Anda di halaman 1dari 38



Volume 07, Nomor 02, desember 2016




Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk


Meningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Kompetensi Dasar
Menyebutkan Nama-Nama Hari Akhir pada Siswa Kelas VI SDN 105386
Tanjung Siporkis Kecamatan Galang T.A.2014/2015




Abstrak: Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari
suatu aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang
mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku,
baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya.
Namun pada kenyataannya kebanyakan siswa kelas VI Sekolah Dasar
Khususnya di SDN 101961 Timbang Deli belum mampu menyebutkan
nama-nama hari akhir dengan baik dan benar. Hal ini terlihat dari hasil
pengamatan awal yang di lakukan di kelas VI di SDN 105386 Tanjung
Siporkis Kecamatan Galang masih banyak yang mendapat nilai rendah
(kurang dari 70) dari 31 orang siswa di kelas VI baru terdapat 10 orang
(32,26%) telah mencapai ketuntasan. Sebelum melakukan tindakan,
siswa diberikan pre-test, hasilnya dari 31 orang siswa hanya sebanyak
10 siswa (32,26 %) telah mencapai syarat ketuntasan belajar 21
siswa (67,74 %) mendapat hasil belajar belum tuntas, sedangkan
nilai rata-rata kelas sebesar 59,68. Hasil akhir dari penerapan
strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match diperoleh dari 31
jumlah siswa terdapat 28 siswa (90,32 %) yang telah mencapai
syarat ketuntasan, dan sebanyak 3 siswa (9,68 %) yang belum
tuntas, dengan nilai rata-rata 75, 81.

Kata Kunci: Hasil Belajar PAI, Menyebutkan Nama-Nama Hari Akhir


Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

PENDAHULUAN
Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan
Suharianto

ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/


kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya, terkhusus
pendidikan agama Islam, tidak cukup hanya dilakukan melalui transfer ilmu
pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh profesionalisme guru sebagai
tenaga pendidik yang mampu membawa peserta didik menuju kedewasaan yang
optimal, berhasil memahamkan peserta didik terhadap apa yang di ajarkan, bukan
hanya paham secara konsep, tetapi juga bisa membuat siswa meyakini dengan baik
dan benar terhadap materi yang diajarkan dan peserta didik pun mampu
mempraktikkan pengetahuan atau melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang baik
tentunya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Baik
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti kecerdasan, bakat, motivasi,
minat, perhatian dan harapan maupun faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya
seperti kegiatan pengajaran, pengelolaan kelas dan lain sebagainya.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses
belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu
aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan
pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Hasil belajar merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang
setelah melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa
dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Kemampuan siswa dalam menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik
dan benar merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap siswa
sebagai hasil belajar pada materi beriman kepada hari akhir di kelas VI SD. Karena
dengan mampu memyebutkan nama-nama hari akhir disertai artinya, maka peserta
didik dikenalkan dengan hari akhir dan menambah keyakinan terhadap datangnya
hari akhir. Dimana materi beriman kepada hari akhir merupakan materi yang
sifatnya konsep dan prinsip, yang di dalamnya siswa disamping dituntut untuk
mampu memahami makna beriman kepada hari akhir, siswa juga harus bisa
menyebutkan dan menghafalkan nama-nama hari akhir beserta arti atau maknanya.
Walaupun materi ini bersifat konsep dan prinsip dimana siswa mempelajari sesuatu
yang gaib atau tidak tidak bisa dilihat tetapi harus diyakini keberadaannya, karena
meyakini datangnya hari akhir merupakan rukun iman yang kelima bagi ummat
Islam. Dan salah satu cara untuk menanamkan keimanan tersebut yaitu peserta didik
diharapkan bisa menyebutkan nama-nama hari akhir beserta arti atau maknanya
dengan baik dan benar. Namun pada kenyataannya kebanyakan siswa kelas VI
Sekolah Dasar Khususnya di SDN 105386 Tanjung Siporkis belum mampu
menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan benar. Hal ini terlihat dari
hasil pengamatan awal dan hasil ulangan formatif yang di lakukan di kelas VI di SDN

152 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

105386 Tanjung Siporkis Deli Kecamatan Galang, masih banyak yang mendapat
nilai rendah (kurang dari 70 nilai ketuntasan minimal) dengan nilai rata-rata 59,46.
Dari 31 orang siswa di kelas VI baru terdapat 10 orang (32,26%) telah mencapai
ketuntasan sedangkan 21 orang (67,74 %) belum mencapai ketuntasan.
Berdasarkan pengamatan peneliti, hal yang menyebabkan sulitnya untuk
menyebutkan atau menghafalkan hari akhir beserta artinya bagi siswa kelas VI SD
diantaranya adalah nama-nama hari akhir yang disebutkan dan dihafalkan adalah
menggunakan bahasa arab, sehingga selain siswa harus bisa menghafal nama-
namanya, siswa juga harus mengetahui arti atau maknanya serta menghafalkannya.
Hal ini berdasarkan dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa ditemukan
bahwa sebagian besar siswa masih banyak yang belum bisa untuk menyebutkan nama-
nama hari akhir beserta arti atau maknanya yang terdapat dalam soal, hal ini
merupakan salah satu faktor menyebabkan siswa banyak melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan atau menjawab soal-soal terkait nama-nama hari akhir pada saat
ulangan harian. Selain itu menurut mereka dalam proses pembelajaran yang berjalan
kurang menarik serta membosankan karena siswa hanya mendengarkan penjelasan
singkat dari guru tanpa ada dialog, diskusi dan bantuan media.
Materi pelajaran yang umumnya bersifat pemahaman dan sebagian hafalan
masih diajarkan dengan sekedar diberikan catatan dan sedikit penjelasan. Kondisi
seperti ini dapat menyebabkan daya ingat dan daya serap siswa kurang optimal,
sehingga ketika diadakan evaluasi hasil belajar yang diperoleh tidak maksimal atau
kurang baik.
Penyebab kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari atau
sulitnya siswa untuk menyebutkan dan menghafalkan nama-nama hari akhir yang
menjadikan siswa memperoleh hasil belajar yang masih rendah, diantaranya
dikarenakan strategi dan metode pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik
dan membosankan, lebih cenderung menggunakan pembelajaran konvensional
sehingga mengakibatkan siswa sulit mamahami materi yang dipelajari. Penjelasan
teori yang menjenuhkan menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam pembelajara.
Strategi pembelajaran adalah langkah-langkah tepat yang harus ditempuh oleh
seseorang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, maka guru harus benar-benar
mampu memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat, yang
didasarkan pertimbangan yang tepat agar mecapai hasil yang memuaskan. Dan
sebaliknya ketika strategi pembelajaran digunakan dengan pemilihan, pertimbangan
dan penggunaan yang kurang tepat maka hasil yang diperolehpun juga akan tidak
maksimal. Oleh karena itu, jika terjadi kesalahan pemilihan strategi, maka harus
segera dicari solusinya dengan memilih, mempertimbangkan, dan menggunakan
strategi yang lebih tepat agar tujuan pembelajaran bisa dicapai dengan baik.
Dalam peraturan pemerintah No.19 pasal 5 poin (7) disebutkan bahwa
pendidikan agama diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

Jurnal 153



Suharianto

menantang, mendorong kreativitas dan kemandirian, serta menumbuhkan motivasi


untuk hidup sukses. Dengan demikian perlu dipilih solusi yang tepat untuk dapat
membuat pembelajaran yang lebih menyenangkan dan memotivasi siswa untuk
mengikuti proses belajar dan mendapatkan hasil belajar yang baik, diantaranya
dengan pemilihan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam
membelajarkan materi hari akhir pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama
hari akhir.
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
menuntut adanya kerja sama, disini penulis akan menerapkan strategi pembelajaran
kooperatif dengan tipe Make a Match (mencari pasangan) pada kompetensi dasar
menyebutkan nama-nama hari akhir, karena pada materi ini terdapat sepasang
pengetahuan yaitu antara nama-nama hari akhir dan artinya, sehingga dengan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match ini peserta didik dapat bekerja sama
dengan teman-teman dalam kolompok untuk mencari pasangan nama-nama hari
akhir dengan artinya, dan dapat tercipta suasana kelas yang menyenangkan, karena
siswa larut dalam permainan kartu yang telah disiapkan oleh guru. Secara tidak
langsung peserta didik dapat mengingat pengetahuan tentang nama-nama hari akhir
yang telah disajikan guru.
Oleh karena itu, peneliti menganggap penting melakukan perbaikan
pengajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match untuk
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada Kompetensi Dasar
menyebutkan nama-nama hari akhir dengan melakukan penelitian tindakan kelas
dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk
Meningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Kompetensi Dasar Menyebutkan
Nama-Nama Hari Akhir pada Siswa Kelas VI SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan
Galang T.A.2014/2015”.
Adapun masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) Rendahnya hasil
belajar Pendidikan Agama Islam pada Kompetensi Dasar menyebutkan nama-nama
hari akhir. 2) Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan guru di
dalam kelas masih kurang membangkitkan motivasi belajar siswa. 3) Pembelajaran
cenderung menggunakan metode konvensional (ceramah). 4) Proses pembelajaran
dirasakan kurang menarik dan membosankan. 5) Penggunaan alat peraga masih
jarang digunakan dalam pembelajaran PAI. 6) Strategi pembelajaran yang digunakan
masih menjadikan belajar kurang menarik dan membuat siswa cenderung kurang
aktif.
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka masalah yang
akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama
Islam kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir pada siswa kelas VI
SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang T.A.2014/2015?”Sedangkan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penggunaan strategi

154 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam peningkatan hasil belajar


Pendidikan Agama Islam kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir
pada siswa kelas VI SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang T.A.
2014/2015.

KERANGKA KONSEPTUAL

Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

Pengertian Hasil Belajar


Belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui
tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan
fungsional. Menurut Jerome S. Bruner dalam Djamarah (2008: 15), bahwa dalam
proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu: (1) tahap informasi/tahap
penerimaan informasi, (2) tahap transformasi/tahap pengubahan materi, (3) tahap
evaluasi/tahap penilaian materi.
Dan untuk mengetahui penguasaan siswa atas berbagai hal yang telah diajarkan
dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar terdiri dari kata,
yaitu hasil dan belajar, Pengertian hasil menurut hamaik (2007: 7) adalah suatu yang
diperoleh setelah melakukan sesuatu. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan
dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih
luas dariitu, yakni mangalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan perubahan kelakuan. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “hasil belajar adalah penguasaan
pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui tes.
Abdurrahman (2003: 253) mengatakan bahwa Hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses
dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang
disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, tujuan belajar telah
ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan intruksional.
Selanjutnya Sudjana (2009: 22) mengatakan bahwa hasil belajar adalah
“Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Menurut A. J. Romiszowski dalam Abdurrahman (2003: 38) mengemuka-
kan bahwa Hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan
masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi
sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance). Menurut A. J.
Romiszowski, perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi, dan

Jurnal 155



Suharianto

hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam saja, yaitu pengetahuan dan
keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu (1) pengetahuan
tentang fakta, (2) pengetahuan tentang prosedur, (3) pengetahuan tentang konsep,
(4) pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu
(1) keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif, (2) keterampilan untuk
bertindak atau motorik, (3) keterampilan beraksi atau bersikap, (4) keterampilan
berinteraksi.
Menurut Rosdiana (2008: 71-74) dalam sistem pendidikan nasional rumusan
tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotoris.

Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan pengembangan pengetahuan yang berpangkal pada
kecerdasan otak atau intelektualitas yang terdiri dari enam aspek, yakni: 1)
Pengetahuan/Ingatan (Knowledge/C1), didefenisikan sebagai kemampuan mengingat
apa yang sudah dipelajari. 2) Pemahaman (Comprehension/C2), didefenisikan sebagai
kemampuan menangkap makna dari materi yang dipelajari. 3) Aplikasi/penerapan
(Application/C3), merupakan kemampuan untuk menggunakan hal yang sudah
dipelajari itu ke dalam situasi baru yang konkret. 4) Analisis (Analysis/C4), merupakan
kemampuan untuk merinci hal yang dipelajari ke dalam unsur-unsurnya agar supaya
struktur organisasinya dapat dimengerti. 5) Sintesis (Synthesis/C5), merupakan
kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan
yang baru. 6) Evaluasi/penilaian (Evaluation /C6), merupakan kemampuan untuk
menentukan nilai sesuatu yang dipelajari untuk sesuatu tujuan tertentu.
Kemampuan yang tersebut di atas sifatnya hirarkis, maksudnya kemampuan
yang pertama harus dikuasai terlebih dahulu sebelum menguasai kemampuan yang
kedua, kemampuan kedua harus dikuasai terlebih dahulu sebelum menguasai
kemampuan yang ketiga, demikian seterusnya.

Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sasaran-sasaran yang berhubungan dengan
sikap, perasaan, tata nilai, minat dan apresiasi, yang terdiri dari lima aspek, yakni: 1)
Penerimaan (Receiving), merupakan kesediaan untuk memperhatikan. 2)
Penanggapan (Responding), merupakan kemampuan aktif berpartisipasi. 3)
Perhargaan (Valuing), merupakan memberikan penghargaan kepada benda, gejala,
perbuatan tertentu. 4) Pengelolaan (Organization), merupakan kemampuan
memadukan nilai-nilai yang berbeda dan membentuk sistem nilai yang bersifat
konsisten dan internal. 5) Berpribadi (Characterization by a Value of Value Complex),

156 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

mempunyai sistem nilai yang mengendalikan perbuatan untuk menumbuhkan “life


style” yang mantap.

Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotoris berkenaan dengan kategori kemampuan yang
menyangkut kegiatan otot dan kegiatan fisik. Jadi tekanan kemampuan yang
menyangkut koordinasi saraf otak, menyangkut penguasaan tubuh dan gerak.
Kemampuan psikomotorik secara singkat dapat dikatakan bahwa kemampuan
psikomotorik ini menyangkut kegiatan fisik yang menyangkut berlari, meloncat,
melempar dan sebagainya. Penguasaan kemampuan ini meliputi gerakan tubuh yang
memerlukan koordinasi syaraf otot yang sederhana dan bersifat kasar menuju
gerakan yang menuntut koordinasi syaraf otot yang lebih kompleks dan bersifat
lancar.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa hasil belajar merupakan indikator
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar. Adanya hasil belajar pada
diri seseorang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Belajar akan
membawa sesuatu perubahan pada individu-individu yang belajar, bila tidak terjadi
perubahan pada individu-individu yang belajar maka belajar dikatakan tidak berhasil.
Dengan kata lain bahwa hasil belajar adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Slameto (2010: 54) membagi faktor-faktor tersebut menjadi dua bagian, yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah yang ada di luar
individu.

Faktor-Faktor Intern
Di dalam pembicaraan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor,
yaitu: faktor jasmaniah, faktor fsikologis dan faktor kelelahan.

Faktor Jasmaniah

Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu,
selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badannya lemah, kurang darah ataupun gangguan-gangguan, kelainan-kelainan
fungsi alat inderanya serta tubuhnya.

Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mampengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya
juga terganggu. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan

Jurnal 157



Suharianto

khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi
pengaruh kecacatannya itu.

Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis
yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat,
bakat, mitif, kematangan dan kelelahan. Uraian berikut ini akan membahas faktor-
faktor tersebut.

Faktor Kelelahan
Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

Faktor-Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan
menjadi tiga faktor, yaitu: pertama faktor keluarga, di dalamnya termasuk cara orang
tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan, faktor sekolah dan faktor
masyarakat. Kedua Faktor Sekolah, termasuk di dalamnya, metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan guru, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah. Ketiga faktor Masyarakat yaitu bagaimana kegiatan siswa
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat,
yang semuanya mempengaruhi belajar.
Faktor-faktor tersebut di atas sangat besar pengaruhnya terhadap upaya
pencapaian prestasi belajar siswa. Dimana factor-faktor tersebut di atas sangat
mendukung terselenggaranya kegiatan (aktivitas) belajar mengajar, sehingga dengan
demikian apa yang menjadi cita-cita dan harapan dapat terwujud.

Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam


Tentang pendidikan sudah dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Bab 1 pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa
"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembngkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian , kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara".
Secara etimologi pengertian pengertian Agama Islam digali dari Al-qur’an dan
hadits sebagai sumber pendidikan Islam, istilah-istilah yang pengertiannya terkait
dengan pendidikan Islam, misalnya: Tarbiyah, ta'lim, Ta'dib. Bertolak dari tinjauan

158 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

etemologi ini, kata Islam yang melekat dalam pendidikan Islam, adalah pendidikan
yang berwarna Islam. Pendidikan adalah pendidikan yang didasarkan Islam. Juga
terdapat dalam buku yang sama. Menurut terminologis, para ahli memberikan
beragam pendapat dalam memberikan makna pendidikan Islam, diantaranya
sebagaimana dikutip Ismail SM (2009:34) Bahwa Ahmadi mendefinikan agama Islam
adalah segala usaha untuk mmelihara fitrah manusia serta sumber daya insani yang
ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya ( insan kamil ). Pendidikan
AgamaIslam merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan
norma Islam.
Pendidikan agama merupakan pengajaran tentang keyakinan, ibadah dan
kajian keagamaan yang menuntut siswa untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari sebagai upaya pengembangan diri. Menurut Drajat (2001: 172) “pendidikan
agama adalah salah satu usaha secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi
siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama”.
Sedangkan dalam (Depdiknas (2001: 8) Pendidikan Agama Islam itu sendiri
disebutkan sebagai upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak
mulia dalam menjalankan ajaran agama Islam dari sumber utamanya Kitab suci Al-
Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan serta
penggunaan pengalaman.
Dalam suatu program sekolah umum, pengajaran dan pendidikan Islam
meliputi 7 unsur/materi pokok yaitu: Al-Qur’an, Hadits, Keimanan (Aqidah),
Akhlak, Bimbingan Ibadah, Syari’ah/fiqih, dan sejarah Islam. Hal tersebut
merupakan perwujudan dari keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan
manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, makhluk lainnya maupun lingkungannya.
Tujuan pendidikan agama Islam adalah membentuk peserta didik yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Hal ini sesuai apa
yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan Islam seperti: Al-Attas (1979: 1)
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadi manusia yang
baik, kemudian al-Abrasyi (1974: 15) menjelaskan untuk membentuk manusia yang
berakhlak mulia. Kemudian dalam konferensi dunia Islam pertama tentang
pendidikan Islam (1977) berkesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah:
“manusia yang menyerahkan diri kepada Allah secara mutlak (Asyraf, 1989: 2) yang
dikutip oleh Hidayat (2007: 2)”.
Dari beberapa tujuan pendidikan Agama Islam tersebut mengandung
pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang didahuluan dan dialami siswa
disekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa
terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam untuk selanjutnya
menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama
kedalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini
terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi

Jurnal 159



Suharianto

lebih kokoh jika dilandasi dengan pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran
dan nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut siswa diharapkan dapat
tumbuh motivasi dalam dirinya dan bergerak untuk mengamalkan dan mentaati
ajaran Islam pada tahapan psikomotorik yang telah terinternalisasi dalam diri siswa.
Dengan demikian akan terbentuk manusia yang beriman, bertakwa dan berangklak
mulia.
Tujuan pendidikan Agama di atas sejalan dengan pendapat Sardiman (2003:
29), yang menyatakan bahwa tujuan belajar itu ada tiga jenis, yakni (1) untuk
mendapatkan pengetahuan, (2) penanaman konsep dan keterampilan, (3)
pembentukan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Pendidikan Agama
Islam (PAI ) adalah suatu perubahan yang diperoleh setelah mengalami proses belajar
mata pelajaran PAI disuatu sekolah atau lembaga pendidikan. Atau dapat dipahami
sebagai indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar. Adanya
hasil belajar pada diri seseorang ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan,
sikap dan tingkah laku. Belajar akan membawa sesuatu perubahan pada individu-
individu yang belajar, bila tidak terjadi perubahan pada individu-individu yang
belajar maka belajar dikatakan tidak berhasil. Dan pada bidang studi Pendidikan
Agama Islam Kelas VI SD, yaitu pada Kompetensi dasar menyebutkan nama-nama
hari akhir. Disini siswa dituntut untuk bisa menyebutkan nama-nama hari akhir
dengan baik dan benar, baik nama maupun artinya. Jika siswa mampu menyebutkan
nama-nama hari akhir dengan baik dan benar setelah proses pembelajaran dan
dilakukan evaluasi, maka siswa telah mendapatkan hasil belajar yang baik, namun
sebaliknya jika siswa belum ada perubahan terhadap pengetahuannya, sikap maupun
perilakunya yang mencerminkan beriman kepada hari akhir dan belum mampu
menyebutkan nama-nama hari akhir, maka proses belajar dianggap gagal atau tidak
berhasil.

Materi Nama-nama Hari Akhir Kelas VI SD


Hari akhir disebut juga dengan hari kiamat. Hari akhir adalah hari berakhirnya
kehidupan atau kehancuran dunia. Sebagi seorang muslim tentunya harus
mempercayai bahwa hari akhir pasti akan datang, karena bagian dari rukun iman
yang kelima yaitu percaya pada hari akhir atau kiamat, tidak percaya adanya hari akhir
bisa menyebabkan seseorang menjadi kafir. Jadi tidak ada alasan lagi bagi setiap
muslim untuk mengingkari adanya hari akhir.
Allah telah menjelaskan dalam Q.S. Al-Haj: 7 dan Q.S. Al-Waqiah: 1-6 tentang
terjadinya hari kiamat, begitu pula Allah menyebutkan beberapa nama tentang hari
kiamat. Beberapa nama hari akhir adalah sebagai berikut:

160 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

Yaumul qiyamah : Hari kebangkitan


Assa’ah :Waktu
Yaumul Akhir : Hari Akhir
Yaumuddin : Hari akhir (agama)
Yaumul Fasli : Hari Keputusan
Yaumuml Hisab : Hari Perhitungan
Yaumul jam’I : Hari pengumpulan
Yaumul Khulud : Hari kekekalan
Yaumul huruj : Hari Keluar
Yaumul ba’as : Hari kebangkitan
Yaumul Hasrah : Hari penyesalan
Yaumuttanad : Hari pemanggilan
Yaumul Azifah : Hari mendekat
Yaumuttaghobun : Hari terbukanya aib
Yaumul Mahsyar :Hari berkumpunya manusia di padang mahsyar
Yaumul Jaza’ : Hari pembalasan
Yaumul Mizan : Hari penimbangan amal
Al-Qoriah : Bencana yang menggetarkan
Al-ghosiyah : Bencana yang tak tertahankan
Ash-Shokhoh : Bencana yang memilukan
Ath-thommah : Bencana yang melanda
Al-haqqoh : Kebenaran besar
Al-Waqiah : Peristiwa besar
Itulah yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an tentang nama-nama selain hari
kiamat, agar kita semua dapat mempercayainya, dan menyiapkan bekal kelak di
akhirat sebagai kehidupan yang kekal.

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe “Make a Match”

Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif

Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu tim (Isjoni, 2007: 15).
Operative Learning merupakan suatu model pembelajaran dimanasiswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Di dalam kelas kooperatif, menurut Trianto (2007: 41) siswa belajar bersama
dalam kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling

Jurnal 161



Suharianto

membantu.Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk dapat terlibat


secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang
disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar.
Adapun unsur-unsur dasar dalam Cooperatif Leraning menurut Lungdren
sebagaiman dikutip Isjoni (2007: 13-14) adalah sebagai berikut: 1) Para siswa harus
memiliki persepsi bahwa mereka “Tenggelam atau Berenang Bersama”. Para siswa
harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam
kelompoknya. 2) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki
tujuan yang sama. 3) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara
para anggota kelompok. 4) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang
akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 5) Para siswa berbagi
kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama
belajar. 6) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif


Anita Lie (2002: 31), dalam bukunya Cooperative Learning”menyebutkan
prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif ada lima macam, yakni:
Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik mengetik
tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan mereka yang
dibagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini bekerja demi tercapainya
satu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainya surat kabar
tersebut di tangan pembaca. (Wina Sanjaya, 2007: 246)
Untuk terciptannya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok
masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas
tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah
hakekat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa
diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan
semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok.
Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan
mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.
Tanggung Jawab Perorangan
Prinsip ini merupakan akibat langsung dari unsure yang pertama.Jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning,
setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakikan yang terbaik. Kunci
keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun
tugasnya.

162 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

Interaksi Tatap muka


Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi.Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa
kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi,
hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota.
Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar
perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian
mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka.
Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini. Tidak perlu diadakan
setiap kali ada kerja kelompok,tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah
beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif


Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Kelebihan Pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di
antaranya adalah: 1) Melalui pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan
berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa
yang lain. 2) Pembelajaram kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
menggunakan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Pembelajaran kooperatif dapat
membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) Pembelajaran kooperatif dapat
membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar. 5) Interaksi selama pembelajaran kooperatif berlangsung dapat meningkat-
kan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir, hal ini berguna untuk
proses pendidikan jangka panjang.
Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Di samping kelebihan menurut sanjaya (2007: 250), pembelajaran kooperatif
juga memiliki beberapa kekurangan. Diantaranya adalah: 1) Untuk memahami dan
mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak
rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan
memahami filsafat Cooperative Learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki

Jurnal 163



Suharianto

kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki
kemampuan. 2) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan
kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa
sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
3) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan, hal ini tidak
mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
4) Dalam pembelajaran kooperatif, selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus
belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu,
dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

Pembelajaran Kooperatif Tipe “Make a Match”

Pengertian Pembelajaran “Make a Match”


Teknik mencari pasangan Make a Match, yaitu teknik yang dikembangkan oleh
Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa menari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
usia.
Make a Match artinya mencari pasangan merupakan salah satu jenis strategi
pembelajaran kooperatif. Tehnik Make a Match (mencari pasangan) sebagaimana
dikutip oleh Sofan amri & Iif Khoiru Ahmadi (2010:182) bahwa dalam metode ini
sangat disenangi siswa karena tidak menjemukan, karena guru memancing kreatifitas
siswa dengan menggunakan media
Pada penerapan metode Make a Match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode ini dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan
mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik
dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran dan
keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-
masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang
dikemukakan oleh Lie (2002: 30) bahwa “pembelajaran kooperatif ialah
pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerjasama kelompok”.
Menurut Lie (2000) ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar Strategi Mencari pasangan, Strategi
Bertukar berpasangan, Strategi Berpikir-berpasangan-berempat, Strategi Berkirim
salam dan soal, Strategi Kepala bernomor, Strategi Dua tinggal dua tamu, Strategi
Keliling kelompok, Strategi Kancing gemerincing, Strategi JigSAW, Strategi
Lingkaran besar lingkaran kecil, Strategi Bercerita nerpasangan, Strategi Keliling
kelas.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi
pembelajaran koopertif "Make a Match" adalah suatu pembelajaran yang menuntut

164 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

adanya kerja sama dalam mencari pasangan materi yang sudah disiapkan sehingga
mendapatkan hasil belajar yang maksimal sesuai tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match


Adapun langkah-langkah pembelajaran “Make a Match” menurut Suprijono
(2007: 13) adalah sebagai berikut: 1) Bagilah siswa menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok pemegang kartu pertanyaan. 2)
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok
untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
3) Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 4) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal
dari yang dipegang. 5) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya (soal jawaban). 6) Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 7) Setelah satu babak kartu dikocok lagi
agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7) Dalam waktu yang
sudah ditentukan dan siswa telah mendapat pasangan, maka kartu pertanyaan dan
jawaban ditujukan kepada kelompok penilai, kelompok penilai akan memberikan
penilaian. 8) Guru memberi ulasan atas pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan
melalui metode “Make a Match”. 9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe “Make a Match”


Kelebihan Pembelajaran “Make a Match”
Adapun kelebihan pembelajaran Make a Match antara lain adalah sebagai
berikut: 1) Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya
melalui kartu. 2) Meningkatkan kreativitas belajar siswa. 3) Menghindari kejenuhan
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. 4) Dapat menumbuhkan kreativitas
berfikir siswa, sebab melalui pencocokkan pertanyaan dan jawaban akan tumbuh
tersendirinya. 5) Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media
pembelajaran yang digunakan guru. (Istarani, 2011: 65-66).
Selanjutnya, penerapan metode “Make a Match” dapat membangkitkan
keingintahuan dan kerjasama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang
menyenangkan.

Kelemahan Pembelajaran “Make a Match”


Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match juga mempunyai sedikit kelemahan, yaitu: 1) Diperlukan bimbingan
dari guru untuk melakukan kegiatan. 2) Sulit mengatur ritme atau jalannya proses
pembelajaran. 3) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu
banyak bermain-main dalam proses pembelajaran. 4) Guru perlu persiapan bahan
dan alat yang memadai. 5) Sulit untuk mengkonsentrasikan anak.

Jurnal 165



Suharianto

Kerangka Berfikir
Hasil ulangan harian pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari
akhir di SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa masih memperoleh hasil belajar rendah, mereka sulit untuk
menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan benar. Salah satu faktornya
adalah pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik dan membosankan, lebih
cenderung menggunakan pembelajaran konvensional (metode ceramah) sehingga
mengakibatkan siswa sulit mamahami materi yang dipelajari. Penjelasan teori yang
menjenuhkan karena pembelajaran cenderung berjalan satu arah menyebabkan siswa
kurang termotivasi dalam pembelajaran, sehingga kurang mampu memahami materi
dengan baik.
Oleh karena itu diperlukan suatu usaha dalam proses pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa secara langsung aktif dalam pembelajaran sehingga mampu
menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam
kelas, dan menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar dan pada akhirnya siswa
dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Salah satu alternatifnya adalah proses
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match
Menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan benar yang di dalamnya
menanamkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan terdapat ketentuan-ketentuan
dimana siswa dituntut untuk bisa menyebutkan nama-nama hari akhir dan juga
menghafalkan serta memahami maknanya. Sehingga untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik terkait nama-nama hari akhir ini akan sulit dicapai oleh siswa jika
hanya menggunakan metode konvensional atau ceramah, dan tidak dibantu dengan
alat peraga, karena siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang menarik minat
dan motivasi siswa dalam belajar. Namun dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran siswa akan semakin
tertarik dengan materi yang diajarkan, merasa senang dan lebih memudahkan siswa
menyebutkan nama-nama hari akhir, dan mudah untuk memahaminya karena selain
siswa lebih aktif dalam pembelajaran, siswa juga diajak untuk bermain dengan
mencari pasangan kartu yang menunjukkan jawaban dari soal yang ada. Dimana
sebagian siswa diberi kartu yang bertuliskan nama-nama hari akhir, dan sebagian lagi
diberikan kartu yang bertuliskan arti atau makna dari nama-nama hari akhir tersebut.
Siswa yang mendapatkan soal maka harus mencari jawaban yang sesuai, dan
sebaliknya siswa yang mendapatkan jawaban harus mencari soal yang sesuai. Dengan
bantuan media kartu yang telah disediakan, siswa termotivasi untuk belajar dan
memudahkan siswa untuk menyebutkan nama-nama hari akhir dengan baik dan
benar.
Dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match,
diharapkan siswa akan merasa senang dan asyik dalam mengikuti proses

166 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

pembelajaran dan memunculkan motivasi belajar yang tinggi dalam diri siswa, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut: Penggunaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam kompetensi dasar
menyebutkan nama-nama hari akhir pada siswa kelas VI SDN 105386 Tanjung
Siporkis Kecamatan Galang T.A.2014/2015”.

METODE PENELITIAN

Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian


Jenis Penelitian ini adalah penelitian Tindakan kelas (PTK). Dalam bahasa
Inggris PTK disebut dengan Clasroom Action Research, disingkat CAR. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk
memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian
deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan
dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kelas VI SDN 105386 Tanjung Siporkis
Deli Kecamatan Galang. Penelitian ini direncanakan selama 2 siklus dan selama 3
bulan (mulai bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014).

Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VI Semester I SDN 105386 Tanjung
Siporkis Kecamatan Galang Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 31 orang.
Dengan objek penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match.

Operasional Variabel Penelitian


Adapun yang menjadi varibel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan
strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match yaitu strategi pembelajaran yang
membantu memudahkan siswa untuk mengenal dan menyebutkan nama-nama hari
akhir.
Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada kompetensi Dasar menyebutkan
nama-nama hari akhir setelah melaksanakan pembelajaran. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman
belajarnya.

Jurnal 167



Suharianto

Desain Penelitian
Penenlitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto (2008:
96) menjelaskan PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakuakn
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya yang berfokus
pada prsoses belajar mengajar yang terjadi dikelas, bukan pada input kelas (silabus,
materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). Penelitian ini harus tertuju atau
mengenai hal-hal terjadi didalam kelas. Menurut Lewin dalam Aqib (2006: 21)
menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan
(Planing), pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing) dan refleksi (reflecting).

Prosedur Penelitian
Adapun prosedur pelaksanaan PTK yang penulis rencanakan dalam
menuntaskan hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut:

Siklus I
Perencanaan (Planing), yaitu: 1) Mempersiapkan materi pembelajaran. 2)
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan strategi
pembelajaran koopertif "Make a Match" terkait Kompetensi Dasar menyebutkan
nama-nama hari akhir yang akan diajarkan. 3) Menyiapkan sumber dan bahan Ajar.
4) Menyiapkan kertas/kartu yang berisi nama-nama hari akhir dan sebagian lagi
berisikan arti atau makna dari nama-nama hari akhir tersebut. 5) Menyusun alat
evaluasi pembelajaran. 6) Membuat lembar observasi yang bertujuan untuk melihat
bagaimana aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Pelaksanaan (Acting), yaitu: 1) Memberikan appersepsi kepada peserta didik
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik terhadap materi pelajaran
pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir. 2) Menyajikan materi
pelajaran dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match. 3) Membagi siswa untuk dibuat kelompok. Kelompok pertama merupakan
kelompok pembawa kartu-kartu yang berisi nama-nama hari akhir. Kelompok kedua
adalah kelompok pembawa kartu-kartu yang berisi arti nama-nama hari akhir. 4) Dari
pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pasangan tersebut
kepada teman lain sebagai penilai, kelompok ini kemudian membacakan kartu yang
sudah terpasang tersebut. 5) Setelah semua terpasang antara nama-nama hari akhir
dengan artinya maka guru mengacak lagi kartu-kartu itu untuk dibagikan kembali
kepada masing-masing siswa pada kelompok lain. 6) Melakukan observasi di dalam
kelas yang dilakukan dengan penyediaan format evaluasi. Hal yang menjadi perhatian
pengamat adalah aktivitas belajar siswa. 7) Penguatan dan kesimpulan secara
bersama-sama. 8) Melakukan evaluasi belajar berupa tes, pemberian tugas baik secara
kelompok mapun individu.
Pengamatan (Observation), Tahap ini dilakukan oleh dua orang pengamat
(peneliti dan kolaborator) adapun yang perlu diamati adalah: 1) Mengamati aktivitas

168 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran kooperatif "Make a Match"


menggunakan lembar pedoman observasi yang berfungsi untuk menyaring dan
mencari data yang dibutuhkan berkaitan dengan tindakan penelitian. 2) Memeriksa
hasil latihan soal setelah siswa diberi tugas individu.
Refleksi (Reflecting), Refleksi adalah untuk melihat apa yang telah dihasilkan
atau yang belum berhasil diselesaikan dengan tindakan perbaikan yang telah
dilakukan. Hasil yang ditemukan dalam tahap observasi dianalisis, sehingga
memberikan hasil yang bermakna dari data yang diperoleh untuk diambil
kesimpulan sebagai tindakan penelitian. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar
untuk tahap perencanaan pada siklus II.

Siklus II
Perencanaan (Planing), yaitu: 1) Menyusun kembali Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang berisi penekanan pada materi pelajaran yang belum
dipahami dan kategori aktivitas yang masih rendah berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama. 2) Membuat kembali lembar observasi yang bertujuan untuk melihat
bagaimana aktivitas belajar siswa pada siklus kedua.
Pelaksanaan (Acting), yaitu: 1) Memberikan apersepsi kepada siswa untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran. 2)
Menyampaikan materi pelajaran yang belum dipahami siswa dan lebih menekankan
pada jenis aktivitas yang masih rendah secara individual maupun kelompok melalui
penerapan penggunaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match. 3)
Melakukan evaluasi belajar kembali.
Pengamatan (Observation), Observasi kembali dilakukan untuk melihat
keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus kedua ini. Adapun yang perlu dilakukan
adalah: 1) Mengamati aktivitas siswa ketika proses pembelajaran dan keberhasilan
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. 2) Mengamati dan mencatat siswa yang aktif
dan berani mempraktekkan hafalan nama-nama hari akhir di depan siswa lainnya. 3)
Memeriksa hasil latihan soal setelah siswa diberi tugas individu.
Refleksi (Reflecting), Refleksi kembali dilakukan terhadap pembelajaran siklus
kedua untuk melihat apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil diselesaikan
dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil yang ditemukan dalam tahap
observasi kembali dianalisis, untuk melihat hasil dari pembelajaran siklus kedua.
Apabila dalam pembelajaran masih terdapat siswa yang masih memiliki nilai rendah
atau keaktifan di bawah rata-rata maka kembali dilakukan siklus berikutnya namun
apabila sudah tuntas atau hasil belajar siswa telah di atas KKM maka selesailah pada
siklus kedua ini.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar,
observasi aktivitas belajar siswa dan metode dokumentasi. Tes digunakan untuk

Jurnal 169



Suharianto

mengetaui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan penggunaan
Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match. Tes disusun dalam dalam
bentuk essay tes yang mengacu pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
untuk SD kelas VI semester genap. Tes yang digunakan berjumlah 10 soal.
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi terhadap subjek penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran. Adapun
manfaat observasi dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi balikan
guru di dalam kegiatan belajar mengajar. Observasi yang dilakukan bersifat langsung
dan dilakukan oleh dua orang pengamat yang dilengkapi dengan lembar pedoman
observasi aktivitas belajar siswa.
Pengumpulan data melalui metode dokumentasi yaitu dengan mempersiapkan
dokumen Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti,
yang nantinya akan digunakan pada kelas yang menjadi objek penelitian.

Teknik Analisa Data


Analisa data yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yang disajikan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan keadaan siswa ketika proses belajar PAI pada Kompetensi Dasar
menyebutkan nama-nama hari akhir. Dalam melaksanakan observasi, maka kita
mengatahui kemampuan siswa terhadap materi pelajaran tersebut dan sebagai
informasi dalam mengambil pertimbangan dan melaksanakan usaha-usaha perbaikan
terhadap kelemahan-kelamahan yang ada.
Data aktivitas siswa selama pembelajaran diamati oleh peneliti bersama
kolabolator dan dianalisis dengan menggunakan skor. Menurut Ngalim Purwanto
(2000: 112), data tersebut diperoleh pada tiap tiap siklus dianalisa secara deskriptif
dengan menghitung percentages correction, dengan rumus sebagai berikut:
𝑅
𝑆 = 𝑥 100
𝑁
Keterangan:
S : Nilai yang diharapkan (dicari)
R : Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N : Skor maksimum dari tes tersebut.
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi ketuntasan hasil
belajar peserta didik yaitu sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang
tuntas belajar yaitu memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 70.
Dengan penerapan strategi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match pada penelitian ini, diharapkan peserta didik hasil belajarnya dapat meningkat
dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan 70 minimal 85% dari
jumlah peserta didik. Alat ukurnya dengan menganalisis presentase ketuntasan
belajar peserta didik dari tes siklus yang telah mereka kerjakan.

170 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

HASIL ANALISIS DATA

Deskripsi Kondisi Awal


Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diperoleh berupa data hasil tes
tertulis dan data lembar pengamatan (observasi). Data lembar observasi di ambil dari
pengamatan yaitu lembar pengamatan kegiatan siswa dalam pembelajaran PAI
dengan menggunakan penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
dan pengamatan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam
pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir dalam penelitian ini,
penulis menyertakan data sebelum dilakukan penelitian yaitu data dari ulangan
harian siswa pada pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir,
sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal
KRITERIA
NO NAMA SISWA NILAI
Tuntas Belum Tuntas
1 ADAM MAULANA 70 Tuntas
2 IRFAN SYAHPUTRA 60 Belum Tuntas
3 INDAH PURNAMA SARI 50 Belum Tuntas
4 RIDA KURNIASI 60 Belum Tuntas
5 DIMAS PANGESTU 60 Belum Tuntas
6 AHMAD YASIN 50 Belum Tuntas
7 ARIA SUMBOWO 60 Belum Tuntas
8 GANDA ANGGARA 50 Belum Tuntas
9 LUSI ARISKA RISKY 60 Belum Tuntas
10 PARIANDI 60 Belum Tuntas
11 DEPI NOPITA SARA 60 Belum Tuntas
12 EDI RIDWANSYAH 80 Tuntas
13 SASWINA 50 Belum Tuntas
14 APRIANSYAH FRANSTIYA 80 Tuntas
15 AGUNG WIRA PRIA SETIA 80 Tuntas
16 ALFA HIDAYAH 60 Belum Tuntas
17 ABU TAHMID 60 Belum Tuntas
18 ANDINA SUCI RAMADANI 50 Belum Tuntas
19 CICI AMELIA 60 Belum Tuntas
20 DINDA KS 60 Belum Tuntas
21 EDO SAPITRI 70 Tuntas
22 MHD.RAFLI 70 Tuntas
23 QAMRAN HIDAYATULLAH 70 Tuntas
24 RISKY RAHAYU SARAGIH 50 Belum Tuntas

Jurnal 171



Suharianto

25 RIMA MELATI 40 Belum Tuntas


26 SANDRA PRATIWI 70 Tuntas
27 SARAH AZHARI 70 Tuntas
28 VANI FEBRIAN 40 Belum Tuntas
29 SUNDARI 40 Belum Tuntas
30 FEBRI PUTRAWAN 70 Tuntas
31 ERLINA SEMBIRING 40 Belum Tuntas
JUMLAH 1850 10 Orang 21 Orang
RATA-RATA 59,68
KETUNTASAN 32,26
BELUM TUNTAS 67,74

Tabel 2. Distribusi Tingkat Hasil Belajar Siswa pada Ujian Ulangan Harian
Nilai F Persentase % Keterangan
40 2 6,45 % Belum tuntas
50 8 25,81 % Belum tuntas
60 11 35,48 % Belum Tuntas
70 7 22,58 % Tuntas
80 3 9,68 % Tuntas
90 - - -
100 - - -
Jumlah nilai 1850
Jumlah siswa 31
Rata-rata nilai 59,68

Berdasarkan tabel di atas tentang hasil ulangan harian Pendidikan Agama


Islam pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir kelas VI SDN
105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang tahun pelajaran 2014/2015
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menyebutkan nama-
nama hari akhir masih rendah. Terlihat dari nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai
59,68, dari 31 siswa terdapat 21 orang (67, 74 %) yang mendapat hasil belajar belum
tuntas, sedangkan hasil belajar siswa yang mecapai syarat ketuntasan baru sebanyak
10 orang siswa (32, 26 %).
Hasil belajar siswa pada ulangan harian juga dapat dilihat melalui diagram di
bawah ini:

172 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

80
70
60
50 Nilai Siswa
40 Frequensi
30
Persentase
20
10
0
1 2 3 4 5

Diagram1. Diagram Hasil Belajar Siswa pada Ulangan Harian

Siklus I
Siklus pertama yang dilaksanakan pada tanggal 10 September 2014
berlangsung 3 jam pelajaran. Guru melaksanakan pembelajaran di dalam kelas sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disusun yaitu pada
Kompetensi Dasar (KD) menyebutkan nama-nama hari akhir dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 70 yang terdiri dari 3 indikator yaitu: (1) mampu
menjelaskan pengertian hari akhir dengan benar (2) mampu menyebutkan dalil yang
menjelaskan tentang datangnya hari akhir denga baik dan benar (3) mampu
menyebutkan macam-macam hari akhir dengan benar. Pada pertemuan ini materi
disampaikan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match.
Kegiatan pada siklus pertama meliputi: (a) perencanaan (planing), (b)
pelaksanaan (acting), pengamatan (observation) dan (d) refleksi (reflecting).

Perencanaan (Planing)
Pada tahap Ini peneliti melakukan beberapa kegiatan, yaitu: 1) Mepersiapkan
materi pembelajaran. 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait
materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match. 3) Membuat alat peraga berupa kartu-kartu yang bertuliskan nama-
nama hari akhir dan juga kartu-kartu yang bertuliskan arti atau makna nama-nama
hari akhir. 4) Menyusun alat evaluasi pembelajaran berupa soal-soal yang dijadikan
alat untuk mengukur keberhasilan siswa dalam belajar. 5) Membuat lembar observasi
yang bertujuan untuk melihat bagaimana aktivitas belajar siswa selama proses belajar
berlangsung dan lembar observasi kegiatan guru pada saat pembelajaran di dalam
kelas.

Jurnal 173



Suharianto

Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap tindakan ini peneliti bertindak sebagai guru, melakukan
pembelajaran pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Dan kolaborator melakukan
pengamatan. Guru melakukan kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1) Pada
kegiatan awal pembelajaran, guru memberikan salam kepada semua siswa, lalu
mengajak siswa untuk membaca do’a sebelum belajar dan dilanjutkan dengan
membaca surah-surah pendek yang menjadi kebiasaaan untuk dibaca sebelum
belajar. Guru mengabsen siswa satu persatu dengan menyebutkan namanya,
kemudian menertibkan kondisi belajar siswa agar dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Guru menyusun tempat duduk siswa dengan format setenga lingkaran atau
bentuk huruf U. Guru meyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai kepada semua siswa, lalu mencoba mencari keterkaiatan dengan materi-
materi atau pelajaran sebelumnya dan juga menghubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Selanjuntya guru menyampaikan langka-langka pembelajaran dengan
strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran. 2) Pada kegiatan inti, tahap eksplorasi guru menggunakan
strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dengan metode tanya jawab.
Untuk menggali potensi siswa tentang materi menyebutkan nama-nama hari akhir,
guru memberi stimulus dengan menyebutkan arti atau makna nama-nama hari akhir,
agar siswa dapat merespon sesuai yang diharapkan. Guru memperlihatkan kartu
(nama-nama hari akhir) dan kartu (arti nama-nama hari akhir) pada siswa yang
kemudian guru membagi kelompok siswa untuk bermain kartu. 3) Kegiatan inti
selanjutnya adalah tahap elaborasi. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya
penerapan strategi peta konsep adalah sebagai berikut: a) Dengan kartu yang sudah
disiapkan guru membagikan kartu kepada masing-masing siswa dalam dua kelompok.
Dengan dibatasi waktu, contoh: Yaumul Hisab dipasangkan dengan kartu yang sesuai
dengan artinya yaitu hari Penimbangan amal manusia, dan seterusnya. b) Kelompok
yang satu diberi kartu yang berisi nama-nama hari akhir dan kelomprok kedua diberi
kartu yang berisi arti dari nama-nama hari akhir. c) Setiap siswa mendapat satu kartu
dan memikirkan soal/jawaban yang sesuai. d) Guru menyuruh siswa mencari
pasangan kartu yang dibawa untuk dipasangkan dengan kartu cocok yang dibawa
siswa yang lain. e) Setelah semua kartu terpasang, siswa diminta untuk membacakan
kartu nama-nama hari akhir dan arti dari nama-nama tersebut secara bergantian. f)
Kartu dikumpulkan kembali kemudian diacak dan dibagikan lagi, dengan catatan
siswa tidak membawa kartu yang sama dengan kartu yang dibawa sebelumnya. Begitu
seterusnya sampai siswa betul-betul menguasai materi tersebut. 4) Kegiatan inti
selanjutnya adalah tahap konfirmasi, setelah selesai menerapkan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match guru memberi penghargaan pada siswa
karena pembelajaran berjalan dengan lancar. Kemudian guru memberi penegasan
materi pembelajaran dan siswa diajak untuk bersama-sama menyimpulkan meteri

174 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

pembelajaran yang telah dipelajari. Pada tahap ini siswa mulai menunjukkan
antusiasnya mengikuti pembelajaran, tugas yang diberikan guru untuk mecari kartu
pasangannya sebagian dapat diselesaikan dengan tepat waktu, selain itu sebagin siswa
terlihat termotivasi untuk bertanya dan memberikan tanggapan. Suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan mulai tercipta. 5) Pada tahap akhir
guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kompetensi
dasar menyebutkan nama-nama hari akhir, guru memberikan soal tes berbentuk essay
test yang berjumlah 10 soal. Sedangakn untuk melihat keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran nama-nama hari akhir dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Peneliti dan guru kolabolator
mengadakan evaluasi dengan mengamati serta mencata aktivitas belajar siswa dalam
proses belajar mengajar yang berlangsung.

Pengamatan (Observation)
Peneliti dan kolabolator melaksanakan pengamatan atau observasi terhdap
proses pelaksanaan tindakan selama berlangsungnya siklus pertama. Pengamatan ini
dilakukan untuk mengetahui situasi kelas pada saat proses belajar mengajar serta
mengamati pelaksanaan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match.
Pada pelaksanaan pembelajaran sudah mendapatkan partisipasi yang cukup
baik bagi siswa, hal tersebut dapat dilihat pencapaian dari nilai yang di dapat siswa
secara individu.
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
KRITERIA
NO NAMA SISWA NILAI
Tuntas Belum Tuntas
1 ADAM MAULANA 70 Tuntas
2 IRFAN SYAHPUTRA 60 Belum Tuntas
3 INDAH PURNAMA SARI 60 Belum Tuntas
4 RIDA KURNIASI 70 Tuntas
5 DIMAS PANGESTU 60 Belum Tuntas
6 AHMAD YASIN 50 Belum Tuntas
7 ARIA SUMBOWO 60 Belum Tuntas
8 GANDA ANGGARA 60 Belum Tuntas
9 LUSI ARISKA RISKY 70 Tuntas
10 PARIANDI 60 Belum Tuntas
11 DEPI NOPITA SARA 70 Tuntas
12 EDI RIDWANSYAH 80 Tuntas
13 SASWINA 60 Belum Tuntas
14 APRIANSYAH FRANSTIYA 80 Tuntas
15 AGUNG WIRA PRIA SETIA 90 Tuntas

Jurnal 175



Suharianto

16 ALFA HIDAYAH 70 Tuntas


17 ABU TAHMID 70 Tuntas
18 ANDINA SUCI RAMADANI 60 Belum Tuntas
19 CICI AMELIA 70 Tuntas
20 DINDA KS 70 Tuntas
21 EDO SAPITRI 70 Tuntas
22 MHD.RAFLI 80 Tuntas
23 QAMRAN HIDAYATULLAH 80 Tuntas
24 RISKY RAHAYU SARAGIH 70 Tuntas
25 RIMA MELATI 50 Belum Tuntas
26 SANDRA PRATIWI 80 Tuntas
27 SARAH AZHARI 80 Tuntas
28 VANI FEBRIAN 50 Belum Tuntas
29 SUNDARI 60 Tuntas
30 FEBRI PUTRAWAN 70 Tuntas
31 ERLINA SEMBIRING 50 Belum Tuntas
JUMLAH 2080 19 Orang 12 Orang
RATA-RATA 67.10
KETUNTASAN 61.29
BELUM TUNTAS 38.71

Tabel 4. Distribusi Tingkat Hasil Belajar Siswa pada Siklus I


NILAI F Persentase % Keterangan
50 4 12.90 % Belum tuntas
60 9 29.03 % Belum tuntas
70 11 35.48 % Tuntas
80 6 19.35 % Tuntas
90 1 3.23 % Tuntas
100 - -
Jumlah nilai 2080
Jumlah siswa 31
Rata-rata nilai 67,10

Berdasarkan tabel di atas bahwa penguasaan siswa pada kompetensi dasar (KD)
menyebutkan nama-nama hari akhir meningkat walaupun nilai rata-rata siswa masih
di bawah ketuntasan. Terlihat dari nilai rata-rata kelas hanya mencapai 67,10 dari
31orang jumlah siswa terdapat 12 orang (38,71%) yang belum tuntas, sedangkan

176 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

hasil belajar siswa yang mencapai syarat ketuntasan sebanyak 19 orang siswa (61,29
%).
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat melalui diagram dibawah ini:
100
90
80
70
60 Nilai Siswa
50
Frequensi
40
30 Percentasi
20
10
0
1 2 3 4 5
Diagram 2. Diagram Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas
belajar siswa, bahwa pada saat pembelajaran PAI pada kompetensi dasar
menyebutkan nama-nama hari akhir dengan menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match sebagian siswa terlihat cukup lebih senang dan lebih
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran jika dibandingkan dengan metode
konvensional yang sebelumnya dipakai, siswa aktif dalam permainan kartu yang
disiapkan dan antusias membicarakan pelajaran dan mencari pasangannya,
kerjasama kelompok yang baik, namun masih terdapat juga siswa yang bingung
mencari pasangan kelompoknya dalam permainan kartu, karena belum memahami
pemainan kartu sehingga tidak bisa menemukan pasangan kartunya sesuai waktu
yang ditentukan. Selain itu masih terdapat juga siswa yang pasif dan kurang
termotivasi mengikuti pembelajaran dan bahkan mengganggu temannya. (Hasil
observasi kegiatan siswa dan aktivitas guru terdapat pada lampiran).

Refleksi (reflecting)
Dari analisis di atas, setelah tes diberikan kepada siswa kemudian di periksa
ternyata masih ada siswa yang belum bisa menyebutkan dan menghafalkan nama-
nama hari akhir dengan baik sehingga siswa tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan dengan jawaban yang benar dari soal-soal yang diberikan guru setelah
proses pembelajaran berakhir. Untuk itu peneliti perlu melakukan perbaikan dan
perencanaan pelaksanaan yang lebih baik lagi yang akan dilaksanakan pada siklus
kedua.
Hasil observasi peneliti dan guru kolabolator terhadap aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran juga belum menunjukkan hasil seperti yang telah

Jurnal 177



Suharianto

direncanakan, beberapa siswa masih belum memahami aturan permainan sehingga


ditemukan beberapa siswa yang mencari pasangan yang sama (soal-soal, jawaban-
jawaban). Selain itu beberapa siswa enggan bila mendapatkan pasangan kartu yang
berbeda jenis kelamin. Dan masih terdapat beberapa siswa yang belum bisa
menemukan pasangan kelompoknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal
ini karena siswa tersebut kurang termotivasi dengan baik dalam belajar.
Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti dan kolabolator merencanakan
perbaikan pada siklus kedua, diantaranya adalah melakukan penjelasan ulang
terhadap langkah-langkah strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran,
memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran, lebih
intensif membimbing kelompok/siswa yang mengalami kesulitan, selain itu
pembelajaran dengan Make a Match paling tidak dilakukan lima babak sehingga
siswa belajar secara maksimal dan memberikan pengakuan atau penghargaan
(reward) kepada siswa yang lebih dahulu menyelesaikan tugasnya atau menemukan
pasangan kelompoknya (kartu).
Perbedaan jenis kelamin juga perlu diperhatikan agar partisipasi siswa dalam
pembelajaran selanjutnya lebih maksimal. Persiapan kartu soal dan jawaban juga
perlu diperhatikan agar tidak ada siswa yang tidak mendapatkan pasangan (soal dan
jawaban).

Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada 17 September 2014. Pada tahap kedua ini meliputi:
(a) perencanaan (planing), (b) pelaksanaan (acting), pengamatan (observation) dan (d)
refleksi (reflecting).

Tahap Perencanaan (Planing)


Pada siklus II, mengacu pada pelaksanaan siklus I yang dilakukan sebelumnya.
Mengingat target pelaksanaan tindakan belum tercapai, maka diperlukan kelanjutan
dari siklus II untuk menuntaskan target tersebut. Pada tahap siklus II ini, peneliti
akan menyiapkan beberapa hal: 1) Mepersiapkan sumber belajar dan bahan ajar. 2)
Mengembangkan indikator pencapaian hasil belajar. 3) Menyusun Rencana
Pembelajaran (RPP) Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match disesuaikan dengan rencana perbaikan-
perbaikan proses pembelajaran. 4) Menyusun alat evaluasi untuk menghitung tingkat
keberhasilan siswa. 5) Menyiapkan kembali alat peraga berupa kartu-kartu yang
bertuliskan nama-nama hari akhir dan juga kartu-kartu yang bertuliskan arti atau
makna nama-nama hari akhir. 6) Menyiapkan alat-alat bantu pembelajaran

Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap tindakan ini peneliti bertindak sebagai guru, melakukan
pembelajaran pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir dengan

178 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Dan kolaborator melakukan


pengamatan. Guru melakukan kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1) Pada
kegiatan awal pembelajaran, guru memberikan salam kepada semua siswa, lalu
mengajak siswa untuk membaca do’a sebelum belajar dan dilanjutkan dengan
membaca surah-surah pendek yang menjadi kebiasaaan untuk dibaca sebelum
belajar. Guru mengabsen siswa satu persatu dengan menyebutkan namanya,
kemudian menertibkan kondisi belajar siswa agar dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Guru meyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
kepada semua siswa, sebelum melakukan proses pembelajaran, guru mencoba
melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa, disini sudah
mulai banyak siswa yang terlihat aktif dalam memberikan pertanyaan, memberikan
gagasan serta aktif memberikan jawaban dari pertanyaan guru. Dimana guru
mengajak siswa untuk bersama-sama mencari keterkaiatan materi ajar dengan materi-
materi atau pelajaran sebelumnya dan juga menghubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Untuk membantu siswa agar bisa lebih aktif, maka siswa diminta untuk
menyusun tempat duduknya dengan format setengah lingkaran. Selanjuntya guru
menyampaikan langka-langka pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Para siswapun
antusias mendengarkan penjelasan dari guru. 2) Pada kegiatan inti, tahap eksplorasi
guru menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dengan
metode tanya jawab, Untuk menggali potensi siswa tentang materi menyebutkan
nama-nama hari akhir, guru memberi stimulus dengan menyebutkan arti atau makna
nama-nama hari akhir, agar siswa dapat merespon sesuai yang diharapkan. Guru
memperlihatkan kartu (nama-nama hari akhir) dan kartu (arti nama-nama hari akhir)
pada siswa yang kemudian guru membagi kelompok siswa untuk bermain kartu. 3)
Kegiatan inti selanjutnya adalah tahap elaborasi. Adapun langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Dengan kartu yang sudah
disiapkan guru membagikan kartu kepada masing-masing siswa dalam dua kelompok.
Dengan dibatasi waktu, contoh: Yaumul Jaza’ dipasangkan dengan kartu yang sesuai
dengan artinya yaitu hari pembalasan, dan seterusnya. b) Kelompok yang satu diberi
kartu yang berisi nama-nama hari akhir dan kelomprok kedua diberi kartu yang berisi
arti dari nama-nama hari akhir. c) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan
soal/jawaban yang sesuai. d) Guru menyuruh siswa mencari pasangan kartu yang
dibawa untuk dipasangkan dengan kartu cocok yang dibawa siswa yang lain. e) Siswa
yang bisa menemukan kartu pasangannya tepat waktu, mendapatkan point. f) Setelah
semua kartu terpasang, siswa diminta untuk membacakan kartu nama-nama hari
akhir dan arti dari nama-nama tersebut secara bergantian. Setelah guru
memerintahkan siswa untuk mengambil kartu tampak sebagian besar siswa
bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal. Setelah siswa
mendapatkan kartu soal, masing-masing tanpak memikirkan jawaban atau soal dari
kartu yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk

Jurnal 179



Suharianto

mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban)
yang dimilikinya. Disinilah terjadi interaksi antara kelompok dan interaksi antar
siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. g) Kartu
dikumpulkan kembali kemudian diacak dan dibagikan lagi, dengan catatan siswa
tidak membawa kartu yang sama dengan kartu yang dibawa sebelumnya. Begitu
seterusnya sampai siswa betul-betul menguasai materi tersebut. 4) Kegiatan inti
selanjutnya adalah tahap konfirmasi, setelah selesai menerapkan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match guru memberi penghargaan pada siswa
karena pembelajaran berjalan dengan lancar. Kemudian guru memberi penegasan
materi pembelajaran dan siswa diajak untuk bersama-sama menyimpulkan meteri
pembelajaran yang telah dipelajari. Pada tahap ini para siswa menunjukkan
antusiasnya mengikuti pembelajaran, tugas yang diberikan guru untuk mecari kartu
pasangannya sebagian besar dapat diselesaikan dengan tepat waktu, selain itu para
siswa terlihat lebih termotivasi untuk bertanya dan memberikan tanggapan. Suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta. 5) Pada tahap
akhir guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir, guru memberikan soal tes
berbentuk essay test yang berjumlah 10 soal. Sedangakn untuk melihat keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran nama-nama hari akhir dengan menggunakan
strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Peneliti dan guru kolabolator
mengadakan evaluasi dengan mengamati serta mencata aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar yang berlangsung.

Observasi (observation)
Observasi yang dilakukan pada siklus II ini sama dengan yang dilakukan pada
siklus I yaitu dilakukan oleh kolabolator kepada peneliti selama proses belajar
mengajar berlangsung, dari awal pelaksanaan hingga akhir pelaksanaan. Observasi
ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan sudah
berhasil atau tidak. Selama proses tindakan, peneliti dan kolabolator mengamati
reaksi yang timbul ketika proses belajar mengajar berlangsung, peneliti dan guru
kolabolator juga memberi penilaian evaluasi yang diberikan.

180 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

Tabel 5. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II


KRITERIA
NO NAMA SISWA NILAI
Tuntas Belum Tuntas
1 ADAM MAULANA 80 Tuntas
2 IRFAN SYAHPUTRA 60 Belum Tuntas
3 INDAH PURNAMA SARI 70 Tuntas
4 RIDA KURNIASI 80 Tuntas
5 DIMAS PANGESTU 70 Tuntas
6 AHMAD YASIN 70 Tuntas
7 ARIA SUMBOWO 70 Tuntas
8 GANDA ANGGARA 70 Tuntas
9 LUSI ARISKA RISKY 80 Tuntas
10 PARIANDI 80 Tuntas
11 DEPI NOPITA SARA 80 Tuntas
12 EDI RIDWANSYAH 80 Tuntas
13 SASWINA 70 Tuntas
14 APRIANSYAH FRANSTIYA 90 Tuntas
15 AGUNG WIRA PRIA SETIA 100 Tuntas
16 ALFA HIDAYAH 70 Tuntas
17 ABU TAHMID 70 Tuntas
18 ANDINA SUCI RAMADANI 70 Tuntas
19 CICI AMELIA 80 Tuntas
20 DINDA KS 70 Tuntas
21 EDO SAPITRI 70 Tuntas
22 MHD.RAFLI 90 Tuntas
23 QAMRAN HIDAYATULLAH 100 Tuntas
24 RISKY RAHAYU SARAGIH 80 Tuntas
25 RIMA MELATI 70 Tuntas
26 SANDRA PRATIWI 70 Tuntas
27 SARAH AZHARI 90 Tuntas
28 VANI FEBRIAN 70 Tuntas
29 SUNDARI 60 Belum Tuntas
30 FEBRI PUTRAWAN 80 Tuntas
31 ERLINA SEMBIRING 60 Belum Tuntas
JUMLAH 2350 28 Orang 3 Orang
RATA-RATA 75.81
KETUNTASAN 90.32
BELUM TUNTAS 9.68

Jurnal 181



Suharianto

Tabel 6. Distribusi Tingkat Hasil Belajar Siswa pada Siklus II


NILAI F Persentase % Keterangan
60 3 9.68 % Belum tuntas
70 14 45.16 % Tuntas
80 9 29.03 % Tuntas
90 3 9.68 % Tuntas
100 2 6.45 %
Jumlah nilai 2350
Jumlah siswa 31
Rata-rata nilai 75,81
Berdasarkan tabel di atas bahwa penguasaan siswa pada kompetensi dasar
menyebutkan nama-nama hari akhir meningkat, nilai rata-rata siswa suda di atas
ketuntasan minimal. Terlihat dari nilai rata-rata kelas telah mencapai 75,81, dari 31
orang jumlah siswa hanya terdapat 3 orang (9,68 %) yang belum tuntas, sedangkan
hasil belajar siswa yang telah mencapai syarat ketuntasan sebanyak 28 orang siswa
(90,32 %).
Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat melalui diagram dibawah ini:
120

100

80
Nilai Siswa
60
Frekuensi
40 Persentase

20

0
1 2 3 4 5

Diagram 3. Diagram Hasil Belajar Siswa pada Siklus II


Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas
belajar siswa, bahwa pada saat pembelajaran PAI pada kompetensi dasar
menyebutkan nama-nama hari akhir dengan menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match sebagian besar siswa terlihat lebih senang dan lebih
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa aktif dalam permainan kartu yang
disiapkan dan antusias membicarakan pelajaran dan mencari pasangannya,
kerjasama kelompok yang baik, namun masih terdapat juga siswa yang bingung
mencari pasangan kelompoknya dalam permainan kartu, karena belum memahami

182 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

pemainan kartu sehingga tidak bisa menemukan pasangan kartunya sesuai waktu
yang ditentukan. Selain itu masih terdapat juga siswa yang pasif dan kurang
termotivasi mengikuti pembelajaran dan bahkan mengganggu temannya. (Hasil
observasi kegiatan siswa dan aktivitas guru terdapat pada lampiran)

Refleksi (Reflecting)
Dalam proses pembelajaran pada siklus II ini, siswa nampak terlihat senang
dan termotivasi mengikuti proses pembelajaran. Para siswa mampu membangun
kerjasama yang baik serta mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat
waktu dalam melaksakannya.
Pelaksanaan tindakan siklus II, setelah tes diberikan kepada siswa kemudian di
periksa ternyata menghasilkan nilai rata-rata siswa 75,81, dimana dari 31 orang
jumlah siswa sebanyak 28 orang siswa (90,32 %) telah memenuhi syarat ketuntasan,
sedangkan yang belum mencapai syarat ketuntasan ada sebanyak 3 orang (9,68 %) .

Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dalam penelitian ini
ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1) Sebelum melakukan tindakan, siswa diberikan
pre test, dalam hal ini nilai pre test diambil dari nilai ulangan harian pada saat
memperlajari nama-nama hari akhir, hasilnya dari 31 orang siswa hanya sebanyak 10
orang siswa (32, 26 %) yang telah mencapai syarat ketuntasan belajar dan dari 31
orang siswa terdapat 21 orang (67,74 %) yang mendapat hasil belajar belum tuntas,
sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 59,68. 2) Berdasarkan hasil ulangan harian
tersebut maka perlu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa tersebut dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match, setelah siklus I ini, peneliti memberikan post test, kemudian diperoleh dari
31 jumlah siswa terdapat sebanyak 19 orang siswa (61,29 %) yang telah memenuhi
syarat ketuntasan dan sebanyak 12 orang (38,71 %) yang belum tuntas, dengan nilai
rata-rata kelas 67,10. 3) Berdasarkan hasil post-test I upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa tersebut adalah dengan penggunaan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Pemberian tindakan II diperoleh dari
31 orang jumlah siswa terdapat 28 orang siswa (90,32 %) yang telah mencapai syarat
ketuntasan, dan sebanyak 3 orang siswa (9,68 %) yang belum tuntas. Dengan rata-
rata 75,81.

PEMBAHASAN
Secara umum ketelibatan siswa dalam proses pembelajaran PAI pada
kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir Kelas VI SDN 105386
Tanjung Siporkis Kecamatan Galang dengan menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match berajalan dengan baik, hasil belajar siswa yang
mengalami peningkatan seperti terlihat tabel dibawah ini:

Jurnal 183



Suharianto

Tabel 7. Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Siklus


Ulangan Siklus
Pencapaian Hasil Belajar
No Harian I II
1 Nilai Rata-rata 59,68 67,10 75,81
2 Jumlah Siswa yang mendapatkan Nilai di 10 19 28
atas KKM
3 Persentase ketuntasan 32,26 % 61,29 % 90,32 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai ketuntasan
atau di atas KKM pada ulangan harian pada kompetensi dasar menyebutkan nama-
nama hari akhir sebanyak 10 orang (32,26%), selanjutnya pada siklus I yang tuntas
sebanyak 19 orang siswa (61,29%), sedangkan siklus II yang tuntas sebanyak 28 orang
siswa (90,32%).
Dengan demikian bahwa dengan penggunaan strategi pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match hasil belajar pendidikan agama Islam pada komptensi dasar siswa
menyebutkan nama-nama hari akhir mengalami peningkatan, karena siswa terlibat
aktif dalam pembelajaran, selaian itu pembelajaran lebih menarik dan tidak
membosankan, siswa mampu mengingat nama-nama hari akhir dan artinya dengan
sendirinya, dengan bantuan media kartu yang digunakan dalam pembelajaran Make
a Match (menemukan pasangan kartu) yang dilakukan beberapa kali dalam proses
pembelajaran.
Berikut disajikan data peningkatan hasil belajar PAI pada kompetensi dasar
menyebutkan nama-nama hari akhir dalam tabel rekapitulasi hasil belajar sebagai
berikut:
Tabel 8. Rekapitulasi Tes Hasil Belajar
Nilai
No Nama Siswa Ulangan Siklus I Siklus II Keterangan
Harian
1 ADAM MAULANA 70 70 80 Meningkat
2 IRFAN SYAHPUTRA 60 60 60 Tetap
3 INDAH PURNAMA SARI 50 60 70 Meningkat
4 RIDA KURNIASI 60 70 80 Tetap
5 DIMAS PANGESTU 60 60 70 Meningkat
6 AHMAD YASIN 50 50 70 Meningkat
7 ARIA SUMBOWO 60 60 70 Meningkat
8 GANDA ANGGARA 50 60 70 Meningkat
9 LUSI ARISKA RISKY 60 70 80 Meningkat
10 PARIANDI 60 60 80 Meningkat
11 DEPI NOPITA SARA 60 70 80 Meningkat
12 EDI RIDWANSYAH 80 80 80 Tetap
13 SASWINA 50 60 70 Meningkat

184 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

14 APRIANSYAH FRANSTIYA 80 80 90 Meningkat


15 AGUNG WIRA PRIA SETIA 80 90 100 Meningkat
16 ALFA HIDAYAH 60 70 70 Tetap
17 ABU TAHMID 60 70 70 Tetap
18 ANDINA SUCI RAMADANI 50 60 70 Meningkat
19 CICI AMELIA 60 70 80 Meningkat
20 DINDA KS 60 70 70 Tetap
21 EDO SAPITRI 70 70 70 Tetap
22 MHD.RAFLI 70 80 90 Meningkat
23 QAMRAN HIDAYATULLAH 70 80 100 Meningkat
24 RISKY RAHAYU S. 50 70 80 Meningkat
25 RIMA MELATI 40 50 70 Meningkat
26 SANDRA PRATIWI 70 80 70 Meningkat
27 SARAH AZHARI 70 80 90 Meningkat
28 VANI FEBRIAN 40 50 70 Meningkat
29 SUNDARI 40 60 60 Tetap
30 FEBRI PUTRAWAN 70 70 80 Meningkat
31 ERLINA SEMBIRING 40 50 60 Meningkat
Jumlah 1850 2080 2350
Rata-rata 59,68 67,10 75,81
Persentase ketuntasan 32,26 % 61,29 % 90,32 %

Rata-rata
100
90
80
70
60
50
Rata-rata
40
30
20
10
0
1 2 3

Diagram 4. Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Keseluruhan Siswa

Jurnal 185



Suharianto

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dalam upaya peningkatan Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam Kompetensi Dasar Menyebutkan Nama-nama Hari
Akhir dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
pada siswa kelas SDN 105386 Tanjung Siporkis Kecamatan Galang T.A.2014/2015,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Sebelum melakukan tindakan, siswa
diberikan pre test, dalam hal ini nilai pre test diambil dari nilai ulangan harian pada
saat memperlajari nama-nama hari akhir, hasilnya dari 31 orang siswa hanya sebanyak
10 orang siswa (32,26 %) yang telah mencapai syarat ketuntasan belajar dan dari 31
orang siswa terdapat 21 orang (67,74 %) yang mendapat hasil belajar belum tuntas,
sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 59,68. 2) Setelah siklus I, guru memberikan
post test diperoleh dari 31 jumlah siswa terdapat sebanyak 19 orang siswa (61,29 %)
yang telah memenuhi syarat ketuntasan dan sebanyak 12 orang (38,71 %) yang
belum tuntas, dengan nilai rata-rata kelas 67,10. 3) Hasil Siklus II diperoleh dari 31
orang jumlah siswa terdapat 28 orang siswa (90,32 %) yang telah mencapai syarat
ketuntasan, dan sebanyak 3 orang siswa (9,68 %) yang belum tuntas, dengan nilai
rata-rata 75, 81.

Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan peneliti adalah: 1) Bagi pihak sekolah
agar mendukung para pendidik untuk mengembangkan macam-macam strategi
pembelajaran dalam proses pembelajaran agar selalu ada peningkatan kualitas
pembelajaran baik dalam proses maupun hasil belajar siswa. 2) Bagi guru diharapkan
dapat membuka diri untuk menerima saran dan masukan serta menerapkan
berbagai macam strategi pembelajaran yang menyenangkan, mengaktifkan siswa
dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar. 3) Bagi siswa dapat
dijadikan bahan yang bermanfaat dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan
agama Islam khususnya pada kompetensi dasar menyebutkan nama-nama hari akhir.

186 Jurnal


Pembelajaran PAI melalui Metode Make a Match

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi et al. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, cet. VI, Jakarta: Bumi
Aksara.

Abdurrahman, Mulyono 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta

Anita, Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Drajat, A. 2001. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bitang.

Hamaik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Hidayat, Dudung Rahmat dkk. 2007. Pendidikan Agama: Urgensi dan Tantangan dalam
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Jakarta: PT.IMTIMA

Ismail SM. 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem. Semarang: , Rasail

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok.


Bandung: Alfabeta.

Istarani, 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Rosdiana A. Bakar, 2008. Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung: Citapustaka Media.

Sanjaya, Wina. 2007. Stretegi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cet
Ke-3, Jakarta: Kencana.

Sardiman A.M., 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. 2007. Bahan diklat metode PAIKEM. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil proses Belajar mengajar. Cet. XIII, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Jurnal 187



Suharianto

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, cet.5.Jakarta: PT.


Rineka Cipta,

Sofan amri, Iif Khoiru Ahmadi, 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.


Surabaya: Prestasi Pustaka.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:


Prestasi Pustaka Publister.

188 Jurnal



Anda mungkin juga menyukai