Anda di halaman 1dari 26

Makalah

PENILAIAN HUTAN

“Analisis Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam di Kabupaten Samosir,


Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Pemandian Air Panas di Kelurahan
Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan)”

Oleh :

KELOMPOK 10
NURJAN M1A1 14 056
M. ADAM YORDAN M1A1 14 044
RISAL MUSTAFA M1A1 14 062
RENJA M1A1 14 114
M. SAKIN M1A1 14 144
ASWAD M1A1 14 154
ZULKARNAIN D1B5 09 051

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Analisis Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam di Kabupaten
Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Pemandian Air Panas di
Kelurahan Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan)”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan penulis.Namun sebagai manusia biasa,
penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik
penulisan maupun tata bahasa.Tetapi walaupun demikian penulis berusaha
sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat sederhana.
Penulis menyadari tanpa kerja sama antara dosen serta beberapa
kerabat memberi masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya
makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak
tersebut di atas yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan
arahan dan saran demi kelancaran penyusunan makalah.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya.Penulis mengharapkan saran serta kritik dari berbagai
pihak yang bersifat membangun.

Kendari, November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................1


B. Tujuan ....................................................................................................2
C. Manfaat ..................................................................................................2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3

A. Ekowisata ...............................................................................................3
B. Valuasi Ekonomi ...................................................................................5
C. Biaya Perjalanan (Travel Cost).............................................................7
D. Manfaat Wisata Alam sebagai Komuniti Ekonomi............................8
E. Karakteristik Pengunjung....................................................................9

BAB III

PEMBAHASAN................................................................................................12

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................12


B. Metode Penelitian..................................................................................12
C. Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam Pemandian Air Panas..............16

BAB IV

PENUTUP.........................................................................................................21

A. Kesimpulan............................................................................................21

3
B. Saran......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................iii

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan biasanya dianggap sebagai areal yang memiliki banyak nilai atau
manfaat yang dapat dipergunakan sebaik-baiknya, dimana nilai ekonomi dari
hutan tersebut biasanya tidak akan selalu dipandang seberapa besar hutan tersebut
mampu menghasilkan kayu. Hutan juga dapat menghasilkan hasil-hasil lain non
kayu seperti menghasilkan udara segar, fungsi hutan sebagai penyediaan sumber
daya air bagi manusia dan lingkungan, menyerap karbon, mengatur iklim global,
serta memberikan nilai estetika sebagai daya tarik kawasan yang pada akhirnya
nilai dari hutan tersebut memiliki keterkaitan dengan dunia pariwisata melalui
kegiatan wisata alam.
Salah satu kabupaten yang menjadi tujuan wisata alam di Provinsi
Sumatera Utara adalah Kabupaten Samosir. Kabupaten Samosir memiliki daerah-
daerah potensi wisata yang berbasis pemandangan alam, wisata spiritual, wisata
pertanian, wisata budaya dan perairan Danau Toba. Kabupaten Samosir
mempunyai nilai wisata yang cukup di perhitungkan. Selain bernilai wisata,
kawasan ini memiliki banyak fungsional dalam roda kehidupan Kabupaten
Samosir.
Pengelolaan obyek wisata alam merupakan bagian integral dari
pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Samosir khususnya di Kelurahan
Siogung- ogung, Kecamatan Pangururan, sehingga dapat memberikan konstribusi
yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta berpengaruh
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Beberapa usaha yang dilakukan oleh
masyarakat dan pengelola dalam hal ini pemerintah Kabupaten Samosir untuk
mendukung kegiatan pengelolaan obyek wisata alam di Pemandian Air Panas,
Kelurahan Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan adalah dengan menyediakan
berbagai penawaran jasa wisata berupa penyediaan tempat untuk menikmati
keindahan alam, adanya rumah makan, penjualan souvenir dan prasarana tempat
berjalan berupa anak tangga. Nilai ekonomi suatu daerah obyek wisata dapat

5
ditentukan dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method)
dan kesediaan untuk membayar (willingness to pay). Metode biaya perjalanan ini
digunakan untuk menduga nilai ekonomi kawasan wisata berdasarkan penilaian
yang diberikan masing-masing individu atau masyarakat dari biaya yang
dikeluarkan untuk berkunjung kesebuah obyek wisata. Dengan demikian,
kesediaan membayar orang-orang untuk mengunjungi lokasi ini dapat diduga
berdasarkan beragam biaya perjalanan.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas, penelitian tentang nilai ekonomi dan
tingkat kunjungan di Obyek Wisata Alam Pemandian Air Panas, Kelurahan
Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera
Utara ini perlu dilakukan untuk dapat mengukur seberapa besar nilai ekonomi
yang didapat dan jumlah tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung ke daerah
tersebut. Informasi hasil pengukuran tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan
bagi pemerintah dalam upaya pengelolahannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran umum lokasi penelitian?


2. Bagaimana cara metode penelitian?
3. Bagaimana cara menghitung nilai ekonomi obyek wisata alam pemandian
air panas di Kelurahan Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan,
Kabupaten Samosir berdasarkan metode biaya perjalanan (travel cost
method) dan metode kesediaan untuk membayar (willingness to Pay)?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian


2. Untuk mengetahui metode penelitian
3. Untuk mengetahui nilai ekonomi obyek wisata alam pemandian air panas
di Kelurahan Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir
berdasarkan metode biaya perjalanan (travel cost method) dan metode
kesediaan untuk membayar (willingness to Pay).

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekowisata
1. Pengertian Ekowisata
Ekowisata didefinisikan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990)
dalam Fennel (1999) sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang
dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan
dan kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata awalnya hanya dilakukan oleh
wisatawan pecinta alam yang menginginkan daerah tujuan wisata, budaya dan
kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.
Beeton (2000) menyatakan bahwa pengertian ekowisata dapat ditinjau dari
tiga unsur utamanya, yaitu:
a. Nature-based
Nature based berhubungan dengan flora dan fauna dari sebuah kawasan
dan bisa diasosiasikan dengan lingkungan yang sudah dimodifikasi oleh manusia.
Ekowisata hendaknya memberikan dampak sekecil mungkin terhadap alam
(nature). Lillywhite dan Lillywhite (1990) dalam Wearing dan Neil (2000)
mengategorikan beberapa karakteristik cara mengatasi dampak kecil ekowisata,
yaitu melalui manajemen lokal, ketentuanketentuan dalam kualitas travel product
dan pengalaman wisata, memberlakukan nilai-nilai budaya, pelatihan dengan
penekanan, tanggung jawab terhadap sumberdaya alam dan budaya, serta integrasi
antara pembangunan dan konservasi.
b. Educative
Orang-orang umumnya menginginkan pengalaman berwisata ke lokasi
yang menyediakan informasi yang dapat membantu mereka untuk memahami
daerah yang mereka datangi. Ekowisata hendaknya dapat memberikan
keterangan-keterangan penting tentang suatu kawasan. Ketersediaan
keterangan/informasi tersebut memberikan peluang pembelajaran bagi wisatawan.

7
c. Sustainable Management
Ekowisata dan wisata harus memelihara keberlanjutan lingkungan, sebagai
bagian dari pertimbangan tanggung jawab ke arah kelestarian lingkungan dimasa
yang akan datang. Sustainable management artinya mengatur tekanan fisik
lingkungan seperti jumlah pengunjung dan perilakunya, caranya adalah dengan
memperkenalkan pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan pengunjung terhadap
lingkungan atau dengan menghemat penggunaan energi.
2. Prinsip Ekowisata
Ekowisata mencerminkan tiga prinsip utama, yaitu prinsip konservasi, prinsip
partisipasi masyarakat dan prinsip ekonomi (Page & Ross 2002). Ketiga prinsip
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Prinsip Konservasi
Prinsip konservasi artinya memiliki kepedulian, tanggung jawab dan
komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan
kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan. Prinsip
konservasi alam memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap
pelestarian alam serta pembangunan yang mengikuti kaidah ekologis, sedangkan
prinsip konservasi budaya adalah kepekaan dan penghormatan kepada nilai-nilai
sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.
b. Prinsip Partisipasi Masyarakat
Perencanaan dan pengembangan ekowisata harus melibatkan masyarakat
setempat secara optimal.
c. Prinsip Ekonomi
Pengembangan ekowisata dilaksanakan secara efisien, dimana dilakukan
pengaturan sumberdaya alam sehingga pemanfaatannya yang berkelanjutan dapat
mendukung generasi masa depan.
3. Potensi Ekowisata
Yoeti (1997) mengartikan potensi ekowisata sebagai obyek ekowisata
yang dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Obyek tersebut dapat
berupa:
1) Obyek yang berasal dari alam. Ciri-cirinya adalah dapat dilihat atau

8
disaksikan secara bebas, seperti pemandangan alam, flora, fauna dan
vegetasi hutan.
2) Hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan dan
dipelajari, seperti monumen bersejarah, tempat-tempat budaya dan
perayaan tradisional.

B. Valuasi Ekonomi

Nilai menurut Davis et, (1987) dalam Alam dkk. (2009) merupakan
persepsi manusia tentang, makna sesuatu objek (sumberdaya hutan), bagi orang
(individu) tertentu, persepsi tersebut berpadu dengan harapan ataupun norma-
norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat. Dalam konteks
ilmu ekonomi sumber daya alam dan lingkungan. Valuasi ekonomi merupakan
cara yang dipakai untuk menghasilkan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa
yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan. Menurut Bahruni (2004)
dalam Ramdhani (2011), nilai adalah merupakan persepsi manusia, tentang makna
sesuatu objek (sumberdaya hutan), bagi orang (individu) tertentu, tempat dan
waktu tertentu pula.
Terlepas dari nilai pasar (market value) atau non pasar (non market value),
tujuan dari studi valuasi adalah untuk menentukan besarnya total economic value
(TEV), pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan. Nilai TEV merupakan
jumlah nilai diperoleh dari pemakaian langsung atau yang berkaitan dengan
sumberdaya alam dan lingkungan yang dikaji atau diteliti. Nilai ini terdiri dari
nilai yang berkaitan dengan kegiatan komersial, subsistensi, leisure dan aktivitas
lain yang bertautan dengan sumberdaya alam yang ditelaah.
Nilai guna tak langsung (in direct use value), berkaitan dengan
perlindungan atau dukungan terhadap kegiatan ekonomis, dan harta benda yang
diberikan oleh suatu sumberdaya alam dan nilai pilihan (option use value), nilai
guna dari sumberdaya alam dan lingkungan pada masa yang akan datang. Nilai
guna tak langsung (in direct use value) yaitu nilai-nilai yang tidak ada kaitan
langsung dengan kemungkinan pemakaian sumberdaya alam dan lingkungan
biasanya berupa existence value dan bequest value yang merupakan total dari nilai

9
keberadaan (existence value), yaitu nilai yang diberikan (secara semata-mata)
karena keberadaan suatu sumberdaya alam dan lingkungan, ditambah nilai
pewarisan (bequest value) yaitu nilai yang diberikan kepada anak cucu agar dapat
diwariskan suatu sumberdaya alam dan lingkungan tersebut.
Menurut Hufscmidt dan Djijono (2000) dalam Igunawati (2010), secara
garis besar, metode penilaian manfaat ekonomi suatu sumber daya alam dan
lingkungan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu
berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatam yang
berorientasi survei.
1. Pendekatan Orientasi Pasar
a. Penilaian manfaat menggunakan harga pasar actual barang jasa :
(i) Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in productivity).
(ii) Metode kehilangan penghasilan (loss or earning method).
b. Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap masukan
berupa perlindungan lingkungan :
(i) Pengeluaran pencegahan (averted defensive expenditure methods).
(ii) Biaya penggantian (replacement cost methods).
(iii) Proyek bayangan (shadow project methods).
(iv) Analisa keefektifan biaya.
c. Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based methods) :
(i) Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan.
(ii) Pendekatan nilai kepemilikan.
(iii) Pendekatan lain terhadap nilai tanah.
(iv) Biaya perjalanan (travel cost).
(v) Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods).
(vi) Penerimaan kompensasi.
2. Pendekatan Orietasi Survei
a. Pernyataan langsung terhadap kemauan membayar (willingness to pay).
b. Pernyataan langsung terhadap kemauan dibayar (willingness to accept).

10
C. Biaya Perjalanan (Travel Cost)

Cara menilai suatu barang atau jasa yang tidak memiliki harga pasar
adalah dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan yaitu nilai dari rekreasi
alam. Perhitungan besar nilai ini sama dengan nilai ekonomi komoditi lain, tetapi
dalam rekreasi tidak ada harga yang tetap untuk dijadikan ukuran Hufschmidt
dkk. (1996).
Metode biaya perjalanan dilakukan dengan menggunakan informasi
tentang jumlah uang yang dikeluarkan, waktu yang digunakan orang untuk
mencapai tempat rekreasi, mengestimasi besarnya nilai benefit dan upaya
perubahan kualitas lingkungan, dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Model yang
mendasari metode penilaian adalah orang yang melakukan perjalanan berulang-
ulang ke tempat rekreasi tersebut, sampai pada titik nilai marjinal dari perjalanan
terakhir, bernilai sama dengan jumlah uang dan waktu yang dikeluarkan untuk
mencapai lokasi tersebut.
Pendekatan metode biaya perjalanan adalah suatu cara untuk menentukan
nilai dari suatu barang yang tidak mempunyai harga. Pendekatan ini telah dipakai
secara meluas, untuk mendapatkan kurva permintaan rekreasi. Rekreasi alam
merupakan contoh barang yang tidak mempunyai harga. Pendekatan biaya
perjalanan dikembangkan untuk menilai manfaat barang lingkungan.
Hal yang menjadi dasar dari metode biaya perjalanan adalah waktu dan
pengeluaran biaya perjalanan yang harus dikeluarkan oleh pengunjung, untuk
dapat mengunjungi tempat wisata tersebut, yang merupakan harga untuk akses
wisata Garrod dkk. (1999). Terdapat beberapa pendekatan yang digunakan untuk
memecahkan permasalahan melalui metode biaya perjalanan (Garrod dkk. 1999),
yaitu
1. Pendekatan Zona Biaya Perjalanan (A simple zonal travel cost approach),
menggunakan data sekunder dan pengumpulan data dari pengunjung menurut
daerah asal.
2. Pendekatan Biaya Perjalanan Individu (An individual travel cost approach),
menggunakan survey data dari para pengunjung secara individu.

11
2. Dari hasil penelitian Purwanto (2011), dengan nilai ekonomi total ekowisata
yang diperoleh Rp 67.435.304.427,00 atau Rp 29.849.487.049,00 per tahun.
Nilai ekonomi total ekowisata memberikan kontribusi sebesar 31,67%
terhadap rata-rata produk domestik regional atas dasar harga yang berlaku di
masing–masing kecamatan Banyuwangi.

D. Manfaat Wisata Alam sebagai Komuniti Ekonomi

Potensi wisata pada suatu kawasan objek wisata, akan memiliki dampak
pada perekonomian. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan
kesejahteraan manusia, sebaliknya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak baik
akan berdampak buruk bagi manusia. Menurut Vanhove (2005) bahwa dampak
ekonomi dari wisata adalah peningkatan atau pembangkit pendapatan,
peningkatan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari pajak, efek keseimbangan
pembayaran, dan perbaikan struktur ekonomi daerah wisata.
Wisata alam merupakan salah satu hasil hutan yang tidak dapat
dipindahkan sehingga pemanfaatan sumber daya alamnya diperoleh di tempat
tersebut, maka dalam pemanfaatan rekreasi alam sebagai hasil hutan memerlukan
input tenaga kerja, modal, dan kegiatan pengusahaan” (Duer dkk; 1979). Dua hal
penting yang membedakan rekreasi alam dengan hasil hutan lainnya adalah
1. Kesempatan rekreasi tidak tahan lama, artinya kesempatan rekresi yang
keuntungannya tidak dapat diambil sekarang, tidak dapat diambil lagi pada waktu
mendatang.
2. Rekresi harus dijual ditempat, artinya konsumen harus datang ke tempat
rekreasi tersebut.
Penelitian Trianita (2011) mengatakan bahwa potensi wisata yang
terkandung dalam hutan dengan menggunakan metode willingnes to pay (WTP),
diperoleh potensi wisata kawasan Musiduga sangat potensial untuk dikembangkan
karena memiliki objek wisata alam dan atraksi wisata yang banyak diminati oleh
pengunjung. Pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata membutuhkan dana
untuk kegiatan wisata dan konservasi, salah satu caranya dengan penetapan tiket.

12
Dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Musiduga terhadap masyarakat
sekitar masih kecil. Pengembangan dan pengelolaan wisata kawasan Musiduga
yang optimal, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar
dengan tetap memperhatikan lingkungan. Berdasarkan persepsi multistakeholder
dampak lingkungan akibat kegiatan wisata Musiduga, memiliki dampak positif
terhadap lingkungan sekitar Musiduga.

E. Karakteristik Pengunjung

Menurut Fandeli (2001) mengatakan bahwa wisatawan adalah seseorang


yang terdorong oleh sesuatu atau beberapa keperluan melakukan perjalanan dan
persinggahan, sementara di luar tempat tinggalnya, untuk jangka waktu lebih dari
24 jam, tidak dengan maksud untuk mencari nafkah.
Menurut Fandeli dkk. (2000) karakteristik wisatawan merupakan variabel
penting dalam melakukan suatu kegiatan perencanaan pariwisata. Karakteristik
tersebut antara lain asal pengunjung, lama kunjungan, umur, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota yang berkunjung
bersama, waktu luang, jarak yang ditempuh, maksud kunjungan, jenis transportasi
yang digunakan, jumlah pengeluaran yang dihabiskan, dan jenis akomodasi yang
dimanfaatkan.
Suyitno (2001) dan Ramdhani (2011) menyatakan bahwa wisata adalah
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang, yang bersifat
sementara, untuk menikmati objek dan atraksi di tempat tujuan. Berbicara
mengenai wisata, maka tidak akan lepas dari pembicaraan tentang perjalanan
(travel), karena berdasarkan sejarahnya, perjalanan merupakan cikal bakal dari
wisata. Terdapat beberapa hal yang membedakan perjalanan umumnya dengan
wisata antara lain:
a. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan
kembali ke tempat asalnya.
2. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi,
akomodasi, restoran, objek wisata, toko cinderamata, dan lain-lain.

13
3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek dan atraksi wisata, daerah
atau bahkan negara secara berkesinambungan.
4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.
5. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat
memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang
dikunjungi, karena uang yang dibelanjakannya berasal dari tempat asal.
Walaupun kegiatan wisata berasal dari kegiatan perjalanan (travel), akan
tetapi wisata memiliki ciri-ciri yang dapat membedakannya dengan produk lain,
yaitu:
1. Tidak berwujud (intangible).
2. Tidak memiliki ukuran kuantitatif (unmeasurable).
3. Tidak tahan lama dan mudah kadaluwarsa (perishable).
4. Tidak dapat disimpan (unstorable).
5. Melibatkan konsumen (wisatawan) dalam proses produksinya.
6. Proses produksi dan konsumsi terjadi dalam waktu yang sama.
Ciri-ciri seseorang disebut wisatawan menurut Undang-undang No.9 tahun
1990 tentang pariwisata adalah
a. Perjalanan dilakukan secara sukarela.
b. Perjalanan ke tempat lain ke luar wilayah/negara tempat tinggalnya.
c. Bersifat sementara, menginap paling tidak satu malam.
d. Tidak untuk mencari nafkah.
e. Tujuannya semata-mata untuk:
Pesiar, liburan, kesehatan, belajar, keagamaan, olah raga.
Kunjungan usaha, mengunjungi keluarga, tugas dan menghadiri pertemuan.
Motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang
wisatawan dan pariwisata. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan
dimotivasi oleh beberapa hal. Motivasi-motivasi tersebut, dapat dikelompokkan
menjadi empat kelompok besar sebagai berikut (Fandeli, 2001)
a) Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau
fisologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam
kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya.

14
b) Cultural Motivation yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan
kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan
budaya.
c) Social or interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti
mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang
dianggap mendatangkan gengsi, melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang
membosankan dan seterusnya.
d) Fantasi motivation yaitu adanya motivasi bahwa di daerah lain seseorang akan
bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan yang memberikan
kepuasan psikologis.
Penelitian terdahulu yang memuat hasil penelitian tentang variabel-
variabel yang mempengaruhi kunjungan wisata, seperti penelitian Gitapati (2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima dari tujuh variabel bebas signifikan dan
berpengaruh terhadap jumlah kunjungan ke Nglimut. Variabel-variabel tersebut
adalah biaya perjalanan, waktu luang, lama perjalanan, fasilitas dan keindahan
alam Nglimut yang dilihat oleh responden. Nilai ekonomi dari objek wisata ini
sebesar Rp 35.453.126.400,00, estimasi surplus konsumen sebesar Rp 760.960,00
per tahun per orang.
Dalam melakukan suatu perjalanan wisata yang dilakukan, pengunjung
yang datang biasanya tidak datang sendirian. Pengunjung bisa datang bersama
keluarga dan teman. Kegiatan seperti ini dapat memberikan pengaruh besar
terhadap ekonomi, akibat adanya perjalanan wisata. Dari segi jumlahnya,
pengunjung dapat dibagi menjadi beberapa bagian (Suwantoro, 2004 dan Gitapati,
2012)
a. Individual Tour, suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh seseorang atau
sepasang suami-istri.
b. Family Group Tour, suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh keluarga atau
yang masih mempunyai hubungan saudara.
c. Group Tour, suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh sedikitnya 10 orang
dan dipimpin oleh seorang yang bertanggung jawab atas keselamatan dan
kebutuhan para anggotanya.

15
BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kawasan Obyek Wisata Alam Pemandian Air panas berada di kelurahan


Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Keadaan
permukaan tanah di daerah ini pada umumnya berbukit-bukit dan bergelombang
hingga pegunungan yang dikelilingi oleh danau toba dengan tumbuhan pinus yang
lebat. Adapun batas-batas wilayahnya yakni sebelah utara berbatasan dengan
Danau Toba, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Bunga, sebelah
timur berbatasan dengan Terusan Tano Ponggol dan sebelah barat berbatasan
dengan Gunung Pusuk Buhit. Kawasan obyek wisata alam ini memiliki
temperatur udara sebesar 37°c dengan kemiringan 40°. Luas kelurahan Siogung-
ogung ini yakni 4.00 km2.Daerah ini beriklim tropis dan mempunyai dua musim
yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama dimulai pada bulan
September hingga Maret sedangkan musim kemarau biasanya dimulai pada bulan
Mei hingga Agustus.
Status kepemilikan lahan ini adalah lahan milik pemerintah dan sebagian
lagi merupakan lahan milik pribadi yang dikelola oleh penduduk setempat.
Adapun status kepemilikan lahan pribadi di kawasan ini terbagi atas 16 kepala
keluarga yakni Lusper Naibaho, Hotnida Hutagalung, Sinta Manik, Mawar
Sitanggang, Sahat Naibaho, Resta Malau, Rolesman Sitanggang, Parsaoran
Sitanggang, Tiurmauli Malau, Juliana Sidabutar, Jahot Naibaho, Jamson Naibaho,
Jainur Naibaho, Timbul Siggalingging, Hendrik Naibaho dan Vina Silalahi.
Adapun fasilitas yang tersedia yakni kolam renang yang terpisah bagi pria dan
wanita, kamar mandi, pancuran (mata air), akomodasi atau penginapan, parkiran,
rumah makan, restoran dan lain sebagainya.

B. Metode Penelitian

1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober–Nopember 2012.

16
Penelitian ini dilaksanakan di daerah Obyek Wisata Alam Pemandian Air Panas,
di Kelurahan Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir,
Provinsi Sumatera Utara.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan–laporan hasil
penelitian (individu dan lembaga) terdahulu dari berbagai pustaka penunjang
sebagai sumber data sekunder dan kuisioner. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peta kecamatan pangururan dan dokumen lain yang berkaitan
dengan lokasi studi, kamera digital, alat tulis dan Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 15.00 serta perangkat komputer.
3. Metode Pengumpulan Data Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dari pengunjung dilakukan dengan
pendekatan non- probability sampling melalui metode Quota Sampel. Jumlah
populasi yang diambil dalam menentukan jumlah responden yang akan
diwawancarain adalah berdasarkan data kunjungan di Obyek wisata Alam di
Kecamatan Pangururan, Propinsi Sumatera Utara selama lima tahun terakhir ini.
Ukuran sampel yang akan diambil, mengacu kepada pendapat Slovin (Umar,
2005) sesuai dengan rumus :
n =N / 1+N(e)2
Dimana :
n= Ukuran sampel yang dibutuhkan
N= Ukuran populasinya
e=Margin errror yang diperkenankan 0,1 (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000).
Jumlah populasi yang diambil dalam menentukan responden yang akan
diwawancari adalah berdasarkan data jumlah kunjungan di Obyek Wisata Alam
Pemandian Air Panas lima tahun terakhir ini (2007-2011) adalah : 5.448 orang,
6.116 orang, 6.902 orang, 7.544 orang, 8.325 orang (berdasarkan data dari Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya, 2012). Oleh karena itu, dalam lima tahun ini akan
diperoleh rata- rata jumlah pengunjung yang datang adalah 6.867 orang dan bila
dimasukkan ke dalam rumus Slovin tersebut akan diperoleh jumlah sampel
sebanyak 100 orang.

17
4. Pengumpulan Data Data Primer
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik
observasi dan wawancara secara langsung terhadap responden di lapangan,
meliputi :
1. Data karateristik pengunjung yang meliputi : nama, jenis kelamin, umur,
pendidikan terakhir, pekerjaan, tempat tinggal, pendapatan, lama perjalanan,
banyaknya kunjungan, kendaraan yang digunakan, tujuan utama kunjungan,
sumber informasi dan pendapat tentang Obyek Wisata Alam di Kecamatan
Pangururan, Kabupaten Samosir, Propinsi Sumatera utara.
2. Data yang diperlukan untuk menentukan nilai ekonomi wisata ini dengan
meggunakan metode biaya perjalanan meliputi : biaya transportasi,biaya
konsumsi yang dikeluarkan selama kegiatan wisata, biaya dokumentasi, dan
biaya lain yang telah dikeluarkan pengunjung selama melakukan kegiatan
wisata.
3. Data untuk menentukan nilai ekonomi wisata berdasarkan metode kesediaan
untuk membayar.
5. Data Sekunder
Data yang diperlukan untuk karateristik obyek wisata alam ini meliputi :
letak geografis dan batas wilayah daerah, iklim (suhu, musim, angin dan curah
hujan), aksebilitas ke lokasi wisata, fasilitas dan potensi wisata, data
kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat serta jumlah pengunjung per tahun
(lima tahun terakhir). Pengumpulan data sekunder ini dilakukan melalui studi
pustaka dari berbagai sumber referensi serta melakukan observasi kepada
pengelola obyek wisata alam tersebut dan Pemerintah dari Dinas Pariwisata, Seni
dan Budaya, Kabupaten Samosir.
6. Analisis Data
a. Pendugaan Nilai Ekonomi Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan
(Travel Cost Method)
Nilai ekonomi rekreasi diduga dengan menggunakan metode pendekatan
biaya perjalanan wisata (travel cost method), yang meliputi biaya transportasi
pulang pergi dari tempat tinggal pengunjung ke lokasi rekreasi dan pengeluaran

18
lainnya selama dalam perjalanan dan di dalam lokasi wisata seperti biaya
dokumentasi, konsumsi dan tiket masuk.Biaya perjalanan adalah jumlah total
biaya yang dikeluarkan pengunjung selama melakukan kegiatan rekreasi. Menurut
Sulistiyono (2007), tahapan penentuan nilai ekonomi wisata dengan menggunakan
metode biaya perjalanan adalah :
1. Menentukan jumlah rata-rata kunjungan per tahun berdasarkan data
pengunjung pada tahun sebelumnya dari pengelolah obyek wisata alam
pemandian air panas, di kelurahan Siogung- ogung,Kecamatan Pangururan,
Kabupaten Samosir.
2. Menduga persentase pengunjung dari tiap daerah administratif yang
dirumuskan sebagai berikut :
Pi = (Jci/N) x 100%
Keterangan :
Pi = Persentase pengunjung dari tiap daerah i
Jci = Jumlah pengunjung contoh dari daerah i
N = Jumlah total responden (jumlah contoh)
3. Menentukan besarnya total biaya perjalanan yang dikeluarkan selama
melakukan perjalanan atau kegiatan rekreasi, dirumuskan sebagai berikut :
BPT = TR + D + KR + L
Keterangan :
BPT= Biaya Perjalanan Total (Rp/Orang)
TR = Biaya Transportasi (Rp/Orang)
D = Biaya Dokumentasi (Rp/Orang)
KR = Biaya Konsumsi selama melakukan kegiatan wisata (Rp/orang)
L = Biaya Lain-lain (Rp/Orang)
b. Pendugaan Nilai Ekonomi Berdasarkan Metode Kesediaan membayar
(Willingness to pay)
Salah satu metode yang dapat dipakai dalam penelitian ini adalah metode
pertanyaan terbuka. Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada
responden berapa jumlah maksimum uang yang ingin dibayar terhadap
penambahan fasilitas di obyek wisata alam pemandian air panas. Perhitungan

19
jumlah total kesediaan membayar agar dapat memanfaatkan tempat rekreasi
diperoleh dari hasil kali titik tengah jangkauan kesediaan membayar dengan
jumlah pengunjung yang bersedia membayar atau dibayar pada jangkauan
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
Σ WTP = WTP x ΣpWTP pada harga tertentu i = 1
Keterangan :
i = kelas ke-i n
ΣWTP = willingness to pay (rata-rata kesediaan membayar)
i=1
ΣpWTP = jumlah pengunjung pada harga tertentu yang mau dibayar.

C. Nilai Ekonomi Obyek Wisata Alam Pemandian Air Panas

a. Metode Biaya Perjalanan (Travel cost methode)


Penentuan nilai ekonomi suatu obyek wisata dapat ditentukan dengan
menggunakan pendekatan metode biaya perjalanan (Travel cost methode) dan
kesediaan untuk membayar (Willingness to pay).Biaya tersebut meliputi biaya
transportasi pulang pergi, biaya konsumsi selama melakukan kunjungan, biaya
konsumsi, biaya dokumentasi dan biaya lain-lain. Adapun hasil data responden
berdasarkan rata-rata biaya perjalanan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Rekapitulasi Data Responden Berdasarkan Rata-Rata Biaya Perjalanan

Berdasarkan hasil analisis terhadap 100 responden pengunjung obyek

20
wisata alam pemandian air panas ini dapat dilihat bahwa jumlah nilai biaya
perjalanan tertinggi berasal dari Kabupaten Sibolga yaitu sebesar
Rp.3.871.000/kunjungan, sedangkan biaya perjalanan rata-rata yang terendah
berasal dari Kabupaten Serdang Bedagai yaitu sebesar Rp.324.000/kunjungan.
Besar biaya perjalanan rata- rata yang dikeluarkan pengunjung dari seluruh daerah
yakni sebesar Rp.1.617.665/kunjungan.
Faktor yang mempengaruhi biaya perjalanan adalah letak suatu obyek
wisata dari tempat tinggal pengunjung. Hal ini dapat terlihat dari besarnya jumlah
biaya perjalanan rata-rata dari Kabupaten Sibolga menuju obyek wisata. Semakin
jauh letak sebuah obyek wisata maka semakin banyak biaya perjalanan yang akan
dikeluarkan pengunjung selama mengunjungi obyek wisata tersebut. Adapun
biaya perjalanan yang dikeluarkan meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi,
biaya dokumentasi dan biaya lain-lainnya seperti biaya parkir dan biaya uang
karcis. Biaya transportasi adalah biaya yang paling besar nilainya sehingga sangat
berpengaruh pada besarnya jumlah biaya perjalanan. Dari hasil wawancara kepada
responden mengenai biaya dokumentasi, para responden memberikan alasan
bahwa mereka berfoto dengan menggunakan kamera dan handphone. Kamera
membutuhkan baterai dan hasil foto tersebut dicetak sehingga terhitung sebagai
biaya dokumentasi. Sebagian lagi memilih hanya menggunakan handphone dan
tidak mencetak hasil foto, selanjutnya hanya disimpan saja didalam handphone
tersebut.
Pada Tabel 1 hasil rekapitulasi data responden dapat kita lihat jumlah total
biaya perjalanan selama mengunjungin obyek wisata alam pemandian air panas
ini, diperoleh nilai ekonominya yakni sebesar Rp.11.108.505.560/tahun. Hasil
nilai ini diperoleh dari hasil perkalian antara rata-rata biaya perjalanan dengan
besarnya kunjungan rata-rata selama lima tahun terakhir ini (2007-2011) yakni
sebesar 6.867 orang.
b. Metode Kesediaan Membayar (Willingness to pay)
Informasi mengenai kesediaan membayar diperoleh dari hasil wawancara
melalui kuisioner terhadap 100 responden akan kesediaan para pengunjung untuk
membayar dengan kondisi eksisting dan membandingkannya dengan kesediaan

21
para pengunjung untuk membayar setelah ditambahkannya sejumlah fasilitas dan
pengelolahan terhadap kawasan obyek wisata ini. Adapun yang dimaksud dengan
kondisi eksisting yakni kondisi dimana benar keberadaannya dilokasi secara fisik.
Hasil dari kesediaan membayar pengunjung obyek wisata alam pemandian air
panas dengan kondisi eksisting dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Besarnya kesediaan pengunjung untuk membayar kondisi eksisting
Kesediaan membayar Persentase
(willingness to pay) Jumlah (%)
0 (tidak bersedia) 0 0
1.000 - Rp. 5.000 45 45
6.000 - Rp. 10.000 22 22
11.000 - Rp. 15.000 14 14
16.000 - Rp. 20.000 9 9
21.000 - Rp. 25.000 7 7
26.000 - Rp. 30.000 3 3
> 30.000 0 0
Total 100 100

Berdasarkan data 100 orang responden setelah dilakukan wawancara


mengenai kesediaan membayar dengan kondisi eksisting terhadap obyek wisata
ini, sebagian besar responden bersedia membayar dengan kisaran harga Rp 1.000-
Rp 5.000 yakni sebanyak (45%). Sedangkan pemilihan harga terendah untuk Rp 0
(tidak bersedia membayar) dan diatas Rp 30.000 tidak dipilih responden. Adapun
jumlah total kesediaan pengunjung untuk membayar wisata dengan kondisi
eksisting adalah sebesar Rp 900.000/kunjungan.
Hasil data responden yang bersedia membayar setelah ditambahkannya
sejumlah fasilitas seperti penambahan fasilitas cendera mata (Souvenir), pusat
pengunjung dan pusat informasi, penanaman pohon dan peningkatan kebersihan
serta peningkatan pelayanan, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Besarnya kesediaan pengunjung untuk membayar apabila dilakukan

22
penambahan fasilitas dan pengelolahan terhadap kawasan wisata alam
Kesediaan membayar Persentase
(willingness to pay) Jumlah (%)
Rp. 6.000 - Rp. 10.000 15 15
Rp. 11.000 - Rp. 15.000 40 40
Rp. 16.000 - Rp. 20.000 12 12
Rp. 21.000 - Rp. 25.000 5 5
Rp. 26.000 - Rp. 30.000 10 10
Rp. 31.000 - Rp. 35.000 5 5
Rp. 36.000 - Rp. 40.000 4 4
Rp. 41.000 - Rp. 45.000 9 9
Rp. 46.000 - Rp. 50.000 0 0
> Rp. 50.000 0 0
Total 100 100

Berdasarkan hasil perhitungan kesediaan pengunjung untuk membayar


apabila dilakukan penambahan fasilitas dan dilakukan pengelolahan terhadap
kawasan obyek wisata alam, sebagian besar responden bersedia membayar dengan
kisaran harga Rp 11.000-Rp 15.000 sebanyak (40%). Sedangkan kisaran harga
terendah Rp 46.000-Rp 50.000 dan diatas Rp 50.000 tidak dipilih responden.
Total jumlah kesediaan pengunjung untuk membayar apabila dilakukan
penambahan fasilitas dan pengelolahan terhadap kawasan obyek wisata alam
adalah sebesar Rp 1.472.000/kunjungan. Adapun perbedaan besarnya jumlah
pengunjung dapat dilihat pada Gambar A berikut.

23
Gambar A. Grafik perbandingan jumlah kesediaan pengunjung untuk membayar
kondisi eksisting dan setelah ditambahkan sejumlah fasilitas

Berdasarkan grafik perbandingan jumlah kesediaan pengunjung dapat kita


lihat perbedaan antara jumlah pengunjung yang bersedia membayar dengan
kondisi eksisting serta jumlah pengunjung setelah ditambahkannya sejumlah
fasilitas seperti penambahan fasilitas cendera mata (Souvenir), pusat pengunjung,
pusat informasi, penanaman pohon dan peningkatan kebersihan serta pelayanan.
Adapun total besarnya jumlah harga kesediaan pengunjung untuk membayar
kondisi eksisting yakni sebesar Rp 900.000/kunjungan dengan kisaran harga Rp
1.000- Rp 5.000 sedangkan jumlah total harga kesediaan pengunjung membayar
apabila dilakukan pengelolahan dan penambahan sejumlah fasilitas seperti
penambahan fasilitas cendera mata (Souvenir), pusat pengunjung, pusat informasi,
penanaman pohon dan peningkatan kebersihan serta pelayanan pada kawasan
obyek wisata yakni sebesar Rp 1.472.000/kunjungan dengan kisaran hargaRp
11.000- Rp 15.000. Perbandingan harga diatas jelas terlihat bahwa para responden
berharap agar dilakukan pengelolahan serta penambahkan sejumlah fasilitas,
penanaman pohon, peningkatan kebersihan dan pelayanan dikawasan wisata alam
pemandian air panas ini perlu dilakukan sehingga kedepannya dapat
meningkatkan jumlah pengunjung agar berkunjung ketempat wisata ini sehingga
dapat memberikan devisa bagi Kabupaten Samosir.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Nilai ekonomi Obyek Wisata Alam Pemandian Air Panas, di Kelurahan


Siogung-ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir berdasarkan metode
perjalanan adalah sebesar Rp.11.108.505.560,-/tahun. Berdasarkan metode
kesediaan membayar, dengan kondisi eksisting nilai ekonomi berada pada kisaran
Rp.1.000,- sampai Rp. 5.000,-, sedangkan apabila dilakukan penambahan fasilitas
dan pengelolahan memiliki kisaran harga Rp.11.000,- sampai Rp.15.000,-.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan nilai ekonomi ditempat wisata ini, perlu dilakukan


pengelolaan kawasan wisata yang lebih baik dengan cara merawat sarana
prasarana yang telah ada serta menambahkan sejumlah fasilitas seperti fasilitas
cendera mata (Souvenir), rumah ibadah, pusat pengunjung dan pusat informasi,
penanaman pohon, peningkatan pelayanan dan kebersihan tempat wisata ini.
2. Perlunya dilakukan strategi pemasaran yang lebih baik lagi melalui promosi
berupa penyebaran iklan di media cetak dan media elektronik untuk
mempromosikan obyek wisata alam ini sehingga diharapkan dapat
meningkatkan jumlah pengunjung untuk datang mengunjungi kawasan wisata
alam pemandian air panas ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA Samosir. 2012. Samosir Dalam Angka. Dinas Pariwisata, Seni Dan
Budaya. Samosir.

Ketjulan, R. 2010. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Bahari


Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi
Sulawesi Tenggara [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Rahardjo, A. 2002. Menaksir Nilai Ekonomi Taman Wisata Tawangmangu:
Aplikasi Individual Travel Cost Method, Manusia dan Lingkungan. UGM.
Yogyakarta.

Sulistiyono, N. 2007. Pengantar Ekoturisme. Buku Panduan Praktik Pengenalan


dan Pengelolaan Hutan Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Umar, Husein. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia


Pustaka Utama dengan Jakarta Business Research Centre. Jakarta.

Wiratno, I., Ahmad, S., Ani. 2004. Berkaca di Cermin Retak : Refleksi Konservasi
dan Implikasi Bagi Pengelolaan Taman Nasional. The Gibbon Foundation.
Departemen Kehutanan. Forest Press. PILI-NGO Movement. Jakarta.

Yakin. 1997. Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan. Teori dan Kebijaksanaan
Pembangunan Berkelanjutan. Edisi I. Akademika Presindo. Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai