Anda di halaman 1dari 18

PEDIKULOSIS

DEFINISI

Pedikulosis adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh Pediculus
tergolong famili Pediculidae (Ronnny P Handoko). Sedangkan menurut Brunner & Suddart,
2002 pedikulosis adalah infeksi kutu yang mengenai kepala, badan, dan pubis, mengenai
daerah-daerah yang berambut. Dan menurut Arif Monsjoer, 2002 Pedikulosis adalah infeksi
kulit dan rambut pada manusia yang disebabkan oleh parasit obligat pediculus humanis.

Klasifikasi pedikulosis ada 3, yaitu:

1. Pedikulosis kapitis
2. Pedikulosis korporis
3. Pedikulosis pubis

1. Pedikulosis Kapitis
a. Definisi
Pedicolosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang disebut pediculls
humanus capitis pada kulit kepala. Tuma betina akan meletakkan telur-telurnya ( nits
) didekat kulit kepala. Telur ini akan melekat erat pada batang rambut dengan suatu
subtansi yang liat. Telur akan menetas menjadi tuma muda dalam waktu sekitar 10
hari dan mencapai maturitasnya dalam tempo 2 minngu.
Penyakit ini terutama menyerang anak usia muda dan cepat meluas dalam lungkungan
hidup yang padat, misalnya di asrama dan panti asuhan. Cara penularannya biasanya
melalui perantara benda, misalnya sisir, bantal, kasur, topi, dan lain-lain. Tambahan
pula dalam kondisi hygiene kurang baik, misalnya jarang membersihkan rambut atau
rembut yang relatif susah dibersihkan (seperti rambut yang panjang dan tebal pada
wanita).

b. Etiologi

Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi
kemerahan jika sudah menghisap darah. Terdapat 2 jenis kelamin jantan dan betina,
yang betina ukuran panjang 1,2-3,2 mm dan lebarnya lebih kurang ½ panjangnya,
jantan lebih kecil dan jumlahnya lebih sedikit dibanding betina. Siklus hidupnya
melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits) diletakkan disepanjang
rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung terdapat telur
yang matang.

c. Patofisiologi

Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal.
Gatal tersebut timbuk karena pengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan
ke dalam kulit waktu menghisap darah.

d. Manifestasi Klinis

Gejala awal berupa gatal, terutama pada daerah oksiput dan temporal serata dapat
meluas ke seluruh kepala. Kemudian karena garukan, terjadi erosi, ekskoirasi, dan
infeksi sekunder (pus, krusta). Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal
akibat banyaknya pus dan krusta (plikapelonika), berbau busuk, disertai pembesaran
kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular).

e. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti adalah menemukan kutu atau telur, terutama dicari di daerah oksiput
dan temporal. Telur berwarna abu-abu dan berkilat.

f. Penatalaksanaan

Pengobatan bertujuan memusnahkan semua kutu dan telur serta mengobati infeksi
sekunder. Pengobatan yang dianggap baik ialah malathoin 0,5% atau 1% dalam
bentuk losio atau spray, tetapi sukar didapat. Cara pemakaian : malam sebelum tidur
cuci rambut dengan sabun kemudian oleskan losio malathion dan tutup kepala dengan
kain. Keesokkan harinya cucui rambut dengan sabun lalu sisir dengan serit (sisir halus
dan rapat). Pengobatan dapat diulangi lagi seminggu kemudian jika masih terdapat
kutu atau telur. Obat yang mudah didapat dan cukup efektif ialah krim gameksan 1%.
Cara pemakaian : oleskan merata pada tiap helai rambut dan diamkan selama 12 jam,
cuci dan sisir rambut dengan serit agar semua kutu dan telur terlepas. Jiak msih
terdapat telur, seminggu kemudian ulangi dengan cara yang sama. Obat lain ialah
emulsi benzil benzoat 25%, dipakai dengan cara yang sama.
Pada keadaan infeksi sekunder berat sebaiknya rambut dicukur, diobati dengan
antibiotik sistemik dan topikal, lalu disusul dengan obat kutu dalam bentuk sampo.
Hygiene merupakan syarat supaya tidak terjadi residif.

2. Pedikulosis Korposis
a. Definisi

Infeksi kulit disebabkan oleh Pediculus humanus var. corporis. Penyakit ini biasanya
menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan hygiene yang buruk, misalnya
penggembala, disebabkan mereka jarang mandi atau jarang mengganti dan mencuci
pakaian. Maka itu penyakit ini sering disebut penyakit vagabound. Hal ini
disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas disela-sela lipatan
pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah.
Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin
karena orang memakai baju yang tebal dan jarang dicuci. Cara penyebaran dapat
melalui pakaian maupun kontak langsung. Pada orang yang dadanya berambut
terminal kutu ini dapat melekat pada rambut tersebut dan dapat ditularkan.

b. Etiologi
Pediculus humanus var. corporis mempunyai 2 jenis kelamin, yaitu jantan dan betina,
yang betina berukuran panjang 1,2-4,2 mm dan lebar kira-kira setengah panjangnya,
sedangkan yang jantan lebih kecil. Siklus hidup dan warna kutu ini sama dengan yang
ditemukan pada kutu kepala.

c. Patofisiologi
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal.
Rasa gatal ini disebabkan oleh liur dan ekskreta dari kutu pada waktu menghisap
darah.

d. Manifestasi Klinis
Daerah kulit yang terutama terkena adalah bagian yang paling terkena pakaian dalam
( leher, badan, dan paha ). Kutu badan terutama hidup dalam pelipit pakaian dan di
tempat ini, kutu melekat erat sementara menusuk kulit penderita dengan probosisnya.
Gigitan kutu menyebabkan titik-titik pendarahan yang kecil dan khas. Ekskoriasi yang
menyebar luas dapat terlihat sebagai akibat dari rasa gatal dan perbuatan menggaruk
yang intensif, khususnya pada badan serta leher. Diantara lesi sekunder yang
ditimbulkan terdapat guratan linier garukan yang paralel dan ekzema dengan derajat
ringan. Pada kasus yang menahun, kulit pasien menjadi kebal, kering dan bersisik
dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.

e. Pemeriksaan Penunjang
Menemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian.

f. Penatalaksanaan
Pengobatannya ialah dengan krim gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh
dan didiamkan 24 jam, setelah itu mandi. Jika belum sembuh diulangi 4 hari
kemudian. Obat lain ialah emulsi benzil benzoat 25% dan bubuk malathion 2%.
Pakaian direbus atau disetrika untuk membunuh telur dan kutu. Jika terdapat infeksi
sekunder, obati dengan antibiotik secara sistemik dan topikal.

3. Pedikulosis Pubis
a. Definisi

Pedikulus pubis ini ialah infeksi rambut didaerah pubis dan disekitarnya oleh Phthirus
pubis. Pedikulus pubis dulu dianggap Phthirus pubis secara morfologi sama dengan
Pediculus, maka itu di namakan juga Pediculus pubis. Tetapi ternyata morfologi
keduanya berbeda, Phthirus pubis lebih kecil dan lebih pipih.
Penyakit ini mengenai orang dewasa dan dapat digolongkan dalam PMS serta dapat
pula mengenai jenggot dan kumis. Infeksi ini juga dapat terjadi pada anak-anak, yaitu
di alis dan bulu mata (misalnya blefaritis) dan pada tepi batas rambut kepala. Cara
penularan umumnya dengan kontak langsung.

b. Etiologi
Penyebab penyakit ini ialah Phthirus pubis. Kutu ini mempunyai 2 jenis kelamin,
yang betina lebih besar dari pada jantan, panjangnya sama dengan lebar ialah 1-2 mm.
c. Manifestasi Klinis
Gejala utama adalah gatal di daerah pubis dan di sekitarnya, dapat meluas sampai ke
abdomen dan dada, dijumpai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan
yang disebut sebagai makula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata biasa dan
susah untuk dilepaskan karena kepalanya di masukkan ke dalam muara folikel
rambut.
Gejala patogenomonik lainnnya adalah black dot, yaitu bercak hitam yang tampak
jelas pada celana dalam berwarna putih yang terlihat saat bangun tidur. Bercak hitam
ini merupakan krusta yang berasal yang sering di interprestasikan salah sebagai
hematuria. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah
bening regional.

d. Pemeriksaan Penunjang
Menemukan telur atau kutu dalam bentuk dewasa.

e. Penatalaksanaan
Pengobatannya sama dengan pengobatan pedikulosis korporis, yaitu krim gameksan
1% atau emulsi benzil benzoat 25% yang dioleskan dan didiamkan selama 24 jam.
Pengobatan diulangi 4 hari kemudian, jiak belum sembuh. Sebaiknya rambut kelamin
dicukur, pakaian dalam direbus atau disetrika. Mitra seksual harus pula diperiksa dan
jika perlu di obati.
SCABIES

DEFINISI

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan)
terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi Djuanda. 2007)
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya skabies adalah
Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005)
Skabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart,
1997).

ETIOLOGI
Skabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes
scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan
kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas
menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan
hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal
(Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super famili Sarcoptes. Pada
manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. Scabiei yang lain,
misalnya kambing dan babi.
Faktor resiko dari scabies ini adalah:
a. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima
sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.
b. Skabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaanya berhubungan
erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal
kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan
akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
c. Skabies inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies,
sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid toikal yang lama
dapat menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena
penurunan respon imun seluler.
d. Skabies terbaring di tempat tidur
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.
Cara penularan (transmisi):
a. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit)
b. Kontak tak langsung (melalui benda)

PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit disebabkan tungau skabies dan garukan gatal akibat sensitisasi terhadap sekret
dan ekskret tungau kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dll. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoiriasi, krusta dan infeksi sekunder.

MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :
a. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih
lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan
yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau
tersebut.
c. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit
menjadi polimorfi (pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (wanita) dan lipatan glutea,
umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan
orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
d. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini, merupakan hal
yang paling diagnostik.

KOMPLIKASI
Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, maka timbul komplikasi
antara lain:
a. Dermatitis akibat garukan
b. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan furunkel.
c. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbul komplikasi
pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
d. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang berlebihan,
baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering.

PENATALAKSANAAN
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk,
seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.
4. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit yang
mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan pakaian
yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau perlu direbus dan
dikeringkan dengan alat pengering panas.
6. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat,
ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta menjaga
kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
Pengobatan skabies harus pada seluruh anggota keluarganya. Jenis obat topikal antara
lain:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim. Pada
bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman efektif.
Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang semakin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk krim atau
losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stdium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya hanya
cukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.
Pengguanaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada
bayi dan anak-anak jika digunakan berlebihan , dapat menimbulkan neurotoksisitas.
Obat ini tidak aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanita hamil.
4. Benzilbenzoat (krotamiton). Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau losio
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata,
mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60 % pasien. Digunakan
selama 2 malam beruturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir,
kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher
ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk
bayi dan anak-anak harus di tambahkan air 2-3 bagian.
5. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya selama
8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang paling efektif dan
aman karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas
rendah pada manusia. Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik,
hanya perlu ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila
didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PEDIKULOSIS DAN
SKABIES

1. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur akibat gatal
yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan, terdapat ulkus dan erosi
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti saat ini.
5. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien.
6. Data biologis
 Personal hygienes: buruk, jarang mandi, memakai pakaian atau handuk
bergantian.
 Istirahat tidur: klien kurang tidur karena rasa gatal yang diderita.
7. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum klien lemah
 Kesadaran kompos mentis
 Kulit pada klien skabies terdapat terowongan dan di ujungnya ada papul
dan vesikel.
 Turgor kulit tidak elastis, membran mukosa dan kulit kering, kulit terasa
kasar.
 Kulit kepala pada klien pedikulosis kapitis ditemukan telur-telur dirambut
dan kutu dewasa, impetigo sekunder dan furunkulosis.
 Badan pada klien pedikulosis terlihat bekas garukan sejajar, urtikaria,
papula eritematosa yang awet, lesi tampak jelas.
 Pubis pada klien pedikulosis pubis didapatkan phthirus pubis dan nokta-
nokta hitam kecil yang merupakan titik-titik darah dan terdapat jumlah
yang banyak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada klien skabies dan pediculus yaitu:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer yang tidak baik.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pruritas/gatal.
4. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus/gatal.
ASKEP PADA KLIEN DENGAN PEDIKULOSIS

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan lalu
 Riwayat personal hygiene yang buruk
 Sering berganti pakaian secara bersama-sama
 Penyakit menular seksual : sifilis, gonorrhea.
c. Riwayat kesehatan keluarga
 Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama, sehingga
penularan penyakit dapat terjadi.
 Keluarga / pasangan yang menderita PMS
 Hygiene anggota keluarga yang buruk.
d. Data
 Integritas ego
Gejala : mungkin cemas, ketakutan dan khawatir, menarik diri.
Tanda : gelisah, pucat, kurang percaya diri
 Nyeri dan kenyamanan
Tanda : gatal pada daerah temporal, occiput dan pubis
Rasa panas di kulit kepala, eritema, iritasi dan kulit kering, bersisik, adanya bekas
garukan dan bintik-bintik kemerahan.
Adanya lesi, krusta akibat garukan.
 Keamanan
Keadaan pada kulit : adanya lesi, pus dan krusta, pembesaran kelenjar
getah bening.
Keadaan pada rambut : rambut bergumpal dan berbau busuk, infeksi
sekunder akibat garukan, ditemukannya kutu / telur kutu.
 Interaksi sosial
Tanda : perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular, perasa-
an malu, dan minder.
 Penyuluhan / pembelajaran
Tanda : - Ketidaktahuan / ketidakadekuatan mengenai penyebab,
proses penyakit dan pengobatan.
- Riwayat PMS seperti gonorrhea, trikomoniasis, scabies, kandidoasis.
- Riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman & nyeri : gatal b.d adanya gigitan kutu disertai
pengeluaran lendir.
2. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi akibat garukan.
3. Gangguan konsep diri : HDR b.d perubahan gambaran diri.
4. Resiko penyebaran infeksi b.d kerusakan pertahanan primer
5. Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit, perawatan dan prosedur
pengobatan b.d kurangnya informasi.

3. INTERVENSI
1. Dx. 1 Gangguan rasa nyaman & nyeri : gatal b.d adanya gigitan kutu disertai
pengeluaran lendir
Tujuan : setelah dilakukan intervensi, rasa nyeri klien berkurang
KH : - Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 0-1
- Klien tampak rileks
- Gatal (-)
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri / gatal, lokasi, frekuensi, intensitas (skala) dan waktu
R/ dengan mengkaji keluhan nyeri / gatal dapat diperoleh data yang
dibutuhkan untuk intervensi selanjutnya.
2) Observasi petunjuk non verbal gatal, misal : menggaruk, ekspresi wajah.
R/ Rasa gatal merupakan petunjuk non verbal dapat membantu meng-
evaluasi rasa gatal dan keefektifan perawatan.
3) Ajarkan klien untuk melakukan tehnik mengurangi nyeri / gatal :
relaksasi dan distraksi, terutama bila keluhan gatal timbul.
R/ tehnik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi nyeri / gatal.
4) Berikan pendkes tentang efek menggaruk dengan benar daerah yang nyeri / gatal,
misalnya dengan menggaruk dengan ujung jari kuku dan garukan yang keras,
melainkan dengan permukaan kuku-kuku jari dan garukan perlahan.
R/ dengan adanya pendkes dapat mencgah terjadinya infeksi yang
lebih akut serta erosi.
5) Anjurkan pada klien untuk menggunakan sarung tangan kain lembut
R/ sarung tangan kain yang lembut dapat mengurangi iritasi akibat
garukan.
6) Bersihkan kutu / telur pada batang rambut menggunakan sisir yang rapat.
R/ mengurangi rasa gatal akibat gigitan kutu.

7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu


R/ analgetik dapat mengurangi rasa nyeri.
8) Kolaborasi dalam pemberian obat antipruritus (anti gatal)
R/ anti pruritus dapat mengurangi rasa gatal.

2. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi akibat garukan.


Tujuan : setelah dilakukan intervensi, integritas kulit klien kembali utuh.
KH : - tidak ada lesi, iritasi, pruritus, erosi, eritema
-kulit lembut dan elastis

Intervensi :
1) Kaji keadaan kulit, warna, turgor kulit dan sirkulasi
R/ menentuan data dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya.
2) Anjurkan kepada klien untuk mempertahankan hygiene kulit, misal dengan mandi
menggunakan sabun antiseptik, kemudian mengeringkannya secara hati-hati dan
menggunakan lotion serta melakukan massase.
R/ mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier
infeksi. Pembasuhan kulit kering sebagai ganti menggaruk menurunkan resiko trauma
dermal pada kulit yang kering / rapuh. Massase meningkatkan sirkulasi kulit dan
meningkatkan kenyamanan.
3) Anjurkan klin untuk menggunting kuku secara teratur
R/ kuku yang panjang / kasar meningkatkan resiko kerusakan dermal
akibat garukan.
4) Tutup luka dengan pembalut steril apabila lukanya besar lerosi, okskariasi dan
infeksi sekunder.
R/ dapat mengurangi kontaminasi bakteri dan meningkatkan proses
penyembuhan.
5) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan topikal / sistemik sesuai indikasi.
R/ oabt-obatan topikal dapat meningkatkan penyembuhan lesi dan
menghindari kontaminasi silang.
6) Kolaborasi dalam pemberian obat penghilangan kutu (pedytox, grimekson)
R/ pemberian obat menghilang kutu dapat mengurangi kerusakan
integritas kulit karena penyebab kerusakan integritas kulit berkurang / hilang.
7) Kolaborasi dalam pemberian bedak / lotion antiseptik
R/ bedak / lotion antiseptik dapat mengurangi kerusakan integritas
kulit.

3. Gangguan konsep diri : HDR b.d perubahan gambaran diri


Tujuan : setelah dilakukan intervensi konsep diri klien kembali meningkat
KH : - Percaya diri klien meningkat
- Tidak menarik diri
- Koping individu klien efektif
- Klien dapat berinteraksi sosial dengan baik.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya saat merawat klien
R/ dengan terbinanya hubungan saling percaya dapat memudahkan
intervensi selanjutnya.
2) Kaji perasaan yang dialami oleh klien tentang perubahan gambaran tubuhnya.
R/ mengetahui sejauh mana perasaan klien terhadap perubahan gam-
baran tubuhnya.
3) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya dengan pertanyaan terbuka
R / perasaan citra diri yang negatif dapat menunjukkan adanya kekecewaan akibat
perubahan citra diri yang dialaminya dan membantu klien untuk menerima
masalahnya.
4) Upayakan lingkungan yang aman dan tenang
R/ lingkungan yang tenang dapat menurunkan kecemasan klien yang
berdampak pada konsep diri klien.
5) Jelaskan pada klien tentang perubahan yang terjadi pada dirinya.
R/ dengan adanya informasi yang adekuat dapat mengurangi keemasan
klien.
6) Anjurkan adanya keberadaan anggota keluarga atau orang terdekat di
sampingklien.
R/ berguna untuk memberikan dukungan kepada klien dan meningkatkan support
sistem klien.
7) Berikan penguatan positif terhadap upaya-upaya yang dilakukan klien, beri
sentuhan dan kata-kata yang menyejukkan sebagai penguatan.
R/ meningkatkan percaya diri individu terhadap kemampuan sendiri
untuk mengatasi masalah yang dialami oleh klien.

4. Resiko penyebaran infeksi b.d kerusakan pertahanan primer


Tujuan : setelah melakukan intervensi, penyebaran infeksi tidak terjadi
KH : - Tidak ada tanda-tanda infeksi
- TTV dalam batas normal : suhu 36,1-37oC
- Tidak adanya kutu maupun telur kutu pada klien.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, kalor, dolor, fungsiolaesa)
R/ menentukan data dasar untuk melakukan intervensi selanjutnya
2) Anjurkan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang
kontak dengan pasien.
R/ mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi
3) Anjurkan klien untuk mencuci dengan air panas, sedikitnya dengan suhu 54oC
atau dicuci kering (dry cleaning) semua barang, pakaian, handuk, perangkat tempat
tidur.
R/ mencegah kontaminasi silang, mencegah terpajan dari organisme infeksius.
4) Anjurkan klien untuk tidak menggunakan sisir, pakaian, bantal, handuk (alat
tenun) secara bergantian
R/ untuk mengurangi kontaminasi silang
5) Batasi pengunjung, jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu
R/ mencegah kontaminasi silang pada pengunjung masalah resiko infeksi harus
seimbang melawan kebutuhan pasien untuk dukungan keluarga dan sosialisasi.
6) Anjurkan kepada klien untuk tidak bergonta-ganti pasangan seks
R/ gonta-ganti pasangan seks dapat menyebabkan infeksi silang karena adanya
kontak langsung
7) Anjurkan klien untuk mencukur atau mengikat rambut di sekitar area yang
terdapat kutu.
R/ rambut media yang baik untuk pertumbuhan kutu.
8) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan topikal (salep), shampo gameksan,
krim.
R/ dapat mengurangi dan menghambat pertumbuhan kutu.

5. Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit, perawatan dan prosedur pengobatan


b.d kurangnya informasi
Tujuan : pengetahuan klien dan keluarga meningkat setelah dilakukan intervensi
KH : - Klien dan keluarga dapat memahami tentang proses penyakit,
perawatan dan pengobatan.
- Klien terlihat kooperatif dalam pengobatan /berpartisipasi
- Klien terlihat tidak bertanya-tanya lagi
- Klien melakukan tindakan benar dan dapat menjelaskan alasannya
- Klien melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
R/ mengetahui sejauh mana klien mengerti mengenai penyakitnya dan prosedur
pengobatan
2) Diskusikan tentang diagnosa penyakit dan cara perawatan berikutnya
R/ menambah pengetahuan klien mengenai penyakitnya
3) Diskusikan tentang pengobatan, nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek sampingnya
R/ memberi struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses
penyakitnya.
4) Anjukan klien untuk mengekspresikan perasaannya
R/ mengetahui sejauh mana perasaan klien terhadap penyakitnya.
5) Beri kesempatan klien untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami
R/ mengetahui sejauh mana tingkat pengetahun dan pemahaman klien tentang proses
penyakit, perawatan dan pengobatan.
6) Jelaskan pada klien mengenai proses penyakit dan cara pemakaian obat serta efek
samping yang ungkin timbul.
R/ memberikan informasi untuk membentuk klien dalam memahami dan mengatasi
situasi
7) Berikan pendkes mengenai proses penyakitnya, perawatan dan pengobatan,
misalnya meningkatkan personal hygiene.
R/ peningkatan pengetahuan pada klien dapat meminimalkan terjadinya komplikasi.
8) Evaluasi klien dalam pemahaman klien mengenai proses penyakit, perawatan dan
prosedur pengobatannya.
R/ pemantauan sendiri meningkatkan pemahaman klien dalam pemeliharaan
kesehatan dan mencegah terjadinya komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai