 (-)


21.45 bawah
pusat

21.45 - 2 jari Baik (-) 120/80 86 20


22.45 bawah
pusat

Tanggal/
CATATAN INSTRUKSI
Jam

7/9/2017 Follow Up Post Partum P :


S : Keluhan : - - Sesuai catatan
21.40
O : KU: compos mentis pengobatan:
TD: 110/80 mmHg R : 20 x/mnt - Cefadroksil
N: 88 x/mnt S : 360 C 2x500 mg po
Abdomen: Datar lembut - Asam mefenamat
DM -/ PS-/PP-/NT- 3x500 mg po
TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik - Cek Hb Post
Perdarahan (-), partum,, transfusi
A : P1A0 partus maturus spontan bila Hb<8 gr/dL,
- Observasi keadaan
umum, tanda vital,
kontraksi,

8
Tanggal/
CATATAN INSTRUKSI
Jam

perdarahan
8/9/2017 Follow Up Jaga Obgyn P:
S : Keluhan : - - Cefadroksil
06.00
O : KU: compos mentis 2x500 mg po
TD: 110/80 mmHg R : 20 x/mnt - Asam mefenamat
N: 86 x/mnt S : 36,20 C 3x500 mg po
Abdomen: Datar lembut Observasi
DM -/ PS-/PP-/NT- keadaan umum,
TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik tanda vital,
Perdarahan (-),BAK (+) perdarahan
A : P1A0 partus maturus spontan
9/9/2017 Follow Up Stase Obgyn P:
S : Keluhan : - - Cefadroksil
06.00
O : KU: compos mentis 2x500 mg po
TD: 120/80 mmHg R : 20 x/mnt - Asam mefenamat
N: 84 x/mnt S : 36,3 3x500 mg po
ASI +/+ Observasi
Abdomen: Datar lembut keadaan umum,
DM -/ PS-/PP-/NT- tanda vital,
TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik perdarahan
Perdarahan (-), BAK (+) - R/ Rawat Jalan
A : P1A0 partus maturus spontan

9
KUNJUNGAN RUMAH

Pada saat dilakukan kunjungan rumah, Pasien diketahui tinggal bersama suami, anaknya
dan orang tua dari suami pasien.. Pasien menepati rumah permanen berukuran 8 x 10 m2 dengan
2 kamar tidur di daerah Cikitu Pacet, Kabupaten Bandung. Pekerjaan suami sebagai buruh
dengan penghasilan berkisar antara Rp. 1.000.000 – 1.500.000 per bulan. Pasien memeriksakan
kehamilan di bidan yang berjarak ± 3 km dari rumah sejak usia kehamilan 2 bulan. Selama
hamil, pasien memeriksakan kehamilan di bidan yang berjarak ± 3 km dari rumah sejak usia
kehamilan 2 bulan. Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan terdekat sebanyak 3x.
Pasien juga diberikan vitamin penambah darah dan asam folat. Selama hamil pasien mengaku
hanya makan 3 x sehari dan lebih banyak makan cemilan. Sewaktu dilakukan kunjungan rumah,
pasien dalam kondisi baik, tanda vital dalam batas normal. Bayi dalam kondisi sehat dan aktif,
berat badan saat kunjungan rumah 3100 gram dengan panjang badan 49 cm. Bayi selalu
diberikan ASI dan telah melakukan kontrol di bidan dua kali setelah melahirkan.

III. Permasalahan
1. Bagaimana risiko kehamilan remaja?
2. Bagaimana penentuan usia kehamilan yang tepat?

IV. Pembahasan

1. Bagaimana risiko kehamilan remaja?

Pengaruh kehamilan terhadap remaja.

Kehamilan yang disebabkan karena pernikahan maupun akibat pergaulan bebas, yang

jika itu dialami oleh remaja maka akan memberikan dampak dan pengaruh yang besar terhadap

fisik, mental, sosial dan ekonomi. Dari segi fisik, alat reproduksi remaja belum matang dan

belum siap untuk dibuahi, sehingga dapat merugikan ibu maupun perkembangan dan

10
pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan

(stres) psikologis, sosial dan ekonomi. Oleh karena itu masa hamil sebaiknya dilakukan pada

usia 20-30 tahun.2

Masalah ketidaknyamanan yang umum ditemukan pada kehamilan seperti mual,

konstipasi, insomnia, dan nyeri punggung juga sering terjadi akibat perubahan fisiologis.

Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk payudara dan perut, penimbunan lemak, pigmentasi kulit,

serta tanda regangan pada kulit yang secara keseluruhan membuat tubuh wanita tersebut

tampak jelek memberikan pengaruh berarti bagi wanita yang ingin menjaga bentuk tubuh dan

penampilannya.3

Dari segi mental, emosi remaja belum stabil. Kestabilan emosi umumnya terjadi antara

usia 24 tahun. Karena pada saat itulah orang mula memasuki usia dewasa. Usia 20-40 tahun

dikatakan sebagai usia dewasa muda. Pada masa ini biasanya mulai timbul transisi dari gejolak

remaja kemasa dewasa yang lebih stabil. Maka kalau pernikahan dilakukan dibawah 20 tahun

secara emosi si remaja masih ingin berpetualang menemukan jati dirinya.5

Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap kehamilan. Bagi sebagian orang

tua mungkin timbul perasaan gembira terhadap kehamilan yang sudah direncanakan, namun

bagi remaja yang belum siap kehamilan dapat menjadi peristiwa yang mengejutkan dan bahkan

menimbulkan persepsi karena mendengar berita tersebut, dan membayangkan masalah sosial

serta financial yang harus ditanggungnya.

Dari segi sosial, transisi menjadi orang tua mungkin sulit bagi orang tua yang masih

remaja. Remaja dapat mengalami kesulitan dalam menerima perubahan ciri-ciri dan

menyesuaikan peran-peran baru yang berhubungan dengan tanggung jawab merawat bayi.

11
Mereka mungkin merasa “berbeda” dari teman sebayanya, diasingkan dari kegiatan-kegiatan

yang menyenangkan, dan terpaksa masuk ke peran sosial orang dewasa lebih dini.

Masalah ekonomi, kehamilan pada usia remaja sejak lama merupakan penyebab utama

remaja putri berhenti sekolah lebih awal. Berhenti sekolah berhubungan dengan pengangguran

dan kemiskinan. Akibatnya, orang tua remaja ini sering gagal menyelesaikan pendidikan dasar

mereka, memiliki sedikit kesempatan untuk bekerja dan meningkatkan karier, dan berpotensi

memiliki penghasilan yang terbatas.5

Kehamilan remaja adalah salah satu masalah utama yang dihadapi oleh negara negara
maju dan berkembang dibidang kebidanan. Berbagai penelitian telah menunjukan bahwa
kehamilan remaja adalah kehamilan beresiko tinggi.

Komplikasinya tidak berakhir pada ibu selama kehamilan dan persalinan,


tetapi juga menyebabkan komplikasi perinatal pada bayi juga. Ada beberapa faktor yang
menyebabkannya anatra lain: faktor “kecelakaan” atau kehamilan yang tidak diinginkan, faktor
ekonomi (kemiskinan), pendidikan wanita rendah atau pun faktor orang tua yang kolot
(menikahkan anak di usia yang sangat dini). Dari segi medis, pernikahan pada usia remaja
sangatlah berisiko.

Risikonya hamil usia dini:

Resiko bagi ibunya :

1. Hipertensi (preeklampsia, eklampsia)

Wanita yang hamil pada masa remaja atau usia yang sangat muda, lebih berisiko
mempunyai tekanan darah tinggi dibanding wanita yang hamil pada usia di atas 20-an. Risiko
yang lebih berat mungkin akan terjadi, yakni preeklampsia dan eklampsia. Salah satu faktor
resiko terjadinya preeklampsia adalah kehamilan remaja. Ibu remaja, khususnya yang berumur di
bawah 20 tahun lebih cenderung untuk mengalami komplikasi kehamilan dan melahirkan
dibandingkan ibu yang lebih tua yang meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas baik
terhadap mereka sendiri maupun terhadap anak nya.

12
Penyebab preeklampsia saat ini tak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang
dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori
yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeklampsia disebut juga “disease of theory” .
Faktor risiko terjadinya preeklamsia salah satunya yaitu kehamilan remaja. Kehamilan
remaja tersebut dapat disebabkan karena kecelakaan atau kehamilan yang tidak di inginkan,
penyebab ekonomi(kemiskinan), pendidikan wanita yang rendah, dan orang tua yang
menikahkan anak di usia yang sangat dini. Sebagian besar remaja mengalami kehamilan di usia
kurang dari 20 tahun. Kehamilan remaja dipengaruhi oleh kombinasi keadaan alat reproduksi
yang belum siap hamil atau kehamilan yang tidak di inginkan, dapat menyebabkan kurangnya
perawatan dan perhatian selama kehamilan karena kurangnya pengetahuan tentang kehamilan.
Disisi lain jika kehamilan tersebut tidak mendapatkan dukungan dari keluarga dan orang-orang
sekitar.
Opini di atas sesuai dengan pernyataan Bahari (2009) sesuai dengan penelitian yang
dilakukan, menunjukkan bahwa dari uji statistik Fisher didapatkan p (0,01) < α (0,05), artinya
bahwa ada hubungan usia terhadap terjadinya preeklamsia pada ibu bersalin. Hal tersebut
didukung oleh teori yang mengatakan bahwa salah satu faktor predisposisi terjadinya
preeklampsia adalah usia < 20 tahun atau >35 tahun (Woodward dkk, 2012). Hal tersebut
dikarenakan pada usia kurang dari 20 tahun perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi
fisiologisnya belum optimal serta belum tercapainya emosi kejiwaan yang cukup matang dan
akhirnya akan mempengaruhi janin yang dikandungannya akibat adanya gangguan sel endotel.4

2. Meningkatnya angka abortus

Angka kejadian abortus atau pengguguran kandungan secara sengaja meningkat pada
kehamilan usia dini. Hal ini tidak saja melukai hak hidup janin yang dikandung namun juga bisa
sebabkan kesakitan bahkan kematian ibunya. Kehamilan usia dini tidak jarang menyebabkan
tindakan aborsi tidak aman yang dapat mengancam nyawa ibu dan anak yang di kandung. Data
BKKBN melaporkan setidaknya 20% dari 2,3 juta kasus aborsi yang terjadi di Indonesia dialami
oleh remaja. Pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk
menerima kehamilannya, sehingga hal ini menyebabkan kondisi ibu menjadi stress. Umur ibu
merupakan salah satu faktor risiko kematian akibat abortus. Semakin muda usia ibu pada waktu

13
hamil, semakin besar risiko kematian yang dihadapi. Angka kematian akibat abortus yang tinggi
di Amerika Latin ditemukan pada kelompok remaja, sedangkan pada kelompok mahasiswa dan
pekerja relatif lebih rendah.6

3. Persalinan yang lama dan sulit.

Persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari persalinan lama
sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan
mengejan. Pada usia remaja sistem reproduksi dan organ panggul masih bisa berkembang,
dengan kehamilan maka proses persalinan akan dapat terganggu. Pada persalinan yang lama
akan menyebabkan timbulnya fistula. Pada penelitian Wall Lewis (2006), total jumlah kasus
dengan fistula, kebanyakan adalah berkaitan dengan keterlambatan persalinan 96,5 %. Wanita
dengan fistula sering dijumpai kehamilan usia muda. Fistula sebagai hasil dari suatu proses
persalinan terjadi saat persalinan lama atau dengan kesulitan. Mekanisme terjadinya fistula
adalah bagian kepala janin akan menekan bagian trigonal dan leher kandung kemih dengan
penekanan ke bagian tulang pubis pada simfisis. Keadaan demikan juga dapat menyebabkan
iskemia dan nekrosis.8

Dari bayinya :

1. Kelahiran prematur

Bayi yang lahir sebelum usia 37 minggu disebut prematur. Pada beberapa kasus,
kondisi tubuh ibu maupun janin menyebabkan janin dilahirkan kurang bulan. Kehamilan pada
usia yang terlalu muda meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi. Salah
satu pemicunya adalah faktor stres dan kecemasan ibu muda ya secara fisik dan mental belum
siap untuk hamil. Mekanisme terjadinya prematur, pertama ditandai dengan stres dan anxietas
yang biasa terjadi pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres
fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-
Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur. Aksis HPA ini
menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres pada
janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon

14
Corticotropin Releasing Hormone (CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone
(ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix metaloproteinase (MMP), interleukin-8,
cyclooksigenase-2, 9 dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen plasenta dan
pembesaran kelenjar adrenal.13

2. Berat badan lahir rendah (BBLR).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Kejadian BBLR berdasarkan umur ibu paling tinggi
terjadi pada ibu yang melahirkan di bawah usia 20 tahun. Bila bayi lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. berat bayi yang dilahirkan dapat
dipengaruhi oleh status gizi ibu baik sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu
sebelum hamil juga cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Penelitian
Rosmery (2010) menunjukkan bahwa status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh
yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang sebelum hamil
mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai status gizi baik (normal).9
Pada kasus ini pasien memutuskan menikah muda dikarenakan hamil diluar nikah.
Pasien awalnya tidak tahu jika dirinya hamil, karena kehamilanya pasien memutuskan
menikah pada tanggal 25 Februari 2017. Selama kehamilanya pasien 6 kali periksa di bidan
dekat rumah. Dampak dari kehamilannya pasien memutuskan untuk tidak melanjutkan
sekolahnya. Berhenti sekolah berhubungan dengan pengangguran dan kemiskinan karena
gagal menyelesaikan pendidikan memiliki sedikit kesempatan untuk bekerja dan
meningkatkan karier, dan berpotensi memiliki penghasilan yang terbatas.

15
2. Bagaimana penentuan usia kehamilan yang tepat ?

1) Rumus Neagle dengan memakai tanggal Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Terdapat beberapa cara yang bisa Anda pilih untuk mengetahui usia kehamilan dan
perkembangan janin dalam tubuh ibu hamil. Cara manual menghitung usia kehamilan
dilakukan dengan aturan Rumus Neagle dengan memakai tanggal Haid Pertama Haid
Terakhir (HPHT).

Rumus Neagle adalah salah satu cara yang dipakai oleh wanita untuk menghitung
usia kehamilan dengan penerapan aturan Haid Pertama Haid Terakhir (HPHT). HPHT adalah
tanggal terjadinya haid pertama kali dalam siklus haid terakhir kali sebelum terjadi kehamilan.
Misalnya, bulan November kemarin seorang wanita mengalami haid terakhir kali sebelum
mendapati tanda-tanda awal kehamilan. Kita ambil contoh haid tersebut tersebut terjadi mulai
tanggal 1 sampai 28 November. Maka HPHT wanita tersebut adalah 1-11-2017. HPHT ini
bisa dipakai untuk mengetahui usia kehamilan seorang wanita. Sesudah melakukan test pack
dan seorang wanita dinyatakan hamil, maka cara menggunakan Rumus Neagle tersebut
adalah: Rumus Neagle = (Hari ditambah 7), (Bulan dikurang 3), (Tahun ditambah 1) Dari
contoh di atas kita dapatkan HPHT tanggal 1-11-2017. Maka kita bisa memperkirakan tanggal
persalinan akan berlangsung pada 11:

Rumus = (Hari ditambah 7), (Bulan dikurang 3), (Tahun ditambah 1) = (1+7), (11-3),
(2017+1) = 8 – 8 – 2018.

Kita mendapatkan tanggal prediksi kelahiran bayi pada tanggal 8 Agustus 2018.
Tanggal ini akan menjadi dasar penentuan usia kehamilan tergantung kapan kita
menghitungnya. Bagaimana jika bulan HPHT tidak dapat dikurangi angka tiga, yaitu bulan
Januari, Februari dan Maret. Maka aturan di atas dikoreksi menjadi bulan HPHT ditambah 9
tetapi tahunnya tetap. Contoh: HPHT adalah 2 Januari 2017. Kelahiran bayi diprediksi terjadi
pada tanggal 9-10-2017 atau 9 Oktober 2017.

16
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menghitung usia kehamilan dengan
Rumus Neagle adalah:

1. Rumus Neagle berlaku untuk wanita yang memiliki siklus haid teratur dan normal, yaitu
selama 28 sampai 30 hari.
2. Jika siklus haid pendek, antara 14 sampai 26 hari, maka penetapan prediksi tanggal
persalinan dimundurkan 2 hari. Jika memakai HPHT 1-11-2017, maka tanggal persalinan
mundur menjadi 10 Agustus 2018.
3. Jika siklus haid panjang, antara 31 sampai 40 hari, maka penetapan prediksi tanggal
persalinan dimundurkan 12 hari. Jika memakai HPHT 1-11-2017, maka tanggal
persalinan mundur menjadi 20 Agustus 2018.
4. Rumus Neagle tidak bisa dipakai bila wanita hamil tersebut baru saja menghentikan
pemakaian alat kontrasepsi Pil KB.

2) Pengukuran tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita, letakkan titik nol
pada tepi atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh
ditekan). Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dilakukan secara rutin dengan
tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan
berat janin intra uterine, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini
terhadap terjadinya molahidatidosa (kehamilan mola/kehamilan anggur), janin ganda
atau hidramnion dimana ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian
maternal.12

Perkiraan tingginya fundus uteri.

Mempergunakan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan umur hamil terutama tepat
pada hamil pertama. Perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus, atau
prosesus xipoideus. Cara tersebut dilakukan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Pada
kehamilan kedua dan seterusnya perkiraan ini kurang tepat.

17
Tabel 1. Tinggi fundus uteri 12

Umur kehamilan Tinggi fundus uteri

Sebelum Bulan III Belum dapat diraba dari luar

12 minggu 1-2 Jari diatas simfisis

16 minggu Pada pertengahan simfisis-umbilikus

20 minggu 3 jari bawah pusat

24 minggu Setinggi pusat

28 minggu 3 jari diatas pusat

32 minggu pertengahan pusat-prosesus xifoideus

36 minggu Setinggi prosesus xifoideus

40 minggu Dua jari di bawah prosesus xifoideus

Perkiraan Tinggi Fundus Uteri (TFU) dari hasil penelitian menunjukkan hal- hal
berikut: Pengukuran menggunakan pita pengukur memberikan hasil yang konsisten antar
individu (walaupun masih terjadi sedikit variasi). Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)
pada kehamilan lanjut atau saat persalinan dalam posisi terlentang, terbukti memberikan
hasil yang lebih tinggi dari yang sebenarnya sehingga hal tersebut menyebabkan
perkiraan umur kehamilan yang salah. Program nasional menganjurkan menggunakan
pita ukur standar untuk memberikan interpretasi pertumbuhan janin benar. Pengukuran
Tinggi Fundus Uteri (TFU) bila dilakukan oleh petugas yang sama setiap kunjungan
terbukti memiliki nilai prediktif yang baik terutama mengidentifikasi adanya gangguan
pertumbuhan intra uteri.

18
Cara mengukur Tinggi fundus uteri 14:

1. Ibu mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu setengan jam sebelum pengukuran
tinggi fundus uteri.
2. Posisikan ibu dalam posisi telentang dengan kaki terentang
3. Menggunakan pita ukur untuk mengukur jarak antara tepi atas simfisis pubis dan fundus
uteri dalam cm dan diulang selama 3 kali.
4. Ukuran dalam cm sesuai dengan umur kehamilan (dalam minggu) setelah umur
kehamilan 22-24 minggu.

Gambar 1. Pemeriksaan tinggi fundus uteri

Perhitungan Tinggi Fundus Uterus dikalkulasi sebagai berikut :


a. Menentukan Usia Kehamilan
1). Tinggi Fundus (cm) x 2/7 = ( durasi kehamilan dalam bulan )
2). Tinggi Fundus (cm) x 8/7 = ( durasi kehamilan dalam minggu

3) Pemeriksaan USG
Penggunaan USG dalam menentukan usia kehamilan telah menjadi bagian penting
dalam praktik obstetrik akhir-akhir ini. USG sering digunakan dalam menentukan usia
kehamilan jika HPHT tidak dapat dipercaya sehingga rumus Naegele tidak dapat digunakan.
Keakuratan USG dalam menentukan usia kehamilan tergantung dari kapan dilakukannya
USG tersebut. Semakin dini usia kehamilan ditentukan, semakin tinggi ketepatannya.
19
Pemakaian USG pada awal masa kehamilan merupakan metode penentuan usia
kehamilan yang lebih akurat dibandingkan dengan hari pertama haid terakhir (Duroseau &
Blakemore, 2002).

Biometri janin adalah sesuatu yang berhubungan dengan bagian-bagian tubuh atau
dimensi janin untuk mengetahui pertumbuhannya. Melalui pemeriksaan biometri janin dengan
USG, maka dapat diperoleh keterangan penting, antara lain : umur kehamilan, kesesuaian
besarnya janin dengan usia kehamilan, dan malformasi janin.

Penentuan usia kehamilan pada trimester I akan lebih akurat apabila dilakukan
dengan pemeriksaan USG, khususnya USG transvaginal. Pemeriksaan ini tidak dipengaruhi
oleh status fisik ibu maupun posisi uterus.

Adanya kehamilan intra uterin dapat ditentukan mulai kehamilan 4-5 minggu (2-3
minggu setelah ovulasi), yaitu dengan melihat adanya struktur kantung kehamilan (gestational
sac) yang gambarannya spesifik di dalam uterus. Parameter yang sering digunakan untuk
menentukan umur kehamilan pada trimester I adalah diameter kantong kehamilan dan CRL.15

1. Kantong Kehamilan (Gestational Sac, GS)

Kantong kehamilan mulai bisa dilihat dengan alat USG pada usia kehamilan 4-5
minggu. Kantong kehamilan merupakan area hipoekoik yang berasal dari vesikel khorion dan
dibatasi oleh cincin ekhogenik yang berasal dari trofoblas. Kantong kehamilan yang normal
akan didapatkan gambaran cincin ekhogenik ganda (double echogenic ring) dengan cincin
dalam yang berasal dari desidua kapsularis dan khorion leave serta cincin luar yang berasal
dari desidua vera. Harus dibedakan dari pseudogestational sac pada kehamilan ektopik yang
tidak didapatkan gambaran cincin ganda dan yolk sac

Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur kantong kehamilan dapat diperoleh


dengan cara :

1. Mengukur diameter kantong kehamilan, selanjutnya digunakan rumus :


Umur kehamilan (minggu) = rata-rata GS (mm) + 25,43 / 7,02 minggu atau umur
kehamilan (minggu) = diameter kantong kehamilan (cm) x 1,384 + 4,452.

20
2. Bila diameter kantong kehamilan belum mencapai 25 mm, maka secara kasar umur kehamilan
dapat dihitung dengan rumus :
Umur kehamilan (hari) = Diameter kantung kehamilan + 30
Selain untuk menentukan umur kehamilan, pemeriksaan keadaan kantong kehamilan juga
untuk konfirmasi kehamilan intrauterin dan untuk menyingkirkan blighted ovum.

2. Crown Rumph Lenght (CRL)

CRL adalah ukuran terpanjang janin dari kepala sampai bokong tanpa menyertakan
anggota gerak. CRL sudah dapat diukur pada umur kehamilan 6-7 minggu. CRL merupakan
cara pengukuran yang paling akurat dalam menentukan umur kehamilan pada awal kehamilan
dengan kesalahan  3 hari saja. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan trimester I,
pertumbuhan panjang janin sangat erat hubungannya dengan umur kehamilannya karena
belum atau sedikit sekali dipengaruhi oleh keadaan patologis yang mungkin ada. Namun,
semakin bertambah umur kehamilan, maka janin akan semakin bertambah panjang sehingga
cenderung membungkuk dan tidak menggambarkan lagi panjang sebenarnya.16

Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur CRL dapat diperoleh dengan cara :

1. Setelah mengukur CRL, selanjutnya digunakan rumus :


Umur kehamilan (hari) = 8,052 x (CRL)1/2 + 23,73.

2. Menggunakan the rule of thumb untuk mendapatkan umur kehamilan secara kasar, yaitu:
Umur kehamilan (minggu) = CRL (cm) + 6,5.

Trimester II dan III


Pemeriksaan USG pada trimester II dan III akan dapat mengidentifikasi struktur janin
secara lebih jelas dan lebih bervariasi. Oleh karena itu, penentuan umur kehamilan pada
trimester II dan III dapat dilakukan melalui beberapa parameter biometri janin, misalnya :

1. Kepala : Diameter biparietal, diameter oksipitofrontal, lingkar kepala.


2. Toraks : Diameter transversal toraks, diameter anteroposterior toraks.
3. Abdomen : Diameter transversal abdomen, diameter anteroposterior, lingkar abdomen.
4. Ekstremitas : femur, tibia, fibula, humerus, radius, ulna.

21
5. Organ-organ : ventrikel otak, orbita, jarak interorbita, ventrikel jantung, ginjal.

1. Diameter Biparietal (BPD)

BPD adalah jarak maksimal antara tulang parietal depan dan belakang pada posisi kepala
oksiput transversa. Pengukuran BPD paling akurat dalam penentuan usia kehamilan antara
12-28 minggu dimana pertumbuhan BPD menunjukkan garis yang linier. Disamping untuk
menentukan umur kehamilan, pengukuran ini dapat juga digunakan untuk menentukan berat
janin dan deteksi kelainan kepala janin (makrosefalus, mikrosefalus atau hidrosefalus).18

Cara mendapatkan bidang potong untuk pengukuran BPD adalah sebagai berikut (Gambar 3) :

1. Cari potongan kepala sampai mendapatkan bentuk paling simetris, yaitu jarak antara garis
tengah dan tulang kepala pada kedua sisi harus sama.
2. Potongan harus tegak lurus pada garis tengah dan dicari potongan yang terbesar.
3. Gunakan gain yang rendah untuk mencegah penebalan tulang tengkorak karena artefak.
4. Bentuk kepala harus oval yang dikonfirmasi dengan indeks sefalik (normal antara 75-85).
5. Pada bidang yang benar akan terlihat gambaran dari thalamus, kavum septum pelusidum,
sebagian dari falks serebri, dan insula dengan arteri serebri media.

Gambar 2. Bidang potong untuk pengukuran BPD

22
Kesalahan yang sering terjadi pada pengukuran BPD adalah :

1. Potongan kepala yang tidak simetris.


2. Bidang potong tidak tepat, terlalu tinggi sehingga tampak adanya ventrikel lateralis dan terlalu
rendah sehinga tampak pedunkulus serebri.
3. Penempatan kaliper tidak tegak lurus pada garis tengah
4. Transduser terlalu ditekan sehingga kepala mengalami perubahan bentuk.
5. Tulang parietal masih terlalu tebal oleh karena artefak, meskipun gain telah dikecilkan.
Setelah mendapatkan ukuran BPD maka melalui tabel yang tersedia dapat ditentukan umur
kehamilan, dan biasanya tabel tersebut ditampilkan dengan 5,50 dan 95 persentil.

2. Lingkar Kepala (Head Circumference, HC)

HC digunakan pada keadaan dimana indeks sefalik diluar batas normal, yaitu terlalu bulat
(brakhisefalus) atau terlalu oval (dolikosefalus). Pengukuran pada keadaan ini memberi hasil
yang lebih baik dari BPD untuk menentukan umur kehamilan. Selain untuk menentukan umur
kehamilan, HC juga digunakan untuk mendiagnosis mikrosefalus atau PJT.

Untuk menentukan bidang yang baik untuk pengukuran BPD perlu ditentukan indeks
sefalik, yaitu perbandingan antara diameter biparietal (BPD) dengan diameter oksipito-frontalis
(OFD). Indeks ini tidak berubah selama kehamilan, yaitu 0,75-0,85. Bila indeks lebih kecil atau
lebih besar maka BPD tidak digunakan untuk menentukan umur kehamilan dan digantikan
dengan HC.

Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur HC dapat diperoleh dengan cara :

1. Menggunakan rumus :
HC = 1,57 (BPD + OFD)

2. Mengukur lingkar kepala secara langsung menggunakan tracing.


Cara mendapatkan bidang potong untuk pengukuran HC adalah :

1. Potongan sama dengan BPD.


2. Pengukuran dilakukan pada midpoint.

23
Permasalahan yang sering terjadi pada pengukuran HC adalah sebagai berikut :
1. Kadang-kadang besarnya kepala melebihi besarnya transduser sehingga tidak seluruh kepala
janin terlihat di layar monitor.
2. Pengukuran ini kurang praktis dibandingkan dengan pengukuran BPD atau FL.

3. Lingkar Perut (Abdominal Circumference, AC)

Pengukuran AC biasanya untuk menaksir besarnya janin setinggi hepar. Pada keadaan
dimana terjadi gangguan nutrisi yang lama maka hepar janin akan mengecil. Dengan
demikian pengukuran AC dimaksudkan untuk menilai status gizi atau nutrisi dari janin.
Untuk menentukan umur kehamilan maka parameter ini mempunyai nilai diagnostik yang
paling rendah dibandingkan dengan BPD, FL atau HC akan tetapi sangat bermanfaat untuk
menentukan pertumbuhan janin dan taksiran berat badan janin serta diagnosis mikrosefsalus.19

Cara mendapatkan bidang potong untuk pengukuran AC adalah sebagai berikut (Gambar 4) :

1. Bidang yang diambil adalah potongan transversal abdomen melalui pertemuan vena
umbiilikalis dan vena porta kiri yang tampak seperti tongkat hoki.
2. Sudut pengambilan harus tepat dimana potongan transversal tulang belakang terlihat jelas dan
tulang rusuk tidak terlihat.
3. Bentuk sebulat mungkin karena bila tidak dapat menambah ukuran antero-posterior.
4. Tidak tampak jantung (terlalu tinggi) dan ginjal janin (terlalu rendah).
5. Lambung akan terlihat bila berisi cukup cairan.
6. Diameter antero-posterior diambil dari prosesus spinosus vertebra ke arah tepi luar dinding
perut didepannya sedangkan diameter transversa diambil pada bidang tegak lurus dan
pertengahan diameter antero-posterior, dari tepi luar ke tepi luar abdomen janin (outer to
outer).

24
Gambar 3. Bidang potong untuk pengukuran AC

Cara pengukuran AC untuk perhitungan umur kehamilan adalah :

1. Langsung mengukur keliling abdomen janin menggunakan tracing.


2. Menggunakan rumus :
AC = 1,57 (Diameter Transversa + Diameter Antero-posterior) x 1,57

selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel yang tersedia.

25
4. Panjang Femur (Femur Lenght, FL)

Akurasi pengukuran FL cukup lebar, yaitu  4-5 minggu dan tidak dapat menggantikan
BPD, tetapi dapat sebagai pembanding atau bila BPD tidak dapat diukur dengan baik, misalnya
kepala sudah jauh masuk panggul atau kelainan kepala seperti anensefalus.20
Cara untuk mendapatkan tulang femur dan mengukur FL adalah sebagai berikut
(Gambar 4) :
1. Ikuti tubuh janin secara longitudinal sepanjang tulang vertebra sampai terlihat vesika urinaria.
2. Cari krista iliaka yang berupa dua gema yang ekogenik pendek sepanjang vesika urinaria.
3. Gerakkan transduser sedikit ke arah distal. Gema ekogenik yang tampak dekat krista iliaka
adalah femur.
4. Kalau pangkal femur telah ditemukan, transduser diputar 90o sampai terlihat seluruh panjang
femur.
5. Tanda seluruh panjang femur telah diambil bila dibawahnya tampak bayangan akustik.
6. Seluruh panjang femur terlihat utuh dan tidak terputus serta ujung tulang tampak tegas.
7. Pengukuran panjang femur diambil dari trokanter mayor sampai kondilus lateralis. Kaput
femoris dan epifisis tidak termasuk dalam pengukuran.
8. Apabila dalam satu bidang terlihat kedua femur kiri dan kanan, maka yang diukur adalah
femur yang paling dekat dengan transduser.

Gambar 4. Bidang potong untuk pengukuran FL

Pada kasus ini adanya permasalahan tentang taksiran usia kehamilan saat bidan merujuk
pasien ke RS Hasan Sadikin. Didapatkan pemeriksaan tinggi fundus uteri setinggi 28 cm dan
26
usia kehamilan ibu ditaksir 32-33 minggu pada saat pemeriksaan oleh bidan. Bidan
menggunakan metode mc donald pada saat pemeriksaan. Pada penelitian tingkat keberhasilan
mengukur dengan tinggi fundus uteri sebesar 84 % untuk kasus aterm, 68 % kasus preterm dan
86 % untuk kasus post term. Sedangkan menggunakan metode naegele yaitu hari pertama haid
terakhir tingkat keberhasilan pada sebesar 79 % untuk kasus aterm, 61 % kasus preterm dan 55
% untuk kasus post term.

Pada kasus ini tingkat kesalahan bisa terjadi dalam mengukur tinggi fundus uteri
bergantung pada pemeriksa. Bidan hanya sekali mengukur tinggi fundus uteri dan tidak
mengulang sampai dua sampai tiga kali. Jadi tingkat kesalahan pada pengukuran tinggi fundus
bisa terjadi. Selama kehamilan pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan ultrasinografi.
Dengan pemeriksaan ultrasonografi angka keberhasilan dalam menaksir usia kehamilan
mencapai 95 %.18

27
Kesimpulan

 Kehamilan remaja memiliki risiko tinggi yang dapat mengancam kesehatan terhadap ibu
dan janin.
 Pemeriksaan tinggi fundus uteri yang tepat akan memberikan hasil yang akurat dalam
menentukan usia kehamilan.
Saran

 Perlunya pendidikan seksual dini pada remaja agar tidak terjadi bertambahnya kehamilan
pada remaja yang tidak diinginkan.
 Pembinaan pada tenaga di pusat pelayanan kesehatan tingkat I dan II dalam melakukan
antenatal care yang baik terutama pemeriksaan tinggi fundus uteri agar mengurangi
kesalahan dalam menilai usia kehamilan pada ibu.

28

Anda mungkin juga menyukai