Referat DBD, Chiku, Lepto, Morbili
Referat DBD, Chiku, Lepto, Morbili
PENDAHULUAN
II.1.4 Diagnosis
A. Kriteria diagnosa DBD WHO tahun 1997
1. Adanya panas 2-7 hari.
2. Adanya manifestasi pendarahan, minimal bila dilakukan tes bendungan
dengan tensi meter (Rumple lead test), hasilnya positif yaitu di temukan
ptekhia > 10 pada diameter 2,8 cm pada lipatan siku atau lengan bawah
bagian depan.
3. Harus ada trombositopenia (trombosit < 100.000 /mm2)
4. Adanya kenaikan hematokrit > 20% beradasar standar umur, jenis
kelamin (Indonesia belum sepakat untuk masalah standar ini). Atau
kenaikan hematokrit ini di anggap 20% bila setalah di terapi cairan di
rumah sakit hematokrit nya turun 20% daripada sebelum diberikan
cairan.
B. Kriteria diagnosis WHO 2009
II.3 Leptospirosis
Masa inkubasi leptospirosis 5-14 hari (2-30 hari). Sulit untuk mengatakan acut
on differentiated fever (AUF) disebabkan oleh leptospira, sebab :
1. Leptospira baik pathogen atau non pathogen dapat hidup secara saprofit
pada manusia.
2. Berdasarkan penelitian MH Gasem dari 137 AUF, ternyata hanya 13
orang (9,5%) yang test serologi leptospiranya (+). Dan dari 13 orang itu,
hanya 9 orang yang jenis leptospira pathogennya secara serologi + /
PCR (6,5% dari 137 orang). Dan dari 9 orang itu dengan mikroskop
aglutinasi tes (MAT) yang merupakan standar emas leptospira hanya 5
orang yang leptospiranya terlihat + (3,6% dari 137 orang).
3. Peningkatan titer 4x lipat standar baku kedua setelah MAT.
Apabila kita mengatakan AUF disebabkan oleh leptospira, maka
kemungkinan benarnya Cuma 3,6 (MAT +). Itupun hanya dapat mengatakan
bahwa memang benar terlihat leptospira pada pasien tersebut. Perbandingan
pada pasien DBD (prof. sumarno) dari 226 orang dengan IH tes + ternyata
23,03% isolasi virusnya + dan dari adanya limfosit plasma biru yang lebih 10%
maka dari 69 orang atau 64 orangnya atau 92% LPB nya + (lebih 10%).
Leptospirosis harus disebabkan oleh leptospira yang pathogen
(imtrogaris) sedangkan yang non pathogen disebut leptospira bifleksa.
Leptospira pathogen yang paling berat menyebabkan sakit pada manusia adalah
leptospira ictrohemoragica yang vector utamanya adalah tikut dan penyakitnya
di sebut wail disease, leptospira pathogen lainnya yang sering menyerang
manusia adalah L.canicola (anjing) L.panoma (babi). Kejadian leptospira di
Indonesia 2,5%-16,45% rata-rata 7,1%. Angka kematian berkisar 3-54% umur
lebih 50 tahun kematian 56%. Karena sifatnya yang saprofit pemeriksaan
serologi IgM leptospira pathogen dapat +, dan IgM nya dapat bertahan
bertahun-tahun. Karena itu yang paling penting adalah peningkatan titer sampai
dengan 4x.
Gejala klinik leptospirosis sebagian besar (90%) adalah nonikterik dan
hanya 10% saja yang ikterik. Karena 90% non ikterik maka gejalanya hanya
seperti flu saja. Kalau kita mendiagnosa influenza itu akibat leptospira
penelitian MH. Gasem dapat menjadia acuan. Yang menarik adalah keberanian
WHO untuk menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara dengan angka
kejadian leptospira tertinggi di dunia dan peringkat ke-3 di dunia untuk
mortalitasnya, apa dasarnya? Selain tikus, sapi, kambing, domba, kuda, babi,
anjing dapat menjadi reservoir. Penularan dari manusia ke manusia sangat
jarang terjadi. Untuk mengetahui suatu ikterik dengan febris disebabkan
leptospira maka selain ikterik harus ada konjungtiva suffusion, nyeri betis,
demam minimal 5 hari dan adanya kontak. Keakuratan gejala klinik itu terbukti
mencapai 90% seperti yang diteliti FK Undip. Dari 45 orang pasien dengan
suspect leptospirosis berat maka MAT nya + 41 orang. Trombositopenia dan tes
bendungan yang + dapat juga terjadi pada leptospira, pemeriksaan culture sulit
dilakukan oleh karena hasilnya baru bisa didapatkan 2 minggu kemudian.
Pemeriksaan PRC mahal dan harus ada keahlian khusus. Bisa false + misalnya
karena kontaminasi dari leptospira pathogen dari tempat orang tersebut bekerja
atau false – karena adanya kotoran-kotoran yang menutupi DNA leptospira.
WHO 2009, 3 kriteria untuk mendiagnosa leptospira :
1. Kasus suspect
a. Adanya demam akut. Biasanya 7-10 hari dengan interval 2-30
hari
b. Adanya kontak. Kontak dengan air (banjir, sawah, sungai).
Kontak dengan binatang yang hidup ataupun mati (tikus, sapi,
anjing, babi, kambing, dll). Kontak dengan makan yang
mengandung leptospira (bukan oleh karena kita memakan
makanan itu).
2. Kasus probable
Kasus suspect + 2 dari gejala-gejala di bawah ini :
Nyeri betis
Ikterus
Perdarahan (conjungtiva suffusion)
Meningitis
Anuria
Aritmia jantung
Bercak-bercak pada kulit
Sesak nafas
Batuk
IgM +
3. Kasus konfirmasi
Kasus probable ditambah dengan salah satu dibawah ini :
1. MAT +
2. Kenaikan titer 4x dari awal, atau titer awal 320
3. PCR +
II.4 Morbili
Morbili adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh measles virus
dengan masa inkubasi 10-20 hari. Virus campak merupakan virus RNA
famili paramyxoviridae dengan genus Morbili virus. Sampai saat ini hanya
diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza dan Mumps.
Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak
selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus
campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada
di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan
60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur
kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam
temperatur 35˚C, beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah.
Measles, virus RNA beruntaitunggal negative yang berenvelope,
merupakananggota genus Morbili virus dari family Paramyxoviridae. Hanya
ada satu serotype. Virus ini mengkode enam protein struktural, termasuk dua
glikoprotein transmembran, fusi (F), dan hemaglutinin (H), yang memfasilitasi
perlekatan ke sel penjamu dan masuknya virus. Antibodi terhadap F dan H
bersifat memberikan perlindungan.
Morbili ditandai oleh 3 stadium, yaitu :
a. Stadium kataral : 4-5 hari dgn demam, malaise, batuk fotofobia,
konjungtivitis, dan coryza.
b. Stadium erupsi : 4-7 hari dengan coryza, da batuk-batuk bertambah.
Timbul eksantema di palatum durum dan palatum mole.
c. Stadium konvalensi : berupa meninggalkannya bekas yang berwarna
lebih tua yang lama kelamaan akan menghilang sendiri.
DAFTAR PUSTAKA