“Belum ada satu pun permintaan masuk. Kalau tidak ada yang menginginkan pinjaman renovasi rumah, ya
semua kami alokasikan untuk pinjaman uang muka perumahan atau PUMP. Sekarang PUMP sudah Rp60 juta,”
ungkap Cholik, kepada Solopos.com, Minggu (29/4/2012).
Pinjaman renovasi rumah sendiri ditetapkan maksimal Rp30 juta. Peserta Jamsostek aktif selama setahun, tertib,
dan memiliki standar gaji di atas upah minimum kota (UMK), bisa mendapatkan pinjaman tersebut dengan bunga
6% dan jangka waktu pembayaran maksimal 10 tahun. Selain meminjam pada Jamsostek, peserta juga
diwajibkan meminjam minimal 50% dari total pinjaman, ke pihak bank yang telah menjalin kerja sama dengan
Jamsostek.
Ada tiga bank yang dimaksud, yakni Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Jateng, dan Bank Bukopin. “Jadi kalau
meminjam pada Jamsostek Rp30 juta, harus pinjam juga pada bank minimal Rp30 juta. Kalau mau lebih bisa,
pinjam di bank sampai Rp50 juta tergantung kemampuan finansial. Bunga yang diterapkan nanti adalah bunga
kombinasi Jamsostek 6% dan pihak bank sesuai aturan di bank. Ringan kok, kurang dari 9%,” imbuh dia.
Kabid Pemasaran Jamsostek, Multanti mengatakan pihak Jamsostek telah beberapa kali menyosialisasikan
program pinjaman renovasi rumah tersebut. Memang, pihaknya mengakui sosialisasi lebih banyak disampaikan
kepada perwakilan perusahaan. Pihaknya berharap manajemen perusahaan lebih aktif untuk menyampaikan
informasi ini kepada pekerja.
Seperti diketahui jumlah tenaga kerja peserta Jamsostek mencapai 137.000 orang, sehingga tidak mungkin
menyampaikan sosialisasi kepada semua peserta. “Peserta yang kami minta aktif tanya ke kantor,” ujar dia.
Peserta Jamsostek Bisa Peroleh Kredit Renovasi Rumah
[Ekonomi dan Keuangan]
Jakarta, Pelita
Direktur Utama PT Jamsostek (Persero) Hotbonar Sinaga mengatakan, pihaknya bekerja
sama dengan Bank BTN akan memberikan kredit renovasi rumah kepada anggota
sebagai bentuk peningkatan layanan.
Hotbonar yang didampingi Kepala Urusan Humas Jamsostek Kuswahyudi di Jakarta,
kemarin, menjelaskan mengenai anggota Jamsostek yang berhak mendapatkan kredit
renovasi tersebut.
Ia menjelaskan, pinjaman ini diberikan kepada tenaga kerja peserta Jamsostek yang
memenuhi persyaratan seperti kepesertaan minimal lima tahun, tidak mempunyai utang
lain ke Jamsostek (PUMP/PUMP-KB), dan belum pernah menggunakan PRR-KB.
Selain itu, lanjut Hotbonar, upah yang dilaporkan maksimal Rp15.000.000 setahun dan
memenuhi persyaratan teknis Kredit Griya Multi dari BTN.
Pinjaman diberikan dengan bunga enam persen efektif/tahun dengan jangka waktu
pengembalian 10 tahun dan besaran kredit maksimal Rp30 juta. Besar pinjaman PRR-KB
yang diberikan sebesar 50 persen dari total pinjaman Kredit Griya Multi BTN, ujarnya.
Perkiraan angsuran jika pinjaman diberikan sebesar Rp60 juta dengan masa angsuran
10 tahun adalah Rp30 juta dari PRR-KB Jamsostek dengan bunga enam persen
efektif/tahun sebesar Rp339 ribu, sementara Rp30 juta dari Kredit Griya Multi BTN
dengan perkiraan bunga 14 persen per tahun sebesar Rp479.000, sehingga total
angsuran per bulan sebesar Rp819.000.
Kombinasi kredit dari BTN dan Jamsostek diharapkan dapat dinikmati para peserta
Jamsostek, karena di dalamnya terdapat subsidi bunga dari Jamsostek.
Hotbonar menambahkan, kedepan pihaknya akan terus meningkatkan pelayanan kepada
angota. Karena pihaknya hanya mengelola dan mengembangkan dana mereka. Itulah
perlunya semua pekerja menjadi anggota Jamsostek. (iz)
Jamsostek Motori Perusahaan Keuangan Borong Saham
Jakarta – PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero) menjadi motor penggerak Forum Komunikasi Investasi
(FKI) untuk memborong saham-saham bluechips di pasar bursa Indonesia. Aksi Jamsostek ini mendorong
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik ke level 4.200. FKI beranggotakan perusahaan dana pensiun dan
asuransi nasional.
Menurut Direktur Utama PT Jamsostek Elvyn G Masassya, setelah mendengarkan masukan dari para analis,
saat ini merupakan waktu yang paling tepat untuk building saham karena harga saham bluechips sudah sangat
murah.
Elvyn menilai, jatuhnya harga-harga saham dalam dua hari terakhir bukan karena isu fundamental dari emiten,
tapi karena imbas psikologis regional yang mempengaruhi investor asing.
"Kita sudah koordinasi, timing membeli saham-saham yang sudah murah. Ini timing yang pas, karena harga-
harga ini sudah irasional," kata Elvyn G Masassya yang juga ketua FKI usai acara halal bihalal dengan jajaran
Komisaris, Direksi PT Jamsostek, Kemenakertrans, Serikat Pekerja dan para mitra di Jakarta, Rabu (21/8).
Seperti diketahui, BEJ menutup perdagangan, Selasa (20/8/) dengan IHSG meluncur tajam 138,535 poin
(3,21%) ke level 4.174,983.
Elvyn mengatakan, saat ini gabungan dari perusahaan dana pensiun dan asuransi yang tergabung dalam FKI
berkisar 40 perusahaan yang mengelola portofolio sebesar Rp 350 triliun. Sekitar 25% dari dana yang dikelola
FKI, siap digelontorkan ke pasar saham. Dia juga mengatakan, sudah menyiapkan jumlah angka tertentu masuk
membeli saham-saham yang ada di Pasar Modal. \"Kami sudah menyiapkan angka, jumlahnya triliunan. Tapi,
kami tidak bisa membuka berapa persisnya,\" terangnya.
Berdasarkan hasil riset, imbuh Elvyn, FKI memprediksi IHSG akan menembus posisi 5.082 pada akhir tahun
2013 mendatang.
\"Memang hari ini IHSG turun menjadi 4.200. Tapi Anda ingat tidak, pada akhir Juni dalam 3 hari terakhir IHSG
dari 4.400 naik menjadi 4.800. Karena itu, kita belum merubah ekspektasi IHSG 5.082 sampai dengan akhir
tahun 2013,\" jelas Dia.
Elvyn juga mengungkapkan, PT Jamsostek telah menambah portofolio membeli saham dan obligasi. Karena itu,
berbagai isu yang menyatakan bahwa Jamsostek sudah melepas saham-saham bluechips sebagai penyesatan.
\"Tidak benar isu yang beredar. Jamsostek itu mengelola portofolio dengan mengedepankan nasionalisme,”
tandasnya
Pada Rabu (21/8), penetrasi Jamsostek dan FKI sudah terasa pada perdagangan saham. Sehingga IHSG sedikit
tertahan dari kejatuhan lebih dalam. Dari pernyataan Taspen dan Jamsostek, diperkirakan dana kombinasi
sebesar US$800 juta siap diinvestasikan dalam tahun ini.
Sekitar 60 hingga 65% saham yang dipegang oleh Jamsostek dan Taspen adalah saham-saham perusahaan
BUMN.
Jamsostek, yang mengelola dana sekitar Rp149 triliun, per akhir Juli mengalokasikan 46% investasinya di
obligasi dan 25% di saham. Untuk saham, mayoritas investasi Jamsostek fokus di saham infrastruktur dan
perbankan.
nformasi yang saya posting ini merupakan pendapat dari praktisi HRD Bapak Gunawan Wicaksono....
Berikut pendapat beliau tentang Jmsostek yang saya rasa sangat menambah wawasan saya....
Namun jangan salahkan Jamsostek. Sebab, memang Undang Undang yang membatasi Jamsostek memasukkan dananya ke
Reksanada yang bagus pergembangan investasinya(rata rata bisa 45% pertahun).
Ada alasannya juga, karena dana JHT itu biasanya diambil (ditarik) oleh karyawan yang di PHK pada saat ekonomi krisis.
Padahal, bila dana 100 trilyun Jamsostek ditaruh di Reksadana, maka pas ekonomi turun, maka nilai reksadana juga turun.
Kan bahaya. Contohnya, Jamsostek naruh dana 100 trilyun di reksadana. Pas ekonomi turun, nilai reksadana turun dari 100
triyun ke 75 trilyun. Padahal, pas jaman sulit begitu, pasti banyak karyawan yang di-PHK, konsekuensinya banyak karyawan
yang mencairikan danaJHT. Nah, pas banyak-banyaknya karyawan yang mencairkann JHT, pas dananya turun di reksadana.
Ini bahaya yang diantisipasi pemerintah sehingga membatasi dana 100 trilyun yang dimiliki Jamsostek hanya boleh max 20%
nya saja yang ditaruh di reksadana. Padahal kita tahu, untuk jangka menengah panjang, penempatan di reksadana yang
paling bagus, paling tinggi tingkat pengembangannya. Sedang sisanya yang 80% di deposito/obligasi yang relative lebih aman
dan terjamin namun relative rendah pengembangannya – hanya 6 – 8% per tahun. Kombinasi dari penempatan 80% dana di
deposito/obligasi yang aman-terjamin-namun relative rendah pengembangan investasinya dan penempatan 20% dana di
reksadana yang lebih berisiko tapi tinggi pengembangan investasinya ini yang menghasilkan rata rata pengembangan JHT
sebesar 11% per tahun. Begitu ceritanya yang saya ketahui .... Pihak Jamsostek bisa memberikan penjelasan yang lebih detil
lagi.
OK, mengenai JHT Jamsostek, secara aturan tidak boleh berhenti. Harus ikut terus. Program Jamsostek yang wajib diikuti :
JHT (Jaminan Hari Tua), JK (Jaminan Kematian) dan JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja).
Sedang JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) boleh mengambil selain Jamsostek --- walau pastinya jauh lebih mahal dari
Jamsostek. Jadi intinya, program JHT yang menurut saya kurang bagus tetap tidak boleh diberhentikan (tetap wajib ikut).
Sebenarnya, saran saya, dana dari asuransi kesehatan lain lah yang sebaiknya dialihkan ke program Worksite asuransi.
Karena di program worksite ini juga mencakup kesehatan, kematian dan dana pensiun. Lumayan Lengkap sebagai pelengkap
Jamsostek. Daripada mengambil asuransi kesehatan yang hanya mengcover kesehatan saja dan --biasanya-- hilang / hangus
begitu saja bila tidak ada klaim. Juga asuransi kesehatan hanya meng-cover per satu orang saja. Misal Rp 80 ribu per bulan
perorang. Bila karyawan sudah menikah, maka harus ada tambahan biaya 1 lagi Rp 80.000, belum kalau nanti punya anak 1.
Jatuhnya mahal sekali. Sekitar Rp 400 ribu untuk 1 keluarga karyawan dengan 5 anggota keluarga. Bandingkan dengan
Jamsostek yang hanya Rp 60 ribu sudah meng-cover 5 orang anggota keluarga. Sangat menguntungkan sekali.
Jadi, maksimalkan manfaat Jaminan Kesehatan di Jamsostek yang memang murah namun agak relative kurang layanannya.
Saran saya tambah dengan santunan dari Worksiteasuransi. Nanti saya bantu meminta pihak Jamsostek untuk memberikan
penjelasan tentang memaksimalkan / mengoptimalkan manfaat dari layanan Jamsostek. Kalau tahu programnya dan tahu
prosedurnya, Jamsostek cukup bagus kok. Sebanding dengan preminya yang relative murah. Tentu, kalau perusahaan ada
dana lebih PLUS di support dengan tambahan dari worksite asuransi.
Sebagai contoh ; layanan rawat inap Jamsostek. Hanya dilayani di kelas II di RS Pemerintah (biasanya kelas dengan layanan
nomor 2 dari bawah), Namun peserta Jamsostek bisa meminta kenaikan level ke kelas yang lebih tinggi. Missal kelas VIP.
Selisih biayanya tentu ditanggung oleh karyawan. Selisih biaya ini dapat diambil dari santunan yang diberikan oleh worksite
asuransi. Dan perlu diingat, worksite asuransi juga meng-cover santunan kematian dan pengembangan investasi. Lengkap.
Dan perlu diingat : biaya Santunan Kematian, pesangon, uang pisah atau dana pension sesuai UU Ketenagakerjaan angkanya
sangat besar lho bila harus disiapkan sendiri oleh perusahaan. Maka alihkan dan siapkan dari dini dengan menggunakan
worksite asuransi.
Untuk JHT memang bisa di stop lalu pindah ke program layanan kesehatan lain. Tapi sejauh yang saya ketahui, biaya
asuransi kesehatan lain jauh jauh lebih mahal dari Jamsostek.
Sehingga pertanyaannya yang muncul :
Mengapa akan menghentikan JHT (Kesehatan) Jamsostek?
Apakah sudah ada yang lebih bagus dan tidak terlalu mahal?
Wasalam
Gunawan
Salam hangat
Wah kebetulan sekali ada rekan yang bertanya tentang hal ini
Ini sebenarnya yang mau saya sharing karena hal ini cukup memberatkan cash flow keuangan perusahaan bila muncul
kejadiannya.
Saya baru saja ketemu dengan Manager Pemasaran Jamsostek Bali I dan Bapak I Nengah Subagia, SH, MH (Kabid Pengawasan
dan HI Disnaker Badung)
INFORMASINYA :
1. Jaminan Hari Tua (JHT) dan Dana Pensiun Karyawan adalah 2 hal yang berbeda. Menurut beliau, JHT itu BUKAN
merupakan Dana Pensiun. Alasan pertama : Saldo JHT itu bisa saja disebabkan oleh pembayaran oleh beberapa perusahaan
bila si karyawan berpindah pindah tempat kerja. Jadi bukan hak milik perusahaan terakhir di mana si karyawan pension.
Alasan Kedua : ada bagian dari JHT yang erupakan hak karyawan. Karena karyawan juga membayar 2% dari gaji yang
dilaporkan. Alasan Ketiga : aturan UU Dana Pensiun –kata beliau—tidak mencantumkan JHT Jamsostek sebagai bagian dari
dana pension karyawan --- saya perlu pelajari lagi ---- lihat di attach
2. Bahkan Jaminan Kematian Karyawan (JKM) juga BUKAN merupakan bagian dari Santunan Kematian sebagaimana diatur
dalam pasal 166 UU no 13. Wah, gila banget deh… Jadi kalau ada karyawan meninggal, maka karyawan mendapatkan 2 hal.
Yakni pertama santunan kematian dari Jamsostek. Dan kedua perusahaan juga harus membayar Santunan kematian
berdasarkan pasal 166 UU no 13 – tidak boleh dicampur / digabung antara dana dari Jaminan Kematian Jamsostek dan dana
santunan kematian dari perusahaan…
Karena hal ini lumayan memberatkan dari sisi perusahaan, saya sudah meminta Jamsostek membuat sosialisasi. Semoga bisa
dilaksanakan secepatnya.
6. Jasa Konstruksi
Program ini diperuntukkan untuk pengusaha Kontruksi di dalam
pengerjaan proyek-proyek mereka.
Namun kita juga menyadari bahwa di Indonesia ini para pengusahanya
banyak yang nakal atau tidak memahami atau pura-pura tidak
memahami Jamsostek dan juga para pekerja berada dalam kondisi sulit
karena lapangan pekerjaan yang sangat sedikit menyebabkan mereka
menerima saja apabila para pengusaha tidak memperdulikan hal ini.