CARACTER BUILDING
PENILAIAN OTENTIK DALAM KONTEKS PENILAIAN KARAKTER
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaannya penulis dapat
mennyelesaikan tugas dari dosen Mata Kuliah Caracter Building dengan judul Penilaian
Otentik Dalam Konteks Penilaian Karakter.
Dalam pembuatan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan dalam
penyajiannya. Untuk itu, kritikan dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan tugas ini.
Terima kasih juga kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas ini. Akhirnya, kami juga berharap tugas ini dapat berguna dan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan penulisan 1
D. Manfaat penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia, itu dapat dikatakan bahwa
tuntutan pendidikan adalah terbentuknya kompetensi pada peserta didik (terlepas dari
apakah kurikulum yang sekarang tetap digunakan atau diganti, tetapi pembentukan
kompetensi adalah merupakan suatu keharusan). Untuk itu, perlu dilakukan
pembenahan dalam praktik pembelajaran di sekolah, termasuk praktek penilaiannya.
Dalam proses pembelajaran di Sekolah, siswa tidak hanya dinilai dari
kecerdasan saja tetapi dalam aktivitas yang dilakukan oleh siswa juga. Salah satu
penilaian aktivitas siswa ialah penilaian otentik. Dalam hal ini guru mampu
mengetahui karakter dan kemampuan siswa dalam berbagai hal dalam lingkup
pembelajaran.
Penilaian otentik merupakan hal yang perlu diketahui oleh guru dan guru
harus mampu mengidentifikasi setiap aktivitas yang dilakukan siswa, karena penilaian
otentik pada dasarnya mempunyai tujuan atau maksud untuk perkembangan siswa.
Guru juga harus membuat data yang berisikan penilain otentik siswa. Selain itu, Guru
diharapkan mengetahui strategi atau cara pengembangan penilaian karakter dan
mengembangakan model penilaian karakter yang berbasisi penilaian otentik.
B. Rumusan masalah
1. Mengetahui konsep dasar penilaian otentik
2. Mengetahui bisakah karakter anak diukur/dinilai
3. Mengetahui strategi pengembangan penilaian karakter berbasis penilaian otentik
4. Mengetahui bagaimana cara mengembangkan model karakter berbasis penilaian
C. Tujuan penulisan
1. Tahu konsep dasar penilaian otentik
2. Tahu bagaimana cara karakter anak diukur/dinilai
3. Tahu strategi pengembangan penilaian karakter berbasis penilaian otentik
4. Tahu bagaimana cara mengembangkan model karakter berbasis penilaian
D. Manfaat penulisan
Makalah ini diharapkan menjadi informasi awal bagi pembaca, sehingga pembaca
mengerti dan memahami penilaian otentik dalam konteks penilaian karakter
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam penilaian pun, peserta didik sangat memerlukan perlakuan individual. Mereka
penting dinilai dari kegiatan dan hasil belajarnya berdasarkan kemampuan dirinya.
Karena setiap peserta didik mempunyai perbedaan satu sama lain. Perbedaan itu bisa
dilihat dari latar belakang social dan ekonomi keluarganya, minat, harapan, motivasi,
kemampuan, perasaan, kreatifitas, dan penampilan dalam kegiatan belajar. Untuk hal
penilaian ini guru harus benar-benar adil dan otentik.
Beberapa pembaharuan yang tampak pada penilaian otentik adalah sebagai berikut:
1. Melibatkan siswa dalam tugas yang penting, menarik, bermanfaat, dan relevan dengan
kehidupan nyata siswa.
2. Tampak dan terasa sebagai kegiatan belajar bukan tes tradisional.
3. Melibatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan mencakup pengetahuan yang luas.
4. Menyadarkan siswa tentang apa yang harus dikerjakannya.
5. Merupakan alat penilaian dengan latar standar, bukan alat penilaian yang
distandarisasikan.
6. Berpusat pada siswa, bukan berpusat pada guru.
7. Dapat menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya belajar, dan latar belakang
kulturalnya.
B. PENGUKURAN KEPRIBADIAN
Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self-report)
kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian seutuhnya
(personality inventory, serangkaian instrumen yang menyingkap sejumlah sifat). Ada
beberapa macam cara untuk mengukur atau menyelidiki kepribadian. Berikut ini adalah
beberapa diantaranya:
a. Observasi Direct
Observasi direct berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk mempunyai sasaran
yang khusus , sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku subjek.
Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan munculnya
indikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan observasi biasa mungkin tidak
merencanakan untuk memilih waktu.
Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau dapat dibuat
replikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan sebagainya.Ada tiga
tipe metode dalam observasi direk yaitu:
1) Time Sampling Method
Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki pada periode waktu
tertentu. Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya respons, atau
aspek tertentu.
2) Incident Sampling Method
Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah laku
dalam berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin berupa catatan-catatan
dari Ibu tentang anaknya, khusus pada waktu menangis, pada waktu mogok
makan, dan sebgainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang menjadi perhatian
adalah tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-efek berikut setelah
respons.
3) Metode Buku Harian Terkontrol
Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang tingkah
laku yang khusus hendak diselidiki oleh yang bersangkutan sendiri. Misalnya
mengadakan observasi sendiri pada waktu sedang marah. Syarat penggunaan
metode ini, antara lain, bahwa peneliti adalah orang dewasa yang cukup inteligen
dan lebih jauh lagi adalah benar-benar ada pengabdian pada perkembangan ilmu
pengetahuan.
b. Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap muka
dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam psikologi
kepribadian, orang mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
1) Stress interview
Stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat
bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk
mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya
setelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk mengerjakan
sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih sukar.
2) Exhaustive Interview
Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama;
diselenggarakn non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka
dibidang kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.
c. Tes proyektif
Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan menggunakan tes
proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar atau hal-
hal lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang kepada
testee (orang yang dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang disajikan;
tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah.
Jika kepada subjek diberikan tugas yang menurut penggunaan imajinasi, kita dapat
menganalisis hasil fantasinya untuk mengukur cara dia merasa dan berpikir. Jika
melakukan kegiatan yang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya,
memantulkan (proyeksi) kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif. Jenis
yang termasuk tes proyektif adalah:
1) Tes Rorschach
Tes yang dikembangkan oleh seorang dkter psikiatrik Swiss, Hermann
Rorschach, pada tahun 1920-an, terdiri atas sepuluh kartu yang masing-masing
menampilkan bercak tintan yang agak kompleks. Sebagian bercak itu berwarna;
sebagian lagi hitam putih. Kartu-kartu tersebut diperlihatkan kepada mereka yang
mengalami percobaan dalam urutan yang sama. Mereka ditugaskan untuk
menceritakan hal apa yang dilihatnya tergambar dalam noda-noda tinta itu.
Meskipun noda-noda itu secara objektif sama bagi semua peserta, jawaban yang
mereka berikan berbeda satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa mereka yang
mengalami percobaan itu memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda itu. Analisis
dari sifat jawaban yang diberikan peserta itu memberikan petunjuk mengenai
susunan kepribadiannya.
2) Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT)
Tes apersepsi tematik atau Thematic Apperception Test (TAT), dikembangkan di
Harvard University oleh Hendry Murray pada tahun 1930-an. TAT
mempergunakan suatu seri gambar-gambar. Sebagian adalah reproduksi lukisan-
lukisan, sebagian lagi kelihatan sebagai ilustrasi buku atau majalah. Para peserta
diminta mengarang sebuah cerita mengena tiap-tiap gambar yang diperlihatkan
kepadanya. Mereka diminta membuat sebuah cerita mengenai latar belakang dari
kejadian yang menghasilkan adegan pada setiap gambar, mengenai pikiran dan
perasaan yang dialami oleh orang-orang didalam gambar itu, dan bagaimana
episode itu akan berakhir. Dalam menganalisis respon terhadap kartu TAT, ahli
psikologi melihat tema yang berulang yang bisa mengungkapkan kebutuhan,
motif, atau karakteristik cara seseorang melakukan hubungan antarpribadinya.
d. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk melaporkan
reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip wawancara
terstruktur dan ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk setiap orang, dan jawaban
biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai, seringkali dengan bantuan
komputer. Menurut Atkinson dan kawan-kawan, investori kepribadian mungkin
dirancang untuk menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan)
atau beberapa sifat kepribadian secara keseluruhan. Investori kepribadian yang
terkenal dan banyak digunakan untuk menilai kepribadian seseorang ialah: Minnesota
Multiphasic Personality Inventory (MMPI), Rorced-Choice Inventories, dan Humm-
Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale).
1) Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
MMPI terdiri atas kira-kira 550 pernyataan tentag sikap, reaksi emosional, gejala
fisik dan psikologis, serta pengalaman masa lalu. Subjek menjawab tiap
pertanyaan dengan menjawab “benar”, “salah”, atau “tidak dapat mengatakan”.
Pada prinsipnya, jawaban mendapat nilai menurut kesesuaiannya dengan jawaban
yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki berbagai macam masalah
psikologi. MMPI dikembangkan guna membantu klinis dalam mendiagnosis
gangguan kepribadian. Para perancang tes tidak menentukan sifat mengukurnya,
tetapi memberikan ratusn pertanyaan tes untuk mengelompokkan individu. Tiap
kelompok diketahui berbeda dari normalnya menurut kriteria tertentu. Kelompok
kriteria terdiri atas individu yang telah dirawat dengan diagnosis gangguan
paranoid. Kelompok kontrol terdiri atas orang yang belum pernah didiagnosis
menderita masalah psikiatrik, tetapi mirip dengn kelompok kriteria dalah hal usia,
jenis kelamin, status sosioekonomi, dan variabel penting lain.
2) Rorced-Choice Inventories
Rorced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-Paksa termasuk klasifikasi tes
yang volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila subjek dapat memilih pilihan
yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan itu benar, tidak ada yang salah
(Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini, diminta memilih pilihan yang lebih
disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan minatnya, sikapnya, atau pandangan
hidupnya.
3) Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale
H-W Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian Rosanoff
(Muhadjir, 1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam komponen, yang
lebih banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu:
1) Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih
mengarah pada khayalan.
2) Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan bahwa
dirinya penting.
3) Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar.
4) Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme.
5) Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal.
6) Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus.
Budimansyah, dkk (2010)menyatakan bahwa dalam konteks mikro pada satuan pendidikan,
maka program pendidikan karakter perlu dikembangkan dengan mendasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self-
report)kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian
seutuhnya (personality inventory, serangkaian instrumen yang menyingkap sejumlah
sifat).
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang penyakit pre-
eklampsia dan Eklampsia.
Dalam penyusunan makalah kami menyadari bahwa makalah ini sangatlah kurang dari
kesempurnaan, maka dari itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun
agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik
DAFTAR PUSTAKA