Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FOTOGRAMETRI

TENTANG IMAGE MATCHING

OLEH
DANIS RACHMAD HUNS
1615013018

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN

Fotogrametri adalah sebuah proses untuk memperoleh informasi


metris mengenai sebuah objek melalui pengukuran yang dibuat pada
hasil foto baik dari udara maupun dari permukaan tanah. Interpretasi
foto didefinisikan sebagai ekstraksi dari informasi kualitatif mengenai
foto udara dari sebuah objek oleh analisis visual manusia dan evaluasi
fotografi (Edward dan James 2004). Dalam disiplin ilmu fotogrametri
dipelajari berbagai metode untuk mengklasifikasikan dan
menginterpretasi foto udara dengan berbagai metode.

Pengolahan data dilakukan dengan pengambilan gambar objek


menggunakan kamera non metric, pengukuran menggunakan
Electronic Total Station (ETS) dan roll meter yang kemudian
dilakukan kalibrasi kamera menggunakan Sotware Photomodeler
Scanner untuk mendapatkan parameter internal kamera. Kemudian
melakukukan penandaan titik pada foto sampai akhirnya pembentukan
objek 3 dimensi dan volume objek. Selanjutnya melakukan
perbandingan dengan hasil pengolahan data thacymetri.

Hasil penetilian ini menunjukkan bahwa data foto pada


fotogrametri jarak dekat belum bisa dijadikan acuan dalam proses
pembentukan 3 dimensi maupun perhitungan volumenya. Perkiraan
volume pada objek lemari menggunakan metode fotogrametri jarak
dekat adalah 0,903 m3 dan dengan menggunakan rol meter adalah
0,192 m3. Sementata itu, volume objek gundukan berumput
menggunakan metode thacymetri adalah 162,164987 m3 dan luas
adalah 30 m2.
II. MATERI

Volume penggalian dan penimbunan suatu material merupakan hal yang penting
dalam banyak pekerjaan teknik dan pertambangan. Akurasi bentuk dan estimasi
volume dari material tersebut adalah penting dalam banyak aplikasi, misalnya
studi erosi, estimasi pengambilan bahan tambang, dan penilaian lahan untuk
konstruksi (Schulz dan Schachter 1980 dalam Yakara dan Yilmazb 2008).
Umumnya perhitungan volume menggunakan metode trapesium (segiempat, atau
segitiga prisma), perpotongan melintang (trapezoidal, Simpson, andaverage
formula), dan metode lainnya (Simpson-based, Cubic spline, and Cubic Hermite
formula) telah ada dalam literatur (Yanalak 2005 dalam Yakara dan Yilmazb
2008).
Metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran volume suatu material
adalah menggunakan metode tachymetri untuk mengetahui koordinat suatu titik
dengan menggunakan alat ukur Electronic Total Station (ETS). Untuk
mendapatkan bentuk permukaan tanah terbaik sangat bergantung pada bentuk
permukaan, distribusi titik dan metode interpolasi. Tetapi dengan bertambahnya
titik akan berarti menambah waktu dan biaya. Kadang-kadang untuk mendapatkan
titik geodetik dapat beresiko dan mustahil. Karena itu, bentuk permukaan tanah
tidak dapat diwakili dengan baik.
Untuk menyelesaikan masalah pengambilan titik permukaan tanah ,penelitian
ini menerapkan metode Close Range Photogrametry (CRP) atau Fotogrametri
Rentang Dekat sebagai metode alternatif untuk melakukan pengukuran dalam
menentukan volume suatu material, dengan memanfaatkan teknologi kamera
digital. Dalam teknik CRP, kualitas proses penentuan koordinat dapat
ditingkatkan dengan cara melakukan pembidikan ke objek secara konvergen dari
beberapa kamera agar diperoleh ukuran lebih. Teknik ini mempunyai kelebihan
terutama jika objek yang akan diukur sulit untuk dijangkau dan atau memiliki
dimensi yang kecil. Selain itu, kamera-kamera digital popular (nonmetrik)
umumnya mempunyai harga yang relatif terjangkau.

Dengan adanya perkembangan teknologi fotogrametri, diharapkan dapat


membuat kemudahan untuk melakukan pemodelan tiga dimensi dari suatu objek.
Dengan adanya teknologi otomatisasi image matching, mempermudah dalam
pengambilan titik sampel yang akan digunakan untuk pembuatan Digital Surface
Model(DSM).

Image matching atau automatic stereo matching adalah suatu proses


mencari/mengidentifikasi pasangan suatu titik yang muncul pada dua foto atau
lebih. Pada instrumen analog/analitik image matching dilakukan oleh operator
secara manual menggunakan persepsi 3D mata kiri dan kanan. Pada fotogrametri
digital image matching dilakukan secara otomatis dengan mencocokkan dua citra.

Kegunaan image matching dalam fotogrametri antara lain :


1. Pada proses Orientasi Dalam dan Relatif saat mencari pasangan titik
untukdiamati.

2. Pada proses Triangulasi Udara saat mencari pasangan titik ikat pada semuafoto
dimana titik tersebut muncul.

3. Pembentukan DTM (Digital Terain Model), mencari pasangan titik foto untuk
posisi titik DTM

4. Proses pembuatan Orthofoto

5. Digitasi pada layar monitor

Image matching adalah proses untuk menemukan titik yang bersesuaian pada satu
atau lebih citra.

3 metode dalam image matching :

a. Area-based matching

b. Feature-based matching

c. Symbolic matching

Area-based matching mendasarkan hubungan antara dua image menurut


kesamaan derajat keabuan (grey level). Beberapa teknik yang sering digunakan
adalah cross corelation (korelasi silang) dan Least Square Matching (LSM). Area-
based matching menggunakan hubungan korelasi antara dua obyek pada dua citra
atau lebih. Kelemahan dari area-based matching adalah obyek yang melalui proses
matching belum tentu bersesuaian, karena hanya mendeteksi obyek berdasarkan
kesamaan nilai spektralnya. Feature-based matching menentukan hubungan antara
dua feature image, sedangkan symbolic matching merupakan metode yang
menggabungkan area-based matching dan feature-based matching.

Prinsip teknik korelasi silang adalah mencari pasangan obyek/titik piksel antara
foto referensi/foto kiri dengan foto pasangan/foto kanan. Pada foto kiri ditentukan
jendela sasaran yang memuat titik piksel yang akan dicari pasangannya pada foto
kanan. Pada foto kanan ditentukan daerah selidik yang mempunyai ukuran lebih
besar daripada daerah sasan. Pada daerah sasaran dibentuk pula jendela/daerah
sub selidik dengan ukuran yang sama dengan jendela/daerah sasaran, misal ukuran
3 piksel x 3 piksel. Jendela sub selidik ini bergerak (moving window) dengan
increment 1 piksel sepanjang setiap baris dan kolom di daerah selidik.
Berdasarkan persamaan (1), dihitung nilai korelasi (δ) antara jendela sasaran
dengan jendela sub selidik. Nilai korelasi silang ini dapat dihitung dengan
persamaan (Rottensteiner, 2001):

Dimana :

δ : koefisien korelasi

t : ukuran jendela

g(x,y) : derajat keabuan untuk piksel (x,y) pada jendela sasaran (foto kiri)

h(x,y) : derajat keabuan untuk piksel (x,y) pada jendela sub selidik (foto kanan)

gm : rerata nilai keabuan piksel dalam luasan jendela sasaran (foto kiri)

hm : rerata nilai keabuan piksel dalam luasan jendela sub selidik (foto kanan)

Pada setiap posisi pergerakan jendela sub selidik pada jendela selidik ini dihitung
nilai korelasi (δ) antara jendela sasaran dengan jendela sub selidik. Piksel dengan
nilai korelasi tertinggi merupakan piksel yang bersesuaian pada kedua foto
tersebut. Nilai korelasi berkisar antara –1 sampai dengan 1. Nilai 1 menunjukkan
korelasi yang sempurna (perfect match), nilai 0 menunjukkan total miss match
(tidak terdapat korelasi), serta nilai –1 menunjukkan adanya korelasi yang
berkebalikan atau belawanan (Schenk, 2000). Persyaratan yang dipenuhi untuk
melakukan area based matching adalah pasangan foto perlu dinormalisasi terlebih
dahulu, misal derajad kecerahan foto kanan dinormalisasi terhadap foto kiri.
Persamaan yang digunakan adalah:

Gn1 = Gn Z + (me+mrZ)

Dimana :

Gn1 = Nilai piksel foto kanan yang telah dinormalisasi terhadap foto kiri

Gn = Nilai piksel foto kanan asli

Z = (δe/δr)

δe, δr = Simpangan baku foto kiri dan foto kanan

me,mr = Rata-rata foto kiri dan foto kanan


III. PENUTUP

Pemetaan fotogrametris merupakan salah satu metode yang direkomendasikan


untuk pengukuran bidang-bidang tanah di bidang kadastral.
Hasil pemetaan ini selain berupa berbagai peta seperti peta dasar pendaftaran baik
berupa peta foto maupun peta garis, blowup foto dan foto udara secara
tidak langsung juga dihasilkan titik kontrol dilapangan yang berguna untuk
pengikatan bidang dan mendapatkan koordinat lapangan dari foto udara itu
sendiri.
Dalam praktek pengukuran bidang-bidang tanah di lapangan, penggunaan Peta
Foto mempunyai ketelitian yang paling baik dibandingkan dengan
penggunaan Blow-up foto maupun peta garis digital fotogrametri. Aplikasi
ini sangat sesuai untuk daerah terbuka sebagaimana daerah pertanian
dikarenakan proses identifikasi batas-batas bidang tanah menjadi mudah dan
akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson. 1996. Close Range Photogrametry and Machine Vision.


WhittlesPublishing. Scotland, UK.

Cahyono, A.B. dan Hapsari, H.H. 2008. Petunjuk Praktikum Fotogrametri 1.


Laboratorium Fotogrametri. Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS.

Hanifa, R. 2007. Studi Penggunaan Kamera Digital Low-Cost Non-Metrik


AutoFocus untuk Pemantauan Deformasi. Tesis. Program Studi Teknik
Geodesidan Geomatika. Institut Teknologi Bandung.

Institut Teknologi Telkom. 2008. Fotogrametri. Bandung. Gedung Learning


Centre Kampus Institut Teknologi Telkom.

Kusumadarma, A. 2008. Aplikasi Close Range Photogrametry dalam


PemetaaanBangun Rekayasa dengan Kamera Dijital Non Metrik Terkalibrasi.
TugasAkhir. Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika. Institut Teknologi
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai