Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
B. POSBINDU
1. Definisi, Sasaran dan Pelaku Kegiatan
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) menurut Depkes RI (2002) adalah pusat
bimbingan pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapai
masyarakat yang sehat dan sejahtera
Posbindu adalah suatu bentuk pelayanan untuk mendeteksi dan mengendalikan
secara dini keberadaan faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) yang melibatkan
peran serta masyarakat melalui upaya promotif dan preventif. PTM tertentu yg
dikendalikan dalam pelayanan posbindu adalah Hipertensi, penyakit jantung koroner,
Diabetes, kanker, Penyakit paru obstruktif kronis, osteoporosis, asam urat, asma, stroke,
obesitas (kegemukan), batu ginjal, serta gangguan akibat kecelakaan dan tindak
kekerasan.
Sasaran posbindu PTM adalah seluruh masyarakat baik laki-laki atau perempuan
usia diatas 15 tahun yang memiliki atau tidak memilki faktor resiko, masyarakat yang
sehat dan penyandang PTM. Di puskesmas I Cilongok, telah berjalan 5 POSBINDU
(Desa Panembangan, Karang Lo, Karang Tengah, Cikidang dan Gunung Lurah) yang
telah memiliki jadwal tetap setiap bulannya.
Posbindu dibentuk oleh masyarakat bersama organisasi profesi, institusi pemerintah
atau swasta, atau lembaga swadaya masyarakat. Posbindu dilaksanakan berdasar pada
azas gotong royong untuk sehat dan sejahtera, yang diorganisir oleh ketua, dibantu
sekretaris dan bendahara serta kader kesehatan yang bersedia menyelenggarakan
posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan
pemantauan faktor risiko PTM di masing - masing kelompok atau organisasinya.
Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan
mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM. Pada teknis
pelaksanaannya, Posbindu di Puskesmas I Cilongok terdapat 6 meja yaitu:
- Meja 1 untuk pendaftaran
- Meja 2 untuk pengukuran BB, TB serta IMT
- Meja 3 untuk pemeriksaan (tekanan darah, gula darah, Hb, asam urat, kolesterol
dll). Pemeriksaan laboratorium sederhana seperti gula darah, kolesterol, asam urat
dilakukan setiap 1 bulan bagi penderita, setiap 3 bulan bagi peserta yang berisiko,
sedangkan bagi peserta lainnya dilakukan setiap 6 bulan;
- Meja 4 untuk konseling kesehatan, gizi dan kesejahteraan;
- Meja 5 untuk informasi dan kegiatan sosial.
- Meja 6 untuk pengobatan sederhana.
Alur tidak lanjut dan rujukan kegiatan Posbindu :
D. Diabetes Mellitus
1. Definisi dan Etiologi
Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolic yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan
produksi glukosa hepatic dan di jaringan perifer (otot dan lemak); sekresi insulin oleh
sel beta pancreas atau keduanya. (American Diabetes Association (ADA), 2010)
Pada resistensi insulin, sel beta langerhans masih bias mengkompensasi dengan
meningkatkan sekresi insulin sehingga terjadi hiperinsulinemia. Makin lama sel beta
langerhans menurun kerjanya sehingga produksi insulin menurun sehingga terjadi
hiperglikemia awal. Ketika produksi insulin semakin menurun menyebabkan glukosa
puasa meningkat karena hepar memecah glukosa sehingga terjadi hiperglikemia fase
lanjut yang memperberat gangguan sekresi insulin. Pada tahap ini, terjadi
glukotoksisitas dan Lipotoksisitas karena resistensi insulin juga peningkatan lipolisis.
2. Epidemiologi
Pada tahun 2013, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 8,5 juta
orang dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional).
Tetapi kurang dari setengah dari mereka yang menyadari kondisinya. Jadi pada
umumnya diabetes merupakan penyakit yang banyak menyerang orang Indonesia.
Pada tahun 2011, orang dewasa yang mengidap diabetes di Asia Tenggara
diperkirakan mencapai 71,4 juta jiwa atau sekitar 8,3% dari total populasi dewasa di
wilayah ini. Dengan kondisi seperti ini, seharusnya deteksi dini bagi para penderita
diabetes perlu dilakukan secara terintegrasi.
3. Faktor Resiko dan Komplikasi
Menurut Zahtamal, Fifi Chandra, Suyanto, dan Tuti Restuastuti (2007) serta Depkes
RI (2008), faktor-faktor risiko DM dibagi menjadi factor risiko yang dapat dimodifikasi
dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain:
a. Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
b. Usia
Risiko untuk menderita prediabetes meningkat seiring meningkatnya usia
c. Riwayat pernah menderita diabetes gestasional dan melahirkan bayi dengan berat
badan≥4,5 kg
d. Riwayat BBL rendah, <2500 gr
e. Etnis
Sedangkan factor risiko yang dapat dimodifikasi adalah sebagai berikut:
a. Berat badan lebih yaitu BB > 120% BB idamanatau IMT > 23 kg/m 2 dan rasio
lingkar pinggang-pinggul untuk laki-laki 0,9 dan perempuan 0,8.
b. Kurang aktivitas fisik
c. Hipertensi (≥140/90 mmHg pada dewasa)
d. Dislipidemia, yaitu Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl
e. Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular
f. Diet yang tidak sehat, yaitu tinggi gula dan rendah serat
g. Orang dengan IFG (impaired fasting glucose) dan IGT (impaired glucose tolerance)
h. Kepribadian tipe A
i. Pengetahuan yang kurang baik tentang penyakit DM
Gambar 2.3 Terjadinya Progesifitas dari Resistensi Insulin pada Diabetes Melitus tipe 2
5. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan Diabetes Melitus terkenal dengan 4 pilar DM, yaitu;
- Edukasi
Dibutuhkan kerjasama anatara dokter, perawat, pasien dan educator. Disini
pasien diberikan pengertian dan penjelasan tentang penyakit, terapi, gaya hidup dan
lain – lain.
- Pengaturan diet/makan
Pengaturan makanan disini dilihat dari jumlah, jenis, jadwal sehingga perlu
konsultasi dengan ahli gizi dalam menyusun menu.
Kebutuhan kalori orang berbaring di rumah sakit dan orang yang
bekerja/olahraga sangat berbeda. Pengertian diet yang salah adalah mengurangi
makanan, padahal sebenarnya diet pada penderita DM harus disesuaikan dengan
kebutuhan penderita sesuai dengan umur, berat badan, aktifitas fisik, penyakit-
penyakit yang ada, kehamilan dan lain – lain.
Kebutuhan kalori basal 25 – 30 kal/kg BB; pemberian takaran makanan kepada
penderita diabetes mellitus terutama ditujukan agar berat badan tetap ideal,
sehingga kebutuhan kalori basal bisa ditambah atau dikurangi sesuai dengan
aktifitas dan keadaan penderita . Untuk orang berusia lanjut , jumlah kalori bisa
dikurangi 5 – 20 %. Untuk penderita-penderita kegemukan, kalori yang diperlukan
harus dikurangi 20 % – 30 % . Sedang untuk penderita yang kurus, kalori basal
harus ditambah 20% – 30 %.
Untuk menentukan kebutuhan kalori tiap penderita diabetes secara tepat,
memang diperlukan perhitungan dan waktu agak lama , sehingga ia perlu tinggal di
rumah sakit atau klinik untuk mempermudah penentuan diet standar.