Pengendalian Potensi Bahaya
Pengendalian Potensi Bahaya
Dalam upaya pengendalian potensi bahaya di tempat kerja, maka perlu adanya pemahaman tentang
prinsip-prinsip dasar pengendalian yang harus diikuti yaitu melalui tahapan sebagai berikut :
1. Pengenalan potensi bahaya yang ada maupun resiko yang mungkin timbul (Hazards Identification).
2. Penilaian tingkat resiko yang mungkin timbul (Risks Assessment).
3. Penentuan dan pemilihan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat dengan menggunakan
metode hirarki pengendalian (Risks Control).
4. Penunjukan atau penugasan kepada siapa yang akan diberi tugas dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian.
5. Tinjauan ulang untuk mengukur efektifitas penerapan sarana pengendalian yang telah diterapkan
(Review of Control).
Secara prinsip, potensi bahaya dapat dikendalikan melalui 2 (dua) metode yaitu sarana pengendalian
permanen atau pengendalian jangka panjang ( Long Term Gain) dan sarana pengendalian sementara
atau pengendalian jangka pendek (Short Term Gain). Sarana pengendalian tersebut dapat menggunakan
skala prioritas sebagai sebuah sistem, seperti dibawah ini :
Daftar skala prioritas pengendalian seperti tersebut diatas, harus selalu dipertimbangkan dan diterapkan
secara berurutan, untuk meniadakan atau mengendalikan potensi bahaya yang telah diidentifikasi. Pada
sebagian besar operasi di tempat kerja, suatu kombinasi sistem pengendalian harus diambil dan
digunakan. Penerapan yang tepat mengenai skala prioritas pengendalian, mensyaratkan bahwa
pengendalian jangka pendek sebaiknya tidak dipertimbangkan terlebih dulu sampai seluruh upaya untuk
mengimplementasikan pengendalian jangka panjang menemui kesulitan. Namun demikian pada
kenyataanya, sarana pengendalian yang dipilih dan diterapkan dapat mengalami kegagalan. Untuk itu
seorang ahli keselamatan kerja harus selalu menyadari hal tersebut dan kemungkinan kegagalan tersebut
harus selalu dipertimbangkan pada saat merekomendasikan pemilihan dan pemakaian sarana
pengendalian.
Sebagai contoh :
eliminasi atau meniadakan potensi bahaya di tempat kerja dengan tidak menggunakan bahan-bahan
beracun jika bahan-bahan yang lebih aman tersedia; mengerjakan tugas-tugas mengangkat beban yang
berat dengan menggunakan alat Bantu mekanik atau hidrolik; memasang sarana pembersih tangki
otomatis akan lebih aman dan ringan dari pada operator harus memasuki ruang tertutup; dll.
Sebagai contoh :
menggunakan peralatan kerja dengan voltase rendah dan sarana pertanahan yang memadai; mendesain
peralatan kerja tangan yang tidak menyebabkan cedera dengan ujungnya tidak kasar dan mudah
digunakan; memasang sebuah alat mekanisasi untuk kegagalan proses operasi; dll.
Sebagai contoh :
Menutup rapat gas agar tetap aman di dalam silinder; memberi penutup tahan panas pada pipa panas;
mengisolasi kabel listrik agar tidak terbuka; memasang alat pengaman mesin; menyediakan gudang
khusus untuk bahan-bahan mudah terbakar, dll.
Sebagai contoh :
operator harus dipindahkan pada tempat yang aman selama proses peledakan pada operasi peledakan di
pertambangan; suatu garis keliling daerah aman harus diberitahukan secara jelas di sekitar fasilitas
tegangan tinggi; dll.
Sebagai contoh :
Seseorang bekerja pada tempat dengan intensitas kebisingan yang tinggi perlu dijadwalkan agar mereka
berada pada tempat tersebut untuk waktu yang tidak lama (sesuai standar batas pemaparan); tenaga
kerja yang bekerja di luar ruangan dihindarkan terpapar sinar matahari di tengah hari sdecara langsung;
dll.
Sebagai contoh :
sumbat/tutup telinga merupakan perlindungan terhadap energi suara; alat pelindung pernafasan
merupakan perlindungan terhadap energi kimia; glovesmerupakan alat pelindung terhadap pelepasa
energi panas; dll.