Bab 2 LP
Bab 2 LP
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
A. Pengertian Tumor
B. Etiologi
7. Genetik
8. Penurunan imunitas
C. Klasifikasi Tumor
1. Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker
terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel-sel secara tidak
terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan organ
tempat tumbuh kanker.
5
2. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak
merusak tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif) dan
umumnya tidak bermetastase
4
6
D. Patofisiologi Tumor
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda
dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor
tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya,
autonominya dalam pertumbuhan, kemampuan dalam berinfiltrasi dan
menyebabkan metastase, Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di
suatu tempat (unisentrik), tetapi kadang tumor berasal dari beberapa sel dalam
satu organ (multisentrik) atau dari beberapa organ (multiokuler) pada waktu
bersamaan (sinkron) atau berbeda (metakron). Selama pertumbuhan tumor
masih terbatas pada organ tempat asalnya maka tumor dikatakan mencapai
tahap local, namum bilatelah infiltrasi ke organ sekitarnya dikatakan
mencapai tahap invasive atau infiltrative. Sel tumor bersifat tumbuh terus
sehingga makin lama makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya. Pada
neoplasma sel tumbuh sambil menyusup dan merembes ke jaringan
sekitarnya dan dapat meninggalkan sel induk masuk ke pembuluh darah atau
pembuluh limfe, sehingga terjadi penyebaran hematogen dan limfatogen.
(lockhart. 2012:38).
1. Tumor pada colli (leher) bisa berupa tumor jinak atau tumor ganas.
F. Pemeriksaan Diagnostik
7
G. Pemeriksaan Penunjang
4. Penanda Tumor: berupa molekul protein (enzim, hormon, dll) yang dalam
keadaan normal tidak ada, atau sedikit sekali diproduksi tubuh. PT dapat
digunakan untuk skrining, menegakkan diagnosisi, prognosis, pemantauan
hasil pengobatan dan deteksi kekambuhan (Brenda G. 2015:12).
8
H. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah
nodul tersebut supek benigna atau maligna. Bila suspek maligna ditentukan
pula apakah kasus tersebut operable atau inoperable. Bila operable, operasi
yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik, atau lobektomi
subtotal dengan resiko bila ganas ada kemungkinan sel- sel karsinoma yang
tertinggal. Tindakan yang biasa dilakukan adalah tiroidektomi total. Bila ada
fasilitas pemeriksaan dengan sediaan beku dan ada persangkaan keganasan,
pemeriksaan prefarat sediaan beku dilakukan dengan potongan- potongan
kebeberapa arah. Bila hasilnya jinak, lobektomi saja sudah cukup memadai.
Bila ganas, lobus kontralateral diangkat seluruhnya (tiroidektomi totalis).
Dapat pula dilakukan near total tiroidektomi. Jika hasil pemeriksaan kelenjar
getah bening dicurigai adanya metastasis, dilakukan diseksi radikal kelenjar
getah bening pada sisi yang bersangkutan.
2. Radiasi
Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus
kontralateral, maka dilakukan:
A) radiasi interna dengan i131. Hanya tumor- tumor berdifferensiasi baik
yang mempunyai afinitas terhadap i131 terutama yang follicular. Radiasi
interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid afinitasnya lebih besar
harus dihilangkan dulu dengan jalan operasi atau ablasio dengan
pemberian i131 dosis yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid normal
rusak semua, baru sisa i131 bisa merusak jaringan tumor.
B) radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor- tumor
inoperable atau anaplastik yang tidak berafinitas dengan i131. Sebaiknya
dengan sinar elektron15- 20 mw dengan dosis 400 rad. Sumsum tulang
harus dilindungi. Radiasi eksterna diberikan juga untuk terapi paliatif
bagi tumor yang telah bermetastasis.
3. Khemoterapi
Pada kanker tiroid yang bermetastasis regional yang inoperable juga pada
tumor yang bermetastasis jauh yang berdifferensiasi buruk.
5. Follow- up
9
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Sistem Integumen
2. Sistem Gastrointestinalis
a. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi
d. Kaji anoreksia
3. Sistem Hematopoetik
a. Kaji Netropenia
c. Auskultasi paru
e. Kaji suhu
g. Kaji Anemia
a. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non
produktif – terutama bleomisin
5. Sistem Neuromuskular
c. Evaluasi refleks
f. Diskusikan ADL
11
6. Sistem genitourinari
2) Diagnosa Keperawatan
3) Intervensi Keperawatan
a. Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat
langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
b. Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
a. Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya
dan warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut
terhadap kerontokan rambut
b. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
c. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek
dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
e. Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis
kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
4) Implementasi Keperawatan
5) Evaluasi Keperawatan