Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 1

 Fika Ikhwana Rifqiani 1400846


 Sri Handayani 1401304
 Siti Marpungah 1405396
 Angga Maulana 1407132
 Nova Febriani Dewi 1407249
 Diki Kurniawan 140

Kelas : 4D-PGSD

INOVASI PENDIDIKAN

A. Pengertian
Inovasi berasal dari kata latin innovation yang berarti pembaruan dan
perubahan. Kata kerjanya innova yang artinya memperbarui dan mengubah.
Inovasi ialah suatu perubahan yang baru menuju ke arah perbaikan yang lain
atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan
berencana.
Sedangkan inovasi pendidikan ialah suatu perubahan yang baru dan
bersifat kualitatif, berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja
diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan
tertentu dalam pendidikan.Istilah perubahan dan pembaruan ada perbedaan dan
persamaannya. Perbedaannya, pada pembaruan ada unsur kesengajaan.
Persamaannya yakni sama–sama memiliki unsur yang baru atau lain dari
sebelumnya.
B. Tujuan inovasi penddikan di Indonesia
Adapun tujuan inovasi pendidikan di Indonesia pada umumnya adalah :
1. Lebih meratanya pelayanan pendidikan
2. Lebih serasinya kegiatan belajar
3. Lebih efisien dan ekonomisnya pendidikan
4. Lebih efektif dan efisiensinya sistem penyajian
5. Lebih lancar dan sempurnanya sistem informasi kebijakan
6. Lebih dihargainya unsur kebudayaan nasional
7. Lebih kokohnya kesadaran, identitas dan kesadaran nasional
8. Tumbuhnya masyarakat gemar belajar
9. Tersebarnya paket pendidikan yang memikat, mudah dicerna dan mudah
diperoleh
10. Meluasnya kesempatan kerja
C. Model-model Inovasi Pendidikan

Model-model inovasi pendidikan di Indonesia antara lain sebagai berikut :


1. Top Down Inovation

Top down inovation yaitu ide, proses, produk yang dilakukan oleh
pemerintah. Seorang pemerintah memberikan ide, proses dan menghasilkan
produk yang dibeli rakyat bersifat nasional. Tujuannya meningkatkan mutu
pendidikan, sebagai usaha meningkatkan efesiensi(tepat guna, menggunakan
sesuai fungsinya). Contoh adalah yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasinal selama ini. Seperti penerapan kurikulum, kebijakan desentralisasi
pendidikan dan lain-lain.

Kelebihan :

Siswa tidak perlu bekerja serta memberi masukan dalam proses


pembelajaran tersebut sudah dapat berjalan sendiri karena adanya peran guru
yang optimal. Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan materi yang
dikeluarkan ditanggung oleh guru. Mengoptimalkan kinerja para guru di dalam
proses belajar mengajar.

Kelemahan :

Siswa tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran guru yang lebih
dominan bila dibanding peran dari siswa itu sendiri.
Siswa tidak bisa melihat seberapa jauh suatu pembelajaran telah dilaksanakan.
Peran Siswa hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu
pembelajaran tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan pembelajaran
tersebut dari awal hingga akhir. Tujuan utama dari pembelajaran tersebut yang
hendaknya akan dikirimkan kepada siswa tidak terwujud dikarenakan guru
tidak begitu memahami hal-hal yang diperlukan oleh siswa.
Siswa akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu diperhitungkan
dalam proses berjalannya suatu proses. Siswa menjadi kurang kreatif dengan
ide-ide mereka.

2. Bottom Up Inovation

Bottom Up Inovation yaitu model inovasi yang bersumber dan hasil


ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan
penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Biasanya dilakukan oleh para guru.

Kelebihan :

Peran Siswa dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide


kepada guru dalam proses pembelajaran. Tujuan yang diinginkan oleh siswa
akan dapat berjalan sesuai dengan keinginan siswa karena ide-idenya berasal
dari siswa itu sendiri sehingga siswa bisa melihat apa yang diperlukan dan apa
yang diinginkan. Guru tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada
peran siswa lebih banyak. Siswa akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide
yang yang akan digunakan dalam suatu proses pembelajaran.

Kelemahan :

Guru akan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu besar.
Hasil dari suatu program tersebut belum tentu biak karena adanya perbadaan
tingkat pendidikan dan bisa dikatakn cukup rendah bila dibanding para
pegawai pemerintahan. Hubungan siswa dengan guru tidak akan berjalan lebih
baik karena munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan
kerancuan bahkan salah faham antara siswa dengan guru dikarenakan kurang
jelasnya masing-masing tugas dari guru dan juga siswa.

3. Desentralisasi

Desentralisasi lebih kepada kebijakan pendidikan dan aspek pendanaannya


dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Kedua, desentralisasi pendidikan
dengan fokus pada pemberian kewenangan yang lebih besar di tingkat sekolah

Kelebihan :

Mampu memenuhi tujuan politis, yaitu melaksanakan demokratisasi dalam


pengelolaan pendidikan. Mampu membangun partisipasi masyarakat sehingga
melahirkan pendidikan yang relevan, karena pendidikan benar-benar dari oleh
dan untuk masyarakat. Mampu menyelenggarakan pendidikan secara
memfasilitasi proses belajar mengajar yang kondusif, yang pada gilirannya akan
meningkatkan kualitas belajar siswa.

Kelemahan :

Masa transisi dari sistem sentralisasi ke desentralisasi ke memungkinkan


terjadinya perubahan secara gradual dan tidak memadai serta jadwal
pelaksanaan yang tergesa-gesa. Kurang jelasnya pembatasan rinci kewenangan
antara pemerintah pusat, propinsi dan daerah Kemampuan keuangan daerah
yang terbatas. Sumber daya manusia yang belum memadai. Kapasitas
manajemen daerah yang belum memadai. Restrukturisasi kelembagaan daerah
yang belum matang. Pemerintah pusat secara psikologis kurang siap untuk
kehilangan otoritasnya. Meningkatnya kesenjangan anggaran pendidikan antara
daerah, antar sekolah antar individu warga masyarakat. Keterbatasan
kemampuan keuangan daerah dan masyarakat (orang tua) menjadikan jumlah
anggaran belanja sekolah akan menurundari waktu sebelumnya,sehingga akan
menurunkan motivasi dan kreatifitas tenaga kependidikan di sekolahuntuk
melakukan pembaruan. Biaya administrasi di sekolah meningkat karena
prioritas anggaran dialokasikan untuk menutup biaya administrasi, dan sisanya
baru didistribusikan ke sekolah. Kebijakan pemerintah daerah yang tidak
memperioritaskan pendidikan, secara kumulatif berpotensi akan menurunkan
pendidikan. Penggunaan otoritas masyarakat yang belum tentu memahami
sepenuhnya permasalahan dan pengelolaan pendidikan yang pada akhirnya akan
menurunkan mutu pendidikan. Kesenjangan sumber daya pendidikan yang
tajam dikarenakan perbedaan potensi daerah yang berbeda-beda.
Mengakibatkan kesenjangan mutu pendidikan serta melahirkan kecemburuan
sosial. Terjadinya pemindahan keburukan tentang pengelolaan pendidikan dari
pusat ke daerah.

4. Quantum Learning

Quantum learning adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar
yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

Kelebihan :

Mempengaruhi daya pikir anak lebih lama dalam situasi belajar, interaksi
antara murid dan guru lebih terbuka, situasi proses belajar mengajar dalam
konteks.

Kelemahan :

Membutuhkan pengalaman yang nyata, waktu yang cukup lama untuk


menumbuhkan motivasi dalam belajar, kesulitan mengidentifikai ketrampilan
siswa.

5. Pendekatan Kontekstual

Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antar materi


yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan merekasebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan dari pada hasil. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah
membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan
dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas
sebagi sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sendiri bukan dari
apa kata guru. Begitula peran guru dalam kelas yang dielola dengan pendekatan
kontekstual.
Kelebihan :

Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut


untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi
itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Kelemahan :

Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan
ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang
memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka
dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar.
Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan
yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang
diterapkan semula.
KOMPONEN PEMBELAJARAN

1. Tujuan pendidikan
Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional
dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Peserta didik
Siswa atau peserta didik biasanya digunakan untuk seseorang yang
mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan
lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam konteks
keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang
mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa
jangan selalu dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia
memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang
berbeda. Bagi siswa, sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa
terapan pengetahuan dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu
transfer belajar yang akan membantu perkembangan mereka mencapai
keutuhan dan kemandirian.

3. Pendidik
Pendidik atau Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga
berarti guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar
suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling
maju, guru memegang peranan penting. Guru merupakan satu diantara
pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Peranan guru tidak
hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga
sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran
yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
4. Bahan atau materi pelajaran
Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa.
Adapun karakteristik dari materi yang bagus
menurut Hutchinson dan Waters adalah:

1. Adanya teks yang menarik.


2. Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi
kemampuan berpikir siswa.
3. Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan yang sudah mereka miliki.
4. Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.
Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa,
sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan
komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang
merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat
memberikan kecakapan dalam memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari.

5. Pendekatan dan metode


Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu
proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik, metode-metode
tersebut antara lain :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif.
b. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau
memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya
murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu .
c. Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar
yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan
alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.
d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
e. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau cara di mana guru dan murid
bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk
mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
6. Media atau alat
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau
perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat
bantu belajar.

7. Sumber belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah semuasumber baik berupa data,
orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik
dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuanbelajar atau mencapai
kompetensi tertentu.

8. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut
Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat lain yang mengatakan
bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,
sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna
mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong
dan mengembangkan kemampuan belajar.
TAHAPAN-TAHAPAN INOVASI

Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi


pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Ada 5
langkah (tahap) dalam proses keputusan inovasi yaitu

(a) pengetahuan tentang inovasi,

(b) bujukan atau imbauan,

(c) penetapan atau keputusan,

(d) penerapan (implementasi), dan

(e) konfirmasi (confirmation).

Model Proses Keputusan Inovasi

Menurut Roger, proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu (a) tahap
pengetahuan, (b) tahap bujukan, (c) tahap keputusan, (d) tahap implementasi, dan
(e) tahap konfirmasi.

a. Tahap Pengetahuan (Knowledge)

Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi
inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi
membuka diri untuk mengetahui inovasi. Seseorang menyadari atau membuka diri
terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan secara pasif. Misalnya
pada acara siaran televisi disebutkan berbagai macam acara, salah satu
menyebutkan bahwa pada jam 19.30 akan ada siaran tentang metode baru cara
mengajar berhitung di Sekolah Dasar. Guru A yang mendengar dan melihat acara
tersebut kemudian sadar bahwa ada metode baru tersebut, maka pada diri Guru A
tersebut sudah mulai proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan.
Sedangkan Guru B walaupun mendengar dan melihat acara TV, tidak ada
keinginan untuk tahu, maka belum terjadi proses keputusan inovasi.

Seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya tentu berdasarkan


pengamatannya tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhan, minat atau mungkin
juga kepercayaannya. Seperti contoh Guru A tersebut, berarti ia ingin tahu metode
baru berhitung karena ia memerlukannya. Adanya inovasi menumbuhkan
kebutuhan karena kebetulan ia merasa butuh. Tetapi mungkin juga terjadi bahkan
karena seseorang butuh sesuatu maka untuk memenuhinya diadakan inovasi.
Dalam kenyataan di masyarakat hal yang kedua ini jarang terjadi, karena banyak
orang tidak tahu apa yang diperlukan. Apalagi dalam bidang pendidikan, yang
dapat merasakan perlunya ada perubahan biasanya orang yang ahli, sedang guru
sendiri belum tentau mau menerima perubahan atau inovasi yang sebenarnya
diperlukan untuk mengefektifkan pelaksanan tugasnya. Sebagaimana halnya
menurut dokter, kita perlu makan vitamin, tetapi kita tidak menginginkannya, dan
sebaliknya sebenarnya kita ingin sate tetapi menurut dokter justru sate
membahayakan kita.

Setelah seseorang menyadari adanya inovasi dan membuka dirinya untuk


mengetahui inovasi, maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu
tentang inovasi itu buka hanya berlangsung pada tahap pengetahuan saja tetapi
juga pada tahap yang lain bahkan sampai tahap konfirmasi masih ada keinginan
untuk mengetahui aspek-aspek tertentu dari inovasi.

b. Tahap Bujukan (Persuation)

Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap
menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan
proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi
yang berperan utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak dapat
menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi.

Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran.
Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan
menafsirkan informasi yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi
informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan
karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi.

Dalam tahap persiasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk
mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa datang. Perlu ada
kemampuan untuk memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran
berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mempermudah proses mental itu,
perlu adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan inovasi, jika
mungkin sampai pada konsekuensi inovasi. Hasil dari tahap persuasi yang utama
ialah adanya penentuan menyenangi atau tidak menyenangi inovasi. Diharapkan
hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses keputusan inovasi atau dengan
dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi dan
menerapkan inovasi. Namun perlu diketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan
aktivitas masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan
inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara pengetahuan-sikap, dan penerapan
(praktek). Misalnya seorang guru tahu tentang metode diskusi, tahu cara
menggunaknnya, dan senang seandainya menggunakan, tetapi ia tidak pernah
menggunakan, karena beberapa faktor: tempat duduknya tidak memungkinkan,
jumlah siswanya terlalu besar, dan takut bahan pelajarannya tidak akan dapat
disajikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan. Perlu ada bantuan
pemecahan masalah.
c. Tahap Keputusan (Decision)

Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan


kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi.
Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi
berarti tidak akan menerapkan inovasi. Sering terjadi seseorang akan menerima
inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan jika mungkin mencoba sebagian
kecil lebih dahulu, baru kemudaian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah
terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat
dicoba dengan dipecah menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba
bagian demi bagian akan lebih cepat diterima.

Dapat juga terjdai percobaan cukup dilakukan sekelompok orang dan yang lain
cukup mempercayai dengan hasil percobaan temannya. Perlu diperhatikan bahwa
dalam kenyataannya pada setiap tahap dalam proses keputusan inovasi dapat
terjadi penolakan inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap
pengetahuan, dapat juga terjadi pada tahap persuasi, mungkin juga terjadi setelah
konfirmasi, dan sebagainya. Ada dua macam penolakan inovasi yaitu: (1)
penolakan aktif artinya penolakan inovasi setelah melalui proses
mempertimbangkan untuk menerima inovasi atau mungkin sudah mencoba lebih
dahulu, tetapi keputusan akhir menolak inovasi, dan (2) penolakan pasif artinya
penolakan inovasi dengan
tanpa pertimbangan sama sekali.

Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara: pengetahuan, persuasi, dan keputusan


inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaitan.
Bahkan untuk jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat terjadi
uruatan: pengetahuan – keputusan inovasi – baru persuasi.

d. Tahap Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang


menerapkan inovasi. Dalam tahap impelemntasi ini berlangsung keaktifan baik
mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan
dalam praktek. Pada umumnya impelementasi tentu mengikuti hasil keputusan
inovasi. Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah memutuskan menerima
inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas
penerapan yang tidak tersedia. Kapan tahap implementasi berakhir? Mungkin
tahap ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari keadaan
inovasi itu sendiri.

Tetapi biasanya suatu tanda bahwa taraf implementasi inovasi berakhir jika
penerapan inovasi itu sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat
rutin. Sudah tidak merupakan hal yang baru lagi. Hal-hal yang memungkinkan
terjadinya re-invensi antara inovasi yang sangat komplek dan sukar dimengerti,
penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena sukar untuk menemui
agen pembaharu, inovasi yang memungkinkan berbagai kemungkinan
komunikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat
luas, kebanggaan akan inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat
menimbulkan reinvensi.

e. Tahap Konfirmasi (Confirmation)

Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan


yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang
diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap
konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi
keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam waktu yang
tak terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya
disonansi paling tidak berusaha menguranginya. Terjadinya perubahan tingkah
laku seseorang antara lain disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan
internal. Orang itu merasa dalam dirinya ada sesuatu yang tidak sesuai atau tidak
selaras yang disebut disonansi, sehingga orang itu merasa tidak enak. Jika
seseorang merasa dalam dirinya terjadi disonansi, maka ia akan berusaha untuk
menghilangkannya atau paling tidak menguranginya dengan cara mengubah
pengetahuannya, sikap atau perbuatannya. Dalam hubungannya dengan difusi
inovasi, usaha mengurangi disonansi dapat terjadi:

(1) Apabila seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang
inovasi. Hal ini terjadi pada tahap penegtahuan dalam proses keputusan inovasi.

(2) Apabila seseorang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenangi inovasi
tersebut, tetapi belum menetapkan keputusan untuk menerima inovasi. Maka ia
akan berusaha untuk menerimanya, guna mengurangi adanya disonansi antara apa
yang disenangi dan diyakini dengan apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap
keputusan inovasi, dan tahap implementasi dalam proses keputusan inovasi.

(3) Setelah seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi, kemudian


diajak untuk menolaknya. Maka disonansi ini dapat dikurangi dengan cara tidak
melanjutkan penerimaan dan penerapan inovasi (discontinuing). Ada
kemungkinan lagi seseorang telah menetapkan untuk menolak inovasi, kemudian
diajak untuk menerimanya. Maka usaha mengurangi disonansi dengan cara
menerima inovasi (mengubah keputusan semula). Perubahan ini terjadi (tidak
meneruskan inovasi atau mengikuti inovasi terlambat pada tahap konfirmasi dari
proses keputusan inovasi.
Ketiga cara mengurangi disonansi tersebut, berkaitan dengan perubahan tingkah
laku seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran, perbuatan sangat erat
hubungannya bahkan sukar dipisahkan karena yang satu mempengaruhi yang lain.
Sehingga dalam kenyataan kadang-kdanag sukar orang akan mengubah keputusan
yang sudah terlanjur mapan dan disenangi, walaupun secara rasional diketahui ada
kelemahannya. Oleh karena sering terjadi untuk menghindari timbulnya disonansi,
maka itu hanya berubah mencari informasi yang dapat memperkuat keputusannya.
Dengan kata lain orang itu melakukan seleksi informasi dalam tahap konfirmasi
(selective exposure).

Untuk menghindari terjadinya dropout dalam penerimaan dan implementasi


inovasi (discontinu) peranan agen pembaharu sangat dominan. Tanpa ada
monitoring dan penguatan orang akan mudah terpengaruh pada informasi negatif
tentang inovasi.
STRATEGI INOVASI

1. Strategi Fasilitatif

Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakqan strategi fasilitatif


artinya untuk mencapai tujuan perubahan perubahan sosial yang telah ditentukan,
diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program sosial akan berjalan
dengan mudah dan lancar. Strategi fasilitatif akan dapat digunakan dengan tepat
jika :

(a) mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target
perubahan,

(b) merasa perlu adanya perubahan,

(c) bersedia menerima bantuan dari luar dirinya,

(d) memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau


memperbaiki dirinya.

2. Strategi Pendidikan

Dengan strategi ini orang harus belajar lagi tentang sesuatu yang dilupakan yang
sebenarnya telah dipelajarinya sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap baru.
Strategi pendidikan dapat berlangsung efektif, perlu mempertimbangkan hal-hal
berikut ini :

– digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai

– disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan adanya:


sumbangan dana, donator, serta penunjang yang lain.

– digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke
keadaan sebelumnya.

Strategi pendidikan akan kurang eefektif jika :

– tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan.

– digunakan dengan tanpa dilengkapi strategi yang lain.

3. Strategi Bujukan

Strategi bujukan tepat digunakan bila klien tidak berpartisipasi dalam perubahan
sosial. Berada pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam proses pengambil
keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial. Strategi bujukan tepat
jika masalah dianggap kurang penting atau jika cara pemecahan masaalah kurang
efektif serta pelaksana program perubahan tidak memiliki alat control secara
langsung terhadap klien..

4. Strategi Paksaan

Strategi dengan cara memaksa klien untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang
dipaksa merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Penggunaan strategi
paksan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

· Partisipasi klien terhadap proses perubahan rendah

· Klien tidak merasa perlu untuk berubah

Kennedy (1987:163) juga membicarakan tentang strategi inovasi yang dikutip dari
Chin dan Benne (1970) menyarankan tiga jenis strategi inovasi, yaitu: Power
Coercive (strategi pemaksaan), Rational Empirical (empirik rasional), dan
Normative-Re-Educative (Pendidikan yang berulang secara normatif).

Tanggapan Mengenai Strategi Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Inovatif

Para Profesional Pendidik dan Tenaga Kependidikan harus mengenal dan


memahami sberbagai macam strategi ini, hal ini akan sangat berpengaruh pada
pola atau metoda dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.

Betapapun baiknya manfaat dari inovasi itu bagi sasaran inovasi akan sangat sulit
diterima jika inovator tersebut tidak memahami strategi inovasi ini, atau dapat
diasumsikan mengenai ketidak berhasilan inovasi salah satunya pelkasana dari
inovasi ini tidak secara komprehenship memahami strategi inovasi.

Pembelajaran inovatif adalah salah satu bentuk strategi inovasi, karena secara
disengaja dimunculkan agar pembelajaran lebih dapat dengan lancar mencapai
tujuan. Dan sudah barang tentu pembelajaran inovatif ini muncul dengan
didasarkan pada hasil analisis kebutuhan dari proses pembelajaran dari sasaran
inovasi itu sendiri.
Sumber :

https://priyantobudibudi.wordpress.com/2013/01/06/inovasi-pendidikan/

http://www.sekolahdasar.net/2011/11/pengertian-dan-komponen-
pembelajaran.html

https://silabus.org/pengertian-pendidikan/

https://yudhaanggara147.wordpress.com/artikel/komponen-pembelajaran/

https://kelompok2badpend11.wordpress.com/refleksi-materi/proses-inovasi-
pendidikan/

https://inopend3.wordpress.com/2011/01/11/strategi-inovasi-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai