Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada
hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain menimbulkan
beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi beban bagi pemerintah
dan perusahaan asuransi kesehatan. Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini,
Stroke masih merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada
umumnya. Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 orang terkena serangan
stroke dan 125.000 orang meninggal dunia.
1.3. TUJUAN
Mengetahui dan mengerti konsep medis dan konsep keperawatan tentang kegawatdaruratan
pada penyakit stroke.
BAB II KONSEP MEDIS
2.1. DEFINISI
2.2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:
a. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain.
c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara,
atau sensasi.
Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:
a. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke,
penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
b. Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol
dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.
Dari hasil data penelitian di Oxford,Inggris bahwa penduduk yang mengalami stroke
disebabkan kondisi - kondisi sebagai berikut :
1. Tekanan darah tinggi tetapi tidak diketahui 50-60%
2. Iskemik Heart Attack 30%
3. TIA 24%
4. Penyakit arteri lain 23%
5. Heart Beat tidak teratur 14%
6. DM 9%
Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang selama ini dianggap berperan dalam
meningkatkan prevalensi stroke ternyata tidak ditemukan pada penelitian tersebut
diantaranya, adalah:
1. Merokok, memang merokok dapat merusak arteri tetapi tidak ada bukti kaitan
Antara keduanya itu.
2. Latihan, orang mengatakan bahwa latihan dapat mengurangi resiko terjadinyastroke.
Namun dalam penelitian tersebut tidak ada bukti yang menyatakan hal tersebut
berkaitan secara langsung. Walaupun memang latihan yang terlaluberat dapat
menimbulkan MCI.
3. Seks dan seksual intercouse, pria dan wanita mempunyai resiko yang sama terkena
serangan stroke tetapi untuk MCI jelas pria lebih banyak dari pada wanita.
4. Obesitas. Dinyatakan kegemukan menimbulkan resiko yang lebih besar, namuntidak
ada bukti secara medis yang menyatakan hal ini.
5. Riwayat keluarga.
2.4. KLASIFIKASI
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder . Kesadaran umummnya baik. SNH terjadi Menurut perjalanan penyakit atau
stadiumnya disebabkan :
a. TIA ( Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan24 jam
atau beberapa hari.
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran
darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi pengurangan
darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area
dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha
membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi
pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan
kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema
pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi
sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri. Berkurang-
nya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi
neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.
1. Perdarahan intracerebral
Mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecualinyeri kepala karena hipertensi.
Serangan seringkali siang hari, saat aktifitas atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya
hebat sekali. Mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan. Kesadaran
biasanya cepat menurun dan cepat masuk coma (65% terjadi kurangdari ½ jam, 23%
antara ½ - 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam – 19 hari).
2. Perdarahan subarachnoid
Gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut.Kesadaran sering terganggu
dan sangat bervariasi. Ada gejala/tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat
terjadi bilaada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri
komunikans anterior atau arteri carotis interna.Gejala neurologis yang timbul
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya.
Manisfestasi klinis stroke akut dapat berupa :
d. MRI lebih sensitif dari CT Scan dalam mendeteksi infark cerebri dini dan infark batang
otak.
2.8. PENATALAKSANAAN
Stoke akut di Unit Gawat DaruratWaktu adalah otak yang merupakan ungkapan yang
menunjukkan betapa pentingnya pengobatan stroke sedini mungkin,karena“jendela
terapi” dari stroke hanya 3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat
memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Hal yang harus
dilakukan adalah :
a. Stabilitas klien dengan tindakan Air way, Breathing dan Circulating.
b. Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau coma atau gagal nafas.
c. Infus intavena dengan cairan normasalin 0,9% 20 ml/jam, jangan pakai cairan
hipotonis edema otak.
d. Berikan oksigen 2-4 liter/menit.
e. Pertimbangkan pemberian nutrisi melalui NGT.
f. EKG.
g. Pemeriksaan darah dan urine.
Pencegahan
a. Pencegahan primer
1. Kampanye nasional terintegrasi
2. Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke ;
b. Pencegahan sekunder
4. Tindakan invasive.
3.1. PENGKAJIAN
1). Pengkajian primer
Airway : pengkajian mengenai kepatenan jalan. Kaji adanya obstruksi pada jalan napas
karena dahak, lendir pada hidung, atau yang lain.
Breathing : kaji adanya dispneu, kaji pola pernapasan yang tidak teratur, kedalaman
napas, frekuensi pernapasan, ekspansi paru, pengembangan dada.
Circulation : meliputi pengkajian volume darah dan kardiac output serta perdarahan.
Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, warna kulit, nadi, dan adanya
perdarahan.
Disability : yang dinilai adalah tingkat kesadran serta ukutan dan reaksi pupil.
Exposure/ kontrol lingkungan : penderita harus dibuka seluruh pakaiannya.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan evaluasi kepala akan adanya luka, kontusio atau
fraktur. Pemeriksaan maksilofasialis, vertebra sevikalis, thoraks, abdomen, perineum,
muskuloskeletal dan pemeriksaan neurologis juga harus dilakukan dalam secondary
survey. Selama secondary survey, mungkin akan dilakukan pemeriksaan diagnostik
yang lebih spesifik seperti foto tambahan dari tulang belakang serta ekstremitas, CT-
Scan kepala, dada, abdomen dan prosedur diagnostik lain.
C. Reevaluasi
Monitoring tanda vital dan haluaran urin penting dilakukan.
6). Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, perseptual
kognitif.
Tujuan; tidak terjadi gangguan harga diri
Kriteria hasil : - mau berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang terjadi,
- mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri
dalam situasi.
Intervensi;
1. Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat ketidak-
mampuannya.
Rasional : penentuan faktor-faktor secara individu membantu dalam
mengembankan perencanaan asuhan/ pilihan intervensi.
· 2. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.
Rasional : membantu peningkatan rasa harga diri dan kontrol atas salah satu bagian
kehidupan.
3. Berikan dukungan terhadap perilaku/ usaha seperti peningkatan minat/ partisipasi
dalam kegiatan rehabilitasi.
Rasional : mengisyaratkan kemampuan adaptasi untuk mengubah dan memahami
tentang peran diri sendiri dalam kehidupan selanjutnya.
4. Dorong orang terdekat agar member kesempatan pada melakukan sebanyak
mungkin untuk dirinya sendiri.
Rasional : membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggan diri dan
meningkatkan proses rehabilitasi.
5. Rujuk pada evaluasi neuropsikologis dan/ atau konseling sesuai kebutuhan.
Rasional : dapat memudahkan adaptasi terhadap perubahan peran yang perlu untuk
perasaan/ merasa menjadi orang yang produktif.
7). Resiko tinggi kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler/
perseptual.
Tujuan ; kerusakan dalam menelan tidak terjadi.
Kriteria hasil : - mendemonstrasikan metode makan tepat untuk situasi individual
dengan aspirasi tercegah,
- mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Intervensi;
1. Tinjau ulang patologi/ kemampuan menelan pasien secara individual.
Rasional : intervensi nutrisi/ pilihan rute makan ditentukan oleh faktor-faktor ini.
2. Letakkan pasien pada posisi duduk/ tegak selama dan setelah makan
Rasional : menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan dan
menurunkan resiko terjadinya aspirasi.
3. Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum cairan.
Rasional : menguatkan otot fasiel dan otot menelan dan menurunkan resiko
terjadinya aspirasi.
4. Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan/ kegiatan.
Rasional : meningkatkan pelepasan endorphin dalam otak yang meningkatkan
perasaan senang dan meningkatkan nafsu makan.
5. Berikan cairan melalui intra vena dan/ atau makanan melalui selang.
Rasional : memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika pasien tidak
mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.
A. KESIMPULAN
Menurut WHO. (1989) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai
dengan daerah fokal pada otak yang terganggu
B. SARAN
Untuk penderita tekanan darah tinggi biasanya tidak diberikan antikoagulan dan juga pada
pasien dengan perdarahan otak, karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan kedalam
otak. Selain itu, penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infuse untuk
memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stoke in evolution, diberikan antikoagulan
(misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi komplikasi.Pada
completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah kedaerah
tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan
pembedahan.
Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan
atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang
akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang. Untuk mengurangi
pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya diberikan
manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan
respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping
itu, perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit
(untuk mencegah timbulnya luka) di kulit karena penekanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.scribd.com/doc/28329428/Laporan-Pendahuluan-Asuhan-Keperawatan-Klien-Dengan
Strokehttp://www.scribd.com/ssuke/d/76934100-Askep-
Strokehttp://perawatgk.blogspot.com/2012/05/askep-stroke-
Hemoragik.htmlhttp://sriharyatijc.blogspot.com/2012/05/askep-
Stroke.htmlhttp://www.kapukonline.com/2011/09/askepstrokenonhemoragic.htmlhttp://ntennur
e.blogspot.com/2012/03/askep-stroke-non-hemoragik.html
http://akhmadrapiuddin.blogspot.com/2009/06/makalah-medula-spinalis.html.
Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
SISTEM PERSARAFAN ; STROKE
Kelompok 2 :
1. Asih Nurmalasari
2. Cucu Maryana
3. Dedin Juhedin
4. Dinal Perdana Muda
5. Ega Novriani