Anda di halaman 1dari 8

Diah, Pad, Muhammad dan Nina | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di

Wilayah Rajabasa

Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32


Tahun di Wilayah Rajabasa
1
Diah Anis Naomi, 2Pad Dilangga, 1Muhammad Ricky Ramadhian, 2Nina Marlina
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Paru, Rumah Sakit Abdoel Moeloek Lampung

Abstrak
Pada tahun 2014, menurut World Health Organization (WHO), terdapat 9,6 juta jiwa di dunia terjangkit penyakit
tuberkulosis dan 1,5 juta diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut. Hampir 95% kasus kematian akibat tuberkulosis
berada di negara berpendapatan menengah ke bawah. India, Cina, dan Indonesia adalah negara dengan kasus tuberkulosis
terbanyak secara global. Indonesia menempati urutan ketiga dengan ditemukannya kasus tuberkulosis sebanyak 324.539
kasus. Pada tahun 2015, jumlah seluruh kasus tuberkulosis di provinsi Lampung adalah 8.211 dengan kasus terbanyak
berada di Kota Bandar Lampung yaitu 1.871 kasus. Kasus terjadi pada Ny. T, 32 tahun, janda, ibu rumah tangga, berat badan
2
54 kg, tinggi badan 158 cm (IMT 21 kg/m ), tekanan darah 120/80 mmHg, mengeluh batuk berdahak kuning kental
terutama malam hari sejak ±1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan pernah dua kali batuk berdarah merah segar. Pasien juga
mengeluhkan sesak napas, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan sebanyak 8 kg dalam satu
bulan terakhir. Pasien pernah mengalami tuberkulosis paru tahun 2014. Pasien didagnosis sebagai tuberkulosis paru
kambuh. Terapi yang diberikan adalah terapi medikamentosa dan non medikamentosa.

Kata Kunci: faktor risiko, kambuh, tuberkulosis paru

Management of Relapsed Lung Tuberculosis Case of A 32 Years Old Woman in


Rajabasa

Abstract
In 2014, World Health Organization said, there were an estimated 9.6 million new cases of tuberculosis. The disease kills 1.5
million people. Almost 95% death case because of tuberculosis occurs in developing countries. India, China, and Indonesia
is the country with the most cases of tuberculosis globally. Indonesia ranked third with the discovery of as many as 324 539
cases of tuberculosis cases. In 2015, the total number of tuberculosis cases in the province of Lampung is 8,211 with most
cases in the city of Bandar Lampung is 1,871 cases. The case happens in Mrs. T, 32 years old, housewife, weight 54 kg,
2
height 158 cm (BMI 21 kg/m ), blood pressure 120/80 mmHg, complained of cough since ± 1 month ago. Thick yellow
phlegm cough, especially at night. Patients say ever had fresh red bloody cough two times. Patients also complain of
shortness of breath, night sweats, decreased appetite, and weight loss of 8 kg in the last 1 month. The patient had
experienced tuberculosis in 2014. The patient diagnosed as relapsed lung tuberculosis. The management of the patient are
given non medical and medical treatment.

Keywords: lung tuberculosis, relapse, risk factor

Korespondensi: Diah Anis Naomi, S.Ked, alamat Jl. Alam Lembayung no 12 BTN 2 Way Halim Permai, Bandar Lampung, HP
081382184613, e-mail diahanisnaomi.dan@gmail.com

Pendahuluan kuman TB. Daya penularan seorang pasien TB


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit ditentukan oleh banyaknya kuman yang keluar
menular yang disebabkan oleh kuman basil dari parunya. Semakin tinggi derajat positif
tahan asam (BTA) yaitu Mycobacterium hasil pemeriksaan dahaknya maka semakin
tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu menular. Kecepatan penyebaran TB meningkat
orang ke orang lain melalui udara. Sumber sesuai dengan peningkatan penyebaran Human
penularan adalah pasien TB dengan BTA positif. Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired
Pada waktu pasien batuk atau bersin, kuman Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan
tersebar ke udara dalam bentuk percikan munculnya kasus TB-MDR (multi drug resistent)
dahak. Umumnya penularan terjadi dalam yang kebal terhadap bermacam obat.1
ruangan dimana percikan dahak berada dalam Penyakit TB biasanya menyerang paru-
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi paru (TB paru), namun dapat juga menyerang
jumlah percikan dalam ruangan, sedangkan bagian tubuh yang lain (TB ekstra paru).
sinar matahari langsung dapat membunuh Tuberkulosis paru memiliki manifestasi klinis

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|20


Diah dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa

berupa batuk lama (≥2 minggu), batuk BTA positif atau negatif dengan lokasi anatomi
berdahak, batuk darah, nyeri dada, sesak di manapun. Pasien dengan riwayat
napas, keringat malam, penurunan berat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi
badan, dan hilang nafsu makan. Sedangkan TB beberapa kelompok yaitu kasus kambuh, kasus
ekstra paru memberikan gejala sesuai dengan gagal, dan kasus lalai. Kasus kambuh adalah
organ yang terkena infeksi TB.2 pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat
Menurut World Health Organization pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh
(WHO) pada tahun 2014, terdapat 9,6 juta jiwa atau pengobatan lengkap kemudian kembali
terjangkit penyakit TB dan 1,5 juta diantaranya lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
meninggal akibat penyakit tersebut. Hampir BTA positif atau biakan positif.2
95% kasus kematian akibat TB berada di negara Berdasarkan data WHO, pada tahun
berpendapatan menengah ke bawah. Sekitar 2014, terdapat TB Paru kambuh di Indonesia
75% pasien TB adalah kelompok usia produktif sebanyak 7.840 kasus, dengan 6.449 kasus
secara ekonomi yaitu usia 15-50 tahun. terkonfirmasi secara bakteriologis dan 1.391
Seorang pasien TB dewasa diperkirakan akan kasus didiagnosis klinis.6 Faktor yang
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4 bulan. mempengaruhi terjadinya TB kambuh/relaps
Hal ini berakibat pada kehilangan pendapatan antara lain adanya reinfeksi, jumlah basil
tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. sebagai penyebab infeksi cukup dengan
Selain merugikan secara ekonomi, TB juga virulensi yang tinggi, daya tahan tubuh
memberikan dampak buruk lainnya, misalnya menurun sehingga memungkinkan basil TB
dampak sosial yang berakibat pasien TB berkembangbiak menyebabkan timbulnya
dikucilkan oleh masyarakat.3 kembali penyakit TB, kebiasaan merokok dan
Pada tahun 2014, India, Cina, dan meminum alkohol, serta pengobatan TB yang
Indonesia adalah negara dengan kasus TB terlalu pendek.7
terbanyak secara global. Indonesia menempati Kejadian TB relaps adalah kejadian yang
urutan ketiga dengan ditemukannya kasus TB cukup sering pada penderita TB. Adanya
sebanyak 324.539 kasus. Insidensi TB di kejadian relaps ini dapat menimbulkan
Indonesia pada tahun 2014 adalah sekitar masalah baru karena meningkatkan
1.000 per 100.000 populasi. Insidensi ini lebih kemungkinan resistensi obat anti TB. Bahaya
besar dibandingkan insidensi TB pada tahun resistensi obat adalah penyakit TB dapat
2013, yaitu 403 per 100.000 populasi.4 Pada kembali dengan kuman yang lebih kuat
tahun 2015, jumlah seluruh kasus TB di sehingga lebih sulit diobati, biaya pengobatan
provinsi Lampung adalah 8.211 dengan kasus lebih mahal, dan tingkat keberhasilan
terbanyak berada di Kota Bandar Lampung pengobatan lebih rendah. Selain meningkatkan
yaitu 1.871 kasus.5 kemungkinan resistensi obat, TB kambuh
Pasien TB diklasifikasikan berdasarkan meningkatkan jumlah sumber penularan TB di
lokasi anatomi dari penyakit, riwayat masyarakat sehingga dapat menghambat
pengobatan sebelumnya, hasil konfirmasi tercapainya tujuan pengobatan dan
7
pemeriksaan bakteriologis dan klinis, hasil pengendalian TB.
pemeriksaan uji kepekaan obat, dan status HIV.
Klasifikasi pasien TB berdasarkan riwayat Kasus
pengobatan sebelumnya dibagi menjadi pasien Ny. T, 32 tahun, janda, seorang ibu
baru dan pasien dengan riwayat pengobatan rumah tangga, datang dengan keluhan batuk
sebelumnya. Pasien baru adalah pasien yang sejak ±1 bulan yang lalu. Batuk disertai dahak
belum pernah mendapatkan pengobatan TB berwarna kuning kental yang memberat pada
sebelumnya atau sudah pernah mendapatkan malam hari. Pasien mengatakan pernah dua
obat anti TB (OAT) kurang dari satu bulan, kali batuk disertai bercak darah berwarna
dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dan merah segar. Pasien juga mengeluhkan sesak
lokasi anatomi penyakit dimanapun. napas yang dirasakan terutama ketika batuk,
Sedangkan pasien dengan riwayat pengobatan berkeringat banyak pada malam hari,
sebelumnya adalah pasien yang sudah pernah penurunan nafsu makan yang diikuti dengan
mendapatkan pengobatan TB sebelumnya penurunan berat badan sebanyak 8 kg dalam
minimal selama satu bulan, dengan hasil dahak satu bulan terakhir dan lemah badan.

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|21


Diah, Pad, Muhammad dan Nina | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di
Wilayah Rajabasa

Pasien pernah mengalami keluhan pasien kembali bekerja sebagai pembantu


seperti ini sebelumnya pada tahun 2014. Suami rumah tangga di Tangerang. Pasien mengaku
pasien juga mengalami keluhan yang sama, pekerjaannya dirasakan sangat melelahkan.
didiagnosis TB paru sejak tahun 2013, Pasien bekerja lebih dari 12 jam setiap hari.
meninggal karena komplikasi tahun 2014. Pada Kurang lebih satu bulan sebelum berobat ke
tahun 2014, pasien mulai mengalami batuk Puskesmas di Rajabasa, pasien kembali
berdahak, sesak napas, keringat malam, dan mengalami batuk berdahak. Pasien tidak
penurunan nafsu makan. Pada tanggal 12 berobat karena menganggap hanya batuk
Agustus 2014, pasien berobat ke RS dan biasa. Pasien mengatakan dua minggu
dilakukan pemeriksaan rontgen serta kemudian keluhan batuk berdahak dirasakan
pemeriksaan dahak. Hasil dari pemeriksaan memberat dan kadang disertai sesak napas.
rontgen didapatkan adanya gambaran TB paru Pasien dua kali mengalami batuk disertai
aktif, sedangkan pada pemeriksaan dahak bercak darah berwarna merah segar. Pasien
didapatkan hasil BTA positif (+3). Pasien juga merasakan penurunan berat badan,
dinyatakan mengalami TB paru. Sejak saat itu, keringat dingin pada malam hari, dan lemah
dengan didampingi ibu pasien sebagai badan. Pasien memutuskan untuk berhenti
pengawas menelan obat (PMO), pasien rutin bekerja dan kembali ke Bandar Lampung. Pada
minum OAT kombinasi dosis tetap (KDT) 4 obat 19 Mei 2016 pasien berobat ke Puskesmas.
yang berisi Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Setelah dilakukan pemeriksaan dahak,
Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 mg. didapatkan hasil BTA positif (+2) sehingga
Selama 2 bulan pertama, pasien minum 4 pasien dinyatakan mengalami TB Paru kambuh.
tablet OAT KDT setiap hari. Pada tanggal 2 Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Oktober 2014, pasien menjalani pemeriksaan keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
dahak dan didapatkan hasil BTA negatif. Pasien komposmentis, tekanan darah 120/80 mmHg,
melanjutkan pengobatan TB selama 4 bulan nadi 84 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit,
dengan meminum OAT KDT 2 obat yang berisi suhu 37,0 °C, berat badan 54 kg, tinggi badan
Rifampisin 150 mg dan Isoniazid 150 mg 158 cm, Indeks Massa Tubuh (IMT) 21
sebanyak 4 tablet setiap 3 hari. Pada tanggal (normal). Mata, telinga, hidung, mulut, dan
20 Desember 2014, dahak pasien diperiksa dan tenggorokan dalam batas normal. Inspeksi,
hasilnya adalah BTA negatif. Setelah selesai palpasi, dan perkusi thoraks dalam batas
pengobatan selama 6 bulan, pada 20 Januari normal. Auskultasi kedua thoraks anterior dan
2015, pasien menjalani pemeriksaan dahak posterior terdapat rhonki. Jantung, abdomen,
dengan hasil BTA negatif dan pasien dan kelenjar getah bening dalam batas normal.
dinyatakan sembuh. Kedua ekstremitas superior dan inferior dalam
Kurang lebih tiga bulan setelah batas normal dimana fungsi motorik dan
dinyatakan sembuh, untuk memenuhi sensorik masih baik.
kebutuhan ekonomi keluarganya, pasien Pasien mendapatkan terapi OAT KDT 4
bekerja sebagai pengupas udang di salah satu obat sebanyak 3 tablet dan mendapat injeksi
perusahaan tambak udang di Tulang Bawang, streptomisin 750 mg intramuskular setiap hari
Lampung. Menurut cerita pasien, ada teman sejak 20 Mei 2016.
kerjanya yang batuk lama. Pasien tidak tahu
pasti penyakit temannya dan merasa temannya Pembahasan
hanya sakit batuk biasa. Pasien sering Pada kasus ini membahas tentang
mengobrol dengan temannya tersebut tanpa masalah kesehatan pada pasien Ny. T, usia 32
menggunakan masker. Lima bulan kemudian tahun yang berdasarkan anamnesis,
pasien mengalami keluhan batuk berdahak pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
yang tidak sembuh-sembuh. Pasien merasa penunjang yang telah dilakukan, didiagnosis TB
badannya mudah lelah dan nafsu makannya paru kambuh/relaps. Pada anamnesis
menurun. Pasien memutuskan berhenti dari didapatkan keluhan pasien berupa batuk
pekerjaannya sebagai pengupas udang dan berdahak berwarna kuning kental sejak ±1
kembali ke rumah. bulan yang lalu, batuk berdarah, sesak napas
Setelah kurang lebih dua bulan yang memberat ketika batuk, berkeringat
beristirahat di rumah dan merasa sembuh, banyak pada malam hari, penurunan nafsu

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|22


Diah dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa

makan yang diikuti dengan penurunan berat Pasien menceritakan pekerjaannya


badan sebanyak 8 kg dalam satu bulan sebagai pramuwisma sangat melelahkan dan
terakhir, dan lemah badan. Pasien pernah jam istirahat yang kurang. Kurang tidur dapat
mengalami keluhan seperti ini sebelumnya melemahkan daya tahan tubuh karena darah
pada tahun 2014 dan didiagnosis TB paru mengalami penurunan sel imun yaitu Natural
setelah dilakukan pemeriksaan rontgen dada Killer Cell (NKC). Natural Killer Cell adalah
dan pemeriksaan dahak. bagian sistem imun tubuh, jika kadarnya
Gejala utama pasien TB paru adalah menurun dapat melemahkan imunitas
batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. sehingga rentan terhadap penyakit. Daya tahan
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan tubuh menurun mengakibatkan basil TB dapat
berupa dahak bercampur darah, sesak nafas, berkembangbiak dan menimbulkan penyakit
badan lemas, penurunan nafsu makan, TB lagi.10
penurunan berat badan, berkeringat pada Daya tahan tubuh juga dipengaruhi oleh
malam hari tanpa kegiatan fisik, serta demam status gizi. Pasien memiliki status gizi normal.
meriang lebih dari satu bulan. Sedangkan Pada penelitian yang dilakukan oleh Sianturi
definisi TB paru kambuh adalah pasien TB yang (2014)10, didapatkan hasil bahwa jumlah
sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB responden yang mengalami TB paru kambuh
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lebih banyak pada responden yang memiliki
lengkap kemudian kembali lagi berobat dengan status gizi kurang disbanding responden yang
hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau memiliki status gizi normal. Status gizi kurang
biakan positif.2 mengakibatkan daya tahan tubuh menurun
Faktor yang mempengaruhi terjadinya sehingga tubuh menjadi lebih peka terhadap
TB kambuh/relaps antara lain adanya reinfeksi, infeksi.11
jumlah basil sebagai penyebab infeksi cukup Berdasarkan aspek psikososial keluarga,
dengan virulensi yang tinggi, daya tahan tubuh diketahui bahwa keadaan ekonomi keluarga
menurun sehingga memungkinkan basil TB kurang. Individu dengan status ekonomi yang
berkembangbiak menyebabkan timbulnya rendah memiliki risiko status gizi yang kurang
kembali penyakit TB, perilaku kebiasaan sehingga mempengaruhi sistem imun,
merokok dan meminum alkohol, pengobatan lingkungan rumah yang padat penduduk,
TB yang terlalu pendek, dan kemungkinan rumah dengan ventilasi yang kurang,
resistensi obat.8 kelembaban rumah yang tinggi, dan polusi
Dari anamnesis didapatkan informasi udara di dalam ruangan, sehingga memiliki
bahwa ada kontak yang lama antara pasien risiko yang lebih besar untuk terinfeksi TB.12
dengan temannya yang mengalami batuk lama. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang
Pasien tidak tahu pasti tentang penyakit dilakukan oleh Triman (2002)8, yang mendapat
temannya tersebut. Pasien menganggap hanya hasil bahwa tidak ada hubungan sosial
batuk biasa. Batuk lama (≥2 minggu) adalah ekonomi dengan kekambuhan TB paru karena
salah satu gejala respiratori dari TB paru.2 status ekonomi bukan merupakan penyebab
Adanya kontak dengan pasien TB paru menjadi langsung terjadinya TB paru.
faktor penting terjadinya penularan TB paru. Lingkungan tempat tinggal pasien yang
Kuman TB menyebar melalui droplet nuclei padat dan keadaan rumah pasien yang lembab
saat pasien TB berbicara, batuk, atau bersin. serta kurang penerangan dari cahaya matahari
Penularan ini memungkinkan terjadi juga menjadi risiko terhadap penyakit TB yang
kekambuhan pada pasien TB yang telah diderita pasien. Ventilasi bermanfaat untuk
sembuh. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menjaga udara di dalam ruangan agar tidak
dilakukan oleh Gitawati (2002)9, bahwa lembab. Kurangnya ventilasi akan
sebagian besar respondennya diketahui menyebabkan kadar oksigen kurang, kadar
memiliki riwayat tinggal serumah dengan karbondioksida bertambah, suhu ruangan naik,
pasien TB paru atau minimal dalam setahun dan kelembaban ruangan meningkat.12
sebelumnya ada anggota keluarga serumah Kelembaban yang tinggi dapat meningkatkan
yang pernah sakit TB paru. Penelitian ini jumlah kuman tuberkulosis. Untuk
membuktikan bahwa kontak dengan pasien TB menurunkan kelembaban ruangan, cahaya
dapat menjadi faktor penularan TB paru. matahari yang masuk ke dalam rumah harus

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|23


Diah, Pad, Muhammad dan Nina | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di
Wilayah Rajabasa

cukup. Cahaya matahari dapat membunuh apabila minimal satu dari pemeriksaan dahak
bakteri-bakteri patogen, salah satunya adalah SPS memiliki hasil BTA positif.14
Mycobacterium tuberculosis.13 Penelitian Pasien ini didiagnosis TB paru
Rosiana (2013)12, menunjukkan bahwa kambuh/relaps. TB diklasifikasikan berdasarkan
responden yang intensitas pencahayaan di lokasi anatomi dari penyakit, riwayat
rumah tidak memenuhi syarat, yaitu luas pengobatan sebelumnya, hasil konfirmasi
penghawaan/ventilasi yang permanen minimal pemeriksaan bakteriologis dan klinis, hasil uji
10% luas lantai, memiliki risiko 3,9 kali lebih kepekaan pada OAT, dan status HIV.
besar menderita TB daripada responden yang Berdasarkan lokasi anatomi penyakit, TB
intensitas pencahayaannya memenuhi syarat. diklasifikasikan menjadi TB paru dan TB esktra
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan hasil paru. Tuberkulosis paru adalah TB yang terjadi
berupa keadaan umum tampak sakit ringan, pada parenkim (jaringan) paru, sedangkan TB
kesadaran compos mentis, tekanan darah ekstra paru adalah TB yang menyerang organ
120/80 mmHg, nadi 84x/menit, frekuensi nafas selain paru, misalnya pleura, kelenjar getah
20 x/menit, suhu 37 oC, dan status gizi normal bening, selaput otak, tulang, sendi, kulit, usus,
dengan IMT 21. Pada pemeriksaan thoraks ginjal, saluran kencing, dan alat kelamin.2
untuk paru-paru, didapatkan hasil pada Klasifikasi pasien TB berdasarkan riwayat
inspeksi berupa pergerakan kedua hemithoraks pengobatan sebelumnya dibagi menjadi pasien
simetris, pada palpasi terdapat fremitus taktil baru dan pasien dengan riwayat pengobatan
simetris normal, pada perkusi terdapat sonor sebelumnya. Pasien baru adalah pasien yang
pada seluruh lapangan paru, serta pada belum pernah mendapatkan pengobatan TB
auskultasi kedua hemithoraks terdapat suara sebelumnya atau sudah pernah mendapatkan
nafas vesikuler dan rhonki, serta tidak OAT kurang dari satu bulan, dengan hasil dahak
ditemukan wheezing. Hasil pemeriksaan fisik BTA positif atau negatif dan lokasi anatomi
untuk regio dan organ lain dalam batas normal. penyakit di manapun. Sedangkan pasien
Hasil pemeriksaan fisik untuk penderita dengan riwayat pengobatan sebelumnya
TB berkaitan dengan organ yang terlibat. adalah pasien yang sudah pernah
Pasien dengan TB paru dapat memiliki suara mendapatkan pengobatan TB sebelumnya
nafas abnormal, khususnya pada bagian lobus minimal selama satu bulan, dengan hasil dahak
atas atau daerah yang terlibat. Suara nafas BTA positif atau negatif dengan lokasi anatomi
bronkhial atau rhonki dapat ditemukan pada dimanapun. Pasien dengan riwayat
pemeriksaan fisik thoraks.2 pengobatan sebelumnya dibagi menjadi
Pada pemeriksaan laboratorium, telah beberapa kelompok yaitu kasus kambuh, kasus
dilakukan pemeriksaan dahak di laboratorium gagal, dan kasus lalai. Kasus kambuh adalah
Puskesmas di Rajabasa pada tanggal 19 Mei pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat
2016 dengan hasil BTA positif (+2). pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh
Sebelumnya, pada tanggal 12 Agustus 2014, atau pengobatan lengkap kemudian kembali
pasien menjalani pemeriksaan dahak untuk lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
pertama kali dan didapatkan hasil BTA positif BTA positif atau biakan positif.2
(+3). Setelah menjalani pengobatan TB selama OAT adalah komponen terpenting dalam
6 bulan, pasien memeriksakan dahaknya dan pengobatan TB. Semua pasien TB yang belum
didapatkan hasil BTA negatif. pernah menjalani pengobatan sebelumnya dan
Pemeriksaan dahak pada pasien diduga tidak memiliki faktor risiko lain untuk resisten
TB berfungsi untuk menegakkan diagnosis, obat sebaiknya mendapatkan pengobatan lini
sedangkan pada pasien yang sudah didiagnosis pertama yang direkomendasikan oleh WHO.
TB, pemeriksaan dahak berfungsi untuk Tahap awal (intensif) selama dua bulan
menentukan potensi penularan dan menilai meliputi pengobatan dengan Isoniazid (H),
keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan dahak Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), dan Etambutol
untuk penegakkan diagnosis dilakukan dengan (E). Tahap lanjutan meliputi pengobatan
mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dengan Isoniazid dan Rifampisin selama empat
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang bulan. Regimen yang mengandung Rifampisin
berurutan berupa dahak sewaktu-pagi-sewaktu merupakan kemoterapi antituberkulosis utama
(SPS). Pasien ditetapkan sebagai pasien TB dan sangat efektif untuk mengobati TB yang

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|24


Diah dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis adalah sekitar pada akhir minggu ke-5
yang rentan terhadap pengobatan. Durasi pengobatan tahap intensif. Periode waktu yang
minimal pengobatan adalah selama enam dibutuhkan bervariasi, namun pada pasien
bulan. Pengobatan kurang dari enam bulan dengan respon pengobatan yang baik akan
memiliki kemungkinan relaps yang tinggi.2 Hal mengalami konversi sputum sebelum akhir
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan bulan ketiga pengobatan. Sekitar 80% pasien
Sianturi (2014)10, bahwa pasien TB yang tidak TB Paru dengan hasil BTA positif akan
teratur mengonsumsi obat akan berpeluang mendapatkan hasil BTA negatif setelah
9,4 kali mengalami kekambuhan TB paru pengobatan tahap intensif selesai. Pasien
dibandingkan dengan pasien yang teratur dengan hasil BTA tetap positif setelah
minum obat. pengobatan tahap intensif selesai
Pada pasien dengan riwayat pengobatan membutuhkan perhatian khusus. Hasil BTA
lini pertama, pengobatan sebaiknya positif tersebut akan menimbulkan penilaian
berdasarkan hasi uji kepekaan secara terhadap kepatuhan pasien dan reevaluasi
individual. Selama menunggu hasil uji untuk menentukan adanya kondisi komorbid,
kepekaan, diberikan paduan obat Isoniazid, seperti infeksi HIV atau bentuk imunosupresi
Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, dan lain, dan diabetes melitus. Pasien TB dengan
Streptomisin selama dua bulan tahap intensif, sputum non-konversi memiliki hubungan
dilanjutkan dengan satu bulan pemberian dengan infeksi strain resisten terhadap
Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan pengobatan atau strain yang awalnya rentan
Etambutol, dan lima bulan dengan pemberian terhadap pengobatan namun menjadi resisten
Isoniazid, Rifampisin, dan Etambutol. Pada melalui pengobatan yang tidak benar, baik
pasien ini, dengan TB Paru kambuh, diberikan pada pasien dengan kasus baru maupun yang
pengobatan OAT kategori 2. OAT kategori 2 sudah pernah diobati sebelumnya. Pasien
yaitu 2HRZES/HRZE/5HRE, disediakan dalam dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT- masih infeksius untuk orang-orang yang
KDT). Tablet OAT ini terdiri dari kombinasi 2 berkontak dekat dengan pasien. Sehingga
atau 4 jenis obat dalam satu tablet dengan diperlukan kewaspadaan mengenai kontrol
dosis disesuaikan dengan berat badan pasien. infeksi untuk meminimalisir penyebaran infeksi
OAT kategori 2 diberikan untuk pasien dengan selama periode ini.14 Sehingga
riwayat pengobatan TB lini pertama. Dosis penatalaksanaan untuk pasien ini selain
pemberian OAT berdasarkan dari berat badan penatalaksanaan farmakologis dari puskesmas,
pasien. Berat badan pada pasien ini adalah 54 juga diperlukan penatalaksanaan non-
kg. Untuk berat badan 38-54 kg, diberikan farmakologis berupa edukasi kepada pasien
injeksi Streptomisin 750 mg dan 3 tablet OAT- dan keluarga pasien.
4KDT yang berisi Rifampisin 150 mg, Isoniazid Edukasi merupakan salah satu cara
75 mg, Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 promosi kesehatan berupa pemberian
mg untuk tahap intensif.2 informasi-informasi kesehatan dengan tujuan
Pemantauan kemajuan dan hasil tercapainya perubahan perilaku. Dengan
pengobatan TB pada orang dewasa pengetahuan yang diperoleh akan
dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak menimbulkan kesadaran pada individu, dan
secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak secara akhirnya akan menyebabkan individu
mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan perperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
pemeriksaan radiologis dalam memantau dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku
kemajuan pengobatan. Pemeriksaan dahak dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi
dilakukan dengan memeriksa dua contoh uji perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng
dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan karena didasari oleh kesadaran mereka
dinyatakan negatif bila kedua contoh uji dahak sendiri.15 Edukasi yang diberikan kepada pasien
tersebut negatif. Bila salah satu atau kedua dan keluarganya disampaikan dengan
contoh uji positif, maka hasil pemeriksaan menggunakan media leaflet. Leaflet
dahak tersebut dinyatakan positif.2 merupakan salah satu alat peraga sederhana
Rata-rata waktu yang dibutukan untuk untuk promosi kesehatan yang sesuai untuk
terjadinya konversi BTA positif menjadi negatif tingkat rumah tangga.16

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|25


Diah, Pad, Muhammad dan Nina | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di
Wilayah Rajabasa

Edukasi yang diberikan kepada pasien berkembang biak menyebabkan timbulnya


dan keluarganya adalah berupa informasi kembali penyakit TB, perilaku kebiasaan
tentang penyakit TB paru, termasuk definisi, merokok dan meminum alkohol, serta
gejala klinis, penularan, pengobatan dan pengobatan TB yang terlalu pendek, gejala
pencegahannya. Terdapat beberapa faktor klinis, penularan, dan pengobatan, serta
yang termasuk dalam pencegahan penularan diberikan motivasi supaya tidak putus obat.
TB paru yang diedukasikan kepada pasien dan Pada kunjungan ketiga ini diketahui
keluarganya, salah satunya adalah memakai keluhan pasien semakin berkurang, nafsu
masker untuk pasien. Masker memberikan makan membaik meskipun masih belum
kontrol infeksi yang signifikan apabila pasien kembali seperti sebelum sakit. Pasien
memiliki kepatuhan yang baik untuk meminum obat secara teratur dan sesuai
memakainya.12 anjuran dokter. Perubahan perilaku juga sudah
Pada pasien, dilakukan kunjungan rumah tampak, seperti pasien memakai masker, dan
untuk dilakukan anamnesis yang mendalam jendela-jendela ruangan di dalam rumah
mengenai keadaan pasien, keluarga dan dibuka sehingga cahaya matahari masuk ke
perilaku/keadaan yang dapat menjadi faktor dalam rumah. Pada pembinaan ketiga ini selain
risiko terjadinya TB paru khususnya kasus melakukan evaluasi terhadap intervensi yang
kambuh pada pasien, pembinaan keluarga, dan telah dilakukan, juga dilakukan motivasi
penilaian terhadap keadaan rumah pasien. kembali agar pasien tetap semangat untuk
Hasil wawancara dengan pasien dan keluarga, menjalani pengobatan.
dapat disimpulkan bahwa pasien dan keluarga
belum banyak mengetahui mengenai penyakit Simpulan
TB paru kambuh, kemudian kepada pasien dan Diagnosis tuberkulosis paru kambuh
keluarga dijelaskan secara singkat bahwa pada kasus ini sudah sesuai dengan beberapa
penyakit TB paru dapat kambuh, TB paru teori dan telaah kritis dari penelitian terkini.
kambuh dapat menular yang penularannya Pada pasien terdapat beberapa faktor risiko
melalui udara, dijelaskan juga secara singkat terjadinya kekambuhan TB paru yaitu ada
tentang pengobatan TB paru kambuh bahwa kontak yang lama antara pasien dengan
pengobatan akan dilakukan selama 8 bulan, temannya yang mengalami batuk lama dan
dimana selama 2 bulan intensif pasien daya tahan tubuh pasien menurun. Tatalaksana
mendapat injeksi Streptomisin intramuskular pada pasien ini sudah sesuai dengan pedoman
setiap hari, tidak boleh terputus, begitu juga diagnosis dan penatalaksanaan TB paru
dengan obat oral yang harus dikonsumsi sesuai kambuh oleh Perhimpunan Dokter Paru
dengan petunjuk dokter, serta dijelaskan Indonesia (PDPI).
bahwa tindakan pencegahan penularan yang
paling mudah adalah pasien menggunakan Daftar Pustaka
masker dan menjaga agar keadaan rumah tidak 1. Departemen Kesehatan Republik
lembab. Indonesia. Pedoman nasional TB.
Pada kunjungan rumah yang kedua, dari Jakarta: Depkes RI; 2014.
anamnesis yang dilakukan, diketahui bahwa 2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
keluhan pasien sudah berkurang. Pasien juga Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
sudah mengonsumsi OAT sesuai petunjuk TB di Indonesia. Jakarta: PDPI; 2011.
dokter namun tindakan pecegahan penularan 3. World Health Organization. Global
masih belum dilakukan dengan maksimal. Pada tuberculosis report 2015 [internet].
kesempatan ini dilakukan intervensi berupa Geneva: WHO Press; 2015 [diakses
edukasi dengan media leaflet berisi tentang TB tanggal 25 Agustus 2016]. Tersedia dari:
paru kambuh. Edukasi yang diberikan http://www.who.int/tb/publications/glo
mencakup pengertian TB paru dan TB paru bal_report/en/.
kambuh, faktor risiko terjadinya TB paru 4. Departemen Kesehatan Republik
kambuh yaitu adanya reinfeksi, jumlah basil Indonesia. Profil kesehatan Indonesia
sebagai penyebab infeksi cukup dengan 2014 [internet]. Jakarta: Depkes RI; 2015
virulensi yang tinggi, daya tahan tubuh [diakses tanggal 24 Agustus 2016].
menurun sehingga memungkinkan basil TB Tersedia dari:

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|26


Diah dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa

http://www.depkes.go.id/resources/do puskesmas di DKI Jakarta 1996-1999.


wnload/pusdatin/profil-kesehatan- Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran; 2002.
indonesia/profil-kesehatan-indonesia- 10. Sianturi R. Analisis faktor yang
2014.pdf. berhubungan dengan kekambuhan TB
5. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Paru. UJPH. 2014; 3(1):1-10.
Laporan pengendalian penyakit dan 11. Narasimhan P, Wood J, Raina C,
penyehatan lingkungan tahun 2014 MacIntyre, Mathai D. Risk factors for
[internet]. Bandar Lampung: Dinkes Kota tuberculosis. India: Pulmonary Medicine;
Bandar Lampung; 2014 [diakses tanggal 2013.
24 Agustus 2016]. Tersedia dari: 12. Rosiana AM. Hubungan antara kondisi
http://dinkes.lampungprov.go.id/profil- fisik rumah dengan kejadian tuberkulosis
kesehatan-provinsi-lampung-tahun- paru. UJPH. 2013; 2(1):1-9.
2014/. 13. Herchline TE. Tuberculosis clinical
6. World Health Organization. Tuberculosis presentation [internet]. USA: Medscape;
profile-Indonesia 2014 [internet]. 2015 [diperbarui 2015 Oktober 22;
Geneva: WHO; 2015 [diakses tanggal 24 diakses tanggal 24 Agustus 2016].
Agustus 2016]. Tersedia dari: Tersedia dari:
https://extranet.who.int/sree/Reports?o http://emedicine.medscape.com/article/
p=Replet&name=%2FWHO_HQ_Reports 230802-clinical.
%2FG2%2FPROD%2FEXT%2FTBCountryP 14. Parikh R, Nataraj G, Kanade S, Khatri V,
rofile&ISO2=ID&LAN=EN&outtype=html. Mehta P. Time to sputum conversion in
7. Alfian U. Tuberkulosis. Jakarta: Penerbit smear positive pulmonary TB patients on
Binarupa Aksara; 2005. category I DOTS and factors delaying it. J
8. Triman D. Faktor-faktor yang Assoc Physicians India. 2012; 60:22-6.
mempengaruhi kekambuhan 15. Notoatmodjo S. Ilmu perilaku kesehatan.
tuberkulosis paru strategi DOTS di Jakarta: PT Rineka Cipta; 2010.
puskesmas dan BP4 di Surakarta dan 16. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan
wilayah sekitarnya [Tesis]. Semarang: ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta;
Universitas Diponegoro; 2002. 2012.
9. Gitawati R, Sukasediati N. Studi kasus
pengobatan tuberkulosis paru di 10

J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|27

Anda mungkin juga menyukai