PENDAHULUAN
1
Perjalanan dari penyakit dermatitis numularis secara teori tidak dapat
dijelaskan secara lengkap. Beberapa penelitian mengatakan adanya peran mikroba
dan tidak berhubungan dengan alergi atau atopi. dermatitis numularis didasarkan
pada gambaran klinis dan efloresensi seperti makula eritematosa eksudatif,
bentuknya numular hingga plakat, terkdang hiperpigmentasi, likenifikasi berbatas
tegas sebesar uang logam.2,4,6
Penatalaksanaannya dengan mencari penyebab atau faktor yang
memprovokasi. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat anti inflamasi. Jika
ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik. Kortikosteroid
sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter dalam jangka
pendek. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin H1. Untuk area yang sangat
luas, fototerapi dengan broad atau narrow band ultraviolet B dapat bermanfaat.2-6
2
BAB II
STATUS PASIEN
3
lipatan-lipatan kulit. Tidak ada riwayat gatal setelah mengkonsumsi makanan
tertentu. Tidak ada riwayat digigit serangga.
4
Kepala :
Mata : anemis (-), sklera ikterik (-), kelainan kulit (-)
Hidung : sekret (-), deviasi (-)
Telinga : nyeri tekan tragus (-), kelainan kulit (-)
Mulut : sianosis (-), pucat (-), kelainan kulit (-)
Tenggorokan : pembesaran tonsil (-)
Leher : pembesaran KGB (-), kelainan kulit (-)
Thoraks
Paru : vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas superior : akral hangat, edema (-)
Ekstremitas inferior : akral hangat, edema (-)
Kulit : lihat status dermatologis
5
2.3 Status Dermatologis
6
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
1. Dermatitis Numularis
2. Tinea Manum
3. Psoriasis Vulgaris
2.7 Penatalaksanaan
Non Farmakologis
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya dengan
memberikan penjelasan seperti :
1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
2. Menjelaskan bahwa penyakit pasien akan membutuhkan waktu yang
cukup lama dalam pengobatan dan untuk sembuh, sehingga pasien
harus bersabar dan menjalani pengobatan, selain itu harus makan obat
dan kontrol ulang secara teratur.
3. Menghindari garukan apabila gatal, karena garukan dapat
menyebabkan luka yang dapat menimbulkan infeksi dan memperberat
penyakit.
4. Memotong kuku yang panjang.
5. Menggunakan pakaian berbahan lembut untuk mengurangi iritasi pada
kulit.
6. Manajemen stress dengan baik.
7
Farmakologis
1. Sistemik:
Difenhidramine tablet dosis 3 x 25 mg
Metilprednisolon tablet dosis 3 x 4 mg
2. Topikal:
Salap Betamethasone dipropionate 0,05% dioleskan sesuai FTU
pada permukaan kulit yang gatal 2 kali sehari
2.8 Prognosis
Quo Ad vitam : Ad Bonam
Quo Ad functionam : Ad Bonam
Quo Ad sanationam : Ad Bonam
8
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, Ny. S usia 67 tahun, datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUD Raden Mattaher tanggal 25 April 2017 dengan keluhan sejak ± 7
bulan ini, pasien mengeluh bercak merah kehitaman yang gatal di tungkai bawah
kaki kiri tepat di pergelanggan kaki timbul kembali, semakin meluas, bercak juga
muncul di tungkai bawah kaki kiri di bawah lutut, berwarna lebih gelap dari
sebelumnya, lama kelamaan pasien merasakan kulit di kedua punggung kakinya
semakin lama semakin terasa menebal, kering dan kasar, seperti kulit kayu dan
terasa sangat gatal sehingga pasien menggaruknya hingga kulitnya terkelupas.
Keluhan tidak disertai dengan nyeri dan rasa panas. Menurut pasien, keluhannya
yang terakhir muncul karena dalam ± 7 bulan terakhir pasien terlalu banyak
pikiran, gampang emosi karena suami pasien sudah meninggal dunia, pasien
mengaku susah tidur, gatal tidak bertambah pada saat pasien berkeringat. Gatal
tidak menyebar ke tempat lain seperti di lipatan-lipatan kulit. Pasien mengatakan
pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya (± 5 tahun yang lalu dan hilang
timbul). Tidak ada riwayat gatal setelah mengkonsumsi makanan tertentu. Tidak
ada riwayat digigit serangga.
Berdasarkan teori dan gejala dan lesi yang ditemukan pada pasien ini
mengarah pada diagnosis Neurodermatitis/Liken Simpleks Kronis dan
Dermatitis Numularis.
9
Dari anamnesis didapatkan keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu
hitungan minggu sampai bertahun-tahun. Keluhan utama ialah gatal berulang dan
pasien akan mengeluh gatal yang hilang timbul terutama saat sore hari. Rasa gatal
memang tidak terus menerus, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk.
Penderita merasa enak bila digaruk, setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk
sementara (karena diganti dengan rasa nyeri). Gatal juga dapat bertambah pada
saat pasien mengalami stress psikologis. Keluhan gatalnya sangat dirasakan
seiring bertambahnya usia dan faktor pemicu stressnya. Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi akibat digaruk. Letak lesi dapat
timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp, tengkuk,
samping leher, lengan bagian ekstensor, punggung tangan, pubis, vulva, skrotum,
perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki
bagian depan, dan punggung kaki. Faktor psikologi pada penderita cenderung
mendorong sensasi pruritus, mengarahkan untuk menggaruk yang dapat menjadi
reflex dan kebiasaan. Interaksi di antara lesi primer, faktor psikis, dan intensitas
pruritus mempengaruhi tingkat dan keparahan dari neurodermatitis sirkumskripta.
Dan untuk dermatitis numularis sesuai teori adalah keluhan utamanya sangat
gatal, kadang disertai nyeri. Dermatitis numular cenderung hilang timbul, ada pula
yang terus menerus kecuali dalam periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan
umumnya timbul pada tempat semula. Gambaran klinis dipengaruhi oleh jumlah
lesi biasanya hanya dapat satu, dapat pula banyak, bilateral, dengan ukuran
bervariasi. Letak lesi biasanya terdapat di badan, bokong, bahu, tungkai bawah,
punggung kaki, lengan, punggung tangan, termasuk bagian ekstensor ekstremitas.
Pada wanita banyak di area punggung tangan. Penyebabnya tidak diketahui,
banyak faktor yang ikut berperan. Diduga stafilokokus dan mikrokokus ikut
berperan. Stress emosional dapat menyebakan timbulnya eksaserbasi. Perlu
ditanyakan faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada penyakit ini, seperti
faktor predisposisi dari penyakit liken simpleks kronis adalah xerosis, atopi,
dermatitis statis, ansietas, OCD, dan pruritus yang berhubungan dengan penyakit
sistemik (gagal ginjal kronis, limfoma Hodgkin, hipertiroid). Pada dermatitis
10
numular perlu ditanyakan mengenai riwayat trauma fisik dan kimiawi, alergi,
lingkungan dengan kelembaban rendah memicu kekambuhan
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini, dapat dibuat beberapa
diagnosa banding yaitu:
1. Neurodermatitis Sirkumskripta
2. Psoriasis Vulgaris
3. Dermatitis Atopik
4. Liken Planus
11
epidermis mengalami hiperplasia Dermis bagian papil dan subepidermal
mengalami penambahan fibroblast, kolagen menebal, serta pembuluh darah
melebar terdapat pula serbukan infiltrat radang kronis di sekitar pembuluh darah.
Pada lesi yang sudah sangat kronis, khususnya pada likenifikasi yang gigantik
(sangat besar), akantosis dan hiperkeratosis dapat dilihat secara gross, dan rete
ridges tampak irreguler namun tetap memanjang dan melebar. Namun pada pasien
ini tidak dilakukan, hanya berdasar anamnesis teliti serta pemeriksaan dermatologi
yang sangat mendukung ke arah penyakit liken simpleks kronis sirkumkripta.
Non Farmakologis
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya dengan memberikan
penjelasan seperti:
12
Farmakologis
Pada kasus pasien ini diberikan pengobatan berupa sistemik (metilprednisolon
tablet dosis 3 x 4 mg, diberikan selama 21 hari dan difenhidramine tablet dosis 3 x
25 mg, diberikan selama 10 hari). Pengobatan topikal (Salap Betamethasone
dipropionate 0,05% dioleskan sesuai FTU pada permukaan kulit yang gatal 2 kali
sehari setelah mandi), hal ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Pada pasien ini diberikan terapi kortikosteroid topikal dan sistemik karena
mempertimbangkan lesi pada pasien yang luas dan yang bersifat kronis.
Pemberian antihistamin pada pasien ini dipilih golongan yang sedatif agar dapat
mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan histamin secara endogen.
Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau sedatif dan merangsang untuk tidur,
sehingga usaha pasien untuk menggaruk menjadi berkurang agar tidak
memperberat lesi.
1. Metilprednisolon tablet 4 mg
Metilprednisolon adalah obat yang digunakan sebagai anti alergi,
imunosupresan, dan anti inflamasi. Obat ini adalah derivat prednisolon yang
termasuk obat steroid jenis glukokortikoid sintetis. Metilprednisolone bekerja
dengan cara menembus membran sel sehingga akan terbentuk suatu kompleks
steroid-protein reseptor. Di dalam inti sel, kompleks steroid-protein reseptor
ini akan berikatan dengan kromatin DNA dan menstimulasi transkripsi mRNA
yang merupakan bagian dari proses sintesa protein. Sebagai anti inflamasi,
obat ini menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi prostaglandin
(senyawa yang berfungsi sebagai mediator inflamasi), dan menyebabkan
dilatasi kapiler. Hal ini akan mengurangi repon tubuh terhadap kondisi
peradangan (inflamasi). Pada pemberian secara oral, 6 α - metilprednisolone
diabsorbsi dengan baik dan dimetabolisme di hati. Lama kerjanya sedang.
Kadar puncak dicapai dalam waktu 1-2 jam, waktu paruh eliminasi sekitar 2,5
jam. 10,11
13
Dosis metilprednisolon yang umumnya berkisar antara 4-48 mg per hari.
Initial dose yang digunakan untuk mengontrol penyakit rata-rata dari 2,5 mg
hingga beberapa ratus mg setiap hari. Jika digunakan kurang dari 3-4 minggu,
kortikosteroid diberhentikan tanpa tappering off.10,11
14
mengatasi gejala-gejala alergi dan penekanan susunan saraf pusat (efek
sekunder). Kerja antihistaminika H1 akan meniadakan secara kompetitif kerja
histamin pada reseptor H1, dan tidak mempengaruhi histamin yang
ditimbulkan akibat kerja pada reseptor H2. Reseptor H1 terdapat di saluran
pencernaan, pembuluh darah, dan saluran pernapasan. Dosis dewasa dan
remaja: 25-50 mg 3-4 kali sehari, dengan interval 4-6 jam, bila perlu. Dosis
maksimal 300 mg/hr. Usia lanjut (usila) mulai dengan dosis dewasa serendah
mungkin. Usia lanjut lebih sensitif terhadap efek antikolinergik.10,12
15