Anda di halaman 1dari 2

PHK Karyawan, Menko Darmin

Sebut Freeport Coba Tekan


Pemerintah
Lily Rusna Fajriah
Rabu, 15 Februari 2017 − 12:55 WIB

Menko Darmin mengaku tak mau ambil pusing dengan keputusan PT Freeport untuk mengurangi
produksi konsentrat dan merumahkan beberapa karyawan. Foto/Ilustrasi
A+ A-
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution
mengaku tak mau ambil pusing dengan keputusan PT Freeport Indonesia untuk
mengurangi produksi konsentrat dan merumahkan beberapa karyawannya. Baginya,
Freeport hanya berusaha menekan pemerintah agar permintaannya dituruti.

Freeport sendiri memang telah berkomitmen untuk mengubah status kontraknya dari
Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan izin ekspor konsentrat. Namun, raksasa tambang asal
Amerika Serikat (AS) ini juga mengajukan syarat sebelum perubahan status tersebut
disepakati kedua belah pihak.
Mereka menginginkan agar aturan pajak dan royalti di IUPK bersifat naildown seperti
yang ada di KK, yakni besaran pajak dan royalti yang dibayarkan Freeport bersifat tetap
dan tidak ada perubahan hingga masa kontrak berakhir.

Sementara, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2017, aturan pajak dan royalti
bersifat prevailing atau mengikuti aturan pajak yang berlaku. Sehingga, pajak yang
dibayarkan Freeport berubah-ubah sesuai aturan pajak yang berlaku saat itu.

"Ya kalau itu (pangkas produksi dan karyawan) bagian dari tekan menekan. Enggak
usah didengarkan," kata Darmin di Pancoran, Jakarta, Rabu (15/2/2017).

Seperti diberitakan sebelumnya, PT Freeport telah merumahkan sejumlah karyawannya


yang ada di Indonesia. Hal ini seiring dengan larangan pemerintah untuk mengekspor
konsentrat, sebelum mengubah status kontraknya dari KK menjadi IUPK.

Freeport sejatinya telah mengajukan perubahan status dari KK menjadi IUPK, dan
emerintah pun telah menyetujuinya. Namun, Freeport masih belum sepakat dengan
persyaratan dari pemerintah terkait IUPK, sehingga Freeport pun masih belum
menyetujui perubahan status tersebut.

Juru Bicara Freeport Riza Pratama mengungkapkan, pihaknya telah mengurangi


produksi konsentratnya sebesar 40%. Pengurangan produksi ini sesuai dengan
kapasitas domestik yang tersedia di PT Smelting, yang ada di Gresik.

"Tertundanya ekspor konsentrat mengalibatkan Freeport mengambil tindakan dalam


waktu dekat untuk mengurangi produksi agar sesuai kapasitas domestik yang tersedia
di PT Smelting, yang memurnikan sekitar 40% dari produksi konsentrat Freeport,"
paparnya.

(akr)

Anda mungkin juga menyukai