Anda di halaman 1dari 6

Sebagai Bapak Koperasi Indonesia, Bung Hatta pernah berkata : bukan Koperasi namanya

manakala di dalamnya tidak ada pendidikan tentang Koperasi.

Meskipun sudah berusia 60 tahun lebih (dan 61 tahun pada tanggal 12 Juli 2008 nanti) apa itu
Koperasi belum begitu dipahami dengan benar oleh bangsa Indonesia. Bahkan banyak paara
anggota Koperasi yang belum tahu makna dari mahluk yang bernama Koperasi ini.

Koperasi: Mahluk apa itu?

Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar
prinsip-prinsip Koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya yang
rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.

Koperasi bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan ekonomi anggotanya lebih baik
dibandingkan sebelum bergabung dengan Koperasi.

Dari pengertian di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Asosiasi orang-orang. Artinya, Koperasi adalah organisasi yang terdiri dari orang-orang
yang terdiri dari orang-orang yang merasa senasib dan sepenanggungan, serta memiliki
kepentingan ekonomi dan tujuan yang sama.
2. Usaha bersama. Artinya, Koperasi adalah badan usaha yang tunduk pada kaidah-kaidah
ekonomi yang berlaku, seperti adanya modal sendiri, menanggung resiko, penyedia
agunan, dan lain-lain.
3. Manfaat yang lebih besar. Artinya, Koperasi didirikan untuk menekan biaya, sehingga
keuntungan yang diperoleh anggota menjadi lebih besar.
4. Biaya yang lebih rendah. Dalam menetapkan harga, Koperasi menerapkan aturan, harga
sesuai dengan biaya yang sesungguhnya, ditambah komponen lain bila dianggap perlu,
seperti untuk kepentingan investasi.

Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, pengertian Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Sementara menurut ICA Cooperative Identity Statement, Manchester, 23 September 1995,


Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya bersama melalui perusahaan
yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis.

Prinsip-prinsip Koperasi

Koperasi bekerja berdasarkan beberapa prinsip. Prinsip ini merupakan pedoman bagi Koperasi
dalam melaksanakan nilai-nilai Koperasi.
1. Keanggotaan sukarela dan terbuka. Koperasi adalah organisasi yang keanggotaannya
bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya,
dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan gender, latar
belakang sosial, ras, politik, atau agama.
2. Pengawasan oleh anggota secara demokratis. Koperasi adalah organisasi demokratis
yang diawasi oleh anggotanya, yang secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat
keputusaan laki-laki dan perempuan yang dipilih sebagai pengurus atau pengawas
bertanggung jawab kepada Rapat Anggota. Dalam Koperasi primer, anggota memiliki
hak suara yang sama (satu anggota satu suara) dikelola secara demokratis.
3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi. Anggota menyetorkan modal mereka
secara adil dan melakukan pengawasan secara demoktaris. Sebagian dari modal tersebut
adalah milik bersama. Bila ada balas jasa terhadap modal, diberikan secara terbatas.
Anggota mengalokasikan SHU untuk beberapa atau semua dari tujuan seperti di bawah
ini : a) Mengembangkan Koperasi. Caranya dengan membentuk dana cadangan, yang
sebagian dari dana itu tidak dapat dibagikan. b) Dibagikan kepada anggota. Caranya
seimbang berdasarkan transaksi mereka dengan koperasi. c) Mendukung keanggotaan
lainnya yang disepakati dalam Rapat Anggota.
4. Otonomi dan kemandirian. Koperasi adalah organisasi otonom dan mandiri yang
diawasi oleh anggotanya. Apabila Koperasi membuat perjanjian dengan pihak lain,
termasuk pemerintah, atau memperoleh modal dari luar, maka hal itu haarus berdasarkan
persyaratan yang tetap menjamin adanya upaya: a) Pengawasan yang demokratis dari
anggotanya. b) Mempertahankan otonomi koperasi.
5. Pendidikan, pelatihan dan informasi. Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan
bagi anggota, pengurus, pengawas, manager, dan karyawan. Tujuannya, agar mereka
dapat melaksanakan tugas dengan lebih efektif bagi perkembangan Koperasi. Koperasi
memberikan informasi kepada maasyarakat umum, khususnya orang-orang muda dan
tokoh-tokoh masyaralat mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi.
6. Kerjasamaa antar koperasi. Dengan bekerjasama pada tingkat lokal, regional dan
internasional, maka: a) Gerakan Koperasi dapat melayani anggotanya dengan efektif. b)
Dapat memperkuat gerakan Koperasi.
7. Kepedulian terhadap masyarakat. Koperasi melakukan kegiatan untuk pengembangan
masyarakat sekitarnya secara berkelanjutan melalui kebijakan yang diputuskan oleh
Rapat Anggota.

Sementara itu Prinsip Koperasi menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian
adalah:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.


2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5. Kemandirian.
6. Pendidikan perkoperasian.
7. Kerja sama antar Koperasi.
Sumber: Tim LAPENKOP Nasional, Lebih Mengenal Koperasi, Diterbitkan oleh LAPENKOP
Nasional, Gedung D-III Lantai II, Kampus IKOPIN, Jl. Raya Bandung Sumedang Km 20,5
Jatinangor – Bandung 40600, www.lapenkop.coop, Lapenkop@lapenkop.coop

Asosiasi berbeda dengan kelompok. Asosiasi terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan
yang sama. Lazimnya, yang menonjol adalah kepentingan ekonominya. Sedangkan kelompok
terdiri dari orang-orang yang belum tentu memiliki kepentingan yang sama. Umumnya yang
menonjol adalah unsul sosialnya.

ICA adalah gabungan gerakan Koperasi internasional yang beranggotakan 700 juta orang lebih,
berasal dari 70 negara, berpusat di Genewa, Swiss. Untuk wilayah Asia-Pasifik berkantor di New
Dehli, India.

Prinsip yang dianut oleh gerakan Koperasi internasional saat ini adalah yang dicetuskan pada
kongres ICA (International Cooperative Alliance) di Mancchester, Inggris pada tanggal 23
September 1995.

Posted by InsanKoperasi at 7:12 PM 3 comments Links to this post


Labels: bung hatta, koperasi, prinsip-prinsip

Monday, January 14, 2008


POKOK-POKOK PIKIRAN DEWAN KOPERASI INDONESIA:

i. Dewan Koperasi Indonesia mendukung sikap politik Presiden RI yang


menegaskan tentan pentingnya pelaksanaan ekonomi pasar yang berorientasi
sosial. Karena itu, Dewan Koprasi Indonesia mendukung upaya untuk mengoreksi
pemilikan asing dengan cara membatasi penguasaan dan pemilikan asing yang
telah mendominasi wilayah kedaulatan ekonomi nasional. Harus kita sadari
mandat konstitusi tidak dapat menjadi barang titipan kepada pihak asing;
ii. Dewan Koperasi Indonesia mengharapkan pemerintah dengan tegas merumuskan
kembali ketentuan yang ada agar terselenggara perlindungan kepada kepentingan
rakyat jelata khususnya yang menyangkut pengusahaan air, penguasaan dan
pengusahaan tanah dan kekayaan yang terkandung didalamnya serta berbagai
industri strategis yang menyangkut kepentingan keamanan dan hajat hidup orang
banyak seperti industri telekomunikasi, perbankan, dan industri farmasi. Secara
khusus Dewan Koperasi Indonesia meminta peninjauan kembali Peraturan
Presiden No. 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan
Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
agar sesuai dengan mandat konstitusi;
iii. Dewan Koperasi Indonesia menyadari bahwa sebagian dari penyimpangan
konstitusional yang terjadi bukanlah semata-mata karena kurangnya peraturan,
namun karena kelemahan apartur di tingkat pusat dan daerah yang telah gagal
menangkap amanat konstitusi dan kepentingan rakyat jelata. Karena itu Dewan
Koperasi Indonesia mendukung berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah
secara khusus dalam hal pemberantasan korupsi serta penertiban penggunaan
anggaran agar pelayanan publik dapat terselenggara secara optimal. Hal yang
sama untuk terselenggaranya efisiensi birokrasi sehingga terhindar dari ‘ekonomi
biaya tinggi’ melalui standarisasi dan otomatisasi serta transparansi pelayanan
publik khususnya untuk mendorong kegiatan usaha;
iv. Dalam situasi keprihatinan dengan terjadinya berbagai bencana di tanah air,
Dewan Koperasi Indonesia telah dan akan terus mendukung untuk lebih cepatnya
penanganan darurat bencana secara lebih partisipasif sebagai tugas kolektif
seluruh bangsa serta upaya pemulihan ekonomi rakyat di daerah bencana.

Jakarta, 7 Januari 2008


DEWAN KOPERASI INDONESIA
KETUA UMUM

ADI SASONO

(Pokok-pokok Pikiran ini saya ambil dari sini.)

Posted by InsanKoperasi at 9:41 PM 2 comments Links to this post


Labels: dekopin, ekonomi rakyat, koperasi

Friday, January 11, 2008


KOPERASI: Sokoguru Ekonomi Indonesia?
Menurut Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dikatakan bahwa KOPERASI adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum Koperasi dengan berlandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.

Sementara itu dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum
diamandemen) kata KOPERASI ini disebut dan dicantumkan dalam penjelasan pasal 33. Namun
setelah amandemen, penjelasan atas pasal-pasal dari UUD 1945 dimasukkan dalam batang
tubuh. Entah sengaja atau karena khilaf, ternyata kata KOPERASI ini tidak ikut masuk. Alias
ketinggalan atau malah ditinggalkan?

Nampaknya para penyusun UU No. 22 Tahun 1992 itu (Presiden dan DPR) sudah lupa bahwa
para founding father kita bercita-cita untuk menjadikan KOPERASI sebagai sokoguru
perekonomian Indonesia. KOPERASI dianggap sebagai badan usaha yang terlalu banyak
merepoti pemerintah. Karena banyak kredit program yang diterima KOPERASI (utamanya
KUD) raib diselewengkan pengelolanya.

Namun kenyataan di lapangan, berbicara lain. Saat Indonesia mengalami krisis berkepanjangan,
justru eksistensi KOPERASI nampak nyata. Saat hampir semua bank-bank besar macam BCA,
Bank Lippo (bank swasta) , maupun bank pemerintah: Bank Bumi Daya, Bank Bapindo dan
Bank Dagang Negara (yang kemudian ketiga bank terakhir dilebur menjadi Bank Mandiri) dan
banyak bank lain pada colaps, KOPERASI masih bisa menjadi tumpuan anggota dan
masyarakatnya dalam hal melayani keperluan modal.

Tak bisa dibayangkan, manakala saat itu, selain bank, KOPERASI juga ikut colaps, pasti akan
semakin banyak jumlah angkatan kerja yang mengalami PHK.

Meskipun demikian, sampai sekarang, di mata perbankan, posisi tawar KOPERASI masih
dipandang sebelah mata. Untuk bisa memperoleh kredit, di banyak bank, perlu KOPERASI
melengkapi banyak persyaratan yang sering merepotkan. Memang banyak KOPERASI yang
nakal. Tapi masih lebih banyak KOPERASI yang baik.

KOPERASI dan koperasi, dalam praktek, ada bedanya. KOPERASI (yang sejati) dibentuk dari,
oleh dan untuk memenuhi kebutuhan anggota. Sementara koperasi dibentuk seorang seorang
pemodal yang ingin memutar uangnya di koperasi. Hal ini dimungkinkan, karena untuk
membentuk koperasi, pasca reformasi, sangatlah mudah.

Dulu, badan hukum KOPERASI harus disahkan oleh Kantor Wilayah Koperasi Propinsi Jawa
Timur, selaku wakil dari Pemerintah. Sekarang, cukup disahkan oleh Dinas Koperasi
Kabupaten/Kota saja.

Sejatinya KOPERASI dibentuk demi untuk kesejahteraan anggotanya. Sementara koperasi


dibentuk demi keuntungan pemodal semata. Ibaratnya PT berbaju koperasi. Bahkan, tak jarang,
mereka (para pemodal) itu rela membeli badan hukum KOPERASI yang sudah tidak aktif lagi
dengan nilai tak kurang dari puluhan juta rupiah.

Jadi, ketika UUD 1945 sudah menganggap tidak perlu untuk mencantumkan lagi kata
KOPERASI, ketika perbankan masih memandang KOPERASI dengan sebelah mata, ketika
banyak PT yang beroperasi dengan kedok koperasi, MASIHKAH KOPERASI DIANGGAP
SEBAGAI SOKOGURU PEREKONOMIAN INDONESIA?

Anda mungkin juga menyukai