PENDAHULUAN
Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji buku ini,pembaca akan mampu:
1. Menjelaskan dengan benar definisi dan fungsi Drainase;
2. Menjelaskan dan menyebutkan jenis Drainase;
3. Menjelaskan sarana dan prasarana Drainase
4. Menyebutkan komponen pengelolaan Drainase
5. Menjelaskan penanganan masalah genangan
1
4) Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
banjir.
2
Gambar 1.1. Jenis Drainase Single Purpose dan Multi Purpose
4
Kolam penenang hilir sebegai peredam energy kecepatan keluar dari
dalam gorong-gorong
Papan duga air (staf gauge) berfungsi untuk mengetahui naik-turunya
permukaan air
7) Bendungan atau Cek Dam merupakan bangunan pengendali aliran atau
banjir.
5
4 Operasi Pemeliharaan Kendaraan/truk
Alat-alat berat
Peralatan lainnya
Sumber : Ditjent Cipta Karya Kementrian PU
1.6. Penanganan Masalah Genangan
Penanganan masalah genangan pada daerah yang belum memiliki system
drainase adalah dengan melakukan studi dan desain drainase serta
pembangunan jaringan drainase baru. Sedangkan untuk daerah yang telah
memiliki system drainase, penanganan masalah genangan dapat dilakukan
dengan bebarapa cara :
1) Normalisasi dilakukan dengan cara memperlebar, memperdalam,
meninggikan atau kombinasi pada saluran drainase yang ada;
2) Memperbanyak pengalihan saluran yaitu dengan cara menambah saluran
drainase atau mengalihkan semua/sebagian saluran drainase;
3) Membangun bangunan Polder Station yang dilengkapi dengan kolam,
tanggul keliling, pompa genset danbangunan pompa;
4) Memperlambat aliran air dengan cara membuat storage penunjang atau
kolam retensi
6
BAB II
BAHAN DAN ALAT
Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji buku ini,pembaca akan mampu:
1. Menjelaskan dan menyebutkan dengan benar jenis bahan perkerjaan
drainase;
2. Menjelaskan dengan benar spsifikasi bahan pada pekerjaan drainase;
3. Menjelaskan kegunaan dan cara kerja alat-alat yang digunakan pada
pekerjaan drainase
7
b) Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organik yang
merugian beton. Zat organik ini dapat berupa bahan bahan yang telah
membusuk, seperti humus atau tanah yang menandung bahan
organik. Biasanya substansi ini mengandung asam yang dapat
mencegah berlangsungnya hidrasi semen. Bahan organik ini biasanya
banyak dijumpaidalam agregat halus daripada agregat kasar (Aman
Subakti,1994:9 ).
c) Agregat harus memenuhi gradasi butir sesuai dengan jenis pekerjaan.
d) Beton, mortar, dan plester membutuhkan modulus kehalusan yang
berbeda, yaitu antara 2,3 s.d. 3,2. Yang dimaksud modulus kehalusan
yaitu angka indek yang diperoleh dari penjumlahan komulatip prosen
lolos set ayakan di atas lobang 0,3 dibagi 100 persen.
e) Menurut ASTM C 144 - 93, gradasi pasir untuk pasangan batu seperti
tabel berikut.
Tabel 2.1. Susunan Gradasi Pasir
8
Penggunaan pasir sebagai bahan bangunan banyak dipergunakan dari
struktur paling bawah hingga paling atas dalam bangunan. Baik sebagai pasir
urug, adukan hingga campuran beton. Beberapa pemakaian pasir dalam
bangunan dapat kita jumpai seperti :
Penggunaan sebagai urugan, misalanya pasir urug bawah pondasi,
pasir urug bawah lantai, pasir urug dibawah pemasangan paving block
dan lain lain.
Penggunaan sebagai mortar atau spesi, biasanya digunakan sebagai
adukan untuk lantai kerja, pemasangan pondasi batu kali, pemasangan
dinding bata, spesi untuk pemasangan keramik lantai dan keramik
dinding, spesi untuk pemasangan batu alam , plesteran dinding dan
lain lain.
Penggunaan sebagai campuran beton baik untuk beton bertulang
maupun tidak bertulang, bisa kita jumpai dalam struktur pondasi beton
bertulang, sloof, lantai, kolom , plat lantai, cor dak, ring balok dan lain
-lain.
Disamping itu masih banyak penggunaan pasir dalam bahan bangunan
yang dipergunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan
material cetak seperti pembuatan paving block, kansteen, batako dan
lain lain.
Ada beberapa jenis pasir yang biasa dijual diantaranya :
a) Pasir Beton
Pasir Beton adalah pasir yang bagus untuk bangunan. Pasir Beton
biasanya berwarna hitam dan butirannya cukup halus, namun apabila
dikepal dengan tangan tidak menggumpal dan akan puyar kembali.
Pasir ini baik sekali untuk pengecoran, plesteran dinding, pondasi,
juga pemasangan bata dan batu.
b) Pasir Pasang
Pasir Pasang adalah pasir yang lebih halus dari pasir beton ciri cirinya
apabila dikepal dia akan menggumpal tidak kembali lagi ke semula..
Pasir pasang biasanya dipakai untuk campuran pasir beton agar tidak
terlalu kasar sehingga bisa dipakai untuk plesteran dinding.
c) Pasir Elod
Pasir Elod adalah pasir yang paling halus dibanding pasir beton dan
pasir pasang. Ciri ciri pasir elod adalah apabila dikepal dia akan
menggumpal dan tidak akan puyar kembali. Pasir ini masih ada
9
campuran tanahnya dan warnanya hitam. Jenis pasir ini tidak bagus
untuk bangunan. Pasir ini biasanya hanya untuk campuran pasir beton
agar bisa digunakan untuk plesteran dinding, atau untuk campuran
pembuatan batako.
d) Pasir Merah
Pasir merah atau suka disebut Pasir Jebrod kalau di daerah Sukabumi
atau Cianjur karena pasirnya diambil dari daerah Jebrod Cianjur. Pasir
Jebrod biasanya bagus untuk bahan Cor karena cirinya hampir sama
dengan pasir beton namun lebih kasar dan batuannya agak lebih besar.
2) Kerikil
Kerikil disebut juga agregat kasar adalah bahan alam yang dapat dipakai
untuk beton harus memenuhi syarat-syarat :
a) Agregat yang bersih dari unsur organic
b) Keras
c) Bebas dari sifat penyerapan zat kimia
d) Tidak bercampur dengan tanah liat/lumpur
e) Distribusi/gradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan-ketentuan
yang berlaku
Agregat alam adalah agregat yang didapat dari hasil tambang batuan
alam. Agregat alam dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
a) Kerikil dan pasir alam
Kerikil dan pasir alam berasal dari hasil pengikisan batuan induk yang
kemudian terbawa oleh arus air atau angin yang kemudian mengendap di
suatu tempat. Endapan-endapan kerikil atau pasir sering kali terdapat
didarat (tidak di sungai)
b) Agregat batu pecah
Terkadang sulit untuk mendapatkan kerikil dan pasir langsung dari alam
sehingga diatasi dengan memecah batuan alam menjadi kerikil atau pasir.
Kekerasan kerikil dari batu pecah ini lebih baik dibandingkan dengan
langsung dari alam. Untuk memecahkan batuan alam ini digunakan alat
pemecah batu (stone crusher) dan bahkan masih ada dengan cara manual.
c) Agregat batu apung
Batu apung merupakan agregat alam yang ringan dan banyak digunakan.
Batu apung termasuk dalam agregat ringan. Agregat ringan yaitu agregat
yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0.
3) Batu Kali
Batu kali atau batu belah biasanya diperoleh dari kawasan lereng
pegunungan yang merupakan batuan besar dengan sisi tidak rata dan bersifat
10
padat. Bentuk fisik batu ini yaitu padat, sisi tidak beraturan dank eras dengan
warna abu-abu kehitaman. Batu ini biasa digunakan sebagai penahan sungai
agar tidak longsor dan pondasi bangunan.
Batu yang dari alam atau batu galian yang telah dibelah, kasar, bersih,
tahan lama, keras,tahan terhadap pengaruh adara dan air dan cocok dalam
segala hal untuk fungsi yang dimaksud.
4) Semen
Semen Portland disebut juga Semen adalah bahan yang berupa bubuk
halus yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Bahan baku pembuatan
semen adalah bahan-bahan yang mengandung kapur, siliki, alumina, oksida
besi dan oksida-oksida lain. Jika semen dicampur dengan air disebut pasta
semen, sedangkan jika pasta semen dengan pasir disebut mortar semen.
Berdasarkan tinjauan pemakaiannya, semen portland dibedakan menjadi 5
(lima) :
a) Type I : Semen portland jenis umum (normal portland cement) , yaitu
jenis semen portland untuk penggunaan dalam konstruksi betonsecara
umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.
b) Type II : Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan (modified
portland cement) . Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan
keluarnya panas lebih lambat daripada semen Type I. Semen Type II
digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan terhadap
bangunan beton, seperti struktur bangunan air/drainase dengan kadar
konsentrasi sulfat tinggi didalam air tanah.
c) Type III : Jenis semen dengan waktu pengerasan yang cepat
(highearly-strenghth portland cement). Waktu perkerasan bagi jenis
ini umumnya kurang dari seminggu. Digunakan pada struktur-struktur
bangunan yang bekistingnya harus cepat dibuka dan akan segera
dipakai kembali.
d) Type IV : Semen dengan hidrasi panas rendah yang digunakan pada
konstruksi dam/bendungan, bangunan-bangunan masif, dengan tujuan
panas yang tejadi sewaktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi
keutuhan beton.
e) Type V : Semen penangkal sulfat. Digunakan untuk beton yang
lingkungannya mengandung sulfat, terutama pada tanah/air tanah
dengan kadar sulfat tinggi.
5) Air
11
Air digunakan sebagai bahan pencampur dan pengaduk beton atau mortar
untuk mempermudah pekerjaan. Menurut PBI 1971 NI-2, pemakaian air
untuk beton atau adukan mortar tersebut sebaiknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a) Tidak mengandung Lumpur (benda melayang lainnya)
b) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam,
zat organik dan sebagainya)
c) Tidak mengandung minyak dan alkali
d) Tidak mengandung senyawa asam
6) Kapur
Limestone/ Calcium Carbonate ( CaCO3) biasa kita kenal sebagai batu
kapur atau batu gamping adalah batuan yang terbentuk dari organisme laut.
Batu kapur adalah barang yang sangat di butuhkan dan sering di pakai di
dalam kehidupan sehari-hari.
Batu kapur merupakan salah satu mineral industri yang banyak
digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain
untuk bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan raya, pengapuran
untuk pertanian dll
Secara kimia batu gamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Di
alam tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium
yang tinggi mengubah batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia
CaCO3MgCO3 Adapun sifat dari batu gamping adalah sebagai berikut :
a. Warna : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan
b. Kilap : Kaca, dan tanah
c. Goresan : Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan : Tidak teratur
e. Pecahan : Uneven
f. Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs
g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
h. Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga 2.
Adapun pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah :
a) Bahan bangunan bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur
tohor yang dipergunakan untuk plester,adukan pasangan bata,
pembuatan semen tras ataupun semen merah.
b) Bahan penstabilan jalan raya Pemakaian kapur dalam bidang
pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya.
Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi
ppenyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya
12
c) Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian Apabila ditaburkan
untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air,
sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang
akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah. Kapur ini
juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam
pembuatan kompos dan sebagainya
d) Penjernihan air Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri ,
kapur dipergunakan bersama-sama dengan soda abu dalam proses
yang dinamakan dengan proses kapur soda.
7) Kayu
Kayu merupakan satu dari beberapa bahan konstruksi yang sudah lama
dikenal masyarakat, merupakan bahan alam dan dapat diperbaharui secara
alami. Faktor-faktor seperti kesederhanaan dalam pengerjaan, ringan, sesuai
dengan lingkungan (environmental compatibility) telah membuat kayu
menjadi bahan konstruksi yang dikenal di bidang konstruksi ringan (light
construction). Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi tidak hanya
didasari oleh kekuatannya saja, akan tetapi juga didasari oleh segi
keindahannya.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang
berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang
berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama
lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :
a) Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan
susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa
dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
b) Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat
yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal,
radial dan tangensial).
c) Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat
menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat
perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
d) Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar
terutama dalam keadaan kering.
Ada banyak sekali jenis-jenis kayu. Dalam konstruksi dan pemakaian
kayu sebagai bagian dari konstruksi bangunan seseorang harus benar-benar
13
mengetahui dan memahami sifat-sifat serta jenis-jenis kayu yang biasa
digunakan sebagai konstruksi bangunan itu sendiri.
Kayu memiliki kelebihan sebagai berikut:
Mudah didapatkan di toko-toko material.
Banyak dikuasai oleh tukang lokal.
Bahan kayu dapat dibentuk, dipotong, dan digunakan secara
fleksibel.
Kelebihan-kelebihan dari kayu sebagai bahan konstruksi bangunan itu
sendiri tentu memberikan keuntungan bagi kita sendiri, namun dibalik
kelebihan-kelebihannya itu kayu juga memiliki kekurangan-kekurangan.
Berikut kekurangan dari kayu:
Mudah terbakar, dan dapat dimakan rayap.
Dapat mengembang dan menyusup.
Bentang atap dengan konstruksi kayu seringkali terbatas karena
ukuran kayu di pasaran adalah 4 meter.
Harga kayu semakin lama semakin mahal karena semakin
berkurangnya stok kayu dari alam.
Dibawah ini beberapa jenis kayu yang bisa dipergunakan untuk bahan
konstruksi bangunan :
a. Kayu jati
Kayu ini sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling
indah. Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat
kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan.
Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati
juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena
kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain
yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu
jati.
b. Kayu Merbau
Kayu mwerbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan
stabil sebagai alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga
terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat
kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau
memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk
pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan
Kelas Kuat I, II.
c. Kayu Bangkirai
14
Kayu bengkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat.
Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat
kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah
muncul retak rambut dipermukaan.
d. kayu kamper
Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon
kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan.
Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan
serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.
e. Kayu kelapa
Adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari
perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60
tahun keatas) sehingga harus ditebang untuk diganti dengan bibit
pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem.
Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk
garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan alur serat lurus
dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah
fiber.
f. Kayu meranti merah
Jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda
pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak
terlalu halus, kayu meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca,
sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk
kayu dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti
banyak ditemui di hutan di pulau kalimantan
g. Kayu Karet,
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja
dibelah atau dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah
sedikit kecoklatan. Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi
lumayan berat dengan densitas antara 435-625 kg/m3 dalam level
kekeringan kayu 12%.
Kayu Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas awet III, sehingga kayu
karet dapat digunakan sebagai substitusi alternatif kayu alam untuk
bahan konstruksi
h. Kayu gelam
15
Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai
sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter
besar biasa dipakai untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan
jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif untuk
bahan penyerap.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa
tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk
banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang
memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk
kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.
i. Kayu Akasia (acacia mangium),
Kayu Akasia mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori
dan seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas
awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun keatas, bila
diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan
lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650
kg/cm2.
Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya
rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat
lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah,
sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi
maupun bahan meibel-furnitur.
8) Bambu
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas
di batangnya. Nama lain bambu adalah buluh, aur, eru. Di dunia ini bambu
merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena
memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh
sepanjang 60cm (24 inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan
klimatologi tempat ia ditanam.
Kelebihan dari Bambu antara lain:
Bahan Alami yang dapat diperbaharui
Sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap
tebang)
Pada berat jenis yang sama, Kuat tarik bambu lebih tinggi
dibandingkan kuat tarik baja mutu sedang.
Ringan.
16
Bahan konstruksi yang murah.
Kekurangan :
Rentan terhadap rayap.
Jarak ruas dan diameter yang tidak sama dari ujung sampai
pangkalnya.
Jenis Bambu yang dikenal disekitar sebagaia bahan bangunan antara lain :
petung/betung (Dendrocalamus asper), Bambu hitam/bambu wulung , Bambu
apus atau tali (Gigantochloa apus) dan Bambu duri / ori
Bambu sebagai bahan bangunan memiliki Sifat fisik berupa
kerapatan, kadar air, dan berat jenis dan sifat mekaniknya berupa kuat tekan,
kuat lentur, kuat geser, dan kuat tarik.
2.1.2. Bahan Pasangan Saluran Drainase
1) Pasangan Batu Bata
Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat
dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna
kemerah merahan. Adapun Jenis Batu Bata yang dikenal dalam bangunan
antara lain :
a) Batu Bata Tanah Liat, terbuat dari tanah liat dengan 2 kategori yaitu
bata biasa dan bata muka.
Bata biasa , memiliki permukaan dan warna yang tidak menentu,
bata ini digunakan untuk dingding dengan menggunakan
morta(campuran semen) Ssebagai pengikat. Bata jenis ini sering
disebut sebagai bata merah.
Bata muka , memiliki permukaan yang baik dan licin dan
memupnyai warna dan corak yang sragam . Disamping
dipergunakan sebagai dinding juga digunakan sebagai penutup d
dan sebagai dekoratif.
b) Batu Bata Pasir – Kapur, sesuai dengan namanya batu bata ini dibuat
dari campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1 : 8 serta air
yang ditekankan kedalama campuran sehingga membentuk batu bata.
Pekerjaaan pasangan batu bata biasanya dilanjutkan dengan pekerjaan
plesteran, pekerjaan acian, amplas dinding kemudian finishing cat atau
walpapaer dinding, jarak antara masing-masing pekerjaan tersebut
sebaiknya dilakukan dalam rentang waktu yang cukup sehingga
didapatkan hasil pengerasan sempurna dan kualitas pekerjaan pasangan
dinding bata yang baik. Ukuran standarnya untuk Indonesia adalah :
a. 52 mm x 115 mm x 240 mm.
17
b. 50 mm x 110 mm x 230 mm.
Penimbunan dilapangan harus diberi lantai dengan jarak 30 cm dari
permukaan tanah. Bata disusun berdiri arah lebarnya dan disusun berselang –
seling empat buah – empat buah. Ketinggian penyusunan max 2 m ini untuk
memudahkan dalam pengambilan. Diatasnya ditutup dengan kain terpal atau
plastik agar air hujan tidak terserap oleh bata merah.
2) Mortar
Dalam keseharian, terutama saat membangun, tentu sering kita jumpai
dengan yang namanya mortar atau adukan, namun kita hanya sebatas tahu
saja. Berikut ini pengertian, kegunaan, sifa-sifat, dan jenis komposisi mortar
atau adukan. Pengertian mortar atau adukan atau spesi adalah campuran dari
bahan pengikat (semen, kapur), bahan pengisi (pasir) dan air.
Kegunaan/manfaat adukan atau mortar pada pasangan bata adalah:
a) Sebagai bahan pengkat antara bata yang satu dengan bata yang
lainnya
b) Untuk menutup atu menghilangkan permukaan bata yang tidak rata
c) Untuk menyalurkan beban
Sedangkan fungsi dari mortar atau adukan dalam plesteran adalah untuk
meratakan permukaan tembok sehingga mudah untuk di cat dan untuk
menambah keawetan pasangan bata
Sifat-sifat pada adukan adalah:
a) Sifat kuat, campuran adukan harus cukup baik agar mampu
menopang beban yang diterima dinding.
b) Sifat mudah untuk dikerjakan/digunakan, adukan harus mudah
dikerjakan, tidak terlalu basah (encer) dan tidak terlalu kering.
c) Sifat menyusut, adukan yang terlalu banyak airnya akan mudah
menyusut yang berakibat retak pada plesteran maupun tembok.
Jenis-jenis komposisi adukan adalah:
Adukan semen, kapur, pasir
Adukan semen, pasir
Adukan pozolan atau tras alam, kapur
Adukan kapur, tras (alam atau buatan), pasir
Fungsi dan persyaratan adukan untuk pekerjaan pasangan bata/ batu kali
pekerjaan sejenisnya harus memiliki sifat-sifat :
Cukup plastis /konsistensi dan enak dikerakan ) dipasang workability
Menghasilkan rekatan dan perletakan yang baik dari bata/ batu kali
Dapat mengisi celah-celah dari bata/ batu kali dengan rapat dan rata
Memberikan kekuatan yang merata
18
Sifat tahan lama sehingga konstruksi pasangan bata/ batu kali yang
direkatkan dapat menahan gaya horisontal dan vertikal serta pengaruh
sekitar tembok
Campuran pasir dengan bahan bangunan semen untuk pasangan bata dan
plesteran, dengan komposisi :
Campuran 1 : 4, untuk pemasangan dinding bata yang tertutup tanah,
atau bak air agar tidak rembes.
Campuran 1 : 6, untuk pemasangan dinding bata yang di atas tanah.
Plesteran dinding dengan campuran pasir dan bahan bangunan semen
4 : 1, untuk memplester dinding bata yang berada didalam tanah.
Plesteran dinding dengan campuran pasir dan bahan bangunan semen
6 : 1, untuk memplester dinding bata yang berada diatas tanah.
3) Beton
Saluran dengan bahan beton banyak dijumpai di pembangunan saluran.
Konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton
adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya
kerikil dan pasir), semen dan air.
Ada bermacam-macam jenis beton antara lain :
a) Beton siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa , perbedaannya ialah
pada beton ini digunakan ukuran agregat yang relative besar, beton ini
digunakan pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan, dan
sebagainnya, ukuran agregat kasar dapat sampai 20 cm, namun proporsi
agregat yang lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih dari 20
persen dari agregat seluruhnya.
b) Beton Ringan
Beton jenis ini sama dengan beton biasa perbedaannya hanya agregat
kasarnya diganti dengan agregat ringan. Selain itu dapat pula dengan
beton biasa yang diberi bahan tambah yang mampu membentuk
gelembung udara waktu pengadukan beton berlangsung, beton semacam
ini mempunyai banyak pori sehingga berat jenisnya lebih rendah
daripada beton biasa.
c) Beton non pasir
Beton jenis ini dibuat tanpa pasir , jadi hanya air, semen, dan kerikil saja,
karena tanpa pasir maka rongga rongga kerikil tidak terisi. Sehingga
beton berongga dan berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa.
19
Selain itu karena tanpa pasir maka tidak dibutuhkan pasta-pasta untuk
menyelimuti butir-butir pasir sehingga kebtuhan semen relative lebih
sedikit.
d) Beton hampa
Seperti yang telah diketahui bahwa kira-kira separuh air yag
dicampurkan saja yang bereaksi dengan semen, adapun separuh sisanya
digunakan untuk mengencerkan adukan.beton jenis ini diaduk dan
dituang serta dipadatkan sebagaimana beton biasa, namun setelah beton
tercetak padat kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara khusus.
Seperti cara vakum, dengan demikian air yang tertinggal hanya air yang
digunakan untuk reaksi dengan semen, sehingga beton yang diperoleh
sangat kuat.
e) Beton bertulang
Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan
gaya tekan, batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang
tertarik untuk membantu beton. Beton yang dimasuki batang baja pada
bagian tariknya ini disebut beton bertulang.
f) Beton prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah
batangnya baja yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu .
batang baja ini tetap mempunyai tegangan sampai beton yang dituang
mengeras, bagian balok beton ini walaupun menahan lenturan tidak akan
terjadi retak.
g) Beton pracetak
Beton biasa dicetak /dituang di tempat.namun dapat pula dicetak di
tempat lain,fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu
yang lebih baik, selain itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat
terbatas, sehingga sulit menyediakan tempat percetakan perawatan
betonnya.
h) Beton massa
Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan antara
volume dan permukaannya besar. Bila dimensinya lebih besar dari 60
cm. Pondasi besar,pilar, bendungan. Harus diperhatikan perbedaan
temperatur.
i) Fero semen
20
Suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan ortar
semen suatu tulangan yang berupa suatu anyaman kawat baja.
j) Beton serat
Beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa
serat. Serat berupa batang-batang 5 sd 500 mm,panjang 25-100 mm,
serat asbatos, tumbuh-tumbuhan , serat plastic, kawat baja.
Metode perencanaan mix design yang tepat diperlukan untuk
menghasilkan campuran beton (Concrete Mix Design) yang memenuhi syarat
mutu dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Ada beberapa metode
rancangan campuran beton antara lain yaitu :
a. Cara coba-coba di laboratorium (Trial and Error)
Yaitu dengan membuat campuran beton dengan perbandingan-
perbandingan bahan penyusun yang berbeda-beda sehingga diperoleh
omposisi dengan workability tertentu.
b. Fineness modulus method
Metode modulus kehalusan dari Prof. Duff Abram ini pada dasarnya
menggunakan tabel perbandingan bahan dari Prof. Duff Abram
c. Cara DOE (Department of Environment )
Metode ini berasal dari negara Inggris yang pada prinsipnya
menggunakan dasar kuat tekan beton ukuran 15 x 15 x 15 cm.
d. Cara ACI ( American Concrete Institute ) committee 61354
Metode rancangan campuran beton ini berasal dari Amerika yang
berdasarkan kuat tekan beton silinder ukuran diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm.
e. Cara High Strength Concrete Mix Design
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Shacklock, metode ini
digunakan untuk beton mutu tinggi ( > K.350 kg/cm2 )
Metode rancangan yang lazim dipergunakan terutama di Indonesia
adalah cara ACI (American Concrete Institute) dan cara DOE (Department of
Environment).
21
Pipa PVC adalah jenis pipa plastic yang terbuat dari gabungan material
vinyl yang menghasilkan pipa ringan, kuat tidak berkarat dan tahan lama.
Hanya digunakan untuk air dingin saja.
3) Pipa HDPE (Hight Density Polyethylene)
Pipa HDPE adalah jenis pipa yang terbuatdari polyethylene dengan
kepadatan tinggi sehingga jenis pipa yang dihasilkan dapat menahan
daya tekan yang lebih tinggi. Karakterisik pipa HDPE adalah kuat,
lentur/fleksibel dan tahan terhadap bahan kimia.
4) Pipa Baja (Steel Pipe)
Pipa baja yang digunakan untuk jalur pemasok energy, misalnya air, gas,
minyak dan cairan yang mudah terbakar.
5) Pipa Tembaga
Pipa tembaga adalah pipa yang kuat dan tahan lama, biasanya digunakan
untuk instalasi air panas.
6) Pipa Beton
Berupa beton precast biasa digunakan untuk saluran drainase. Terdapat 2
tipe pipa beton yaitu light duty dan heavy duty.
Pipa PVC juga tidak berkarat atau membusuk. Oleh karena itu, PVC ini
paling sering digunakan dalam sistem irigasi/ perairan dan pelindung kabel.
Standard Pipa PVC pada sebuah proyek adalah : Standard Pabrik, Standard
JIS dan Standard SNI
a) Standard Pabrik
Ciri-ciri pipa PVC dengan standard pabrik adalah : Class AW (
Association Water) dan D ( Drainase), Panjang pipa 4 meter dan
Berwarna putih atau abu-abu
b) Standard JIS ( Japan Industrial Standard)
Ciri-ciri pipa PVC dengan standard JIS adalah : Class VP dan VU,
Panjang pipa 4 meter dan Berwarna abu-abu
c) Standard Nasional Indonesia ( SNI)
Ciri-ciri pipa PVC dengan standard SNI adalah : Class S-10 dan S-12.5,
Panjang pipa 6 meter dan Berwarna putih atau abu-abu
Pipa PVC saat ini merupakan Bahan yang sering/ wajib dipakai dalam
pembuatan Rumah. Pipa PVC ini biasa dipakai untuk Saluran Supply Air
Bersih dan Saluran Air Kotor/ Buangan ( baik itu Air Closet, Air Buangan
Mandi, dan Air Kotor Buangan Closet ke Septic-Tank) .
Dalam system JIS ada 3 jenis pipa PVC yaitu AW, D dan C, berikut
rinciannya:
22
Pipa dengan Jenis AW, adalah Pipa Paling Tebal, biasanya dipakai untuk
Pemipaan Aliran Bertekanan Tinggi ( seperti adanya Tekanan dari Pompa
Air) Juga biasa dipakai untuk Saluran Air didalam Tanah yang
diperkirakan akan mengalami Tekanan Besar dari Kenderaan Berat yang
mungkin melintas diatasnya.
Ukuran Pipa AW yang tersedia di pasaran antara lain: Diameter 6” = 6
inchi ( 6” ini adalah Ukuran Diameter Dalam Penampang Pipa) ; 5” ; 4” ;
3” ; 2, 5” ; 2” ; 1, 5” ; 1, 25” ; 1” ; 3/ 4” ; dan 1/ 2” .
Pipa dengan Jenis D, tidak setebal AW tapi lebih tebal dari C, digunakan
untuk Saluran yang tidak akan mengalami tekanan yang besar, biasa
dipakai untuk Saluran Buangan Air didalam rumah.
Ukuran Pipa Jenis D yang tersedia di pasaran antara lain: Diameter 6” = 6
inchi ( 6” ini adalah Ukuran Diameter Dalam Penampang Pipa) ; 5” ; 4” ;
3” ; 2, 5” ; 2” ; 1, 5” ; dan 1, 25” .
Pipa dengan Kode C, Pipa ini paling tipis, saya tidak merekomendasikan
untuk dipakai pada Instalasi Saluran Air pada Rumah anda, karena Jenis
Pipa ini rentan dan gampang pecah.
23
2.2.1 Peralatan Manual
Jenis peralatan manual yang digunakan untuk pekerjaan drainase antara lain :
Tabel 2.3. Jenis Alat Manual dan Kegunaanya
24
5 Garpu Untuk menggali
tanah yang keras
dan kering
25
9 Slang air Untuk menentukan
dan menimbang
level ketinggian/
kedataran
26
13 Waterpasa Untuk menentukan
dan elevasi dari tiap-tiap
Theodolith titik lubang kontrol
yang dikenhendaki
serta kemiringan
pipa saluran
1 Mesin Untuk
Pemadat memadatkan
lantai kerja dan
urugan tanah.
27
2 Pompa Untuk menguras
air/ dewatering
pada lokasi
saluran
1) Scrapper
Scrapper adalah alat gali tanah, umumnya digunakan di tambang
terbuka. Alat ini mampu melakukan tiga tugas sekaligus: memuat,
mengangkut, dan membongkar muatan.
28
Gambar 2.2. Alat Berat Scrapper
2) Back Hoe
Kegunaan backhoe :
Untuk penggalian tanah, terutama yang letaknya di bawah kedudukan
backhoe sendiri, misalnya : saluran, terowongan,basement
Bisa juga sebagai alat pemuat bagi truck-truck.
Keuntungan backhoe dibandingkan dengan Dragline dan Clamshell
:Kedalaman gali lebih teliti bisa untuk alat pemuat, sedangkan Dragline dan
Clamshell tidak bisa.
Gerakan-gerakan backhoe dalam beroperasi :
1) Mengisi bucket (land bucket)
2) Mengayun saat terisi (swing loaded )
3) Membongkar muatan (dump bucket)
4) Mengayun balik (swing empty)
semua gerakan ini mempengaruhi waktu siklus. Backhoe kecil waktu
siklusnya lebih cepat dari pada Backhoe besar.
Produksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas :
a) Faktor keadaan pekerjaan
b) Faktor keadaan mesin 3.
c) Pengaruh dalamnya pemotongan dan sudut swing.
29
Gambar 2.3. Alat Berat Backhoe
3) Clam Shell
Kegunaan clamshell untuk penggalian material lepas seperti pasir,
kerikil, batuan pecah, lumpur, batu bara, dll.
Cara kerja clamshell : menjatuhkan bucket pada saat kosong dan
mengangkatnya saat berisi muatan secara vertikal, dengan swing seperti pada
excavator dan membongkar muatan pada tempat yang dikehendaki dan swing
kembali. Ada dua macam bucket yang digunakan :
1. Heavy duty bucket : dilengkapi dengan gigi yang dapat dilepas,
digunakan untuk penggalian .
2. Light duty bucket : untuk mengangkat bahan ringan, tanpa dilengkapi
gigi-gigi
Kapasitas bucket diukur dalam 3 macam ukuran :
a. Water level capacity yaitu kapasitas bucket dimana bucket terendam air..
b. Plate line capacity yaitu kapasitas backet terisi rata
c. Heaped capacity yaitu kapasitas bucket munjung
30
4) Dragline
Kegunaan dragline adalah untuk penggalian material yang tidak
terlalu keras yang letaknya dapat lebih rendah atau lebih tinggi dari posisi alat
tersebut.
Alatnya terdiri dari excavator + boom crane dan drag bucket.
Kelebihan : jangkauannya lebih besar daripada backhoe dan power shovel.
Kekurangan : tenaga penggali kecil karena hanya mengandalkan kekuatan
dari berat sendiri bucket.
Ada 3 tipe dragline :.
1. Dragline dengan roda kelabang
2. Dragline dengan roda ban.
3. Dragline di atas truck
Prinsip kerja dragline :
a. Mengisi bucket dengan menarik kabel tarik sepanjang lapisan material
ke arah alat.
b. Setelah bucket terisi, kemudian diangkat dengan sedikit
mengendorkan kabel tarik (masih kondisi tegang).
c. Karena masih ditahan oleh kabel tarik (tegang) maka tumpahnya
material sedikit.
d. Membongkar muatan, bisa dimuka atau dibelakang titik puncak boom.
e. Bucket kosong diayun dengan mengendorkan kabel angkat dan
diajukan pada posisi yang lebih baik untuk muatan baru.
31
Untuk penggalian tanah yang letaknya di atas kedudukan alat itu.
Sebagai alat pemuat ke dalam truck.
Gerakan Power Shovel dalam beroperasi :
1. Tenaga angkat utama (main hoist power) untuk mengangkat bucket
didalam material yang digali.
2. Tenaga angkat tambahan (secondary hoist) untuk menggerakkan
dipper stick ke depan yang memberikan tenaga ekstra.
3. Retracting : gerakan ke belakang dari dipper stick untuk melepaskan
diri dari material.
4. Boom dinaikkan denga sudut 35° - 65°.
5. Swing untuk membuang dan balik
6. Gerakan maju atau mundur
BAB III
KESELAMATAN DANKESEHATAN KERJA
PEKERJAAN DRAINASE
Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji buku ini,pembaca akan mampu:
1. Menjelaskan dengan pengertian K3 Pekerjaan Drainase;
2. Menerapkan K3 pada pekerjaan drainase;
3. Melakukan identifikasi potensi bahaya pada pekerjaan drainase
32
Definisi keselamatan kerja menurut Dessler (1997:634), keselamatan kerja
adalah usaha untuk sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang
aman dan sehat pada setiap karyawan dan untuk melindungi sumber daya
manusia.
Penyediaan pelayanan kesehatan pada perusahaan diatur berdasarkan
permen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI No. 03/MEN/1982 tentang
pelayanan usaha kesehatan di perusahaan. Begitu pentingnya kesehatan kerja
tersebut dalam suatu lingkungan kerja, mengingat kesehatan kerja merupakan
bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat dalam
suatu masyarakat pekerja dan lingkungannya, yang tujuannya untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental dan
sosial bagi masyarakat pekerja dan lingkungan perusahaan pada umumnya.
33
peralatan kerja dan lingkungan sekitar pekerjaan serta hasil pekejaan dapat
tercapai.
34
e) Sarung Tangan yang berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat
bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera
tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi
masing-masing pekerjaan.
f) Tali Pengaman (Safety Harness) yang berfungsi sebagai pengaman
saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di
ketinggian lebih dari 1,8 meter.
g) Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff) yang berfungsi sebagai
pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
h) Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses) yang berfungsi sebagai
pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).
i) Masker (Respirator) yang berfungsi sebagai penyaring udara yang
dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal
berdebu, beracun, dsb).
j) Pelindung wajah (Face Shield) yang berfungsi sebagai pelindung
wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan
menggerinda)
k) Jas Hujan (Rain Coat) yang berfungsi melindungi dari percikan air
saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci
alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan
pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L :
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan) . Adapun APD yang
disediakan harus memenuhi syarat :
1) Harus memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang
dihadapi tenaga kerja/sesuai dengan sumber bahaya yang ada.
2) Tidak mudah rusak.
3) Tidak mengganggu aktifitas pemakai.
4) Mudah diperoleh dipemasaran.
5) Memenuhi syarat spesifik lain.
6) Nyaman dipakai.
Dalam program pengadaan APD untuk melindungi tenaga kerja dalam
bekerja, maka penyimpanan, pemeliharaan APD sebaiknya dibilik yang
sangat sensitif terhadap perubahan tertentu, waktu kadaluarsanya dan tidak
akan menimbulkan alergi terhadap sipemakai serta tidak menularkan
penyakit.
35
Keselamatan kerja tidak hanya pada diri pekerja tetap harus
menmpertimbangakan keselamatan pada perlatan kerja, terutama pekerjaan
yang mempunyai resiko tinggi, seperti bekerja di ketinggian, hal-hal yang
harus diperhatikan untuk keselamatan kerja pada peralatan kerja antara lain :
1) Sediakan lantai dan anjungan kerja yang permukaannya dari bahan
anti slip untuk semua operator peralatan.
2) Buatlah alat pengaman untuk mencegah orang yang tidak berhak
menghidupkan peralatan, dengan cara menggunakan sistem kunci,
atau mem-blok dan mengunci alat penghidup (starter)
3) Pada akhir suatu periode waktu kerja (shift), operator harus mengunci
peralatannya untuk mencegah peralatannya hidup tanpa sengaja,
terlepas, atau jatuh. Prosedur mematikan peralatan dari produsen
harus diikuti.
4) Jangan sampai terjadi penumpukan kotoran, debu, oli, gemuk, kain
perca berminyak, dan sampah pada pada peralatan.
5) Pasang tanda pemberitahuan tentang kapasitas beban yang aman dan
batas kecepatan operasional maksimum pada setiap peralatan.
Pastikan bahwa setiap bagian dari peralatan terletak dengan baik
diatas dasar yang cukup dan kuat.
36
6) Bila menggunakan bensin atau bahan mudah terbakar lainnya,
gunakan pompa yang khusus untuk memindahkannya atau disimpan
didalam suatu tempat bahan cair atau kaleng yang aman.
37
Kecelakaan kerja akan dapat diminimalkan apabila telah dilakukan
identifikasi bahaya yang kemungkinan terjadi, berikut contoh identifikasi
baha pada pekerjaan galian :
Tabel 3. 1. Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Galian
No Kegiatan Kondisi Tindakan Potensi Upaya Penanggung
tidak aman tidak aman Bahaya Pencegahan jawab
1 Penggalian Banyak Pekerja tidak Pekerja Dipasang Kepala
lubang memperhatik jatuh rambu, Proyek
an tanda kelubang contoh :
AWAS ADA
GALIAN
Tanah Pekerja tidak Terpeleset Air tanah segera Kepala
becek pakai safety di pompa Proyek
shoes
Material Pekerja tidak Pekerja Pekerja haarus Kepala
berceceran menempatkan tersandung meletakkan Proyek dan
material pada alat-alat dan Ahli K3
tempatnya material sisa
dengan rapi galian ditempat
yang tidak
dilalui pekerja
lain
2 Proses Jalan yang Operator alat Alat berat Sebelum Kepala
penggalian dilewati berat tidak terguling dilewati alat Proyek
dan alat berat memperhatik berat harus
pengangkutan tidak rata an kondisi dipadatkan rata
alat berat dan tidak jalan dan stabil
stabil
Tanah Tanah Diberi Kepala
tidakstabil longsor penyangga atau Proyek
pagar
38
Gambar 3.3. Kejadian Dan Proses Evakuasi Korban Kecelakaan
Pada Pekerjaan Galian Drainase Di Perkotaan
2) Perencanaan
39
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai
keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja dengan sasaran yang jelas.
6) Sumber Daya
40
Suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok
suatu perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan
pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat perusahaan
memerlukannya dan untuk dapat menunjang aktifitas perusahaan demi
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
BAB IV
41
KONSTRUKSI BANGUNAN DRAINASE
Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji buku ini,pembaca akan mampu:
1. Menjelaskan jenis konstruksi pada sistem Drainase;
2. Menjelaskan kriteria konstruksi pada pekerjaan drainase;
3. Menjelaskan dengan benar kegunaan masing-masing bangunan drainase
42
dengan daerah yang tidak padat pemukiman sangat berbeda dalam
menentukan bentuk dimensi dan bahan salurannya. Berikut tipe-tipe bentuk
penampang saluran menurut fungsi dan lokasi drainase :
Tabel 4.1. Tipe Bentuk Penampang Saluran, Fungsi dan
Lokasinya
Bentuk
No Fungsi Lokasi
Saluran
43
No Tipe Saluran Potongan Melintang Bahan Yang digunakan
Setengah
8 Pasangan batu kali/ beton precast
lingkaran
44
trapesium, karena saluran alam sangat rentan terhadap erosi pada dinding dan
dasar saluran, sehingga penerapan kecepatan ijin aliran sesuai ketentuan.
45
Gambar 4.3. Saluran Dari Pasangan Batu Kali
46
Gambar 4.5. Saluran Dari Beton Precast
Selain beton precast, penggunaan saluran beton dengan cor insitu juga banyak
digunakan demikian beton ferrocement.
Ferocement adalah merupakan material varian dari beton bertulang,
namun tebalnya hanya sekitar 10 - 40 mm, dan pada ferosemen sebagai
tulangan digunakan jaringan k a w a t (w ir e m e s h ), sejauh ini jaringan
kawat telah menjadi pilihan utama lapisan pada ferosemen. Dari
pelaksanaannya tersebut sebenarnya penggunaan lining saluran dengan
memakai pasangan beton (ferocement) lebih murah dan ekonomis
dibandingkan dengan lining saluran memakai pasangan batu kali.
Kawat Ayam Umumnya jenis dan ukuran dari kawat baja antara lain
kawat besi berlapis seng, jalinan kawat ayam ataupun kawat bentuk jajaran
genjang dapat digunakan. Semua kawat ayam harus sesuai dengan standar
kualitas SNI atau dengan standar lain yang setara. Kawat ayam harus bebas
dari bahan organik, lemak, minyak, korosi dan bahan lain yang mengurangi
kekuatan adhesifnya
47
4.2. Konstruksi Bangunan Pelengkap Saluran Drainase
4.2.1. Bangunan Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah merupakan bangunan perlintasan karena
adanya saluran yang melintasi jalan. Perencanaan gorong-gorong di dasarkan
atas besarnya debit pengaliran sesuai dengan keadaan saluran dan sifat-sifat
hidrolisnya. Penempatan gorong-gorong harus memenuhi criteria sebagai
berikut :
a) Berfungsi untuk menampung air dari hulu saluran drainase dan
mengalirkannya;
b) Harus cukup besar untuk melewatka debit air secara maksimum dari
daerah pengaliran secara efisien.
c) Harus dibuat dengan tipe permanen, gorong-gorong memilki tiga
konstruksi utama terdiri
Pipa kanal air utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dari
bagian hulu ke hilir hilir secara langsung;
Apron (dasar) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah
terjadinya erosi dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur
Bak penampung di perlukan pada kondisi:
- pertemuanan antara gorong-gorong dan safuran
tepi;
- pertemuan lebih dari dua arah aliran.
Penentuan tebal bantalan dan urugan untuk pemasangan gorong-gorong
tergantung pada kondisi tanah dasar dan berat gorong-gorong dan beban yang
bekerja diatasnya. Bantalan dapat dibuat dari:
beton non struktural:
pasir urug.
Urugan minimum yang diijinkan tergantung dari kekuatan ijin bahan
konstruksi gorong-gorong dan beban yang bekerja di atasnya.
Pemasangan tembok kepala (head wall) dan tembok sayap (wing
wall) gorong-gorong dimaksudkan untuk melindungi gorong-gorong dari
bahaya longsor tanah yang terjadi di atas dan samping gorong-gorong akibat
adanya erosi-air a tau beban lalulintas yang berada di atas gorong-gorong.
48
Daftar 4.3. Tipe dan Bahan Gorong-Gorong
No Tipe Gambar Bahan Yang dipakai
Metal gelombang,
beton bertulang
Pipa tunggal
1 atau beton
atau lebih
tumbuk, besi cor
dan lain-lain
Gorong-gorong
Beton bertulang /
2 persegi
precast
(Box Culvert)
Beton bertulang /
3 Kombinasi
precast
49
Untuk mengurangi kehilangan tekanan terlalu besar dan keamanan
konstruksi, maka dinding pertemuan saluran dibuat tidak bersudut atau dibuat
lengkung serta diperhalus. Untuk pertemuan saluran yang berbeda jenis
maupun bentuknya digunakan bak yang berfunsi sebagai bak pengumpul.
Is = 1 %
Lp
50
Gambar 4.9. Konstruksi Bangunan Terjun
51
Tabel 4.6. Jarak manhole Pemeriksa Pada Saluran Lurus
Diameter Saluran (cm) Jarak (m)
20 – 50 10 – 25
60 – 100 25 – 75
100 – 200 75 – 150
200 150 – 200
Sumber : Babbit, Sewerage and Sewerage Treatment, 1969
52
b) Inlet kereb tepi (curb inlet), lubang bukaan terletak pada biding
batu/kereb tepi dengan arah masuk tegak lurus pada arah aliran got
tepi, sehingga kereb tepi bekerja sebagai pelimpah samping.
53
selanjutnya air tampungan akan masuk ke dalam tanah sebagai air resapan
(infiltrasi). Air resapan ini selanjutnya menjadi cadangan air tanah.
1) Persyaratan Pembuatan
Untuk membuat sumur resapan ada beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan, diantaranya:
a) Dibuat pada lahan yang lulus air dan tahan longsor
b) Harus bebas dari pencemaran maupun kontaminasi limbah
c) Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan
d) Untuk daerah bersanitasi lingkungan buruk, yaitu daerah dengan
kondisi sarana air limbah, air hujan dan system pembuangan
sampahnya tidak memenuhi persyaratan sanitasi, sumur resapan hanya
menampung air hujan dari atap yang disalurkan melalui talang
e) Mempertimbangkan aspek hidrogeologi, geologi dan hidrologi
2) Pemilihan Lokasi
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi
pembuatan sumur resapan (menurut Standar Nasional Indonesia /SNI) tentang
Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan
adalah:
a) Keadaan muka air tanah
Untuk mengetahu keadaan muka air tanah dapat ditentukan dengan
cara mengukur kedalamannya permukaan air tanah terhadap
permukaan tanah dari sumur di sekitarnya pada musim hujan.
b) Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah merupakan kemampuan tanah untuk dapat dilalui
air. Permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan
terbagi dalam tiga kelas,yaitu :
permeabilitas tanah sedang (jenis tanah berupa geluh/lanau,
memiliki daya serap 2,0 – 6,5 cm/jam)
permeabilitas tanah agak cepat (jenis tanah berupa pasir halus,
memiliki daya serap 6,5 – 12,5 cm/jam)
permeabilitas tanah cepat (jenis tanah berupa pasir kasar, memiliki
daya serap 12,5 cm/jam)
54
3) Penempatan Sumur Resapan
Untuk membuat memaksimalkan fungsi sumur resapan air hujan, kita
perlu memperhatikan keadaan lingkungan setempat. Misal jarak sumur
resapan dengan jalan, rumah, septic tank maupun sumur air minum. Jarak
minimum sumur resapan dengan dengan jalan kurang lebih 1,5 meter.
4) Jenis Sumur Resapan
Bagi kita yang tinggal di daerah perkotaan, berkurangnya daerah
resapan air karena makin banyak permukaan tanah yang tertutup bangunan
dan jalan berdampak pada berkurangnya daya serap tanah terhadap air.
Pembuatan sumur resapan di lingkungan tempat tinggal menjadi salah satu
solusi memperbaiki kualitas air tanah. Penerapan sumur resapan pada
lingkungan tempat tinggal (terutama di wilayah perkotaan) dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a) Sumur resapan individu
Sesuai dengan namanya, semur resapan individu merupakan sumur
resapan yang dibuat pada masing-masing rumah tinggal. Dampak
sumur resapan akan maksimal jika masing-masing rumah ikut
membuatnya. Peletakkan sumur resapan dapat memanfaatkan lahan
sisa maupun pekarangan yang ada. Langkah-langkah untuk membuat
sumur resapan individu ini yaitu :
Memeriksa tinggi muka air tanah, tinggi muka air tanah yang
dipersyaratkan adalah >3 meter
Memeriksa permeabilitas tanah, permeabilitas tanah yang baik
adalah lebih besar atau sama dengan 2 cm/jam
Memperhatikan persyaratan jarak
Jumlah sumur resapan pada sebuah lahan pekarangan ditentukan
berdasarkan curah hujan maksimum,
a) Sumur resapan kolektif
Jenis sumur resapan ini dibuat secara kolektif (bersama) dalam sebuah
komunitas warga masyarakat dengan skala besar dan membutuhkan
lahan cukup luas. Sumur resapan kolektif dapat berupa kolam resapan,
sumur resapan dalam maupun resapan parit berorak. Tidak jarang area
55
sumur resapan kolektif bisa dijadikan tempat rekreasi bersama di
dalam sebuah kompleks perumahan.
5) Spesifikasi Pembuatan Sumur Resapan
Untuk membuat sumur resapan yang baik ada beberapa hal teknis yang harus
diperhatikan, yaitu :
a) Penutup Sumur
Untuk penutup sumur dapat dipilih beragam bahan diantaranya :
Pelat beton bertulang tebal 10 cm dicampur dengan satu bagian
semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil (1pc : 2ps : 3kr)
Pelat beton tidak bertulang tebal 10 cm dengan campuran
perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak di beri
beban di atasnya atau,
Ferocement (setebal 10 cm).
b) Dinding sumur bagian atas dan bawah
Pembuatan dinding sumur dapat memanfaatkan buis beton. Dinding
sumur bagian atas dapat menggunakan batu bata merah, batako,
campuran satu bagian semen, empat bagian pasir (1pc : 4ps), diplester
dan di aci semen.
c) Pengisi Sumur
Pengisi sumur dapat berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan
bata merah ukuran 5-10 cm, ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut
disusun berongga.
d) Saluran air hujan
Dapat menggunakan pipa PVC berdiameter 110 mm, pipa beton
berdiameter 200 mm maupun pipa beton setengah lingkaran
berdiameter 200 mm.
6) Perawatan
Untuk menjaga agar kondisi sumur resapan tetap berfungsi dengan
baik maka perlu diadakan pemeriksaan secara periodik, setidaknya setiap 6
bulan sekali. Pemeriksaan itu meliputi :
- Aliran masuk
- Bak control
56
- Kondisi sumur resapan
Pembuatan sumur resapan air hujan merupakan salah satu solusi untuk
menjaga cadangan dan kualitas air agar terjaga dengan baik. Dalam skala
yang lebih luas dapat pula memperbaiki kualitas lingkungan sekitar. Kita bisa
mulai membuatnya di rumah yang kita tempati. Namun alangkah baiknya jika
dilakukan secara bersama-sama dan menjadi gerakan massal. Sebuah
tindakan kecil sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan yang kita
tempati.
57
4.3. Konstruksi Bangunan Sementara Drainase
4.3.1. Turap
Turap adalah dinding vertikal yang relatif tipis yang berfungsi untuk
menahan tanah ataupun menahan masuknya air ke dalam lubang galian.
Fungsi turap sama persis seperti dinding penahan tanah.
Perbedaan turap dan dinding penahan tanah, dari segi konstruksi turap
lebih ringan dan tipis, sedangkan DPT berat dan besar. Turap pelaksanaan nya
cepat, sedangkan DPT relatif lebih lama. Stabilitas turap berdasarkan jepitan
pada tanah/angker, sedangkan DPT berdasarkan berat sendiri.
Terapat 2 (dua) hal yang harus diingat dalam penerapan turap yaitu
turap tidak cocok untuk menahan timbunan tanah yang sangat tinggi dan
tidak cocok digunakan pada tanah granular / berbatu.
Penerapan turap sering digunakan pada konstruksi pada bangunan
dermaga turap, bangunan Coffer dam, bangunan pemecah gelombang atau
bangunan penahan tanah.Tipe turap berdasarkan bahan antara lain :
1) Turap Kayu
Jenis turap yang digunakan untuk dinding penahan tanah yang tidak
tinggi, pada pada tanah yang tidak berkerikil dan banyak digunakan
untuk pekerjaaan sementara; Penahan tebing galian
2) Turap Beton
Jenis turap beton pada umumnya dibuat secara fabrikasi, dengan
kemampuan stabilitas akibat momen akibat tekanan tanah dan momen
pengangkatan, dengan ketebalan minimum ± 20 cm.
3) Turap Baja
Jenis turap baja memiliki kelebihan dibandingkan dengan jenis turap
lain terutama turap beton yaitu memiliki konstruksi lebih ringan
dibanding beton, mudah dipancang, mudah dibongkar, mudah dalam
penyambungan dan memiliki keawetan yang tahan lama.
Dalam pemilihan tipe konstruksi turap didasarkan pada beban atau gaya
lateral yang akan diterima turap, antara lain tekanan aktif/ pasif tanah, ketidak
seimbangan muka air, beban lain yang bekerja diatas/ disekitar turap dan gaya
gempa. Adapun tipe konstruksi turap antar lain berupa:
Dinding turap kantilever;
58
Dinding turap dengan angker;
Dinding turap dengan platform;
Dinding turap untuk bendungan elak seluler.
Jenis Lembaran Baja Profil Untuk Turap
A. Universal Joist
B. Simplex
C, Larssen
D. Marihaye
E. Hoesh
F. Klockner
59
F. Dortmunder union
(a) Turap pada Galian Tanah Saluran (b) Turap pada pembuatan terowongan
60
(c) Turap pada pekerjaan urugan tanah (d) Turap beton untuk cofferdam
Gambar 4.14. Jenis Konstruksi Bangunan Turap
4.3.2. Bangunan Kistdam/ Cofferdam
Kisdam dapat dibuat dari tanggul (timbunan tanah yang dipadatkan)
atau dari turap dari baja (sheet pile) yang diisi tanah timbunan untuk
mencegah agar air tidak masuk atau untuk mengalihkan aliran air dari daerah
yang ada di dalam kisdam yang akan merupakan daerah kerja. Biasanya di
dalam kisdam kemungkinan masih ada / banyak air. Sehingga air tersebut
perlu dikeluarkan agar daerah kerja tersebut tetap kering, dengan
menggunakan pompa. Pekerjaan kisdam diikuti oleh pekerjaan pengeringan.
Pekerjaan pengeringan atau dewatering adalah pekerjaan pembuangan
air dari daerah kerja, sehingga daerah kerja selalu kering. Untuk mendapatkan
daerah kerja yang kering ini maka daerah kerja tersebut perlu dilokalisir dari
aliran, dengan beberapa cara:
Dengan mengelakkan aliran
Dengan kisdam/turap baja
61
4.4.1. Konstruksi Drainase Lapangan Terbang
Kawasan bandara merupakan area yang cukup luas, sehingga air hujan
yang jatuh harus di alirkan pada system drainase, sehingga tidak mengganggu
fungsi utama lapangan terbang. Adapun fungsi drainase lapangan terbang
antar lain :
Intersepsi dan mengalirkan air permukaan dan air tanah yang berasal
dari lokasi di sekitar lapangan terbang.
Membuang air permukaan dari lapangan terbang
Membuang air bawah tanah dari lapangan terbang
Sistem drainase lapangan terbang biasanya terdiri dari drainase
permukaan (surface drainage) dan drainase bawah permukaan (surface
drainage). Drainase permukaan pada system lapangan terbang berfungsi
untuk menangani air permukaan di sekitar lapangan terbang, khususnya yang
berasal dari hujan, sedangkan drainase bawah permukaan berfungsi :
a) membuang air dari base course
b) membuang air dari subgrade di bawah permukaan
c) menerima, mengumpulkan, dan membuang air dari mata air atau
lapisan tembus air.
Untuk saluran bawah tanah dapat dipakai pipa berlubang dengan bahan pipa
terbuat dari metal, beton, PVC,dll. Lubang-lubang biasanya meliputi
sepertiga dari keliling pipa. Berdasarkan pengalaman, pipa dengan diameter 6
in (15 cm) sudah cukup untuk mengalirkan air. Dua tipe tampang melintang
drainase lapangan terbang sebagai berikut:
62
Gambar 4. 16. Potongan Melintang Drainase Lapangan Terbang
Layout Drainase Permukaan
a) Penentuan layout sistem drainase permukaan didesain berdasarkan
hasil akhir peta kontur landasan pacu (runway), landasan taksi
(taxiway), dan apron.
b) Layout harus dapat menghindari gerusan dan pengendapan saluran.
c) Jika digunakan saluran bulat maka diameter minimumnya tidak boleh
kurang dari 12 inchi (30 cm).
d) Jarak antar inlet (lubang pemasukan) ke arah memanjang berkisar
antara 60 – 120 m sedangkan jauhnya tidak lebih dari 75 ft (22,5 m)
dari tepi perkerasan.
e) Inlet pada apron diletakkan pada perkerasan.
63
1) Drainase lapangan sepak bola
Proses membangun lapangan sepak bola yang benar harus diperhatikan
dari nol atau dari dasar yang secara umum hal yang berpengaruh dari proses
pembangunan lapangan sepak bola yang benar meliput 3 pilar yang
berpengaruh antara lain :
a) System drainase, yaitu sistim yang dibangun dengan teknik khusus
yang bertujuan untuk mengatur agar air dilapangan sepak bola tidak
terjadi genangan sedikitpun walaupun terjadi guyuran air hujan
sebanyak banyaknya, sehingga lapangan tetap dapat digunakan dengan
normal walaupun kondisi ada guyuran air hujan
b) Instalasi air, yaitu adanya instalasi pengairan yang menyeluruh yang
mampu menyiram lapangan secara keseluruhan secara normal sesuai
dengan perhitungan kebutuhan penyiraman guna memenuhi syarat
hidup dengan baik rumput lapangan sepak bola, instalasi air bisa
diseting untuk sistim penyirman Automaticly, semi Aoutomaticly,
manual.
c) Grassing atau rumput hidup, satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dari semua sistim adalah bertujuan agar rumput sebagai material utama
dalam proses pembuatan lapangan sepak bola adalah agar rumput dapat
hidup dengan baik.
64
a) Kemiringan dan kerataan, systim drainasi harus dapat dibuat dengan
kemiringan supaya air dapat terserap secara baik dan dapat dibuang
dengan cepat tetapi menghasilkan lapangan yang tingkat kerataannya
tinggi.
b) Proses pembuatan drainase juga harus dikondisikan supaya sistim
drainasi tidak rentan terhadap penyumbatan, bahkan dibuat
sedemikian rupa agar dapat dinormalisasi secara automaticly secara
berkala
c) Drainase harus dikondisikan supaya tidak mengurangi fungsi
lapangan sepak bola sebagai sarana pertandingan
65
Gambar 4.21. Susunan Lapisan Tanah Lapangan Sepak Bola
66
Gambar 4.23. Pekerjaan Galian Drainase Lapangan Golf
67
BAB V
PRAKTEK KERJA DRAINASE
68
5) Cat Meni
Peralatan yang digunakan pada pekerjaan bowplank antara lain :
1) Palu 3 kg dan 10 Kg
2) Gergaji Potong Kayu
3) Kuas 1,5 “
4) Selang air ᴓ 0,5 – 1 cm panjang 10 -25 m
5) Cangkul
6) Meteran
50 – 100 cm
30 – 50 cm
50 – 100 cm
Rencana
Saluran
69
+0.50 Level Bowplank (datar) +0.50
Dasar Saluran
30 – 50 cm (awal galian)
AS
Rencana
Saluran
70
5.2. Praktek Rencana Galian Saluran Drainase
5.2.1. Pekerjaan Galian Saluran
Pekerjaan galian saluran merupakan pekerjaan untuk menentukan
dimensi saluran dan bentuk saluran. Setiap lokasi saluran drainase memiliki
jenis tanah yang berbeda antara lokasi satu dengan lokasi lainya, sehingga
sangat menentukan metode penggalian dan alat yang akan digunakan untuk
penggalian tanah.
Tanah hasil galian diletakkan pada salah satu sisi saluran sebelum
dibuang ke lokasi lain, sedangkan sisi lainnya dapat digunakan untuk
meletakkan bahan atau alat.
Keselamatan kerja dalam pekerjaan galian harus menjadi prioritas baik
saat penggalian atau saat pekerjaan itu ditinggalkan (dalam keadaan
berlubang) yaitu keselamatan bagi lingkungan/ warga, apalagi jika pekerjaan
galian tersebut berada di ruas yang padat lalu lintasnya. Upaya K3 yang wajib
di lakukan adalah dengan memasang rambu, pembatas, petugas dan atau
lampu saat malam haari.
Pekerjaan penggalian dipengaruhi oleh jenis tanahnya yaitu tanah kohesif
(cohesive), granular dan fissured. Adapun tahapan penggalian secara umum
adalah :
1) Pembersihan Medan
2) Kupasan
3) Galian
Galian Terbuka
Galian biasa
- Galian biasa untuk material timbunan
- Galian biasa sebagai bahan buangan
Galian batu
- Galian batu tanpa menggunakan bahan peledak
- Galian batu menggunakan bahan peledak
Galian Bangunan
Pelaksanaan penggalian secara umum dibagi 2 :
a. Penggalian terbuka (open cut / open excavation)
71
b. Penggalian dengan sistem penopang (braced excavation / top down)
72
5.2.2. Tujuan Praktek
Tujuan dari praktek rencana galian tanah adalah :
1) Menentukan lebar dan kedalaman galian pada saluran drainase
2) Menentukan kemiringan dasar saluran drainase
3) Melakukan pengecekan kemiringan dengan boning rod
73
7) Letakkan peralatan pada tempatnya saat istirahat dan simpanlah sisa
bahan dan peralatan pada gudang jika pekerjaan telah selesai.
8) Selama bekerja gunakan peralatan K3 dengan benar.
1
6
3
2
5
4 7
8
74
BP 1-5 BP 6-7
1
BP 2-3 6
3
BP 2-3 BP 5-8 BP 4-5
2
5
4 7
BP 4-5 8
BP 1-5
BP 6-7 BP 5-8
∆H = S x L
S (%)
Tanah Asli
S (%)
Dasar Saluran
Dasar Saluran
75
5.3.1. Jaringan Saluran Drainase
Perencanaan jaringan drainase dipengaruhi oleh kondisi topografi,
luasan dan bentuk daerah. Jaringan drainase di bedakan menjadi beberapa
tingkatan yaitu saluran induk, saluran cabang dan saluran awalan atau saluran
primer, saluran skunder, saluran tersier dan seterusnya. Adapun pola bentuk
jaringan drainase antara lain :
a) Pola jaringan drainase alamiah
76
Gambar 5.3e. Pola Jaringan Bentuk Jaring-jaring
77
5.3.4. Instruksi Kerja
1) Rencanakan dan hitunglah kedaman saluran di awal galian dan akhir
saluran sesuai dengan jaringan drainase.
Contoh :
Jika panjang ruas L 1-3 = 5 m, Sloop S 1-3 = 3% =0.03, maka beda
tinggi di titik 3, ∆H = 5 x 0.03 = 0.015 m
Jika kedalaman awal galian di titik 1 dari benang datar bowplank =
1,25 m, maka kedalaman di titik 3 dari benang datar bowplank = 1,25
+ 0.015 = 1,265 m, sehingga kedalaman saluran 2 – 3 pada titik 3
harus < 1,265 m.
Lakukan perhitungan serupa untuk percabangan saluran titik 5 dan 7.
2) Lakukan penggalian saluran sesuai dengan kemiringan saluran
drainase
3) Letakkan sisa galian tanah pada satu sisi kiri/ kanan saluran drainase
4) Lakukan pengecekan kedalaman dan kemiringan saluran dengan
menggunakan boning rod
5) Letakkan peralatan pada tempatnya saat istirahat dan simpanlah sisa
bahan dan peralatan pada gudang jika pekerjaan telah selesai.
6) Selama bekerja gunakan peralatan K3 dengan benar.
1
6
3
2
5
4 7
8
Gambar 5.3g. Pola Jaringan Saluran Drainase
78
Gambar detail contoh perhitunga diatas adalah sebagai berikut :
Sal. 1-3
Sal. 2-3
Sal. 1-3
Sal. 2-3
Sal. 1-3
Sal. 2-3
79
5.4. Praktek Pemasangan Saluran Buis Beton/ Pracetak
5.4.1. Saluran Beton Pracetak
Penggunaan beton pracetak sebagai saluran sangat popular, karena
cukup kuat dan praktis dalam pemasangannya. Dimensi beton pracetak atau
disebut juga buis beton, dipasaran bentuk dan ukuran sangat bervariasi.
Saluran menggunakan buis beton juga sering dipadukan dengan
pasangan bata atau ferosemen, terutama bentuk setengah lingkaran, sehingga
untuk saluran drainase perumahan sangat cocok.
Pas. Bata
Buis Beton
80
3) Sendok spesi
4) Bak spesi
5) Ember
6) Selang air
7) Meteran
81
5.4.5. Gambar Kerja
Buis beton
Pasir Urug + 10 cm
Buis Beton
Pasir Urug + 10 cm
Tampak Samping
Gambar 5.4c. Sambungan antar Buis Beton
82
5.5. Praktek Pemasangan Gorong-Gorong
5.5.1. Bangunan Gorong-Gorong
Gorong-gorong merupakan bangunan pelengkap pada jaringan
drainase yang banyak ditemui di drainase perkotaan. Bangunan drainase
dipasang pada saluran yang melintasi jalan. Disain gorong-gorong
disesuaikan dengan kondisi lokasi yang akan dipasang gorong-gorong yaitu
bentuk, kemiringan dan kondisi lubang inlet.
Bahan gorong-gorong dapat berupa beton pracetak atau beton cor
insitu atau kombinasi keduanya. Konstruksi gorong-gorong didesain lebih
kuat dari saluran, karena pertimbangan perawatan dan nilai usia pakainya.
Bangunan gorong-gorong sebaiknya dibagian hulunya dibuatkan saringan
sebagi penyaring sampah untuk menghindari penyumbatan dan ruang inlet
untuk sebagai penstabil aliran.
83
3) Kapur
4) Batu Bata
5) Saringan Besi
6) Benang
Alat yang digunakan pada pekerjaan Gorong-gorong adalah :
1) Kren manual
2) Kaki tiga pengait kren manual
3) Cangkul
4) Sendok Spesi
5) Skop/ Lempak
6) Kayu : Papan 2/20 dan Usuk 4/6
7) Paku 1 – 2”
8) Boning Rod
9) Selang air
10) Meteran
84
5.5.5. Gambar Kerja
II II
I
Gambar 5.5b. T. Atas Bangunan Gorong-Gorong
Gorong-gorong
Pasir Urug + 10 cm
Gorong-gorong
Pasir Urug + 10 cm
Gorong-gorong
Pasir Urug + 10 cm
85
5.6. Praktek Turap
5.6.1. Bangunan Turap
Bangunan turap merupakan bangunan sementara untuk pekerjaan
drainase, yaitu pekerjaan galian tanah yang tegak lurus, tanpa talud yang
berpotensi adanya kelongsoran tanah. Konstruksi turap terbuat dari bahan
kayu, baja atau beton, sesuai dengan skala pekerjaan galian yang akan
dikerjakan.
Untuk galian yang lebih dari 1 meter sebaiknya menggunakan turap,
kerena dimungkinkan akan terjadi longsor pada diding akibat beban yang ada
disekitarnya.
86
2) Potonglah kayu sesuai dengan gambar kerja
3) Pasang papan kayu secara berurutan pada bidang galian tanah
4) Pasang balok kayu arah melintang diatas papan kayu pada bagian
bawah, atas dan atau tengah
5) Pasang skur penahan antara balok kayu yang telah terpasang
6) Atur jarak skur kayu dengan lebar minimal pekerja bisa masuk dengan
leluasa
7) Letakkan peralatan pada tempatnya saat istirahat dan simpanlah sisa
bahan dan peralatan pada gudang jika pekerjaan telah selesai.
8) Selama bekerja gunakan peralatan K3 dengan benar.
Labil/mudah longsor.
Muka Air Tanah tinggi.
Sangat dekat bangunan/ gedung.
Tepi jalan padat lalu-lintas.
87
Usuk/Balok
Kloss/Ka
yu
Paku/Skrup.Mur-Baut
Pipa Baja
Balok Penahan Papan
Turap
88
5.7. Praktek Pengenalan Bangunan Septiktank
5.7.1. Bangunan Septiktank
Berbagai macam bangunan pengolah limbah telah dibuat oleh manusia,
baik pengolah limbah cair maupun limbah padat. Bangunan pengolah limbah
dapat dibuat didalam ruangan maupun diluar ruangan. Limbah padat maupun
limbah cair biasanya dihasilkan oleh rumah tangga maupun industri menurut
tempatnya, yang umumnya kesemuanya itu oleh karena akibat aktivitas
manusia.
1. Kakus Sumuran (Jumbleng)
Bangunan ini digunakan untuk membuang limbah padat manusia
(faeces). Pada umumnya dibangun pada daerah dimana lahan yang digunakan
masih cukup luas, misalnya di pedesaan, dan pada lingkungan yang relatif
belum cukup memperhatikan lingkungannya, dan dianggap konstruksi relatif
lebih murah dibandingkan dengan tangki septik.
Bentuk bangunannya yaitu tanah digali menyerupai sumuran sedalam 2 –
6 meter (dasarnya masih diatas permukaan air tanah yaitu 2 – 6 meter
tergantung kondisi tanah setempat, agar tidak mencemari air tanah).
Sedalam 1 – 2 meter dari permukaan tanah, dibuat pasangan batu bata
setebal satu batu dengan spesi kedap air, agar muka tanah tidak mudah
longsor. Konstruksi tersebut dapat bertahan (digunakan) sampai 10 tahun
pada suatu rumah tangga dengan 6 jiwa, dengan ukuran sumuran 1 meter
dengan kedalaman 8 meter. Setelah penuh, limbah padat dapat dikuras atau
dibuatkan sumuran baru didekatnya (jarak sumuran baru dengan sumuran
lama tergantung jenis tanah dan kepadatan/kestabilannya).
89
Pipa
Ventilasi Plat Beton
Bertulang
Pasangan Kedap Air
Buangan
Dari Kloset
A A
Potongan A -
A
2–6
meter
Muka Air
Tanah
90
terpusat dan profesional, sehingga air tanah pada lingkungan tersebut tidak
tercemar.
Bilamana pada setiap rumah, limbah domestik dialirkan menuju drainase
kota, seyogyanya pemerintah kota dapat membuat kebijaksanaan menyediakan
meteran dan detektor air limbah yang dipasang pada saluran outlet rumah
tangga, dimana biaya pembuangan limbah domestik dapat ditentukan dengan
jumlah limbah yang dibuang dan kandungan kimianya termasuk bahan-bahan
toksik (beracun) untuk menutupi biaya operasional Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL) yang dimiliki pemerintah kota.
D
A B C
91
Tabel : Perhitungan Pendekatan Kapasitas Tangki Septik.
3. Peresapan
Air buangan dari tangki septik dapat dialirkan menuju pipa saluran drainase
primer atau menuju ke peresapan.
Peresapan dapat dibuat bentuk sumuran atau bentuk lapangan. Peresapan
sumuran dapat dibuat pada lokasi dimana kondisi muka air tanah rendah,
misalnya sedalam 7 meter dari muka tanah. Untuk Muka air tanah sedalam
kurang dari 2 meter, sebaiknya menggunakan peresapan lapangan.
Peresapan lapangan dapat dibuat berbagai macam bentuk yang tergantung
dari tersedianya dana dan luas lahan (tanah) yang tersedia. Jika lahan untuk
peresapan cukup luas, peresapan lapangan dapat dibuat 2, 3 atau 4 lajur. Jika
lahan sempit, cukup dibuat 1 lajur saja.
Bahan pipa untuk peresapan lapangan, dapat dibuat dari pipa PVC/UPVC,
pipa beton atau pipa tanah liat lokal/pabrik. Tetapi untuk pipa-pipa tersebut
sebaiknya berbentuk pervorasi (berlubang-lubang) yang berfungsi untuk
menyebarkan aliran air buangan kesegala arah. Jika tidak didapat pipa bentuk
pervorasi, untuk pipa beton maupun pipa tanah liat, maka penyambungan pipa
tersebut tanpa spesi (adukan), cukup ditutup dengan batu bata. Sedangkan untuk
pipa PVC/UPVC dapat dibuatkan lubang-lubang.
92
Pipa
Ventilasi
Plat Beton
Bertulang
Pasangan Kedap Air
Buangan Dari
Tangki Septik
A A
Aanstamping
PERESAP LAPANGAN
Bak
Kontrol
1 Lajur
2 Lajur
3 Lajur
3 Lajur
Tampak Atas
Gambar 5.7c. Tipe-tipe Jaringan Peresapan
93
PIPA PERESAP LAPANGAN
Tanah Urug
Tanah
Urug
Tanah
Urug
Pipa Beton
Selubung Ijuk / Sabut Kelapa Potongan C - C
Pasir dan Kerikil
C
Peresap Pipa Beton
94
A
Tanah Urug
95