Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HEMODIALISA

2.1.1 Definisi

Hemodialisis berasal dari dua kata yaitu hemo yang berarti

darah dan dialisis yang berarti difusi partikel larut satu kompartemen

cairan ke kompartemen lain melewati membrane semipermeabel

(Burgess, et al., 1993).

Menurut Price dan Wilson, dialisa merupakan suatu proses

solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran

berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya.

Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang

digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu

difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon

terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu (Price, 2005).

Hemodialisa juga didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan

air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke

dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan

sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui

ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar

dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui

7
membran. Dengan memperbesar jalan masuk pada vaskuler,

antikoagulansi dan produksi dializer yang dapat dipercaya dan efisien,

hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan

gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat (Parlindungan, 2006).

Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah

filter khusus yang dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel)

yang digunakan untuk membersihkan darah, darah dikeluarkan dari

tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh.

Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat

suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa)

melalui pembedahan (NKF, 2006).

Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan

biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal,

dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis

merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement

therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi

ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada

pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi

pengganti ginjal. Menurut prosedur yang dilakukan HD dapat

dibedakannmenjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD

persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al., 2007).

8
2.1.2 Indikasi

Indikasi HD dibedakan menjadi HD emergency atau HD segera

dan HD kronik. Hemodialis segera adalah HD yang harus segera

dilakukan.

A. Indikasi hemodialisis segera antara lain (Daurgirdas et al., 2007):

1. Kegawatan ginjal

a. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi

b. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)

c. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)

d. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG,

biasanya K >6,5 mmol/l )

e. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)

f. Uremia ( BUN >150 mg/dL)

g. Ensefalopati uremikum

h. Neuropati/miopati uremikum

i. Perikarditis uremikum

j. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)

k. Hipertermia

2. Keracunan akut (alkohol, obat-obatan) yang bisa melewati

membran dialisis.

9
B. Indikasi Hemodialisis Kronik

Hemodialisis kronik adalah hemodialisis yang dikerjakan

berkelanjutan seumur hidup penderita dengan menggunakan mesin

hemodialisis (Daurgirdas et al., 2007).

Dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang

mempunyai GFR <15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis

dianggap baru perlu dimulai jika dijumpai salah satu dari hal

tersebut di bawah ini (Daurgirdas et al., 2007):

a. GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis

b. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan

muntah.

c. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.

d. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.

e. Komplikasi metabolik yang refrakter.

2.1.3 Kontraindikasi

Menurut Wasse, Nancy, Rebbeca & Yijian kontra indikasi dari

hemodialisa adalah hipotensi yang tidak responsif terhadap presor,

penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. Sedangkan

menurut PERNEFRI kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak

didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit,

10
instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa

yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi

infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan

keganasan lanjut (Wasse et al., 2007; PERNEFRI, 2003).

2.1.4 Prinsip dan cara kerja hemodialisis

Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen: 1) kompartemen

darah, 2) kompartemen cairan pencuci (dialisat), dan 3) ginjal buatan

(dialiser). Darah dikeluarkan dari pembuluh darah vena dengan

kecepatan aliran tertentu, kemudian masuk ke dalam mesin dengan

proses pemompaan. Setelah terjadi proses dialisis, darah yang telah

bersih ini masuk ke pembuluh balik, selanjutnya beredar di dalam

tubuh. Proses dialisis (pemurnian) darah terjadi dalam dialiser

(Daurgirdas et al., 2007).

Komponen hem terdiri atas beberapa bagian diantaranya :

a. Mesin Hemodialisa

Mesin hemodialisa memompa darah dari pasien ke dialyzer

sebagai membran semipermiabel dan memungkinkan terjadi proses

difusi, osmosis dan ultrafiltrasi karena terdapat cairan dialysate

didalam dialyzer. Proses dalam mesin hemodialisa merupakan

proses yang komplek yang mencakup kerja dari deteksi udara,

kontrol alarm mesin dan monitor data proses hemodialisa

11
(PENEFRIN, 2011)

b. Ginjal Buatan (dialyzer)

Dialyzer atau ginjal buatan adalah tabung yang bersisi

membran semipermiabel dan mempunyai dua bagian yaitu bagian

untuk cairan dialysate dan bagian yang lain untuk darah. Beberapa

syarat dialyzer yang baik adalah volume priming atau volume

dialyzer rendah, clereance dialyzer tinggi sehingga bisa

menghasilkan clearence urea dan creatin yang tinggi tanpa

membuang protein dalam darah, koefesien ultrafiltrasi tinggi dan

tidak terjadi tekanan membran yang negatif yang memungkinkan

terjadi back ultrafiltration, tidak mengakibatkan reaksi inflamasi

atau alergi saat proses hemodialisa (hemocompatible), murah dan

terjangkau, bisa dipakai ulang dan tidak mengandung racun. Syarat

dialyzer yang baik adalah bisa membersihkan sisa metabolisme

dengan ukuran molekul rendah dan sedang, asam amino dan protein

tidak ikut terbuang saat proses hemodialisis, volume dialyzer kecil,

tidak mengakibatkan alergi atau biocompatibility tinggi, bisa dipakai

ulang dan murah harganya (Shagholian et al., 2008)

c. Dialysate

Dialysate adalah cairan elektrolit yang mempunyai

komposisi seperti cairan plasma yang digunakan pada proses

hemodialisis. Cairan dialysate terdiri dari dua jenis yaitu cairan

12
acetat yang bersifat asam dan bicarbonat yang bersifat basa.

Kandungan dialysate dalam proses hemodialisis (Shagholian et al.,

2008).

d. Blood Line (BL) atau Saluran Darah

Blood line untuk proses hemodialisa terdiri dari dua bagian

yaitu bagian arteri berwarna merah dan bagian vena berwarna biru.

BL yang baik harus mempunyai bagian pompa, sensor vena, air leak

detector (penangkap udara), karet tempat injeksi, klem vena dan

arteri dan bagian untuk heparin. Fungsi dari BL adalah

menghubungkan dan mengalirkan darah pasien ke dialyzer selama

proses hemodialisis (Shagholian et al., 2008).

e. Fistula Needles

Fistula Needles atau jarum fistula sering disebut sebagai

Arteri Vena Fistula (AV Fistula) merupakan jarum yang ditusukkan

ke tubuh pasien PGK yang akan menjalani hemodialisa. Jarum

fistula mempunyai dua warna yaitu warna merah untuk bagian arteri

dan biru untuk bagian vena (Martins et al., 2005; Shagholian et al.,

2008).

Prinsip kerja hemodialisis adalah komposisi solute (bahan

terlarut) suatu larutan (kompartemen darah) akan berubah dengan cara

13
memaparkan larutan ini dengan larutan lain (kompartemen dialisat)

melalui membran semipermeabel (dialiser). Perpindahan solute

melewati membran disebut sebagai osmosis. Perpindahan ini terjadi

melalui mekanisme difusi dan UF. Difusi adalah perpindahan solute

terjadi akibat gerakan molekulnya secara acak, utrafiltrasi adalah

perpindahan molekul terjadi secara konveksi, artinya solute berukuran

kecil yang larut dalam air ikut berpindah secara bebas bersama molekul

air melewati porus membran. Perpindahan ini disebabkan oleh

mekanisme hidrostatik, akibat perbedaan tekanan air (transmembrane

pressure) atau mekanisme osmotik akibat perbedaan konsentrasi

larutan (Daurgirdas et al., 2007).

Pada mekanisme UF konveksi merupakan proses yang

memerlukan gerakan cairan disebabkan oleh gradient tekanan

transmembran (Daurgirdas et al., 2007).

2.1.5 Komplikasi

Hemodialisis merupakan tindakan untuk menggantikan

sebagian dari fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita

penyakit ginjal kronik (PGK) stadium V atau gagal ginjal kronik

(GGK). Walaupun tindakan HD saat ini mengalami perkembangan

yang cukup pesat, namun masih banyak penderita yang mengalami

masalah medis saat menjalani HD. Komplikasi yang sering terjadi pada

14
penderita yang menjalani HD adalah gangguan hemodinamik. Tekanan

darah umumnya menurun dengan dilakukannya UF atau penarikan

cairan saat HD. Hipotensi intradialitik terjadi pada 5-40% penderita

yang menjalani HD reguler. Namun sekitar 5-15% dari pasien HD

tekanan darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut hipertensi

intradialitik atau intradialytic hypertension (HID) (Thomas et al.,

2018).

Komplikasi HD dapat dibedakan menjadi komplikasi akut dan

komplikasi kronik (Daurgirdas et al., 2007).

A. Komplikasi akut

Komplikasi akut adalah komplikasi yang terjadi selama

hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi adalah:

hipotensi, kram otot, mual muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit

punggung, gatal, demam, dan menggigil. Komplikasi yang cukup

sering terjadi adalah gangguan hemodinamik, baik hipotensi

maupun hipertensi saat HD atau HID. Komplikasi yang jarang

terjadi adalah sindrom disekuilibrium, reaksi dialiser, aritmia,

tamponade jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis,

emboli udara, neutropenia, aktivasi komplemen, hipoksemia

(Daurgirdas et al., 2007).

15
Tabel 2.1 Komplikasi Akut Hemodialisis (Bieber dan Himmelfarb,

2013)

Komplikasi Penyebab

Penarikan cairan yang berlebihan, terapi

antihipertensi, infark jantung, tamponade,

Hipotensi reaksi anafilaksis.

Kelebihan natrium dan air, ultrafiltrasi yang

Hipertensi tidak adekuat

Reaksi alergi, dialiser, tabung, heparin, besi,

Reaksi Alergi lateks

Gangguan elektrolit, perpindahan cairan

yang terlalu cepat, obat antiaritmia yang

Aritmia terdialisis

Kram Otot Ultrafiltrasi terlalu cepat, gangguan elektrolit

Emboli Udara Udara memasuki sirkuit darah

Perpindahan osmosis antara intrasel dan

ekstrasel menyebabkan sel menjadi bengkak,

edema serebral. Penurunan konsentrasi urea

Dialysis disequilibirium plasma yang terlalu cepat

Masalah pada dialisat / kualitas air

16
Hemolisis oleh karena menurunnya kolom

Chlorine charcoal

Gatal, gangguan gastrointestinal, sinkop,

Kontaminasi Fluoride tetanus, gejala neurologi, aritmia

Kontaminasi bakteri / Demam, mengigil, hipotensi oleh karena

endotoksin kontaminasi dari dialisat maupun sirkuti air

B. Komplikasi kronik

Adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan

hemodialisis kronik. Komplikasi kronik yang sering terjadi dapat

dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini (Bieber dan Himmelfarb, 2013)

Tabel 2.2 Komplikasi kronik hemodialisis (Bieber dan

Himmelfarb, 2013)

Penyakit jantung

Malnutrisi

Hipertensi / volume excess

Anemia

Renal osteodystrophy

Neurophaty

17
Disfungsi reproduksi

Komplikasi pada akses

Gangguan perdarahan

Infeksi

Amiloidosis

Acquired cystic kidney disease

2.2 KUALITAS HIDUP

2.2.1. Definisi

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto,

kualitas hidup adalah tingkat di mana seseorang menikmati hal-hal

penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang

memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang

merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan kenikmatan itu

sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan

kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).

Hays (1992) menyatakan bahwa kualitas hidup dapat

disimpulkan dua bagian yaitu pertama kesehatan fisik terdiri dari fungsi

fisik, keterbatasan peran fisik, nyeri pada tubuh, dan persepsi kesehatan

secara umum, kedua kesehatan mental terdiri dari vitalitas, fungsi sosial,

keterbatasan peran emosional, dan kondisi mental.

18
Kualitas Hidup berarti hidup yang baik, hidup yang baik sama

seperti hidup dengan kehidupan yang berkualitas tinggi. Hal ini

digambarkan pada kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, fungsi dalam

konteks sosial, dan lain-lain (Skevington et al., 2004).

Menurut WHO (1998), kualitas hidup didefenisikan sebagai

persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari

konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka tinggal, dan

berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian

mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara

kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat

kebebasan, hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka.

2.2.2. Komponen Kualitas Hidup

World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)

membagi kualitas hidup dalam enam domain yaitu fisik, psikologis,

tingkat kebebasan, hubungan sosial, lingkungan, spiritual, agama atau

kepercayaan seseorang (WHOQOL Group 1998).

1. Domain fisik

WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu:

a. Nyeri dan ketidaknyamanan

19
Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak

menyenangkan yang dialami individu, dan selanjutnya berubah

menjadi sensasi yang menyedihkan dan mempengaruhi hidup

individu tersebut. Sensasi yang tidak menyenangkan meliputi

kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek, bahkan

penyakit gatal juga termasuk. Diputuskan nyeri bila individu

mengatakan nyeri, walaupun tidak ada alasan medis yang

membuktikannya (WHOQOL Group 1998).

b. Tenaga dan lelah

Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan

keinginan individu untuk selalu dapat melakukan aktivitas

sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi. Kelelahan

membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup

untuk merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan

akibat dari beberapa hal seperti sakit, depresi, atau pekerjaan

yang terlalu berat (WHOQOL Group 1998).

c. Tidur dan istirahat

Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan

istirahat. Masalah tidur termasuk kesulitan untuk pergi tidur,

bangun tengah malam, bangun di pagi hari dan tidak dapat

kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari

(WHOQOL Group 1998).

20
Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas

Toronto mengidentifikasikan Physical being sebagai aspek dari

kesehatan fisik, kebersihan diri, nutrisi, olahraga, perawatan,

berpakaian, dan penampilan fisik (Universitas Toronto, 2004).

2. Domain Psikologis

WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu:

a. Perasaan positif

Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman

perasaan positif individu dari kesukaan, keseimbangan,

kedamaian, kegembiraan, harapan, kesenangan dan kenikmatan

dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu, dan

perasaan pada masa depan merupakan bagian penting dari segi

ini (WHOQOL Group 1998).

b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi

Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap

pemikiran, pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan

kemampuannya dalam membuat keputusan. Hal ini juga

termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan

gagasan (WHOQOL Group 1998).

c. Harga diri

21
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang

diri mereka sendiri. Hal ini bisa saja memiliki jarak dari

perasaan positif sampai perasaan yang ekstrim negatif tentang

diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai

individu dieksplor. Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan

individu dari kekuatan diri, kepuasan dengan diri dan kendali

diri (WHOQOL Group 1998).

d. Gambaran diri dan penampilan

Aspek ini menguji pandangan individu dengan

tubuhnya. Apakah penampilan tubuh kelihatan positif atau

negatif. Fokus pada kepuasan individu dengan penampilan dan

akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini termasuk

perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa

dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian,

menggunakan organ buatan dan sebagainya (WHOQOL Group

1998).

e. Perasaan negatif

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman

perasaan negatif individu, termasuk patah semangat, perasaan

berdosa, kesedihan, keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan

kurang bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk pertimbangan

22
dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada

fungsi keseharian individu (WHOQOL Group 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas

Toronto mengidentifikasikan Psychological being sebagai aspek

dari kesehatan psikologis dan penyesuaian seseorang, pengertian,

perasaan, dan perhatian pada evaluasi diri, dan kontrol diri

(Universitas Toronto, 2004).

3. Domain Tingkat kebebasan

WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat

bagian, yaitu:

a. Pergerakan

Aspek ini menguji pandangan individu terhadap

kemampuannya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat

lain, bergerak di sekitar rumah, bergerak di sekitar tempat kerja,

atau ke dan dari pelayanan transportasi (WHOQOL Group

1998).

b. Aktivitas hidup sehari-hari

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini termasuk perawatan diri

dan perhatian yang tepat pada kepemilikan. Tingkatan dimana

individu tergantung pada yang lain untuk membantunya dalam

23
aktivitas kesehariannya juga berakibat pada kualitas hidupnya

(WHOQOL Group 1998).

c. Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan

Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis

atau pengobatan alternatif (seperti akupuntur dan obat herba)

untuk mendukung fisik dan kesejahteraan psikologisnya.

Pengobatan pada beberapa kasus dapat berakibat negatif pada

kualitas hidup individu (seperti efek samping dari kemoterapi)

di saat yang sama pada kasus lain menambah kualitas hidup

individu (seperti pasien kanker yang menggunakan pembunuh

nyeri) (WHOQOL Group 1998).

d. Kapasitas pekerjaan

Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk

bekerja. Bekerja didefenisikan sebagai aktivitas besar dimana

individu disibukkan. Aktivitas besar termasuk pekerjaan dengan

upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk

masyarakat, belajar dengan waktu penuh, merawat anak dan

tugas rumah tangga (WHOQOL Group 1998).

4. Domain Hubungan sosial

WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian,

yaitu:

a. Hubungan perorangan

24
Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada

persahabatan, cinta, dan dukungan dari hubungan yang dekat dalam

kehidupannya. Aspek ini termasuk pada kemampuan dan

kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang

lain secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu merasa

mereka bisa berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan

orang yang dicintai (WHOQOL Group 1998).

b. Dukungan sosial

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung

jawab, dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman.

Aspek ini fokus pada seberapa banyak yang individu rasakan pada

dukungan keluarga dan teman, faktanya pada tingkatan mana

individu tergantung pada dukungan di saat sulit (WHOQOL Group

1998).

c. Aktivitas seksual

Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan

tingkatan dimana individu dapat mengekspresikan dan senang

dengan hasrat seksual yang tepat (WHOQOL Group 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas

Toronto mengidentifikasikan Social belonging sebagai hubungan

dengan lingkungan sosial dan termasuk perasaan dari penerimaan

25
yang dekat, keluarga, teman, rekan kerja, dan tetangga serta

masyarakat (Universitas Toronto, 2004).

5. Domain Lingkungan

WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:

a. Keamanan fisik dan keamanan

Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan

dari kejahatan fisik. Ancaman pada keamanan bisa timbul dari

beberapa sumber seperti tekanan orang lain atau politik. Aspek

ini berhubungan langsung dengan perasaan kebebasan individu

(WHOQOL Group 1998).

b. Lingkungan rumah

Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana

individu tinggal (tempat berlindung dan menjaga barang-

barang). Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada kenyamanan,

tempat teraman individu untuk tinggal (WHOQOL Group

1998).

c. Sumber penghasilan

Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada

sumber penghasilan (dan sumber penghasilan dari tempat

lain). Fokusnya pada apakah individu dapat mengahasilkan

26
atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup (WHOQOL

Group 1998).

d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas

Aspek ini menguji pandangan individu pada

kesehatan dan perhatian sosial di kedekatan sekitar. Dekat

berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk

mendapatkan bantuan (WHOQOL Group 1998).

e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan

keterampilan

Aspek ini menguji kesempatan individu dan

keinginan untuk mempelajari keterampilan baru,

mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang

terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau

pembelajaran orang dewasa atau aktivitas di waktu luang,

baik dalam kelompok atau sendiri. Unit Penelitian Kualitas

Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Growth

becoming sebagai kegiatan perbaikan atau pemeliharaan

pengetahuan dan keterampilan (WHOQOL Group 1998;

Universitas Toronto 2004).

f. Partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu,

kesempatan dan keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu

27
luang, hiburan dan relaksasi.. Unit Penelitian Kualitas Hidup

Universitas Toronto mengidentifikasikan Leisure becoming

sebagai aktivitas yang menimbulkan relaksasi dan penurunan

stress. Disini termasuk permainan kartu, pembicaraan

dengan tetangga, dan kunjungan keluarga, atau aktivitas

dengan durasi yang lama seperti liburan (WHOQOL Group

1998; Universitas Toronto 2004).

g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)

Aspek ini menguji pandangan individu pada

lingkungannya. Hal ini mencakup kebisingan, polusi, iklim

dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini dapat

meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup (WHOQOL

Group 1998).

h. Transportasi

Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa

mudah untuk menemukan dan menggunakan pelayanan

transportasi (WHOQOL Group 1998).

6. Domain Spiritual/ agama/ kepercayaan seseorang

Aspek ini menguji kepercayaan individu dan

bagaimana dampaknya pada kualitas hidup. Hal ini bisa

membantu individu untuk mengkoping kesulitan hidupnya,

memberi kekuatan pada pengalaman, aspek ini ditujukan

28
pada individu dengan perbedaan agama (Buddha, Kristen,

Hindu, dan Islam), sebaik individu dengan kepercayaan

individu dan kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan

orientasi agama (WHOQOL Group 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup

Universitas Toronto mengidentifikasikan Spiritual being

sebagai refleksi nilai diri, standar diri dari tingkah laku, dan

kepercayaan spiritual dimana terhubung atau tidak dengan

pengaturan kepercayaan (Universitas Toronto, 2004).

WHOQoL ini kemudian dibuat lagi menjadi instrument

WHOQoL –BREF dimana enam aspek tersebut dipersempit menjadi

empat aspek yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan

sosial dan hubungan dengan lingkungan (Skevington et al., 2004).

1. Aspek Kesehatan fisik

Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu

untuk melakukan aktivitas. Aktivitas yang dilakukan individu akan

memberikanpengalaman-pengalaman baru yang merupakan modal

perkembangan ke tahap selanjutnya. Kesehatan fisik mencakup

aktivitas sehari- hari,ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan

29
medis, energi dan kelelahan, mobilitas (keadaan mudah bergerak),

sakit dan ketidak nyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja.

2. Aspek psikologis

Aspek psikologis yaitu terkait dengan keadaan mental

individu. Keadaan mental mengarah pada mampu atau tidaknya

individu menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan perkembangan

sesuai dengan kemampuannya, baik tuntutan dari dalam diri maupun

dari luar dirinya. Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik,

dimana individu dapat melakukan suatu aktivitas dengan baik bila

individu tersebut sehat secara mental. Kesejahteraan psikologis

mencakup bodily image dan appearance, perasaan positif, perasaan

negatif, self esteem, spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir,

belajar, memori dan konsentrasi.

3. Aspek hubungan sosial

Aspek hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu

atau lebih dimana tingkah laku individu tersebut akan saling

mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku individu

lainnya. Mengingat manusia adalah mahluk sosial maka dalam

hubungan sosial ini, manusia dapat merealisasikan kehidupan serta

30
dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya. Hubungan sosial

mencakup hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksual.

4. Aspek lingkungan

Aspek lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk di

dalamnya keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan

segala aktivitas kehidupan, termasuk di dalamnya adalah saran dan

prasarana yang dapat menunjang kehidupan. Hubungan dengan

lingkungan mencakup sumberfinancial, kebebasan, keamanan dan

keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan social care termasuk

aksesbilitas dan kualitas; lingkungan rumah, kesempatan untuk

mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan (skill),

partisipasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan

kegiatan yang menyenangkan di waktu luang, lingkungan fisik

termasuk polusi/kebisingan/keadaan air/iklim, serta transportasi.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Menurut Ghozally faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup diantaranya mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan

penderitaan orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap optimis,

mengembangkan sikap empati.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah :

31
1. Jenis kelamin

Fadda dan Jiron (1999) mengatakan bahwa laki-laki dan

perempuan memiliki perbedaan dalam peran serta akses dan kendali

terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan atau hal-hal yang

penting bagi laki-laki dan perempuan juga akan berbeda. Hal ini

mengindikasikan adanya perbedaan aspek-aspekkehidupan dalam

hubungannya dengan kualitas hidup pada laki-laki dan perempuan.

Ryff dan Singer (1998) mengatakan bahwa secara umum,

kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun

perempuan lebih banyak terkait dengan aspek hubungan yang

bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait

dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.

2. Usia

Wagner, Abbot, dan Lett (2004) menemukan terdapat

perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan

yang penting bagi individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Ryff dan Singer (1998) individu dewasa mengekspresikan

kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa madya.

3. Pendidikan

Pendidikan juga merupakan faktor kualitas hidup, senada

dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl dkk (2004)

menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan

32
lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu.

Barbareschi, Sanderman, Leegte, Veldhuisen dan Jaarsma (2011)

mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi kualitas hidup, hasil penelitian menunjukkan

bahwa tingginya signifikansi perbandingan dari pasien yang

berpendidikan tinggi meningkat dalam keterbatasan fungsional yang

berkaitan dengan masalah emosional dari waktu ke waktu

dibandingkan dengan pasien yang berpendidikan rendah serta

menemukan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien

berpendidikan tinggi dalam domain fisik dan fungsional, khususnya

dalam fungsi fisik, energi/kelelahan, social fungsi, dan keterbatasan

dalam peran berfungsi terkait dengan masalah emosional.

4. Pekerjaan

Hultman, Hemlin, dan H¨ornquist (2006) menunjukkan

dalam hal kualitas hidup juga diperoleh hasil penelitian yang tidak

jauh berbeda dimana individu yang bekerja memiliki kualitas hidup

yang lebih baik dibandingkan individu yang tidak bekerja.

5. Status pernikahan

Glenn dan Weaver melakukan penelitian empiris di Amerika

secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki

kualitas hidup yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak

33
menikah, bercerai, ataupun janda atau duda akibat pasangan

meninggal (Veenhoven, 2002).

6. Finansial

Pada penelitian Ryff dan Singer (1998) menunjukkan bahwa

aspek finansial merupakan salah satu aspek yang berperan penting

mempengaruhi kualitas hidup individu yang tidak bekerja.

7. Standar referensi

Menurut Ryff dan Singer (1998) mengatakan bahwa kualitas

hidup dapat dipengaruhi oleh standar referensi yang digunakan

seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan

antara diri individu dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan definisi

kualitas hidup yang dikemukakan oleh WHOQOL (dalam Power,

2004) bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh harapan, tujuan,

dan standard dari masing-masing individu.

2.3 HEMODIALISA MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP

Kualitas hidup pasien gagal ginjal sangat berkaitan dengan hemodialisa.

Namun, hemodialisa bukan merupakan suatu terapi untuk menyembuhkan.

Hemodialisa dilakukan hanya untuk mempertahankan kehidupan dan

kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Hemodialisa

merupakan terapi yang lama, mahal, serta membutuhkan restriksi cairan dan

diet. Pasien akan kehilangan kebebasan karena berbagai aturan, pasien sangat

34
tergantung pada pemberi layanan kesehatan. Tidak menutup kemungkinan pula

pasien sering mengalami perpecahan di dalam keluarga dan di dalam kehidupan

sosial. Pendapatan akan semakin berkurang atau bahkan hilang, akibat pasien

tidak produktif. Berbagai faktor tersebut atau bahkan didukung beberapa aspek

lain seperti aspek fisik, psikologis, sosioekonomi dan lingkungan dapat

mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal (Nurchayati, 2011).

Pasien hemodialisis mengalami perubahan fungsi tubuh yang

menyebabkan pasien harus beradaptasi dan melakukan penyesuaian diri selama

hidupnya. Kegagalan fungsi ginjal mengakibatkan terjadinya kelelahan dan

kelemahan yang disebabkan oleh anemia, sehingga mengalami kondisi fisik.

Hsieh dan Huang (2010) telah meneliti 27 pasien hemodialisis di Taiwan, dan

sebagian besar mengalami penurunan kualitas hidup karena penurunan

kekuatan fisik yang dialaminya. Lopes (2007) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa durasi hemodialisis, angka kesakitan, kejadian depresi, dan status

kesehatan seperti anemia dan malnutrisi berpengaruh terhadap kualitas hidup

pasien hemodialisis. Pasien hemodialisis juga mempunyai kualitas hidup yang

lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menjalani transplantasi ginjal.

Persepsi atau pengalaman individu terhadap perubahan besar termasuk

harus menjalani hemodialisis dapat menimbulkan stress berupa kecemasan,

ketakutan, marah, depresi, perubahan perilaku kognitif, respon verbal dan

motorik, dan mekanisme pertahanan ego yang tidak disadari. Penyesuaian

tersebut mencakup keterbatasan dalam kemampuan fisik dan motorik,

35
penyesuaian terhadap perubahan fisik dan pola hidup, ketergantungan kepada

orang lain secara fisik dan ekonomi, serta ketergantungan terhadap mesin

dialisis seumur hidupnya (Merkus, 1997).

Perubahan dalam kehidupan merupakan salah satu pemicu terjadinya

stres. Stres juga secara tidak langsung dapat mempengaruhi morbiditas dengan

cara merubah pola perilaku individu. Hal ini menunjukkan bahwa stres akan

dapat memperburuk kondisi kesehatan penderita dan menurunkan kualitas

hidupnya (Merkus, 1997).

Dalam aspek sosial, pasien hemodialisis mengalami perubahan peran

dan gaya hidup yang berhubungan dengan beban fisik dan psikologis. Karena

dianggap sakit, pasien tidak ikut serta dalam kegiatan sosial di keluarga dan

masyarakat dan tidak boleh mengurus pekerjaan, sehingga terjadi perubahan

peran dan tanggung jawab dalam keluarga. Pasien merasa bersalah karena

ketidak mampuan dalam berperan, dan ini merupakan ancaman bagi harga diri

pasien, yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi tingkat kualitas hidup

pasien. Saban (2008) melakukan penelitian kualitatif tentang kualitas hidup

pasien hemodialisis, dan mengemukakan bahwa pasien hemodialisis

mengalami penurunan fungsi dan kemampuan beraktivitas, merasa sedih dan

depresi, mengalami perubahan interaksi sosial dan status ekonomi, serta

membutuhkan dukungan sosial dari keluarganya. Oleh karena itu, dalam

penatalaksanaan pasien hemodialisis, penilaian terhadap kualitas hidup

merupakan faktor penting selain adekuasi hemodialisis, karena berhubungan

36
dengan morbiditas dan mortalitas pasien gagal ginjal. Penilaian tentang kualitas

hidup merupakan indikator penting untuk menilai keefektifan tindakan

hemodialisis yang diberikan, sehingga meningkatkan dan mempertahankan

kualitas hidup telah menjadi tujuan penting dalam pengobatan penyakit ginjal

tahap akhir.

Menurut Thomas (2008) walaupun hemodialisa sangat penting untuk

menggantikan fungsi ginjal yang rusak tetapi hemodialisa juga dapat

menyebabkan komplikasi umum berupa hipertensi (20-30% dari dialisis), kram

otot (5-20% dari dialisis), mual dan muntah (5-15% dari dialisis), sa-kit kepala

(5% dari dialisis), nyeri dada (2-5% dialisis), sakit tulang belakang (2- 5% dari

dialisis), rasa gatal (5% dari dialisis) dan demam pada anak-anak (<1% dari

dialisis) . Sedangkan komplikasi serius yang paling sering terjadi adalah

sindrom disequilibrium, arrhythmia,tamponade jantung, perdarahan

intrakaranial, hemolisis dan emboli paru.

37
2.4 KERANGKA TEORI

PASIEN Faktor yang mempeng- Perubahan aspek kehidu-


3
aruhi kualitas hidup : pan pasien hemodialisa :
HEMODIALISA
- Jenis kelamin - Fisik (keterbatasan ke-
- Usia mampuan fisik, keter-
Terapi Hemodialisa dila- - Pendidikan gantungan fisik
kukan tiga kali dalam - Pekerjaan - Psikologis (cemas,
seminggu selama 3-5 jam - Status pernikahan depresi
setiap kali
1.5 hemodialisis.
Hipotesis - Finansial - Sosial (perubahan peran
- Standar referensi dan gaya hidup

Komplikasi :
-
-
Komplikasi Akut
Komplikasi Kronis
USIA:
- >45 Tahun
- <45 Tahun

DIMENSI DIMENSI DIMENSI DIMENSI


FISIK PSIKOLOGIS SOSIAL FISIK

KUALITAS HIDUP
Keterangan :
Tidak diteliti

Yang diteliti

38
2.5 HIPOTESIS

H0 : Tidak terdapat perbedaan Kualitas Hidup pada pasien Hemodialisa yang


berusia <45 dan >45 tahun di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
H1 : Terdapat perbedaan Kualitas Hidup pada pasien Hemodialisa yang berusia
<45 dan >45 tahun di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.

39

Anda mungkin juga menyukai