Pembimbing:
dr. Agung, Sp.P
Disusun oleh;
Debora Lusiana Herman
Disusun oleh:
dr. Debora Lusiana Herman
Pembimbing
Identitas Pasien
Nama : Ny. EF
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Masuk RS : 11 Agustus 2017
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 1 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Sejak 1 hari SMRS pasien mengeluhkan sesak nafas semakin memberat. Pasien tidak
dapat melakukan aktivitas dan terasa lemas.
- Sebulan terakhir pasien merasa sesak timbul hampir setiap hari yang timbul saat
pasien melakukan banyak aktivitas dan memberat saat dini hari.
- Pasien tidak pernah berobat ke dokter. Pasien membeli obat dari apotik.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat asma sejak usia 6 tahun. Serangan asma dirasakan sebulan sekali.
- Hipertensi (-), Diabetes melitus (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
- Nenek menderita asm
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
- Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, tidak merokok, dan tidak minum alkohol.
Pemeriksaan Umum
- Kesadaran : Kompos Mentis
- Keadaan umum : tampak sakit sedang
- Tekanan Darah : 137/99 mmHg
- Nadi : 96x/menit
- Napas : 35x/menit
- Suhu : 36,3 C
- Spo2 : 86%
Pemeriksaan Fisik
Kepala
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, diameter 3
mm, reflek cahaya +/+.
- Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
JVP 5-2 cmH20
Toraks
- Paru: Inspeksi : bentuk thorax normal, gerakan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi :ekspirasi memanjang, wheezing (+/+), ronkhi (-/-)
- Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba luas 2 jari lateral LMCS – RIC V
Perkusi : Batas jantung kanan : Linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri : 2 jari lateral LMCS – RIC V sinistra
Auskultasi : Suara jantung normal, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut datar, venektasi (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepatosplenomegali (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai (-), clubbing finger (-)
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 11 agustus 2017
- Laboratorium darah rutin
Hb : 15,2 gr %
Leukosit : 13.460 /mm3
Trombosit : 274.000/mm3
Hematokrit: 44,4 gr %
- Laboratorium kimia darah
Glukosa : 88 mg/dl
Rontgen thorax
Diagnosis
Asma Kronik Eksaserbasi Akut
Terapi
Oksigen 3 lpm Nk
Inhalasi Combivent/ 6 jam
Injeksi Metilprednisolon 2 x1 amp
Injeksi Ranitidin 2 x 1 amp
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Asma eksaserbasi adalah episode akut asma dengan sesak yang memburuk secara
progresif disertasi batuk, mengi, dan dada sakit, atau beberapa kombinasi gejala-gejala tersebut.2
Eksaserbasi ditandai dengan menurunnya arus nafas yang dapat diukur secara obyektif
(spirometri atau PFM) dan merupakan indikator yang lebih dapat dipercaya dibanding gejala.
Penderita asma terkontrol dengan steroid inhaler , memiliki risiko yang lebih kecil untuk
eksaserbasi. Namun, penderita tersebut masih dapat mengalami eksaserbasi, misalnya bila
menderita infeksi virus saluran napas.
Etiologi
Asma eksaserbasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, kadang-kadang ada yang
disebut sebagai "pemicu" antara lain : alergen, infeksi virus, polusi dan obat.3
Penyebab eksaserbasi :
1. Infeksi virus saluran nafas
2. Mycoplasma pneumonia
3. Chlamydia pneumonia
4. Alergen
5. Iritan (SO2 , debu, kotoran, jelaga, asap)
6. Obat (aspirin)
7. Emosi
8. Tidak patuh pada pengobatan
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.
1. Faktor predisposisi
Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (debu, bulu binatang, serbuk bunga,
spora jamur, bakteri dan polusi)
Ingestan, yang masuk melalui mulut (makanan dan obat-obatan)
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (perhiasan, logam dan jam
tangan)
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Epidemiologi
Asma merupakan masalah kesehatan dunia. Diperkirakan sebanyak 300 juta orang menderita
asma, dengan prevalensi sebesar 1- 18 %, bervariasi pada berbagai negara. Kejadian asma
dipengaruhi factor genetik, lingkungan, umur dan gender dan terdapat kecenderungan
peningkatan insidensinya terutama didaerah perkotaan dan industri akibat adanya polusi udara.
years ( DALYs ) sebanyak 15 juta setiap tahun karena asma, yang merupakan 1% dari beban
global akibat penyakit. Mortalitas sebesar 250.000/tahun yang tidak proporsional dengan
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga saat ini jumlah penderita asma
di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat
Patogenesis
1. Hygiene Hypothesis
Hubungan antara awal kehidupan dan perkembangan alergi sudah banyak diteliti.
Strachan merupakan orang yang pertama kali mengemukakan teori hygiene hypothesis.
Teori tersebut mengatakan infeksi dan kontak dengan lingkungan yang tak higienis dapat
melindungi diri dari perkembangan alergi (Sohn, 2008) Hipotesis tersebut berdasarkan
pemikiran bahwa sistem imun pada bayi didominasi oleh sitokin T helper (Th2). Setelah
lahir pengaruh lingkungan akan mengaktifkan respons Th1 sehingga akan terjadi
keseimbangan Th1/Th2. Beberapa bukti menunjukkan bahwa insidensi asma menurun
akibat infeksi tertentu (M. tuberkulosis, measless atau hepatitis A) dan penurunan
penggunaan antibiotik. Ketiadaan kejadian tersebut menyebabkan keberadaan Th2
menetap. Sehingga keseimbangan akan bergeser kearah Th2, merangsang produksi
antibodi IgE untuk melawan antigen lingkungan seperti debu rumah dan bulu kucing.
Sel Th1 dan Th2 menghambat perkembangan satu sama lain. Produksi IgE pada
penderita atopi meningkat sehingga mempengaruhi keseimbangan Th2dan Th1.
Perkembangan sekresi Th2 memerlukan IL-4. Sitokin ini dihasilkan olehplasenta untuk
mencegah penolakan imunologis janin. Menetapnya Th2 plasentaberhubungan dengan
perubahan nutrisi sehingga tidak terbentuk Th1, inimerupakan faktor utama peningkatan
prevalensi penyakit alergi dalam 30 – 40tahun terahir. Faktor lain adalah turunnya infeksi
berat pada bayi dan interaksiantara alergen dan polusi udara yang cenderung untuk terjadi
sensitisasi. Infeksiakan menyebabkan peningkatan respons Th1 dan akan
menurunkankecenderungan perkembangan penyakit yang berhubungan dengan Th
2.12Sel Th2 akan meningkatkan sintesis IL-4 dan IL-13 yang pada akhirnyaakan
menaikkan produksi IgE. Sedangkan sel Th1 yang menghasilkan interferongama (IFNγ)
akan menghambat sel B untuk menghasilkan IgE.12-13 Untuk lebihjelasnya bisa dilihat
dalam gambar di bawah.
Sel efektor imun utama yang bertanggung jawab terhadap reaksi alergi baik di
hidung maupun paru adalah sel mast, limfosit T dan eosinofil. Setelahseseorang
mengalami sensitisasi, IgE disintesis kemudian melekat ke target sel.Pajanan alergen
mengakibatkan reaksi yang akan melibatkan sel-sel tersebut diatas. Sitokin atau kemokin
yang berperan dalam perkembangan, recruitment danaktivasi eosinofil adalah IL-3, IL-4,
IL-5, IL-13, granulocyte-machrophage colony stimulating factor (GM-CSF), kemotaksin
dan regulation on activation normal T cell expressed and secreted (RANTES).
2. Mekanisme Inflamasi Saluran Nafas
Inflamasi mempunyai peran utama dalam patofisiologi rinitis alergi dan asma.
Inflamasi saluran napas melibatkan interaksi beberapa tipe sel dan mediator yang akan
menyebabkan gejala rinitis dan asma. Inhalasi antigen mengaktifkan sel mast dan sel Th2
di saluran napas. Keadaan tersebut akan merangsang produksi mediator inflamasi seperti
histamin dan leukotrien dan sitokin seperti IL-4 dan IL-5. Sitokin IL-5 akan menuju ke
sumsum tulang menyebabkan deferensiasi eosinofil (Busse, 2001). Eosinofil sirkulasi
masuk ke daerah inflamasi alergi dan mulai mengalami migrasi ke paru dengan rolling
(menggulir di endotel pembuluh darah daerah inflamasi), mengalami aktivasi, adhesi,
ekstravasasi dan kemotaksis (Kamen, 2006) Eosinofil berinteraksi dengan selektin
kemudian menempel di endotel melalui perlekatannya dengan integrin di superfamili
immunoglobulin protein adesi yaitu vascular-cell adhesion molecule(VCAM)-1 dan
intercellular adhesion molecule (ICAM)-1.
Eksaserbasi
Faktor yang dapat mencetuskan sehingga terjadi eksaserbasi dan yang dapat
menyebabkan bronkokonstriksi adalah udara dingin, kabut, olahraga. Stimulus yang dapat
menyebabkan inflamasi saluran nafas seperti pemaparan alergen, virus saluran nafas. Olahraga
dan hiperventilasi pernafasan dengan keadaan udara dingin dan kering menyebabkan
bronkokonstriksi dan pelepasan sel lokal dan mediator inflamasi seperti histamin, leukotrien
yang dapat menstimulasi otot polos. Eksaserbasi asma dapat timbul selama beberapa hari.
Sebagian besar berhubungan dengan infeksi saluran nafas, yang paling sering adalah common
cold oleh rhinovirus yang dapat menginduksi respon inflamasi intrapulmoner. Pada pasien asma,
inflamasi terjadi dengan derajat obstruksi yang bervariasi serta dapat memperberat
hipereaktivitas bronkial. Respon inflamasi ini melibatkan aktivasi dan masuknya eosinofil dan
atau neutrofil yang dimediasi oleh pelepasan sitokin atau kemokin T atau sel epitel bronkial.
Selain itu, paparan alergen juga mencetuskan eksaserbasi pada pasien asma.8
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Spirometri8 :
- ( Volum Ekpirasi Paksa 1 detik ) VEP1< 70% dari nilai prediksi menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas.
- Tes reversibilitas : peningkatan VEP1≥ 12% dan ≥ 200 ml menunjukkan
reversibilitas yang menyokong diagnosis asma
Arus Puncak Ekspirasi ( APE )8 :
- Reversibilitas. Peningkatan 60 L/menit ( atau ≥ 20% ) dengan pemberian
bronkodilator ( misalnya 200-400 ugr salbutamol ), atau variasi diurnal dari APE
≥ 20% ( dengan bacaan 2x sehari > 10% ) menyokong diagnosis asma
- Variabilitas. Merujuk pada perbaikan atau pemburukan gejala atau fungsi paru
dalam periode tertentu misal 1 hari ( variabilitas diurnal ), hari atau bulanan.
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma berat. Pada fase awal serangan, terjadi
hipoksemia dan hipokapnea (PaCO2 < 35 mmHg) kemudian pada stadium yang lebih
berat pada PaCO2 justru mendekati normal sampai normo-kapnea. Selanjutnya pada
asma yang sangat berat terjadi hiperkapnea (PaCO2 ≥ 45 mmHg), hipoksemia, dan
asidosis respiratorik.
Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain yang
memberikan gejala serupa seperti gagal jantung kiri, obstruksi saluran nafas,
pneumothoraks, pneumomediastinum. Pada serangan asma yang ringan, gambaran
radiologik paru biasanya tidak memperlihatkan adanya kelainan.
Klasifikasi
Menurut Global Initiative for Asthma, derajat berat asma dibagi menjadi: (Medical
Communications Resources, Inc ; 2006.)
1. Intermiten
Gejala kurang dari 1 kali, serangan singkat, gejala nokturnal tidak lebih dari 2 kali/bulan
(FEV1 ≥80% predicted atau PEF ≥80% nilai terbaik individu, variabilitas PEV atau
FEV1<20%).
2. Persisten ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari, serangan dapat mengganggu
aktivitas dan tidur, gejala nokturnal >2 kali/bulan (FEV1 ≥80% predicted atau PEF ≥80%
nilai terbaik individu, variabilitas PEV atau FEV120-30%).
3. Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari, serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur, gejala
nokturnal >1 kali/ minggu, menggunakan agonis-β2 kerja pendek setiap hari (FEV1 60-
80% predicted atau PEF 60-80% nilai terbaik individu, variabilitas PEV atau
FEV1>30%).
4. Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari, serangan sering terjadi, gejala asma nokturnal sering terjadi
(FEV1 ≤60% predicted atau PEF ≤60% nilai terbaik individu, variabilitas PEV atau
FEV1>30%).
Bila menemukan keluhan batuk sesak, mengi salah satu kelainan yang perlu dipikirkan
adalah obstruksi saluran nafas atas.
Diagnosis banding asma :
Kategori Kriteria
Penyakit penyebab sesak berulang PPOK, penyakit jantung coroner, GERD, gagal
jantung kongestif, emboli paru
Penatalaksanaan
Untuk hasil yang lebih baik, terapi pemeliharaan asma harian harus dimulai secepat
mungkin setelah diagnosis asma dibuat, berdasarkan bukti klinis adalah sebagai berikut:
a. Pemberian ICS dosis rendah dini pada pasien asma akan meningkatkan fungsi paru
lebih baik dibandingkan jika pemberiannya dilakukan sudah muncul gejala selama 2-
4 tahun. Jika telah berlangsung dalam waktu tersebut, dosis ICS lebih tinggi
dibutuhkan, sedangkan fungsi paru sudah sangat lebih menurun.
b. Pasien yang tidak mengonsumsi ICS dan mengalami eksaserbasi akan mengalami
penurunan fungsi paru yang lebih hebat daripada pasien yang telah mulai
menggunakan ICS
c. Pada pasien dengan asma akibat pekerjaan, penghindaran dari agen iritan dan terapi
dini dapat meningkatkan kemungkinan untuk sembuh.
Dalam kasus-kasus ringan sampai sedang , asma dapat meningkatkan dari waktu ke
waktu , dan banyak orang dewasa bahkan bebas dari gejala.Bahkan dalam beberapa kasus yang
parah , orang dewasa mungkin mengalami perbaikan tergantung pada derajat obstruksi di paru-
paru dan ketepatan waktu dan efektivitas pengobatan .
Pada sekitar 10 % kasus persisten berat , perubahan dalam struktur dinding saluran udara
menyebabkan masalah progresif dan ireversibel dalam fungsi paru-paru , bahkan pada pasien
yang diobati secara agresif .
Fungsi paru-paru menurun lebih cepat daripada rata-rata pada orang dengan asma ,
terutama pada mereka yang merokok dan pada mereka dengan produksi lendir yang berlebihan (
indikator kontrol perlakuan buruk ) .
Kematian dari asma adalah peristiwa yang relatif jarang , dan kematian asma yang paling
dapat dicegah . Hal ini sangat jarang orang yang menerima perawatan yang tepat untuk mati
asma . Namun, bahkan jika tidak mengancam nyawa , asma dapat melemahkan dan menakutkan .
Asma yang tidak terkontrol dengan baik dapat mengganggu sekolah dan bekerja , serta kegiatan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA