Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah semua pembuatan mahkota dan jembatan harus
dilakukan pulpektomi.
2. Untuk mengetahui macam-macam perawatan endodontik beserta indikasi dan
kontraindikasinya.
3. Untuk mengetahui prosedur perawatan endodontik konvensional.
4. Untuk mengetahui teknik dari perawatan saluran akar.
5. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kegagalan dari perawatan
saluran akar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada perawatan saluran akar, setelah jaringan pulpa di keluarkan akan terdapat
luka yang kemudian dibersihkan dan didesinfeksi dengan instrumentasi dan
irigasi. Luka ini tidak akan tertutup epitelium, seperti luka pada bagian tubuh
lain karena itu mudah terkena infeksi ulang. Untuk mencegah penetrasi
mikroorganisme dan toksin dari luar melalui ruang pulpa ke tubuh, ruang ini
harus ditutup dibagian koronal dan apikal, hal ini untuk mencegah infeksi dan
juga untuk memblokir lubang masuk ke periapikal bagi organisme. Selain itu
untuk mencegah infeksi ulang dari ruang pulpa oleh mikroorganisme dari
rongga mulut. Seluruh ruang pulpa harus diisi, jadi memblokir tubula dentin dan
saluran asesori (Harty, 1992).
Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan
mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Tahap perawatan saluran akar
antara lain : preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan pembentukan
(biomekanis), disinfeksi, dan pengisian saluran akar. Keberhasilan perawatan
saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik,
terutama pada bagian sepertiga apikal. Tindakan preparasi yang kurang bersih
akan mengalami kegagalan perawatan, bahkan kegagalan perawatan 60%
diakibatkan pengisian yang kurang baik. Pengisian saluran akar dilakukan untuk
mencegah masuknya mikro-organisme ke dalam saluran akar melalui koronal,
mencegah multiplikasi mikroorganisme yang tertinggal, mencegah masuknya
cairan jaringan ke dalam pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai
media bakteri, dan menciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk proses
penyembuhan jaringan. Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik tidak
hanya disebabkan teknik preparasi dan teknik pengisian yang kurang baik,
tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan pengisi saluran akar. Pasta saluran
akar merupakan bahan pengisi yang digunakan untuk mengisi ruangan antara
bahan pengisi (semi solid atau solid) dengan dinding saluran akar serta bagian-
bagian yang sulit terisi atau tidak teratur (Walton & Torabinejad, 1996).
Setelah dilakukan pembersihan, perbaikan bentuk dan desinfeksi, saluran akar
akan diisi. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan
tindakan pengisian saluran akar yaitu gigi bebas dari rasa sakit, saluran akar
bersih dan kering, tidak terdapat nanah, tidak terdapat bau busuk (Tarigan,
1994).
Sebelum pengisian saluran akar, dilakukan preparasi saluran akar. Preparasi
saluran akar biomekanikal dalam perawatan endodonti bertujuan untuk
membersihkan dan membentuk saluran dalam mempersiapkan pengisian yang
hermetis dengan bahan dan teknik pengisian yang sesuai. Bila preparasi saluran
akar tidak dilakukan, maka perawatan endodontik akan gagal. Oleh karena itu,
preparasi saluran akar biomekanikal harus dilakukan sebaik mungkin, sesuai
dengan bentuk saluran akar (Harty, 1992).
Dengan adanya bentuk gigi yang berbeda, anatomi rongga pulpa dari setiap gigi
juga tidak sama, sehingga teknik preparasi saluran akar pada gigi yang satu
akan berbeda dengan gigi yang lain. Jadi dalam melakukan preparasi saluran
akar pada gigi yang mempunyai bentuk anatomi saluran yang berbeda,
diperlukan beberapa teknik preparasi saluran akar yang sesuai yaitu : teknik
preparasi konvensional, telescope, flaring, step-back (Tarigan, 1994; Rodneey,
dkk, 1994).
Saluran akar harus dikeringkan setelah irigasi yang terakhir, terutama sebelum
pengisian saluran akar. Cairan dapat diaspirasi dengan meletakkan ujung spuit
pada dinding saluran akar. pengeringan menyeluruh dapat dilakukan dengan
menggunakan paper point yang tediri dari berbagai macam ukuran. Secara
klinis perlu disadari bahwa paper point bekerja seperti kertas penyerap dan
harus diberi waktu dalam saluran akar agar dapat bekerja efektif. Paper point
dapat dipegang dengan pinset dan diukur sesuai dengan panjang kerja sehingga
ujungnya tidak terdorong secara tidak sengaja melalui foramen apikal. Paper
point dimasukkan secara perlahan sehingga mengurangi terdorongnya cairan
irigasi ke dalam jaringan apikal. Kecelakaan seperti ini dapat menyebabkan
pasien merasa sakit pada terapi endodontik (Harty, 1992).
Saluran akar segera diisi setelah pengeringan. Pada kasus pulpektomi vital,
pengisian saluran segera dilakukan setelah preparasi dan pembersihan, hal ini
dapat mengurangi resiko kontaminasi saluran akar, waktu yang diperlukan
untuk perawatan dan menghasilkan tingkat keberhasilan yang tinggi (Harty,
1992).
Ada berbagai macam teknik pengisian saluran akar, yang dapat dibagi menjadi
teknik sementasi cone, teknik guttapercha hangat, teknik preparasi dentin. Hasil
penelitian belum dapat membuktikan keunggulan teknik tersebut walaupun
memang ada beberapa teknik yang kemungkinan kebocorannya lebih besar dari
yang lain (Harty, 1992).
Pada umumnya bahan pengisi saluran akar digolongkan dalam golongan padat,
pasta, dan semen. Yang termasuk golongan padat ialah poin gutaperca, poin
perak, poin titan, poin emas. Golongan pasta; bahan ini tidak mengeras dalam
saluran akar misalnya jodoform pasta (Walkhoff). Golongan semen; bahan ini
setelah beberapa waktu dalam saluran akar akan mengeras (Tarigan, 1994).
Pasta dan semen dapat dibagi dalam lima kelompok; berbahan dasar zinc okside
eugenol, resin komposit, gutta perca, bahan adhesif dentin, bahan yang
ditambah obat- obatan (Harty, 1992).
Tidak ada bahan pengisi saluran akar yang mempunyai sifat yang ideal. Tetapi
paling tidak memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah dimasukkan kedalam
saluran akar, harus dapat menutup saluran lateral atau apikal, tidak boleh
menyusut sesudah dimasukkan kedalam saluran akar gigi. Tidak dapat ditembus
oleh air atau kelembaban, bakteriostatik, radiopague, tidak mewarnai struktur
gigi, tidak mengiritasi jaringan apikal, steril atau dapat dengan mudah
disterilkan, tidak larut dalam cairan jaringan, bukan penghantar panas, pada
waktu dimasukkan harus dalam keadaan pekat atau semi solid dan sesudahnya
menjadi keras (Tarigan, 1994; Walton & Torabinejad, 1996).
Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor
mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah
faktor patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan
kecelakaan prosedur perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton &
Torabinejab, 1996).
1. Faktor Patologis
Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat
keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
tidak mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa
dalam saluran akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi
yang dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah (Ingle, 1985;
Walton & Torabinejad, 1996) :
1. Keadaan patologis jaringan pulpa.
Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam
keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan
pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus
dengan pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat
lesi periapikal.
2. Keadaan patologis periapikal
Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan
saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan
prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini
belum dapat dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan
dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit
dilakukan.
3. Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut
dengan daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah
terjadinya proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang
dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi
inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan
perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk
karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah
menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang
teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis.
2. Faktor Penderita
Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns,
1994; Walton &Torabinejad, 1996) :
1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan
melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan
yang mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih
untuk diekstraksi (Sommer, 1961).
2. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan
keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua
usianya mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang
muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada
orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini
mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada
kasusnya (Ingle, 1985).
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko
yang buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di
bawah normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit
jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran
akar di luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns,
1994).
3. Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar bergantung kepada :
1. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu
biologi serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan
menggunakan instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur
khusus dalam perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh
keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa
pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif
(Healey, 1960; Walton &Torabinejad, 1996).
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi
dokter gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing
ukuran keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian
menunjukan bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk,
akan menghasilkan prognosis yang buruk pula (Walton & Torabinejad, 1996).
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang
ideal dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih
pendek dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat
keberhasilan yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang
berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal
yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek
dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan
periapikal yang lebih jauh (Walton & Torabinejad, 1996).
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar
akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan.
Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan
yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak
patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi
ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih
buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks
atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988;
Walton & Torabinejad, 1996).
4. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang
berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.
Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil
perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal (Walton
&Torabinejad, 1996).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Pembuatan Mahkota dan Jembatan
Pembuatan gigi tiruan jembatan dan mahkota tidak harus melalui pulpektomi.
Pulpektomi dilakukan apabila pulpa gigi dari gigi yang akan dipreparasi terkena
infeksi. Bila gigi dalam keadaan vital (pulpa belum terkena) maka pulpektomi
tidak perlu dilakukan.
Konsep mapping
fraktur
subjektif
pemerikksaaan objektif
rontgen
indikasi
perawatan kegagalan dan keberhasilan perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.
Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathway of the pulp. 6 th ed. St. Louis : Mosby.
Guttman, J.L. 1992. Problem Solving in Endodontics, Prevention, identification and management. 2
nd ed., St louis : mosby Year Book.
Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988. Endodontics Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea &
febiger.
Harty. FJ. alih bahasa Lilian Yuono. 1992. Endodontik Klinis. Jakarta : Hipokrates.
Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger.
Mardewi, S. K.S.A. 2003. Endodontologi, Kumpulan naskah. Cetakan I. Jakarta : Hafizh.
Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodonti). Cetakan I, Jakarta : Widya Medika.
Walton, R. and Torabinejad, M., 1996. Principles and Practice of Endodontics. 2nd ed. Philadelphia :
W.B. Saunders Co.
Weine, F.S. 1996. Endodontics Theraphy. 5 th ed. St. Louis : Mosby Year Book. Inc