Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran sebagai sumber hukum Islam yang pokok banyak yang
mengandung ayat-ayat yang bersifat mujmal, mutlak, dan ‘am. Oleh
karenanya kehadiran hadis berfungsi untuk “tabyin wa taudhih” terhadap ayat-
ayat tersebut. Ini menunjukkan hadis menduduki posisi yang sangat penting
dalam literatur sumber hukum Islam.
Namun kesenjangan waktu antara sepeninggal Rasulullah SAW. dengan
waktu pembukuan hadis (hampir 1 abad) merupakan kesempatan yang baik
bagi orang-orang atau kelompok tertentu untuk memulai aksinya membuat dan
mengatakan sesuatu yang kemudian dinisbatkan kepad Rasulullah SAW.
dengan alasan yang dibuat-buat. Penisbatan sesuatu kepada Rasulullah SAW.
seperti inilah yang selanjutnya dikenal dengan palsu atau Hadis Maudhu’.
Hadis Maudhu’ ini sebenarnya tidak layak untuk disebut sebagai sebuah
hadis, karena ia sudah jelas bukan sebuah hadis yang bisa disandarkan pada
Nabi SAW. Hadis maudhu’ ini berbeda dengan hadis dha’if. Hadis maudhu’
sudah ada kejelasan akan kepalsuannya sementara hadis dha’if belum jelas,
hanya samar-samar. Tapi ada juga yang memasukkan pembahasan hadis
maudhu’ ini ke dalam bahasan hadis dha’if.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian hadis palsu (mawdhu’)?
2. Bagaimana sejarah munculnya hadis palsu?
3. Bagaimana faktor-faktor penyebab kemunculan hadis palsu?
4. Bagaimana ciri-ciri hadis palsu?
5. Bagaimana contoh hadits maudhu’?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian hadis palsu (mawdhu’).
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah munculnya hadis palsu.
3. Untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor penyebab kemunculan hadis
palsu.
4. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri hadis palsu.
5. Untuk mengetahui bagaimana contoh hadits maudhu’.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis Palsu (Mawdhu’)


Hadis palsu atau hadis mawdhu’ al hadis yang dibuat-buat dengan
sengaja oleh seorang pendusta dan disandarkan kepada Rasulullah, padahal
beliau tidak mengatakan,melakukan.
Jadi hadis mawdhu’ adalah hadis bohong atau hadis palsu, bukan dari
Rasulullah, tetapi dikatakan dari Rasulullah oleh seorang pembohong. Oleh
karena itu, sebagia ulama ada yang tidak memasukkannya sebagai
bagiandaeri hadis dha’if karena iabukan hadis dalamarti yang sebenarnya dan
ada pula yang memasukkannya, karena walaupun dikatakan hadis, tetapi
palsu dan bohong ini meniadakan hadis.
Hadis mawdhu’ adalah syi’ah. Hal ini diakui oleh Syi’ah sendiri,
misalnya seperti kata Ibnu Abu Al-Hadid, bahwa asal usul kebohongandalam
hadis-hadis tentang keutamaan adalah sekte Syi’ah mereka membuat
beberapa hadis mawdhu’ untuk memusuhi lawan politiknya. Setelah hal itu
diketahui oleh kelompok Bakariyah, merekapun membalasnya dengan
membuat hadis mawdhu’ pula. Dan diantara kepentingan Syia’ah
dalammembuat hadis mawdhu’ adalah menetapkan wasiat Nabi bahwa Ali
orang yang paling berhak menjadi khalifah setelah beliau dan menjatuhkan
lawan-lawan politinya yaitu Abu Bakar, Umar dll.
Pengertian hadis maudhu’ secara kebahasaan dan keistilahan
mempunyai hubungan kesinambungan cakupan makna dan sasaran antara
pengertian keadaannya.
1. Al-hiththah berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang terbuang dan
terlempar dari kebahasaan yang tidak memiliki dasar sama sekali untuk
diangkat sebagai landasan hujjah.
2. Al-isqath berarti bahwa hadis maudhu adalah hadis yang gugur, tidak
boleh diangkat sebagai dasar istidal.

3
3. Al-islaq berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang ditempelkan
(diklaimkan) kepada Nabi Muhammad agar dianggap berasal dari Nabi,
padahal bukan berasal dari Nabi.
4. Al-ikhtilaq berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang dibuat-buat
sebagai ucapan, perbuatan atau ketetapan yang berasal dari Nabi, padahal
bukan berasal dari Nabi.

B. Sejarah Munculnya Hadis Palsu


Para ulama tampaknya berbeda pendapat dalam menentukan kapan
sebetulnya awal kemunculan hadis palsu. Jika ditelusuri lebih jauh, pendapat
mereka tentang awal kemunculan hadis palsu itu bisa dipilah menjadi tiga
seperti berikut.
1. Pemalsuan hadis itu sudah mulai pada masa Rasul. Pendapat ini antara
lain dimunculkan oleh Ahmad Amin. Berdasarkan pemahamannya
terhadap mafhum hadis diatas, Amin menyebutkan bahwa pemalsuan itu
sebetulnya sudah terjadi sejak masa Nabi. Akan tetapi, banyak pihak
menilai bahwa pendapat Amin ini hanya berdasarkan dugaan saja karena
banyak mendapat kritikan dari kalangan ulama seperti Abu Zahuw.
2. Pemalsuan hadis muncul sejak masa pemerintahan Usman bin Khatab.
Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Abu Syuhbah dan Ali Mustafa
Ya’qub. Mereka yang berpegang pada pendapat ini menyebutkan bahwa
Abdullah Ibnu Saba’ dan para pengikutnya telah mulai pelakukan
pemalsuan hadis pada masa ini, terutama bertujuan untuk mengobarkan
api fitnah. Akan tetapi menurut sebagian ulama, pendapat ini pun masih
memerlukan analisis historis karena belum memberikan bukti historis
yang kuat yang dapat mendukung argumentasi mereka.
3. Pemalsuan hadis mulai muncul sejak masa khalifah Ali bin Abi Tahalib.
Periwayatan hadis palsu pada masa ini sangat mungkin terjadi karena
hadis-hadis Rasulullah belum terpelihara dengan baik karena belum
dibukukan secara resmi.

4
Awal terjadinya hadis mawdhu’ dalam sejarah muncul setelah terjadi
konflik antarelite politik dan antara dua pendukung Ali dan Mu’awiyah umat
islam terpecah menjadi 3 kelompok, yaitu Syi’ah, Khawarij, dan Jumhur
Muslimin atau Sunni. Masing-masing mengklaim bahwa kelompoknya yang
paling benar dengan cara mencari dalil dari Al-qur’an dan hadis Rasulullah.
Jika tidak didapatkan ayat atau hadis yang mendukung kelompoknya, mereka
mencoba menta’wilkan dan memberikan interpretasi yang terkadang tidak
layak.
Ketika mereka tidak menemukan ayat-ayat Al-qur’an atau hadis yang
mendukung tujuan partainya, sementara penghafal Al-qur’an dan hadis masih
banyak, maka sebagia mereka membuat hadis palsu ( mawdhu’ ) seperti
hadis-hadis tentang keutamaan para Khalifah, pimpinan kelompok, dan
aliran-aliran dalam agama. Pada masa ini tercatat dalam sejarah masa awal
terjadinya hadis mawdhu’ yang lebih disebabkan olehsituasi politik. Namun
yang perlu diketahui, pada masa ini hanya sedikit jumlah hadis maudhu’
karena faktor penyebabnya tidak banyak. Mayoritas faktor penyebab
timbulnya hadis mawdhu’ adalah karena tersebarnya bid’ah dan fitnah.
Sementara para sahabat justru menjauhkan dari itu. Mereka sangat mencintai
Rasulullah dan telah mengorbankan segala jiwa raga dan harta bendanya
untuk membela beliau dengan penuh ketulusan hati. Mereka hidup bersama
beliau, selalu meneladani dan mempratikkan sunnah dengan penuh kejujuran
dan takwa kepada Allah. Secara logika, tidak mungkin mereka berbuat dusta
kepada beliau dengan membuat hadis mawdhu’.
Untuk mengetahui kepalsuan hadis dari segi sanad :
1. Berdasarkan pengakuan perawi
2. Perawi dikenal seorang pendusta
3. Adanya petunjuk tentang kondisi perawi
4. Fakta sejarah yang menunjukkan perawi tidak pernah bertemu dengan
orang yang dijadikan sumber penerimannya.
Untuk mengetahui kepalsuan hadis dari segi matan :
1. Keracuan redaksi dan makna

5
2. Bertentangan dengan akal manusia
3. Bertentangan dengan Al-qur’an

C. Faktor-Faktor Penyebab Kemunculan Hadis Palsu


1. Faktor politik
Sebagaimana keterangan diatas bahwa awal hadis mawdhu’
ditimbulkan akibat dampak konflik antar umat islam awal kemudian
menjadi terpecah ke beberapa sekte. Abu Al –Faraj bin Al-Jauzi dan
Amir Asy-Sya’bi yang dikutip oleh abjad Al- Khathib berpendapat
bahwa hadis-hadis shahih tentang keutamaaan Ali sudah banyak, tetapi
Syu’ah rafidhah,tidak puas dengan itu, mereka membuat hadis mawdhu’
dan tidak adaseseorang disustakan pada umat ini seperti pendustaan
terhadap Ali.
2. Dendam musuh islam
Setelah orang merontakan dua negara super pwer, kerajaan romawi
dan persia, islam tersebar ke segala penjuru dunia. Sementara musuh-
musuh islam tersebut tidak mampu melawan nyo secara terang-terangan,
maka mereka merancuni islam melalui ajaranya dengan memasukan
beberapa hadis mawdhu’ ke dalamnya yang dilakukan kaum zindiq. Hal
ini dilakukan agar umat islam lari dari padanya dan agar mereka melihat
bahwa ajaran-ajaran islam menjijik.
3. Fanatisme Kabilah, atau Pimpinan
Umat islam pada masa sebagian daulah umawiyah sangat menonjol
fanatisme arabnya sehingga orang-orang non-Arab merasa terisolasi dari
pemerintahan. Oleh karena itu, di antara mereka ada yang ingin
memantapkan posisinya dengan membuat hadis mawdhu’.
4. Qashshash
Sebagian qashshash (ahli cerita atau ahli dongeng) ingin menarik
perhatian para pendengarnya, yaitu orang-orang awam agar banyak
pendengar, penggemar dan pengundangnya dengan menfaatkan
profesinya itu untuk mencari uang, dengan cara memsukan hadis

6
mawhdu’ kedalam propagandanya. Qashshash ini populer pada abad ke-
3 H yang duduk dimasjid-masjid dan dipinggir-pinggir jalaan, diantara
mereka terdiri dari kaum Zindiq dan orang-orang yang berpura-pura
jadi orang alim. Tukang cerita itu membuat beberapa periwayatan yang
seolah-olah dari Rasululla. Contohnya mereka menggambarkan surga
dengan suatu ilustrasi yang menakjubkan. Suatu ketika Imam Ahmad
bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in shalat di Masjid Ar-Rashafah
kemudian melihat seseorang yang menceritakan hadis yang diperoleh
dari mereka (tetapi tukang cerita ini tidak kenal Imam Ahmad bin
Hanbal dan Yahya bin Ma’in) dari Abdul Razzaq dari Ma’mar dari
Qatadah, Rasullullah.
5. Mendekatkan dengan kebodohon
Diantara tujuan mereka membuat hadis mawdhu’ adalah agar umat
cinta kebaikan dan menjauhi kemungkaran, mencintai akhirat, dan
menakut-nakuti dari adzab Allah. Hal ini terjadi pada sebagian orang
bodoh dalam agama, tetapi shaheh dan zuhud. Diantara mereka Ghulam
Khalil, nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Ghalil Al-Bahili,
seseorang yang terkenal zahid.
6. Menjilat Penguasa
Diantara mereka ada yang ingin mendekati penguasa dengan cara
membuat hadis palsu yang sesuai dengan cara membuat hadis palsu
sesuaidengan apa yang dilakukannya untuk mencari legalitas bahwa
ungkapan itu hadis Rasulullah. Misalnya yang dilakukan Ghiyats bin
Ibrahim An-Nakha’i ketika masuk istana Al-Mahdi yang sedang
bermain burung merpati. Pada mulanya ungkapan itu memang hadis dari
Rasulullah, tetapi aslinya tidak ada kata “ burung” ( aw janah ). Karena
ia melihat Khalifah sedang bermain burung merpati. Al-Mahdi ketika
mendengar hadis palsu itu memberi hadiah 10.000 dirham kepadanya,
tetapi setelah mengetahui bahwa Ghiyats pendusta, burung tersebut
disesmbelih dan berkata : “ Aku bersaksi pada tengkok pendusta pada
Rasulullah.

7
7. Perbedaan ( Khilafiyah ) dalam Mazhab
Masalah khilafiyah dalamfiqh atau teologi juga mendorong
terbuatnya hadis mawdhu’ yang dilakukan oleh sebagian pengikut
mazhab yang fanatik dalam mazhabnya. Menurut Adz-Dzahabi, pemalsu
hadis ini adalah Ma’mun bin Ahmad. Masalah angkat tangan pada saat
ruku’ dan atau perpindahan gerakan shalat bersamaan takbir intiqal
(takbir karena perpindahan gerakan dalam shalat) memeang terjadi
khilafiyah antarmazhab; ada yang mewajibkan seperti pendapat Al-
Auza’i dan ada yang menilai sunnah, tidak mengangkat tangan
sekalipun tidak menilai ke-mawdhu’-an hadis seperti yang dilakukan
oleh mazhab Al-Hanafiyah. Mazhab ini hanya menilai salah satu hadis
yang diriwayatkan oleh Mujahit dari Ibnu Umar.

D. Ciri-Ciri Hadis Palsu


1. Ciri-Ciri Mawdhu’ pada Sanad
a. Pengakuan Pembuatanya Sendiri
Sebagaimana pengakuan Abdul-Karim bin Abu Al-Auja ketika
akan dihukum mati ia mengatakan, “ Demi Allah, aku palsukan
padamu 4.000 buah hadis. Didalamnya aku haramkan yang halaldan
aku halalkanyang haram.” Kemudian dihukum pancung lehernya atas
intruksi Muhammad bin Sulaiman bin Ali, Gubernur Bashrah ( 160-
173 H ).
b. Adanya Bukti ( Qarinah ) Menempati Pengakuan
Seperti seseorang yang meriwayatkan hadis dengan ungkapan
yang mantap serta meyakinkan (jazam) dari seorang syaikh, padahal
dalam sejarah ia tidak pernah bertemuatau dari seorang syaikh
disuatu negeri yang tidak pernah berangkat keluar atau seorang
syaikh yang telah wafat, sementara ia masih kecil atau belum lahir.
c. Adanya Bukti pada Keadaan Perawi
Ibnu Ma’in berkata, “ Tidak halal seseorang meriwayatkan suatu
hadis dari Sa’ad bin Tharif.” Ibnu Hibban berkomentar : “ Ia

8
memalsukan hadis.” Al-Hakim juga berkata : “ Ia dituduh sebagai
Zindiq dan gugur dalam periwayatan”
d. Kedustaan Perawi
Seorang perawi yang dikenal dusta, meriwayatkan suatu hadis
sendirian dan tidak ada seorang tsiqah yang meriwayatkannya.
2. Ciri-Ciri Mawdhu’ pada Matan
b. Lemah Susunan Lafal dan Maknanya
Salah satu tanda ke-mawdhu’-an suatu hadis adalah lemah dari
segi bahasa dan maknanya.
c. Rusaknya Makna
Maksud rusaknya makna karena bertentangan dengan rasio yang
sehat, menyalahi kaidah kesehatan, mendorong pelampiasan biologis
seks, dan lain-lain dan tidak bisa ditakwilkan. Misalanya
sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Al-Jauzi.
d. Menyalahi Teks Alquran atau Hadis Mutawatir
Termasuk tanda mawdhu’ adalah menyalahi Al-qur’an atau
hadis mutawatir dan tidak mungkin ditakwilkan, kecuali jika dapat
dikompromikan melalui takhshish al-‘amm atau tafshil.
e. Menyalahi Realita Sejarah
f. Hadis sesuai dengan Mazhab Perawi
g. Mengandung Pahala yang Berlebihan bagi Amal yang Kecil
h. Sahabat Dituduh Menyembuyikan Hadis.

E. Contoh Hadits Maudhu’


Maka berikut ini ada beberapa Hadits Maudhu’ bersama keterangannya,
serta di mana perlu dan di sebutkan bagian dari sebab-sebabnya atau tanda-
tandanya.
ِ َ‫ط ْاْلَد‬
1. .‫ب‬ ُ ‫ش ُر ْو‬
ُ ‫ت‬
ْ ‫ط‬ َ ُ‫ت ْال َم َحبَّة‬
َ َ‫سق‬ َ ‫اِذَا‬
ِ َ‫صدَق‬
Artinya: Apabila rapat percintaan (antara seorang dengan yang lain),
maka gugurlah syarat-syarat adab.
Keterangan:

9
a. Perkataan ini, orang katakan hadits Nabi saw, padahal sebenarnya
adalah itu ucapan seorang yang bernama Junaid.
b. Karena ucapan tersebut bukan sabda Nabi saw, maka yang demikian
dinamakan maudhu’, yakni Hadits yang dibuat-buat orang.
ِ ‫ا َِّن ا َ ْلقَ َم َر دَ َخ َل فِي َج ْي‬
2. .‫ب ص َوخ ََر َج ِم ْن ُك ِم ِه‬
Artinya: Sesungguhnya bulan pernah masuk dalam saku baju Nabi saw.,
dan keluar dari tangan bajunya.
Keterangan:
a. Ucapan ini bukan sabda Nabi, tetapi orang katakan hadits Nabi saw.
Jadi dinamakan dia maudhu’, palsu.
b. Tukang-tukang cerita sering membawakan hadits itu waktu
menceritakan perjalanan atau maulid Nabi, dengan maksud supaya
orang tertarik mendengarkan ceritanya.
c. Perasaan atau keyakinan kita mesti mendustakan isinya, karena tidak
terbayang dalam fikiran, bahwa bulan yang begitu besar dapat masuk
dalam saku baju Nabi yang tidak beda dengan saku-saku kita, dan
keluar dari lubang tangan baju yang besarnya sudah kita maklum.
ِ ْ‫الوجْ ِه ا‬
3. .ٌ‫لجم ْي ِل ِعبَادَة‬ َ ‫ظ ُر اِلَي‬
َ َّ‫النن‬
Artinya: Melihat wajah yang cantik itu, ‘ibadat.
Keterangan:
a. Barangsiapa memperhatikan isi ucapan tersebut, tentu akan
mengatakan, bahwa maksudnya itu untuk membangunkan syahwat
manusia, sehingga orang mau mengerjakan perbuatan yang tidak
senonoh, sedang salah satu daripada keutamaan manusia, ialah
menjaga syahwatnya.
b. Sabda Nabi tidak akan bertentangan dengan sifat keutamaan manusia,
tetapi Hadits itu nyatanya berlawanan; teranglah bahwa itu bukan
Hadits Rasulullah saw. Oleh sebab itu dia disebut hadits maudhu’.
4. .‫ظنَّهُ بِ َح َج ٍر لَنَفَعَهُ لّلاُ بِ ِه‬
َ ‫سنَ ا َ َحدُ ُك ْم‬
َ ْ‫لَ ْو اَح‬

10
Artinya: Kalau salah seorang dari pada kamu menyangka baik kepada
sebuah batu, niscaya dengan batu ini, Allah akan memberi manfa’at
kepadanya.
Keterangan:
a. Tujuan hadits ini supaya manusia menghormati atau menyembah batu.
b. Menghormati atau menyembah batu atau yang seumpamanya itu,
bertentangan dengan kepercayaan islam. Islam mengatakan, bahwa
tidak ada seorang atau apapun yang dapat memberi manfa’at kepada
manusia, selain dari Allah swt.
c. Tidak syak lagi, bahwa omongan itu adalah buatan kaum musyrikin,
penyembah berhala.
Hadits-hadits palsu:
1. Hadits yang menyuruh orang shalat malam jum’ah 12 raka’at dengan
bacaan surah Ihlash 10 kali.
2. Hadits yang memerintah orang shalat malam jum’ah 2 raka’at dengan
bacaan surah Zalzalah 15 kali,(ada juga yang menerangkan 50 kali).
3. Hadits-hadits shalat pada hari jum’ah 2 raka’at, empat raka’at dan 12
raka’at
4. Hadits-hadits sebelum shalat jum’ah, ada shalat yang empat raka’at
dengan bacaan surat ikhlas 50 kali.
5. Hadits-hadits shalat ‘Asyura’
6. Hadits-hadits shalat Ragha-ib .
7. Hadits-hadits shalat malam dari bulan Rajab.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadis palsu atau hadis mawdhu’ al hadis yang dibuat-buat dengan sengaja
oleh seorang pendusta dan disandarkan kepada Rasulullah, padahal beliau
tidak mengatakan,melakukan.
Hadis mawdhu’ adalah syi’ah. Hal ini diakui oleh Syi’ah sendiri, misalnya
seperti kata Ibnu Abu Al-Hadid, bahwa asal usul kebohongandalam hadis-
hadis tentang keutamaan adalah sekte Syi’ah mereka membuat beberapa hadis
mawdhu’ untuk memusuhi lawan politiknya. Setelah hal itu diketahui oleh
kelompok Bakariyah, merekapun membalasnya dengan membuat hadis
mawdhu’ pula. Dan diantara kepentingan Syia’ah dalammembuat hadis
mawdhu’ adalah menetapkan wasiat Nabi bahwa Ali orang yang paling berhak
menjadi khalifah setelah beliau dan menjatuhkan lawan-lawan politinya yaitu
Abu Bakar, Umar dll.

B. Saran
Karna terbatasnya kemampuan sebagai manusia biasa, kami selaku penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Demi memperbaiki makalah ini dan makalah
selanjutnya kami mohon kritik dan saran kepada para pembaca. Dan atas
perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

M.solahuddin. 2009, Ulumul Hadits. Bandung: CV Pustaka Setia.

Agus Solahudin, Agus Suyadi. 2008, Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.

Nurrudin, 2012, Ulumul Hadis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

iii 13
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dengan tugas
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Saya
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk
itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.

Bengkulu, Januari 2018

Penyusun,

14
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadis Palsu (Mawdhu’) ..................................................... 3
B. Sejarah Munculnya Hadis Palsu .......................................................... 4
C. Faktor-Faktor Penyebab Kemunculan Hadis Palsu ............................. 6
D. Ciri-Ciri Hadis Palsu ........................................................................... 8
E. Contoh Hadits Maudhu’ ...................................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
15
MAKALAH
ULUMUL HADIST
"Hadist Palsu"

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Ayub Afriansyah
Enni Fitriani
Imas Lucky Jayanti

Dosen Pembimbing:
Ahmad Farhan, SS., M.Si

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BENGKULU
20 17

16

Anda mungkin juga menyukai