Anda di halaman 1dari 12

Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)

Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

Optimalisasi Fungsi Sistem Kanal Banjir Timur Semarang sebagai Ruang


Terbuka Hijau dan Pengendali Banjir
Budi Faisal, MAUD., MLA., Ph.D1,2, Alecia Artita Midori ST.1 &
DR. Dasapta Erwin Irawan, ST. MT.2
1
Author Address
2
Author Address
Email: Email Address

Abstract. Sistem Kanal merupakan salah satu cara yang dianggap efektif dalam mengendalikan masalah banjir.
Namun, dilihat dari aspek lingkungan, sistem kanal dianggap tidak memperhatikan keberlangsungan lingkungan dan
cenderung merusak ekosistem alamiah sungai. Kanal Banjir Timur berfungsi sebagai pengendali banjir yang saat ini
tidak dapat berfungsi secara optimal sehingga menyebabkan banjir di daerah Semarang Timur. Normalisasi sungai
diambil sebagai solusi oleh Pemerintah Kota Semarang untuk meningkatkan daya tampung Kanal Banjir Timur.
Normalisasi dengan membangun sistem kanal berbeton dirasa kurang memperhatikan aliran air secara alamiah,
karena akan menghilangkan ekosistem bantaran sungai. Selain itu, air juga akan langsung dialirkan ke laut tanpa
mengalami proses infiltrasi terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Ruang Terbuka Publik
Baru yang dihasilkan melalui proses Perancangan Ekologi Lanskap dengan penerapan teori naturalisasi sungai yang
dianggap lebih baik dalam menyelesaikan masalah banjir dan lingkungan. Penataan Kanal Banjir Timur diusulkan
dengan menaturalisasi aliran kanal dengan dasar kanal tak berbeton agar air yang mengalir dapat diserap dan
ditampung terlebih dahulu sebelum dialirkan ke laut. Selain menciptakan sungai yang lebih natural akan tercipta
suatu ruang terbuka publik baru berupa ruang terbuka hijau dan danau retensi yang dapat dinikmati oleh masyarakat
sebagai atraksi wisata baru di Semarang. Kami juga mengusulkan adanya kolam-kolam penampungan air, sebagai
lokasi “transit” air sebelum diinjeksikan ke dalam lapisan akuifer dalam.
Keywords: ekologi lanskap, ruang terbuka publik, naturalisasi sungai

Pendahuluan

Kanal Banjir Timur atau KBT merupakan salah satu kanal pengendali banjir di Kota Semarang. Namun
belakangan ini, KBT tidak dapat berfungsi secara optimal sehingga menyebabkan banjir di daerah
Semarang Timur. Hal ini terjadi karena banyaknya sedimen yang terbawa dari daerah hulu mengendap di
sepanjang KBT yang menyebabkan pendangkalan area aliran air di KBT (BBWS, 2015 ). Selain itu,
secara visual, tumpukan sampah juga menjadi salah satu penyebab banjir pada daerah ini. Saat ini
terdapat jembatan kendaraan bermotor di Jalan Kaligawe dan jembatan rel kereta api yang terlalu rendah
bila dibandingkan dengan posisi muka air sungai, sehingga saat aliran air dari daerah hulu meningkat,
sampah-sampah yang terbawa air menyumbat pada lokasi jembatan. Dampaknya air meluap hingga ke
jalan dan perumahan warga di sekitarnya.
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)
Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

Pemerintah Kota Semarang sedang berusaha untuk mengurangi banjir tersebut pada daerah Semarang
Timur dengan cara menormalisasi KBT agar daya tampung KBT bertambah dan dapat menampung air
dari hulu sehingga dapat mencegah banjir di permukiman Semarang Timur. Namun, normalisasi dengan
membangun sistem kanal berbeton dirasa kurang memperhatikan aliran air secara alamiah, karena akan
menghilangkan ekosistem bantaran sungai. Selain itu, air juga akan langsung dialirkan ke laut tanpa
mengalami proses infiltrasi terlebih dahulu. Bila dibandingkan dengan kanal di kota-kota besar di negara
maju, kanal seperti KBT sangat berpotensi untuk menyerap air guna menambah suplai air tanah di masa
mendatang. Dari kondisi di atas maka revitalisasi KBT sangat penting, terutama untuk meningkatkan
fungsinya sebagai pengendali banjir, suplai air bersih dan ruang hijau publik.

Penelitian ini telah dipublikasikan sebanyak tiga kali : Website sps


http://www.sps.itb.ac.id/riset/index.php/2017/03/26/meningkatkan-fungsi-banjir-kanal-timur-semarang/,
Seminar Nasional IPTEKS ITB 2017 dan IGeos 2017.

Literatur

Penerapan teori Eko-Hidraulik pada sungai merupakan konsep yang menggabungkan ilmu ekologi dan
hidraulik serta memberikan efek keberlanjutan tinggi (Maryono, 2000). Konsep tersebut dapat
menghasilkan suatu ekosistem alami sungai tanpa menghilangkan fungsi sungai itu sendiri sebagai tempat
mengalirkan air. Salah satu contoh penerapan sistem Eko-Hiraulik adalah Naturalisasi bagian Sungai
Kallang di Bishan Park. Pada awalnya, Sistem Sungai Kallang menggunakan sistem kanal yang terbuat
dari beton dan desain lurus agar air dapat mengalir dengan cepat menuju laut. Namun pada tahun 2006,
salah satu agensi air nasional di Singapura, PUB, melakukan penataan ulang sungai dengan metode
Active, Beautiful and Clean Waters Programme untuk menjaga badan air yang berfungsi sebagai drainase
dan sumber air. Sungai Kallang didesain lebih natural dan dibuat seakan menyatu dengan taman. Setelah
dilakukan pembongkaran kanal, Sungai Kallang yang awalnya hanya memiliki lebar tampungan banjir
sebesar 17-24 meter, kini bertambah sebesar 40% hingga dapat mencapai lebar 100 meter.

Pada saat musim kemarau, masyarakat dapat mengakses sungai hingga ketepi sungai bahkan dapat
bermain di tengah sungai. Pada saat musim kemarau, air akan memenuhi bagian bantaran sungai
(floodplain) sehingga daya tamping air menjadi lebih besar. Sembari menampung, air akan diserap secara
alami oleh tanah sehingga dapat menambah suplay air tanah bagi permukiman di Singapura.
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)
Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

Terdapat fitur eco-engineering dan natural filtration dengan wetlands. Konsep eco-engineering
digunakan disepanjang sungai agar mengurangi terjadinya erosi di sepanjang sungai. Penerapan eco-
engineering dilakukan dengan menggunakan material alami seperti batu alam. Sedangkan konsep natural
filtration menggunakan cleansing biotopes yaitu penyaringan air dengan menggunakan wetlands atau
tanaman air. Air yang mengalir di Sungai Kallang merupakan air yang sudah terfiltrasi sehingga aman
digunakan untuk bermain. Selain itu beberapa fitur seperti playground dan taman air juga menggunakan
air yang sudah difiltrasi sehingga lebih bersih dan aman bagi anak-anak.
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)
Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

Metode
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif grounded theory (Creswell, 2008) yang
bersifat eksploratif (Groat & Wang, 2002). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan
metode pengumpulan data bersifat terbuka dan data yang terkumpul cenderung berupa data teks, objek
atau gambar, bukan berupa angka. Penelitian kualitatif ini digunakan untuk mendapatkan informasi secara
mendalam terkait permasalahan yang terjadi di Kanal Banjir Timur

Metode Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data terdiri dari pengumpulan data primer dan data sekunder yang dapat membantu
dalam proses perancangan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan tinjauan lapangan
dengan mengamati, mewawancarai dan melakukan pengambilan sampel air dan tanah pada tapak dan area
sekitar tapak. Masing-masing diamati aspek fisik, lingkungan dan kulturalnya.Selain itu juga dilakukan
pengambilan sample air sungai dan air di beberapa sumur warga untuk diuji di laboratorium terkait
kandungan yang terdapat di dalamnya dan hubungan antara air sungai dan air bersih warga.

Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk
menerjemahkan data hasil survei menjadi bentuk informasi yang mudah dimengerti dan dipahami. Bentuk
transformasi data tersebut dapat berupa tabel, diagram, grafik maupun gambar. Analisis deskriptif
digunakan untuk mengorganisasikan data terkait kondisi eksisting dan hal-hal terkait lainnya.

Data

Kota Semarang merupakan salah satu kota yang terletak di daerah Pantai Utara Pulau Jawa.
Topografi Kota Semarang terletak antara 0,75 – 348,00 meter diatas permukaan laut. Dilihat dari
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)
Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

topografinya, Kota Semarang terbagi menjadi dua bagian yaitu daerah utara atau sering disebut
daerah bawah (dataran rendah) dan daerah selatan atau sering disebut daerah atas (dataran
tinggi). Daerah bawah atau dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 - 3,5 mdpl. Sedangkan
daerah atas atau daerah dataran tinggi mempunyai ketinggian 90 - 359 mdpl. Pada Semarang
daerah bawah sering terjadi banjir, tidak hanya banjir karena limpasan air hujan, namun juga
banjir rob yaitu banjir yang diakibatkan oleh naiknya permukaan air laut. Banjir dan Banjir Rob
semakin parah karena terjadi penurunan muka tanah pada daerah Semarang bagian bawah akibat
padatnya permukiman penduduk dan eksploitasi air tanah. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota
Semarang mulai melakukan kajian dan mencari penyelesaian dari masalah tersebut.

Kanal Banjir Timur dibuat


pada pada tahun 1900 di masa
Kolonialisasi Belanda sebagai
salah satu sistem drainase untuk
mengendalikan banjir di Kota
Semarang.Kanal Banjir Timur memiliki panjang secara utuh adalah 14.6 km dengan hulu sungai berada di
Bendungan Pucanggading dan berkakhir di Laut Jawa. Terdapat tiga buah sungai yang bermuara ke Kanal
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)
Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

Banjir Timur, yaitu Sungai Candi dengan panjang 2.7 km, Sungai Bajak dengan panjang 3.4 km dan
Sungai Kedungmundu dengan panjang 8.1 km.

Dalam Peta RTRW Semarang tahun 2011-2031, dikatakan bahwa Area Kanal Banjir Timur merupakan
area konservasi (warna hijau) dan dikelilingi oleh permukiman penduduk (warna kuning). Pada bagian
barat dan utara terdapat area permukiman campuran dengan area pertokoan (warna ungu) Pada bagian
sebelah timur terdapat Area Perdagangan dan Jasa (warna merah) disekitar fasilitas keagamaan (warna
ungu muda) yaitu Masjid Agung Jawa Tengah yang sering dikunjungi oleh pengunjung baik local maupun

mancanegara untuk beribadah maupun berwisata.

Kondisi Fisik Lokasi Penelitian

· Lebar Tapak Kanal Banjir Timur : 180 – 200 meter


· Lebar Aliran Air : 10 – 30 meter (semakin membesar pada daerah hilir)
· Panjang Tapak : 4.25 km
· Luas Tapak : 140 Ha (terdiri dari badan air, bantaran sungai, sempadan
sungai dan beberapa area hijau sekitar sungai.)
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)
Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

Site
Inventory
dibagi menjadi tiga bagian.

Bagian Pertama : Kanal Banjir Timur


dengan batasan Ruas Jalan Majapahit dan
Ruas Jalan Kartini
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)
Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

Bagian Kedua : Kanal Banjir Timur


dengan batasan Ruas Jalan Kartini
dan Ruas Jalan Citarum
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)
Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

Bagian Ketiga : Kanal Banjir Timur


dengan batasan Ruas Jalan Citarum dan
Ruas Jalan Kaligawe

Kondisi Biologis Lokasi Penelitian

Tapak berada di badan sungai, bantaran sungai, sempadan sungai dan area hijau sekitar. Tipe ekosistem
di bantaran sungai merupakan lahan basah tepi sungai atau sering disebut sebagai ekosistem riparian.
Jenis-jenis vegetasi yang tumbuh di bantaran sungai merupakan jenis tanaman penyangga tepi sungai.
Terdapat beberapa jenis burung, serangga dan reptil yang tinggal disepanjang bantaran sungai.
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)
Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

Kondisi Kultural Lokasi

Penelitian

Tapak berada di perbatasan antara Kecamatan Semarang Timur dan Kecamatan Gayamsari. Kecamatan
Semarang Timur sebagian besar merupakan area permukiman, permukiman dan perdagangan (rumah
toko) dan area perdagangan. Sedangkan Area Kecamatan Gayamsari sebagian besar merupakan area
permukiman. Terdapat pula area perdagangan dan area fasilitas ibadah skala nasional. Terdapat sekitar
4000 permukiman dan PKL ilegal di bantaran sungai Kanal Banjir Timur. Pemerintah Kota sudah
melakukan musyawarah dengan warga di bantaran sungai Kanal Banjir Timur dan akan segera dilakukan
relokasi agar sungai dapat berfungsi secara optimal. Di beberapa bagian, warga di sekitar sungai Kanal
Banjir Timur menggunakan area bantaran sebagai tempat bekerja seperti pembuatan bata dan beternak

kambing serta kerbau.


Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)
Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

Kondisi Hidrologis Lokasi Penelitian

Terdapat sebelas titik pengambilan sample air untuk


pemantauan hidrologi. Pengambilan sample tersebar di
sekitar deliniasi tapak yaitu di sepanjang Kanal Banjir Timur
dan di beberapa perumahan di sekitar Kanal Banjir Timur.

Tabel berikut merupakan hasil uji Sample Air yang


dilakukan di 11 titik di sepanjang Kanal Banjir Timur
Semarang. Uji sample air menggunakan parameter air bersih.
Berikut hasil dari uji laboratorium:

Hasil
Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Semnas-IPTEKS)
Institut Teknologi Bandung, 19-20 April 2017

Kesimpulan

Daftar Pustaka
Farina, Almo, Principles And Methods In Landscape Ecology, Chapman & Hall Ltd,
London, 1998. Love Joy, Derek, Lan Use And Landscape Planning, Leonard Mills Book,
1973.
Harto, Sri. 2009. Hidrologi : Teori, Masalah, Penyelesaian. Yogyakarta : Nafiri
Hendra Gunawan dan Lilik Budi Prasetyo. Fragmentasi hutan. Teori yang mendasari
penataan ruang hutan menuju pembangunan berkelanjutan. 2013
Irawan, Dasapta Erwin dan Deny Juanda. 2015.Hidrogeologi Umum. Yogyakarta : Penerbit
Ombak
Lokita, Aurora Dias. Adaptasi Konsep Water Sensitive Urban Design (WSUD) di Kawasan
Cagar Budaya Kota Lama Semarang. 2011. Bandung
Maryono, A., 2007. Restorasi Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Maryono, A., 2005. Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai. Yogyakarta : Magister Sistem
Teknik Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada
Pratiwo.2010. Arsitektur Tradisional Tionghoa dan Perkembangan Kota. Yogyakarta :
Ombak
Santrock, John W., 2002. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5,
Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Water Sensitive Urban Design in the UK - Ideas Book, CIRIA. 2013. London

Anda mungkin juga menyukai