Anda di halaman 1dari 13

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar

A. Pengertian Tumor

Dalam pengertian umum tumor adalah benjolan atau pembengkakan dalam


tubuh. Dalam pengertian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh
neoplasma. ( Lorraine M. Wilson. 2005: 20)

B. Etiologi

1. Karsinogen kimiawi dapat alami atau sintetik, misalnya Aflatoksin B1


pada kacang, vinylklorida pada industri plastik, benzoapiran pada asap
kendaraan bermotor, kemoterapi dalam kesehatan.

2. Karsinogen fisik, misalnya sinoar ionisasi pada nuklir, sinar radioaktif,


sinar ultraviolet

3. Hormon, misalnya estrogen

4. Viral, misalnya TBL-I, HBV, HPV, EBV

5. Gaya hidup, misalnya diet, merokok, alcohol

6. Parasit, misalnya schistoma hematobium

7. Genetik

8. Penurunan imunitas

C. Klasifikasi Tumor

1. Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker
terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel-sel secara tidak
terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan organ
tempat tumbuh kanker.
5

2. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak
merusak tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif) dan
umumnya tidak bermetastase

3. Klassifikasi patologik tumor dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan


mikroskopis pada jaringan dan tumor ( Lorraine M. Wilson. 2005: 20).

4
6

D. Patofisiologi Tumor

Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda
dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor
tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya,
autonominya dalam pertumbuhan, kemampuan dalam berinfiltrasi dan
menyebabkan metastase, Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di
suatu tempat (unisentrik), tetapi kadang tumor berasal dari beberapa sel dalam
satu organ (multisentrik) atau dari beberapa organ (multiokuler) pada waktu
bersamaan (sinkron) atau berbeda (metakron). Selama pertumbuhan tumor
masih terbatas pada organ tempat asalnya maka tumor dikatakan mencapai
tahap local, namum bilatelah infiltrasi ke organ sekitarnya dikatakan
mencapai tahap invasive atau infiltrative. Sel tumor bersifat tumbuh terus
sehingga makin lama makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya. Pada
neoplasma sel tumbuh sambil menyusup dan merembes ke jaringan
sekitarnya dan dapat meninggalkan sel induk masuk ke pembuluh darah atau
pembuluh limfe, sehingga terjadi penyebaran hematogen dan limfatogen.
(lockhart. 2012:38).

E. Komplikasi Tumor Colli

1. Tumor pada colli (leher) bisa berupa tumor jinak atau tumor ganas.

2. Tumor jinak bisa berupa kista, hemangioma.

3. Tumor ganas bisa berupa Limfoma Non Hodgkin.

F. Pemeriksaan Diagnostik
7

Berbagai penyakit dapat tampil sebahgai tumor leher sering


membingungkan. Pada pemeriksaan khususnya diperhatikan letak tumor,
ukuran, bentuk dan sifat permukaan.

Diagnosis ditentukan dengan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis


dari jaringan hasil eksisi atau biopsy, Pemeriksaan dengan CT Scan dapat
pula dilakukan.

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang yang digunakan untuk tumor secara umum adalah:

1. Pemeriksaan Laboratorium: Hal ini dapat dilakukan untuk menunjang


diagnosis tumor padat, namun lebih penting lagi dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah terdapat penyulit pada kanker pasien dan juga baik
untuk mengetahui persiapan terapi yang akan dilakukan, baik bedah maupun
medik. Diantaranya: darah lengkap, urin lengkap, FAAL hati, Faal ginjal,
gula darah, faal hemostatik, protein serum, alkali fsfatase, elektrolit serum,
LDH, asam urat, serum imunoglobulin, dll.
2. Pemeriksaan Patologi Anatomi: Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan
morfologi tumor baik secara makro maupun mikro. Bahan yang digunakan
dapat diperoleh dari biopsi. Ada beberapa cara biopsi, diantaranya, biopsi
insisi, eksisi, truncut, aspirasi, ataupun endoskop. Setelah bahan didapatkan,
diproses melalui beberapa cara agar dapat terpotong halus, diantaranya:
sediaan beku, paraffine block, plastic coupe, dll, dan dilakukan pengecatan
sesuai tujuan pemeriksaan.

3. Imaging: Diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Banyak jenis


imaging dari yang sederhana sampai dengan yang canggih, dan juga berguna
untuk menentukan beberapa staging tumor.

4. Penanda Tumor: berupa molekul protein (enzim, hormon, dll) yang dalam
keadaan normal tidak ada, atau sedikit sekali diproduksi tubuh. PT dapat
digunakan untuk skrining, menegakkan diagnosisi, prognosis, pemantauan
hasil pengobatan dan deteksi kekambuhan (Brenda G. 2015:12).
8

H. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah
nodul tersebut supek benigna atau maligna. Bila suspek maligna ditentukan
pula apakah kasus tersebut operable atau inoperable. Bila operable, operasi
yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik, atau lobektomi
subtotal dengan resiko bila ganas ada kemungkinan sel- sel karsinoma yang
tertinggal. Tindakan yang biasa dilakukan adalah tiroidektomi total. Bila ada
fasilitas pemeriksaan dengan sediaan beku dan ada persangkaan keganasan,
pemeriksaan prefarat sediaan beku dilakukan dengan potongan- potongan
kebeberapa arah. Bila hasilnya jinak, lobektomi saja sudah cukup memadai.
Bila ganas, lobus kontralateral diangkat seluruhnya (tiroidektomi totalis).
Dapat pula dilakukan near total tiroidektomi. Jika hasil pemeriksaan kelenjar
getah bening dicurigai adanya metastasis, dilakukan diseksi radikal kelenjar
getah bening pada sisi yang bersangkutan.
2. Radiasi
Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus
kontralateral, maka dilakukan:
A) radiasi interna dengan i131. Hanya tumor- tumor berdifferensiasi baik
yang mempunyai afinitas terhadap i131 terutama yang follicular. Radiasi
interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid afinitasnya lebih besar
harus dihilangkan dulu dengan jalan operasi atau ablasio dengan
pemberian i131 dosis yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid normal
rusak semua, baru sisa i131 bisa merusak jaringan tumor.
B) radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor- tumor
inoperable atau anaplastik yang tidak berafinitas dengan i131. Sebaiknya
dengan sinar elektron15- 20 mw dengan dosis 400 rad. Sumsum tulang
harus dilindungi. Radiasi eksterna diberikan juga untuk terapi paliatif
bagi tumor yang telah bermetastasis.
3. Khemoterapi
Pada kanker tiroid yang bermetastasis regional yang inoperable juga pada
tumor yang bermetastasis jauh yang berdifferensiasi buruk.

5. Follow- up
9

Enam minggu setelah tindakan tiroidektomi total dilakukan pemeriksaan


sidik terhadap sisa jaringan tiroid normal. Bila ada dilakukan ablasio dengan
i131, kemudian dilanjutkan dengan terapi supresi dengan sampai kadar tshs
<> Pada follow karsinoma tiroid berdifferensiasi baik diperiksa kadar human
tiroglobulin. Dan pada karsinoma tiroid medullare diperiksa kadar
kalsitonin.( Suyono, Slamet. 2014:14).

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1) PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Sistem Integumen

a. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus

b. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema

c. Perhatikan pigmentasi kulit

d. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah

2. Sistem Gastrointestinalis

a. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi

b. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit

c. Kaji diare & konstipasi

d. Kaji anoreksia

e. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

3. Sistem Hematopoetik

a. Kaji Netropenia

b. Kaji tanda infeksi


10

c. Auskultasi paru

d. Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe

e. Kaji suhu

f. Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 –


berat

g. Kaji Anemia

h. Warna kulit, capilarry refill

i. Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

4. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular

a. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non
produktif – terutama bleomisin

b. Kaji tanda CHF

c. Lakukan pemeriksaan EKG

5. Sistem Neuromuskular

a. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik

b. Perhatikan adanya parestesia

c. Evaluasi refleks

d. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki

e. Kaji gangguan pendengaran

f. Diskusikan ADL
11

6. Sistem genitourinari

a. Kaji frekwensi BAK

b. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine

c. Kaji : hematuria, oliguria, anuria

d. Monitor BUN, kreatinin

2) Diagnosa Keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan


muntah

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat


pada penampilan.

3) Intervensi Keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi


Intervensi :

a. Pantau suhu dengan teliti


Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b. Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
12

c. Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk melaksanakan


teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

d. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif


Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko
infeksi

e. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi


seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi

f. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik


Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme

g. Berikan periode istirahat tanpa gangguan


Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler

h. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia


Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh

i. Berikan antibiotik sesuai ketentuan


Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas


Intervensi :

a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk


berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
13

c. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan


atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi

d. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi


Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan


muntah

Tujuan : – Tidak terjadi kekurangan volume cairan


-Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :

a. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi


Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
b. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang

c. Kaji respon anak terhadap anti emetik


Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum
berhasil

d. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat


Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah

e. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering


Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik

f. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan


Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
14

Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat


Intervensi :

a. Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat
langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
b. Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal

c. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu


bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi

d. Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan


Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan

e. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering


Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik

f. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient


Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga
cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan
peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein
yang adekuat

g. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep


Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein
kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari
normal.
15

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat


pada penampilan

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif


Intervensi :

a. Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya
dan warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut
terhadap kerontokan rambut
b. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

c. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek
dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial

d. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan


mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru

e. Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis
kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan

4) Implementasi Keperawatan

Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat


mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan
tersebut meliputi kegiatan-kegiatan: Review tindakan keperawatan yang
diidentifikasi pada tahap perencanaan,menganalisa pengetahuan dan
keterampilan keperawatan yang diperlukan, mengetahui komplikasi dari
tindakan keperawatan yang mungkin timbul,menentukan dan
16

mempersiapkan peralatan yang diperlukan, mempersiapkan lingkungan


yang konduktif sesuai dengan yang akan dilaksanankan mengidentifikasi
aspekhukum dan etik terhadap resiko dari potensial tindakan.

5) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menandakan


seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai.

Anda mungkin juga menyukai