Menko Darmin mengaku tak mau ambil pusing dengan keputusan PT Freeport untuk mengurangi
produksi konsentrat dan merumahkan beberapa karyawan. Foto/Ilustrasi
A+ A-
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution
mengaku tak mau ambil pusing dengan keputusan PT Freeport Indonesia untuk
mengurangi produksi konsentrat dan merumahkan beberapa karyawannya. Baginya,
Freeport hanya berusaha menekan pemerintah agar permintaannya dituruti.
Freeport sendiri memang telah berkomitmen untuk mengubah status kontraknya dari
Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan izin ekspor konsentrat. Namun, raksasa tambang asal
Amerika Serikat (AS) ini juga mengajukan syarat sebelum perubahan status tersebut
disepakati kedua belah pihak.
Mereka menginginkan agar aturan pajak dan royalti di IUPK bersifat naildown seperti
yang ada di KK, yakni besaran pajak dan royalti yang dibayarkan Freeport bersifat tetap
dan tidak ada perubahan hingga masa kontrak berakhir.
Sementara, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2017, aturan pajak dan royalti
bersifat prevailing atau mengikuti aturan pajak yang berlaku. Sehingga, pajak yang
dibayarkan Freeport berubah-ubah sesuai aturan pajak yang berlaku saat itu.
"Ya kalau itu (pangkas produksi dan karyawan) bagian dari tekan menekan. Enggak
usah didengarkan," kata Darmin di Pancoran, Jakarta, Rabu (15/2/2017).
Freeport sejatinya telah mengajukan perubahan status dari KK menjadi IUPK, dan
emerintah pun telah menyetujuinya. Namun, Freeport masih belum sepakat dengan
persyaratan dari pemerintah terkait IUPK, sehingga Freeport pun masih belum
menyetujui perubahan status tersebut.
(akr)