Anda di halaman 1dari 95

BAB I

PENDAHULUAN

Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji buku ini,pembaca akan mampu:
1. Menjelaskan dengan benar definisi dan fungsi Drainase;
2. Menjelaskan dan menyebutkan jenis Drainase;
3. Menjelaskan sarana dan prasarana Drainase
4. Menyebutkan komponen pengelolaan Drainase
5. Menjelaskan penanganan masalah genangan

1.1. Pengertian Drainase


Drainase berasal dari bahasa Inggris, yang memiliki arti mengalirkan,
menguras, membuang air. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan
air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan
akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut (Suhardjono,1984: 1).
Drainase adalah suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik
yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu
kawasan dan atau lahan sehingga fungsi kawasan tersebut tidak terganggu
(Suripin, 2004);
Drainase pada wilayah perkotaan merupakan suatu sistem drainase yang
menangani permasalahan kelebihan air di wilayah perkoataan yang meliputi
drainase permukaan dan drainase bawah permukaan. Drainase perkotaan juga
berfungsi mengendalikan air permukaan, sehingga tidak menimbulkan
genangan yang dapat mengganggu masyarakat, serta dapat memberikan
manfaat bagi kegiatan manusia. Drainase sebagai prasarana yang berfungsi
mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan
resapan buatan.

1.2. Fungsi Drainase


1) Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada
akumulasi di permukaan tanah;
2) Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat ideal;
3) Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada;

1
4) Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
banjir.

1.3. Jenis Drainase


1.3.1 Jenis Drainase Menurut Sejarah terbentuknya
1) Drainase alamiah (Natural Drainage)
Drainase yang terbenuk secara alami, saluran terbentuk oleh gerusan air
yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun terbentuk jalan air yang
permanen seperti sungai. Kelebihan : murah, ada kesempatan air untuk
infiltrasi dan kekurangan: keadaan dan sifat aliran sulit ditentukan;
2) Drainase buatan (Artificial Drainage)
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan/ beton/
batu, gorong-gorong dsb.Kelebihan : dimensi disesuaikan debit banjir dan
arah aliran dapat disesuaikan dengan kondisi lahan dan kekurangan :
mahal.

1.3.2 Jenis Drainase Menurut Letaknya


1) Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada diatas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisis airnya merupakan aliran
saluran terbuka (open chennel);
2) Drainase Bawah Permukaan Tanah (Sub Surface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan
tertentu, seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang dan lain-lain.

1.3.3 Jenis Drainase Menurut Fungsinya


1) Single Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja, misalnya
hanya membuang air yang berasal dari hujan saja atau limbah domistik
dan lain-lain;
2) Multi Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan baik secara
bercampur maupun bergantian. Saluran ini dapat membuang air hujan dan
buangan lainnya (limbah domistik, industri dll)

2
Gambar 1.1. Jenis Drainase Single Purpose dan Multi Purpose

1.3.4 Jenis Drainase Menurut Daerah Pelayanannya


1) Drainase Mayor
Jaringan drainase yang mengumpulkan air bungan dari jaringan drainase
minor dan menyalurkan ke sistem pembuangan alam terdekat seperti
sungai, danau, laut. Drainase Mayor I, untuk luas (DPS) lebih besar dari
100 ha dan Drainase Mayor II, untuk luas DPS 50 sd 100 ha;
2) Drainase Minor
Jaringan drainase yang melayani suatu kawasan perkotaan yang telah
terbangun, seperti perumahan, kawasan perdagangan,industri dll. Saluran
Induk (primer) untuk luas DPS 25 sd 50 ha, Saluran Cabang (skunder)
untuk luas DPS 5 sd 25 ha dan Saluran awalan (tersier) untuk luas DPS 0
sd 5 ha.

1.3.5 Jenis Drainase Menurut Konstruksinya


1) Saluran Terbuka
Saluran untuk air hujan terletak di area yang cukup luas. Juga untuk
saluran air lainnya yang tidak mengganggu lingkungan. Fungsinya untuk
menyalurkan air yang belum tercemar atau yang kualitas airnya tidak
membahayakan. Lokasinnya pada daerah yang cukup tersedia dan tidak
pada daerah yang sibuk/ padat (pertokoan, pasar dsb). Kelebihan : murah
dan mudah pemeliharaannya dan kekurangan : sampah mudah masuk
dan estitika kurang;
2) Saluran Tertutup
Saluran untuk air kotor yang menggangu kesehatan lingkungan, juga
saluran dalam kota. Biasanya digunakan untuk daerah kepadatan tinggi
dengan ruangan yang terbatas serta lalu lintas pejalan kaki yang padat
perlu keselamatan dan kenyamanan, seperti pada daerah perdagangan,
pusat kota,jalan protokol dll. Kelebihan : Sampah tidak mudah masuk
3
dan secara estetika lebih indah dan kekurangan : Mahal dan sulit
pemeliharaannya.

1.4. Sarana Dan Prasarana Drainase


1.4.1. Sarana dan Prasarana Drainase Permukaan (Surface Drainage)
1) Saluran Terbuka (Primer, Sekunder daan Tersier) adalah saluran terbuka
yang menerima aliran air hujan dari kumpulan saluran sekunder di
sebelah hulu dan membuang ke badan air yang berupa sungai, waduk,
situ, kolam retensi atau laut;
2) Saluran Tertutup merupakan bagian saluran drainase yang pada kawasan
tertentu, tanah permukaanya tidak memungkinkan dibuat saluran
terbuka;
3) Waduk, Situ atau Kolam Retensi adalah suatu bentuk penampungan air
yang dibedakan berdasarkan besarnya. Fungsi dari bangunan ini dapat
mengurangi besarnya debit aliran (runoff) di saluran;
4) Pintu Air merupakan pelengkap saluran yang dipasang pada inlet siphon,
inlet dan outlet kolam retensi/ laut atau diujung saluran yang
berhubungan dengan badan air;

Gambar 1.2. Pintu Air Saluran Drainase


5) Pompa digunakan untuk memindahkan air dari saluran atau kolam
retensi ke badan air yang tidak memungkinkan mengalir secara gravitasi.
Fasilitas pompa yang meliputi rumah pompa, genset berserta rumahnya
dan perlengkapan lainnya;
6) Bangunan Persilangan untuk saluran drainase perkotaan antara lain
gorong-gorong dan siphon. Fasiltas yang harus ada pada bangunan
persilangan antara lain :
 Saringan sampah dimulut saluran sebelah hulu siphon
 Pintu air inlet
 Saluran penenang hulu (outlet) yang berfungsi menenangkan aliran
agar sedimen mengendap ditempatnya

4
 Kolam penenang hilir sebegai peredam energy kecepatan keluar dari
dalam gorong-gorong
 Papan duga air (staf gauge) berfungsi untuk mengetahui naik-turunya
permukaan air
7) Bendungan atau Cek Dam merupakan bangunan pengendali aliran atau
banjir.

1.4.2. Sarana dan Prasarana Drainase Bawah Permukaan (Sub Surface


Drainage)
1) Pipa Induk merupakan pipa pengumpul dari pipa-pipa cabang yang
terhubung dengan sungai, danau atau saluran kota sebagai badan penerim
air. Pipa induk berlubang disemua bagian.
2) Pipa Cabang adalah pipa yang terhubung dengan pipa utama yang
menangkap air yang meresap kedalam lapiran tanah filter
3) Lubang Inlet merupakan tempat masuknya air hujan menuju saluran
bawah permukaan, seperti pada system drainase pada runway
4) Lapisan Tanah Filter adalah susunan lapisan tanah dengan susunan
tertentu sebagai filter masuknya air hujan yang berada diatas tanah
tersebut agar dapat meresap ke pipa-pipa bawah tanah, seperti pada
lapangan sepak bola dan lapangan golf
5) Badan Penerima Air merupakan tempat berkumpulnya air yang berasal
dari saluran utama (pipa-pipa) bawah tanah yaitu berupa danau, kolam
retensi, sungai atau laut.

1.5. Komponen Pengelolaan Sistem Drainase


Tabel 1.1. Komponen dan Sarana-Prasarana Drainase

No Komponen Sarana dan Prasarana


1 Sarana Jaringan Drainase Bantaran kali/sungai
Penyaringan sampah
Gorong-gorong
Bangunan terjun
outfall
2 Bangunan Pengendali Aliran Pintu air
Tanggul Banjir
Saluran Pembagi
Papan Duga Air (staf guage)
3 Sistem Pemompaan (jika Rumah Pompa
Polder
permukaan di hilir lebih tinggi
Depont bengkel
dari aliran drainase) Genset dan Rumahnya

5
4 Operasi Pemeliharaan Kendaraan/truk
Alat-alat berat
Peralatan lainnya
Sumber : Ditjent Cipta Karya Kementrian PU
1.6. Penanganan Masalah Genangan
Penanganan masalah genangan pada daerah yang belum memiliki system
drainase adalah dengan melakukan studi dan desain drainase serta
pembangunan jaringan drainase baru. Sedangkan untuk daerah yang telah
memiliki system drainase, penanganan masalah genangan dapat dilakukan
dengan bebarapa cara :
1) Normalisasi dilakukan dengan cara memperlebar, memperdalam,
meninggikan atau kombinasi pada saluran drainase yang ada;
2) Memperbanyak pengalihan saluran yaitu dengan cara menambah saluran
drainase atau mengalihkan semua/sebagian saluran drainase;
3) Membangun bangunan Polder Station yang dilengkapi dengan kolam,
tanggul keliling, pompa genset danbangunan pompa;
4) Memperlambat aliran air dengan cara membuat storage penunjang atau
kolam retensi

Gambar 1.5. Sketsa Struktur Polder dan


Bangunan Polder Tawang, Semarang Jawa Tengah

6
BAB II
BAHAN DAN ALAT

Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji buku ini,pembaca akan mampu:
1. Menjelaskan dan menyebutkan dengan benar jenis bahan perkerjaan
drainase;
2. Menjelaskan dengan benar spsifikasi bahan pada pekerjaan drainase;
3. Menjelaskan kegunaan dan cara kerja alat-alat yang digunakan pada
pekerjaan drainase

2.1. Kriteria Bahan Saluran Drainase


Pemilihan bahan berupa bahan alam dan bahan yang diproduksi di
pabrik yang akan digunakan untuk konstruksi drainase harus dipastikan dapat
mendukung fungsi dan usia pakainya. Berikut peraturan yang terkait dengan
standar bahan bangunan drainase antara lain:
1) SNI Standard an Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa
Sipil
2) Peraturan bahan bangunan

2.1.1. Bahan Alam Pekerjaan Drainase


1) Pasir
Pasir disebut juga agregat halus adalah butiran yang lolos ayakan dengan
diameter 4,75 mm dan tertahan ayakan 0,075 mm. Pasir dalam konstruksi
sipil merupakan bahan isian utama pembuatan beton, mortar aduk pasangan
batu, mortar aduk untuk plesteran, mortar groting dan lain-lain.
Setiap jenis mortar memiliki persyaratan yang berbeda yang harus
dipenuhinya agar diperoleh hasil pekerjaan yang memuaskan. Syarat mutu
agregat halus untuk pekerjaan beton menurut ASTM C33 - 86 adalah sebagai
berikut :
a) Kadar lumpur atau bagian butir yang lebih kecil dari 75 mikron
(ayakan No.200). Untuk pekerjaan beton yang mengalami abrasi
kadar lumpur maksimum 3 % berat, sedangkan jenis beton lainnya 5
% berat.

7
b) Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organik yang
merugian beton. Zat organik ini dapat berupa bahan bahan yang telah
membusuk, seperti humus atau tanah yang menandung bahan
organik. Biasanya substansi ini mengandung asam yang dapat
mencegah berlangsungnya hidrasi semen. Bahan organik ini biasanya
banyak dijumpaidalam agregat halus daripada agregat kasar (Aman
Subakti,1994:9 ).
c) Agregat harus memenuhi gradasi butir sesuai dengan jenis pekerjaan.
d) Beton, mortar, dan plester membutuhkan modulus kehalusan yang
berbeda, yaitu antara 2,3 s.d. 3,2. Yang dimaksud modulus kehalusan
yaitu angka indek yang diperoleh dari penjumlahan komulatip prosen
lolos set ayakan di atas lobang 0,3 dibagi 100 persen.
e) Menurut ASTM C 144 - 93, gradasi pasir untuk pasangan batu seperti
tabel berikut.
Tabel 2.1. Susunan Gradasi Pasir

f) Menurut peraturan di Inggris tentang gradasi pasir untuk beton dan


diadopsi di Indonesia dengan SK SNI T - 15 - 1990 – 03, bahwa
kekasaran pasir untuk beton dibagi menjadi empat zona, yaitu pasir
halus (zona 4), pasir agak halus ( zona 3), pasir agak Kasar (zona 2),
dan pasir kasar ( zona 1) seperti dalam Tabel 3. Zona Kekasaran
Pasir.
Tabel 2.2. Susunan Gradasi Zona Pasir

8
Penggunaan pasir sebagai bahan bangunan banyak dipergunakan dari
struktur paling bawah hingga paling atas dalam bangunan. Baik sebagai pasir
urug, adukan hingga campuran beton. Beberapa pemakaian pasir dalam
bangunan dapat kita jumpai seperti :
 Penggunaan sebagai urugan, misalanya pasir urug bawah pondasi,
pasir urug bawah lantai, pasir urug dibawah pemasangan paving block
dan lain lain.
 Penggunaan sebagai mortar atau spesi, biasanya digunakan sebagai
adukan untuk lantai kerja, pemasangan pondasi batu kali, pemasangan
dinding bata, spesi untuk pemasangan keramik lantai dan keramik
dinding, spesi untuk pemasangan batu alam , plesteran dinding dan
lain lain.
 Penggunaan sebagai campuran beton baik untuk beton bertulang
maupun tidak bertulang, bisa kita jumpai dalam struktur pondasi beton
bertulang, sloof, lantai, kolom , plat lantai, cor dak, ring balok dan lain
-lain.
 Disamping itu masih banyak penggunaan pasir dalam bahan bangunan
yang dipergunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan
material cetak seperti pembuatan paving block, kansteen, batako dan
lain lain.
Ada beberapa jenis pasir yang biasa dijual diantaranya :
a) Pasir Beton
Pasir Beton adalah pasir yang bagus untuk bangunan. Pasir Beton
biasanya berwarna hitam dan butirannya cukup halus, namun apabila
dikepal dengan tangan tidak menggumpal dan akan puyar kembali.
Pasir ini baik sekali untuk pengecoran, plesteran dinding, pondasi,
juga pemasangan bata dan batu.
b) Pasir Pasang
Pasir Pasang adalah pasir yang lebih halus dari pasir beton ciri cirinya
apabila dikepal dia akan menggumpal tidak kembali lagi ke semula..
Pasir pasang biasanya dipakai untuk campuran pasir beton agar tidak
terlalu kasar sehingga bisa dipakai untuk plesteran dinding.
c) Pasir Elod
Pasir Elod adalah pasir yang paling halus dibanding pasir beton dan
pasir pasang. Ciri ciri pasir elod adalah apabila dikepal dia akan
menggumpal dan tidak akan puyar kembali. Pasir ini masih ada

9
campuran tanahnya dan warnanya hitam. Jenis pasir ini tidak bagus
untuk bangunan. Pasir ini biasanya hanya untuk campuran pasir beton
agar bisa digunakan untuk plesteran dinding, atau untuk campuran
pembuatan batako.
d) Pasir Merah
Pasir merah atau suka disebut Pasir Jebrod kalau di daerah Sukabumi
atau Cianjur karena pasirnya diambil dari daerah Jebrod Cianjur. Pasir
Jebrod biasanya bagus untuk bahan Cor karena cirinya hampir sama
dengan pasir beton namun lebih kasar dan batuannya agak lebih besar.
2) Kerikil
Kerikil disebut juga agregat kasar adalah bahan alam yang dapat dipakai
untuk beton harus memenuhi syarat-syarat :
a) Agregat yang bersih dari unsur organic
b) Keras
c) Bebas dari sifat penyerapan zat kimia
d) Tidak bercampur dengan tanah liat/lumpur
e) Distribusi/gradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan-ketentuan
yang berlaku
Agregat alam adalah agregat yang didapat dari hasil tambang batuan
alam. Agregat alam dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
a) Kerikil dan pasir alam
Kerikil dan pasir alam berasal dari hasil pengikisan batuan induk yang
kemudian terbawa oleh arus air atau angin yang kemudian mengendap di
suatu tempat. Endapan-endapan kerikil atau pasir sering kali terdapat
didarat (tidak di sungai)
b) Agregat batu pecah
Terkadang sulit untuk mendapatkan kerikil dan pasir langsung dari alam
sehingga diatasi dengan memecah batuan alam menjadi kerikil atau pasir.
Kekerasan kerikil dari batu pecah ini lebih baik dibandingkan dengan
langsung dari alam. Untuk memecahkan batuan alam ini digunakan alat
pemecah batu (stone crusher) dan bahkan masih ada dengan cara manual.
c) Agregat batu apung
Batu apung merupakan agregat alam yang ringan dan banyak digunakan.
Batu apung termasuk dalam agregat ringan. Agregat ringan yaitu agregat
yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0.
3) Batu Kali
Batu kali atau batu belah biasanya diperoleh dari kawasan lereng
pegunungan yang merupakan batuan besar dengan sisi tidak rata dan bersifat

10
padat. Bentuk fisik batu ini yaitu padat, sisi tidak beraturan dank eras dengan
warna abu-abu kehitaman. Batu ini biasa digunakan sebagai penahan sungai
agar tidak longsor dan pondasi bangunan.
Batu yang dari alam atau batu galian yang telah dibelah, kasar, bersih,
tahan lama, keras,tahan terhadap pengaruh adara dan air dan cocok dalam
segala hal untuk fungsi yang dimaksud.
4) Semen
Semen Portland disebut juga Semen adalah bahan yang berupa bubuk
halus yang bertindak sebagai pengikat untuk agregat. Bahan baku pembuatan
semen adalah bahan-bahan yang mengandung kapur, siliki, alumina, oksida
besi dan oksida-oksida lain. Jika semen dicampur dengan air disebut pasta
semen, sedangkan jika pasta semen dengan pasir disebut mortar semen.
Berdasarkan tinjauan pemakaiannya, semen portland dibedakan menjadi 5
(lima) :
a) Type I : Semen portland jenis umum (normal portland cement) , yaitu
jenis semen portland untuk penggunaan dalam konstruksi betonsecara
umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.
b) Type II : Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan (modified
portland cement) . Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan
keluarnya panas lebih lambat daripada semen Type I. Semen Type II
digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan terhadap
bangunan beton, seperti struktur bangunan air/drainase dengan kadar
konsentrasi sulfat tinggi didalam air tanah.
c) Type III : Jenis semen dengan waktu pengerasan yang cepat
(highearly-strenghth portland cement). Waktu perkerasan bagi jenis
ini umumnya kurang dari seminggu. Digunakan pada struktur-struktur
bangunan yang bekistingnya harus cepat dibuka dan akan segera
dipakai kembali.
d) Type IV : Semen dengan hidrasi panas rendah yang digunakan pada
konstruksi dam/bendungan, bangunan-bangunan masif, dengan tujuan
panas yang tejadi sewaktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi
keutuhan beton.
e) Type V : Semen penangkal sulfat. Digunakan untuk beton yang
lingkungannya mengandung sulfat, terutama pada tanah/air tanah
dengan kadar sulfat tinggi.
5) Air

11
Air digunakan sebagai bahan pencampur dan pengaduk beton atau mortar
untuk mempermudah pekerjaan. Menurut PBI 1971 NI-2, pemakaian air
untuk beton atau adukan mortar tersebut sebaiknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a) Tidak mengandung Lumpur (benda melayang lainnya)
b) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam,
zat organik dan sebagainya)
c) Tidak mengandung minyak dan alkali
d) Tidak mengandung senyawa asam
6) Kapur
Limestone/ Calcium Carbonate ( CaCO3) biasa kita kenal sebagai batu
kapur atau batu gamping adalah batuan yang terbentuk dari organisme laut.
Batu kapur adalah barang yang sangat di butuhkan dan sering di pakai di
dalam kehidupan sehari-hari.
Batu kapur merupakan salah satu mineral industri yang banyak
digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain
untuk bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan raya, pengapuran
untuk pertanian dll
Secara kimia batu gamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Di
alam tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium
yang tinggi mengubah batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia
CaCO3MgCO3 Adapun sifat dari batu gamping adalah sebagai berikut :
a. Warna : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan
b. Kilap : Kaca, dan tanah
c. Goresan : Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan : Tidak teratur
e. Pecahan : Uneven
f. Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs
g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
h. Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga 2.
Adapun pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah :
a) Bahan bangunan bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur
tohor yang dipergunakan untuk plester,adukan pasangan bata,
pembuatan semen tras ataupun semen merah.
b) Bahan penstabilan jalan raya Pemakaian kapur dalam bidang
pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya.
Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi
ppenyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya

12
c) Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian Apabila ditaburkan
untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air,
sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang
akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah. Kapur ini
juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam
pembuatan kompos dan sebagainya
d) Penjernihan air Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri ,
kapur dipergunakan bersama-sama dengan soda abu dalam proses
yang dinamakan dengan proses kapur soda.
7) Kayu
Kayu merupakan satu dari beberapa bahan konstruksi yang sudah lama
dikenal masyarakat, merupakan bahan alam dan dapat diperbaharui secara
alami. Faktor-faktor seperti kesederhanaan dalam pengerjaan, ringan, sesuai
dengan lingkungan (environmental compatibility) telah membuat kayu
menjadi bahan konstruksi yang dikenal di bidang konstruksi ringan (light
construction). Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi tidak hanya
didasari oleh kekuatannya saja, akan tetapi juga didasari oleh segi
keindahannya.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang
berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang
berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama
lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :
a) Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan
susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa
dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
b) Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat
yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal,
radial dan tangensial).
c) Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat
menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat
perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
d) Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar
terutama dalam keadaan kering.
Ada banyak sekali jenis-jenis kayu. Dalam konstruksi dan pemakaian
kayu sebagai bagian dari konstruksi bangunan seseorang harus benar-benar

13
mengetahui dan memahami sifat-sifat serta jenis-jenis kayu yang biasa
digunakan sebagai konstruksi bangunan itu sendiri.
Kayu memiliki kelebihan sebagai berikut:
 Mudah didapatkan di toko-toko material.
 Banyak dikuasai oleh tukang lokal.
 Bahan kayu dapat dibentuk, dipotong, dan digunakan secara
fleksibel.
Kelebihan-kelebihan dari kayu sebagai bahan konstruksi bangunan itu
sendiri tentu memberikan keuntungan bagi kita sendiri, namun dibalik
kelebihan-kelebihannya itu kayu juga memiliki kekurangan-kekurangan.
Berikut kekurangan dari kayu:
 Mudah terbakar, dan dapat dimakan rayap.
 Dapat mengembang dan menyusup.
 Bentang atap dengan konstruksi kayu seringkali terbatas karena
ukuran kayu di pasaran adalah 4 meter.
 Harga kayu semakin lama semakin mahal karena semakin
berkurangnya stok kayu dari alam.
Dibawah ini beberapa jenis kayu yang bisa dipergunakan untuk bahan
konstruksi bangunan :
a. Kayu jati
Kayu ini sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling
indah. Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat
kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan.
Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati
juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena
kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain
yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu
jati.
b. Kayu Merbau
Kayu mwerbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan
stabil sebagai alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga
terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat
kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau
memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk
pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan
Kelas Kuat I, II.
c. Kayu Bangkirai

14
Kayu bengkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat.
Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat
kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah
muncul retak rambut dipermukaan.
d. kayu kamper
Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon
kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan.
Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan
serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.
e. Kayu kelapa
Adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari
perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60
tahun keatas) sehingga harus ditebang untuk diganti dengan bibit
pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem.
Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk
garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan alur serat lurus
dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah
fiber.
f. Kayu meranti merah
Jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda
pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak
terlalu halus, kayu meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca,
sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk
kayu dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti
banyak ditemui di hutan di pulau kalimantan
g. Kayu Karet,
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja
dibelah atau dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah
sedikit kecoklatan. Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi
lumayan berat dengan densitas antara 435-625 kg/m3 dalam level
kekeringan kayu 12%.
Kayu Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas awet III, sehingga kayu
karet dapat digunakan sebagai substitusi alternatif kayu alam untuk
bahan konstruksi
h. Kayu gelam

15
Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai
sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter
besar biasa dipakai untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan
jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif untuk
bahan penyerap.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa
tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk
banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang
memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk
kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.
i. Kayu Akasia (acacia mangium),
Kayu Akasia mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori
dan seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas
awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun keatas, bila
diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan
lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650
kg/cm2.
Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya
rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat
lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah,
sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi
maupun bahan meibel-furnitur.
8) Bambu
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas
di batangnya. Nama lain bambu adalah buluh, aur, eru. Di dunia ini bambu
merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena
memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh
sepanjang 60cm (24 inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan
klimatologi tempat ia ditanam.
Kelebihan dari Bambu antara lain:
 Bahan Alami yang dapat diperbaharui
 Sangat cepat pertumbuhannya (hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah siap
tebang)
 Pada berat jenis yang sama, Kuat tarik bambu lebih tinggi
dibandingkan kuat tarik baja mutu sedang.
 Ringan.

16
 Bahan konstruksi yang murah.
Kekurangan :
 Rentan terhadap rayap.
 Jarak ruas dan diameter yang tidak sama dari ujung sampai
pangkalnya.
Jenis Bambu yang dikenal disekitar sebagaia bahan bangunan antara lain :
petung/betung (Dendrocalamus asper), Bambu hitam/bambu wulung , Bambu
apus atau tali (Gigantochloa apus) dan Bambu duri / ori
Bambu sebagai bahan bangunan memiliki Sifat fisik berupa
kerapatan, kadar air, dan berat jenis dan sifat mekaniknya berupa kuat tekan,
kuat lentur, kuat geser, dan kuat tarik.
2.1.2. Bahan Pasangan Saluran Drainase
1) Pasangan Batu Bata
Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat
dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna
kemerah merahan. Adapun Jenis Batu Bata yang dikenal dalam bangunan
antara lain :
a) Batu Bata Tanah Liat, terbuat dari tanah liat dengan 2 kategori yaitu
bata biasa dan bata muka.
 Bata biasa , memiliki permukaan dan warna yang tidak menentu,
bata ini digunakan untuk dingding dengan menggunakan
morta(campuran semen) Ssebagai pengikat. Bata jenis ini sering
disebut sebagai bata merah.
 Bata muka , memiliki permukaan yang baik dan licin dan
memupnyai warna dan corak yang sragam . Disamping
dipergunakan sebagai dinding juga digunakan sebagai penutup d
dan sebagai dekoratif.
b) Batu Bata Pasir – Kapur, sesuai dengan namanya batu bata ini dibuat
dari campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1 : 8 serta air
yang ditekankan kedalama campuran sehingga membentuk batu bata.
Pekerjaaan pasangan batu bata biasanya dilanjutkan dengan pekerjaan
plesteran, pekerjaan acian, amplas dinding kemudian finishing cat atau
walpapaer dinding, jarak antara masing-masing pekerjaan tersebut
sebaiknya dilakukan dalam rentang waktu yang cukup sehingga
didapatkan hasil pengerasan sempurna dan kualitas pekerjaan pasangan
dinding bata yang baik. Ukuran standarnya untuk Indonesia adalah :
a. 52 mm x 115 mm x 240 mm.

17
b. 50 mm x 110 mm x 230 mm.
Penimbunan dilapangan harus diberi lantai dengan jarak 30 cm dari
permukaan tanah. Bata disusun berdiri arah lebarnya dan disusun berselang –
seling empat buah – empat buah. Ketinggian penyusunan max 2 m ini untuk
memudahkan dalam pengambilan. Diatasnya ditutup dengan kain terpal atau
plastik agar air hujan tidak terserap oleh bata merah.
2) Mortar
Dalam keseharian, terutama saat membangun, tentu sering kita jumpai
dengan yang namanya mortar atau adukan, namun kita hanya sebatas tahu
saja. Berikut ini pengertian, kegunaan, sifa-sifat, dan jenis komposisi mortar
atau adukan. Pengertian mortar atau adukan atau spesi adalah campuran dari
bahan pengikat (semen, kapur), bahan pengisi (pasir) dan air.
Kegunaan/manfaat adukan atau mortar pada pasangan bata adalah:
a) Sebagai bahan pengkat antara bata yang satu dengan bata yang
lainnya
b) Untuk menutup atu menghilangkan permukaan bata yang tidak rata
c) Untuk menyalurkan beban
Sedangkan fungsi dari mortar atau adukan dalam plesteran adalah untuk
meratakan permukaan tembok sehingga mudah untuk di cat dan untuk
menambah keawetan pasangan bata
Sifat-sifat pada adukan adalah:
a) Sifat kuat, campuran adukan harus cukup baik agar mampu
menopang beban yang diterima dinding.
b) Sifat mudah untuk dikerjakan/digunakan, adukan harus mudah
dikerjakan, tidak terlalu basah (encer) dan tidak terlalu kering.
c) Sifat menyusut, adukan yang terlalu banyak airnya akan mudah
menyusut yang berakibat retak pada plesteran maupun tembok.
Jenis-jenis komposisi adukan adalah:
 Adukan semen, kapur, pasir
 Adukan semen, pasir
 Adukan pozolan atau tras alam, kapur
 Adukan kapur, tras (alam atau buatan), pasir
Fungsi dan persyaratan adukan untuk pekerjaan pasangan bata/ batu kali
pekerjaan sejenisnya harus memiliki sifat-sifat :
 Cukup plastis /konsistensi dan enak dikerakan ) dipasang workability
 Menghasilkan rekatan dan perletakan yang baik dari bata/ batu kali
 Dapat mengisi celah-celah dari bata/ batu kali dengan rapat dan rata
 Memberikan kekuatan yang merata

18
 Sifat tahan lama sehingga konstruksi pasangan bata/ batu kali yang
direkatkan dapat menahan gaya horisontal dan vertikal serta pengaruh
sekitar tembok
Campuran pasir dengan bahan bangunan semen untuk pasangan bata dan
plesteran, dengan komposisi :
 Campuran 1 : 4, untuk pemasangan dinding bata yang tertutup tanah,
atau bak air agar tidak rembes.
 Campuran 1 : 6, untuk pemasangan dinding bata yang di atas tanah.
 Plesteran dinding dengan campuran pasir dan bahan bangunan semen
4 : 1, untuk memplester dinding bata yang berada didalam tanah.
 Plesteran dinding dengan campuran pasir dan bahan bangunan semen
6 : 1, untuk memplester dinding bata yang berada diatas tanah.
3) Beton
Saluran dengan bahan beton banyak dijumpai di pembangunan saluran.
Konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton
adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya
kerikil dan pasir), semen dan air.
Ada bermacam-macam jenis beton antara lain :
a) Beton siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa , perbedaannya ialah
pada beton ini digunakan ukuran agregat yang relative besar, beton ini
digunakan pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan, dan
sebagainnya, ukuran agregat kasar dapat sampai 20 cm, namun proporsi
agregat yang lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih dari 20
persen dari agregat seluruhnya.
b) Beton Ringan
Beton jenis ini sama dengan beton biasa perbedaannya hanya agregat
kasarnya diganti dengan agregat ringan. Selain itu dapat pula dengan
beton biasa yang diberi bahan tambah yang mampu membentuk
gelembung udara waktu pengadukan beton berlangsung, beton semacam
ini mempunyai banyak pori sehingga berat jenisnya lebih rendah
daripada beton biasa.
c) Beton non pasir
Beton jenis ini dibuat tanpa pasir , jadi hanya air, semen, dan kerikil saja,
karena tanpa pasir maka rongga rongga kerikil tidak terisi. Sehingga
beton berongga dan berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa.

19
Selain itu karena tanpa pasir maka tidak dibutuhkan pasta-pasta untuk
menyelimuti butir-butir pasir sehingga kebtuhan semen relative lebih
sedikit.
d) Beton hampa
Seperti yang telah diketahui bahwa kira-kira separuh air yag
dicampurkan saja yang bereaksi dengan semen, adapun separuh sisanya
digunakan untuk mengencerkan adukan.beton jenis ini diaduk dan
dituang serta dipadatkan sebagaimana beton biasa, namun setelah beton
tercetak padat kemudian air sisa reaksi disedot dengan cara khusus.
Seperti cara vakum, dengan demikian air yang tertinggal hanya air yang
digunakan untuk reaksi dengan semen, sehingga beton yang diperoleh
sangat kuat.
e) Beton bertulang
Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan
gaya tekan, batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang
tertarik untuk membantu beton. Beton yang dimasuki batang baja pada
bagian tariknya ini disebut beton bertulang.
f) Beton prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah
batangnya baja yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu .
batang baja ini tetap mempunyai tegangan sampai beton yang dituang
mengeras, bagian balok beton ini walaupun menahan lenturan tidak akan
terjadi retak.
g) Beton pracetak
Beton biasa dicetak /dituang di tempat.namun dapat pula dicetak di
tempat lain,fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu
yang lebih baik, selain itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat
terbatas, sehingga sulit menyediakan tempat percetakan perawatan
betonnya.
h) Beton massa
Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan antara
volume dan permukaannya besar. Bila dimensinya lebih besar dari 60
cm. Pondasi besar,pilar, bendungan. Harus diperhatikan perbedaan
temperatur.
i) Fero semen

20
Suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan ortar
semen suatu tulangan yang berupa suatu anyaman kawat baja.
j) Beton serat
Beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa
serat. Serat berupa batang-batang 5 sd 500 mm,panjang 25-100 mm,
serat asbatos, tumbuh-tumbuhan , serat plastic, kawat baja.
Metode perencanaan mix design yang tepat diperlukan untuk
menghasilkan campuran beton (Concrete Mix Design) yang memenuhi syarat
mutu dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Ada beberapa metode
rancangan campuran beton antara lain yaitu :
a. Cara coba-coba di laboratorium (Trial and Error)
Yaitu dengan membuat campuran beton dengan perbandingan-
perbandingan bahan penyusun yang berbeda-beda sehingga diperoleh
omposisi dengan workability tertentu.
b. Fineness modulus method
Metode modulus kehalusan dari Prof. Duff Abram ini pada dasarnya
menggunakan tabel perbandingan bahan dari Prof. Duff Abram
c. Cara DOE (Department of Environment )
Metode ini berasal dari negara Inggris yang pada prinsipnya
menggunakan dasar kuat tekan beton ukuran 15 x 15 x 15 cm.
d. Cara ACI ( American Concrete Institute ) committee 61354
Metode rancangan campuran beton ini berasal dari Amerika yang
berdasarkan kuat tekan beton silinder ukuran diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm.
e. Cara High Strength Concrete Mix Design
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Shacklock, metode ini
digunakan untuk beton mutu tinggi ( > K.350 kg/cm2 )
Metode rancangan yang lazim dipergunakan terutama di Indonesia
adalah cara ACI (American Concrete Institute) dan cara DOE (Department of
Environment).

2.1.3. Pipa dan Bahan Pabrikan lainnya


Berdasarkan materialnya pipa terbagi antara lain :
1) Pipa GIP (Galvanized Iron Pipe)
Pipa GIP atau pipa besi galvanisdigunakan untuk instalasi air bersih
dingin saja dan tidak dianjurkan untuk pipa air panas.
2) Pipa PVC (Polyvinyl Chloride)

21
Pipa PVC adalah jenis pipa plastic yang terbuat dari gabungan material
vinyl yang menghasilkan pipa ringan, kuat tidak berkarat dan tahan lama.
Hanya digunakan untuk air dingin saja.
3) Pipa HDPE (Hight Density Polyethylene)
Pipa HDPE adalah jenis pipa yang terbuatdari polyethylene dengan
kepadatan tinggi sehingga jenis pipa yang dihasilkan dapat menahan
daya tekan yang lebih tinggi. Karakterisik pipa HDPE adalah kuat,
lentur/fleksibel dan tahan terhadap bahan kimia.
4) Pipa Baja (Steel Pipe)
Pipa baja yang digunakan untuk jalur pemasok energy, misalnya air, gas,
minyak dan cairan yang mudah terbakar.
5) Pipa Tembaga
Pipa tembaga adalah pipa yang kuat dan tahan lama, biasanya digunakan
untuk instalasi air panas.
6) Pipa Beton
Berupa beton precast biasa digunakan untuk saluran drainase. Terdapat 2
tipe pipa beton yaitu light duty dan heavy duty.
Pipa PVC juga tidak berkarat atau membusuk. Oleh karena itu, PVC ini
paling sering digunakan dalam sistem irigasi/ perairan dan pelindung kabel.
Standard Pipa PVC pada sebuah proyek adalah : Standard Pabrik, Standard
JIS dan Standard SNI
a) Standard Pabrik
Ciri-ciri pipa PVC dengan standard pabrik adalah : Class AW (
Association Water) dan D ( Drainase), Panjang pipa 4 meter dan
Berwarna putih atau abu-abu
b) Standard JIS ( Japan Industrial Standard)
Ciri-ciri pipa PVC dengan standard JIS adalah : Class VP dan VU,
Panjang pipa 4 meter dan Berwarna abu-abu
c) Standard Nasional Indonesia ( SNI)
Ciri-ciri pipa PVC dengan standard SNI adalah : Class S-10 dan S-12.5,
Panjang pipa 6 meter dan Berwarna putih atau abu-abu
Pipa PVC saat ini merupakan Bahan yang sering/ wajib dipakai dalam
pembuatan Rumah. Pipa PVC ini biasa dipakai untuk Saluran Supply Air
Bersih dan Saluran Air Kotor/ Buangan ( baik itu Air Closet, Air Buangan
Mandi, dan Air Kotor Buangan Closet ke Septic-Tank) .
Dalam system JIS ada 3 jenis pipa PVC yaitu AW, D dan C, berikut
rinciannya:

22
 Pipa dengan Jenis AW, adalah Pipa Paling Tebal, biasanya dipakai untuk
Pemipaan Aliran Bertekanan Tinggi ( seperti adanya Tekanan dari Pompa
Air) Juga biasa dipakai untuk Saluran Air didalam Tanah yang
diperkirakan akan mengalami Tekanan Besar dari Kenderaan Berat yang
mungkin melintas diatasnya.
Ukuran Pipa AW yang tersedia di pasaran antara lain: Diameter 6” = 6
inchi ( 6” ini adalah Ukuran Diameter Dalam Penampang Pipa) ; 5” ; 4” ;
3” ; 2, 5” ; 2” ; 1, 5” ; 1, 25” ; 1” ; 3/ 4” ; dan 1/ 2” .
 Pipa dengan Jenis D, tidak setebal AW tapi lebih tebal dari C, digunakan
untuk Saluran yang tidak akan mengalami tekanan yang besar, biasa
dipakai untuk Saluran Buangan Air didalam rumah.
Ukuran Pipa Jenis D yang tersedia di pasaran antara lain: Diameter 6” = 6
inchi ( 6” ini adalah Ukuran Diameter Dalam Penampang Pipa) ; 5” ; 4” ;
3” ; 2, 5” ; 2” ; 1, 5” ; dan 1, 25” .
 Pipa dengan Kode C, Pipa ini paling tipis, saya tidak merekomendasikan
untuk dipakai pada Instalasi Saluran Air pada Rumah anda, karena Jenis
Pipa ini rentan dan gampang pecah.

Gambar 2.1. PipaPVC


2.2. Peralatan Pekerjaan Drainase
Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan drainase ditentukan
berdasaarkan skala kesulitan dan kemudahan pekerjaan. Sesuai dengan
tujuannya penggunaan peralatan pada umumnya sebagai penunjang pekerjaan
guna penyelesaian pekerjaan yang berkualitas, efisien, efektif dan ekonomis.
Penggunaan alat yant tidak tepat dapat berakibat pada penyelesaian
pekerjaan yang tidak sesuai jadwal atau hasil yang tidak sesuai dengan
rencana atau pemborosan biaya. Oleh karenanya pengalaman dan analisa
terhadap kebutuhan alat sangat diperlukan sebelum melakukan pekerjaan
khususnya pada pekerjaan drainase.

23
2.2.1 Peralatan Manual
Jenis peralatan manual yang digunakan untuk pekerjaan drainase antara lain :
Tabel 2.3. Jenis Alat Manual dan Kegunaanya

No Nama Alat Gambar Kegunaan


1 Cangkul  Untuk menggali
dan mengambil
tanah lunak
 Untuk
mencampur
bahan mortar

2 Ganco/ Untuk menggali


Belincong pada tanah yang
keras berbatu, ada
akar pohon atau
bekas bangunan
(bongkaran)
3 Sekop  Untuk
mengambil
tanah galian/
mortar
 Untuk
mencampur
bahan mortar

4 Lempak Untuk menggali


tanah lempung yang
basah/lunak

24
5 Garpu Untuk menggali
tanah yang keras
dan kering

6 Sendok Untuk mengambil


Spesi mortar pada
pekerjaan pasangan
batu

7 Pemadat Untuk memadatkan


lantai kerja dan
urugan tanah.

8 Meteran Untuk mengukur


jarak

25
9 Slang air Untuk menentukan
dan menimbang
level ketinggian/
kedataran

10 Palu Untuk menancapkan


paku pada kayu dan
menancapkan patok
kayu/ besi pada
tanah

11 Kerekan Untuk menurunkan


(Creen) dan dan mengangkat
tripot benda yang berat
dan besar yang tidak
dapat dilakukan
secara manual

12 Boning Rod Untuk mengukur


kedalaman dan
kemiringan galian
saluran

26
13 Waterpasa Untuk menentukan
dan elevasi dari tiap-tiap
Theodolith titik lubang kontrol
yang dikenhendaki
serta kemiringan
pipa saluran

2.2.2 Peralatan Mesin Portabel


Tabel 2.4. Jenis Alat Mesin Portabel dan Kegunaanya

No Nama Gambar Kegunaan

1 Mesin Untuk
Pemadat memadatkan
lantai kerja dan
urugan tanah.

27
2 Pompa Untuk menguras
air/ dewatering
pada lokasi
saluran

2.2.3 Peralatan Berat Pekerjaan Galian Tanah

1) Scrapper
Scrapper adalah alat gali tanah, umumnya digunakan di tambang
terbuka. Alat ini mampu melakukan tiga tugas sekaligus: memuat,
mengangkut, dan membongkar muatan.

28
Gambar 2.2. Alat Berat Scrapper

2) Back Hoe
Kegunaan backhoe :
 Untuk penggalian tanah, terutama yang letaknya di bawah kedudukan
backhoe sendiri, misalnya : saluran, terowongan,basement
 Bisa juga sebagai alat pemuat bagi truck-truck.
Keuntungan backhoe dibandingkan dengan Dragline dan Clamshell
:Kedalaman gali lebih teliti bisa untuk alat pemuat, sedangkan Dragline dan
Clamshell tidak bisa.
Gerakan-gerakan backhoe dalam beroperasi :
1) Mengisi bucket (land bucket)
2) Mengayun saat terisi (swing loaded )
3) Membongkar muatan (dump bucket)
4) Mengayun balik (swing empty)
semua gerakan ini mempengaruhi waktu siklus. Backhoe kecil waktu
siklusnya lebih cepat dari pada Backhoe besar.
Produksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas :
a) Faktor keadaan pekerjaan
b) Faktor keadaan mesin 3.
c) Pengaruh dalamnya pemotongan dan sudut swing.

29
Gambar 2.3. Alat Berat Backhoe
3) Clam Shell
Kegunaan clamshell untuk penggalian material lepas seperti pasir,
kerikil, batuan pecah, lumpur, batu bara, dll.
Cara kerja clamshell : menjatuhkan bucket pada saat kosong dan
mengangkatnya saat berisi muatan secara vertikal, dengan swing seperti pada
excavator dan membongkar muatan pada tempat yang dikehendaki dan swing
kembali. Ada dua macam bucket yang digunakan :
1. Heavy duty bucket : dilengkapi dengan gigi yang dapat dilepas,
digunakan untuk penggalian .
2. Light duty bucket : untuk mengangkat bahan ringan, tanpa dilengkapi
gigi-gigi
Kapasitas bucket diukur dalam 3 macam ukuran :
a. Water level capacity yaitu kapasitas bucket dimana bucket terendam air..
b. Plate line capacity yaitu kapasitas backet terisi rata
c. Heaped capacity yaitu kapasitas bucket munjung

Gambar 2.4. Alat Berat Clamshell

30
4) Dragline
Kegunaan dragline adalah untuk penggalian material yang tidak
terlalu keras yang letaknya dapat lebih rendah atau lebih tinggi dari posisi alat
tersebut.
Alatnya terdiri dari excavator + boom crane dan drag bucket.
Kelebihan : jangkauannya lebih besar daripada backhoe dan power shovel.
Kekurangan : tenaga penggali kecil karena hanya mengandalkan kekuatan
dari berat sendiri bucket.
Ada 3 tipe dragline :.
1. Dragline dengan roda kelabang
2. Dragline dengan roda ban.
3. Dragline di atas truck
Prinsip kerja dragline :
a. Mengisi bucket dengan menarik kabel tarik sepanjang lapisan material
ke arah alat.
b. Setelah bucket terisi, kemudian diangkat dengan sedikit
mengendorkan kabel tarik (masih kondisi tegang).
c. Karena masih ditahan oleh kabel tarik (tegang) maka tumpahnya
material sedikit.
d. Membongkar muatan, bisa dimuka atau dibelakang titik puncak boom.
e. Bucket kosong diayun dengan mengendorkan kabel angkat dan
diajukan pada posisi yang lebih baik untuk muatan baru.

Gambar 2.5. Alat Berat Dragline


5) Power Shovel
Kegunaan Power Shovel :

31
 Untuk penggalian tanah yang letaknya di atas kedudukan alat itu.
 Sebagai alat pemuat ke dalam truck.
Gerakan Power Shovel dalam beroperasi :
1. Tenaga angkat utama (main hoist power) untuk mengangkat bucket
didalam material yang digali.
2. Tenaga angkat tambahan (secondary hoist) untuk menggerakkan
dipper stick ke depan yang memberikan tenaga ekstra.
3. Retracting : gerakan ke belakang dari dipper stick untuk melepaskan
diri dari material.
4. Boom dinaikkan denga sudut 35° - 65°.
5. Swing untuk membuang dan balik
6. Gerakan maju atau mundur

Gambar 2.6. Alat Berat Power Shovel

BAB III
KESELAMATAN DANKESEHATAN KERJA
PEKERJAAN DRAINASE

Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji buku ini,pembaca akan mampu:
1. Menjelaskan dengan pengertian K3 Pekerjaan Drainase;
2. Menerapkan K3 pada pekerjaan drainase;
3. Melakukan identifikasi potensi bahaya pada pekerjaan drainase

3.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


3.1.1. Pengertian
Keselamatan kerja adalah sasaran utama untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, cacat dan kematian pada pekerja sebagai akibat kecelakaan kerja.

32
Definisi keselamatan kerja menurut Dessler (1997:634), keselamatan kerja
adalah usaha untuk sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang
aman dan sehat pada setiap karyawan dan untuk melindungi sumber daya
manusia.
Penyediaan pelayanan kesehatan pada perusahaan diatur berdasarkan
permen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI No. 03/MEN/1982 tentang
pelayanan usaha kesehatan di perusahaan. Begitu pentingnya kesehatan kerja
tersebut dalam suatu lingkungan kerja, mengingat kesehatan kerja merupakan
bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat dalam
suatu masyarakat pekerja dan lingkungannya, yang tujuannya untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental dan
sosial bagi masyarakat pekerja dan lingkungan perusahaan pada umumnya.

3.1.2. Maksud dan Tujuan


Tujuan secara umum kesehatan kerja adalah untuk memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial bagi
masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan melalui upaya
pencegahan (preventif), penjelasan (promotif) dan pengobatan (kuratif).
Adapun maksud dan Tujuan Penerapan K3 antara lain :
1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan
produktivitas.
2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat
lingkungan pekerjaan.

3.1.3. Dasar Hukum


Dalam rangka menjamin keberlangsungan penerapan system
manajemen K3 (SMK3), harus diatur dalam undang-undang dan beberapa
peraturan-peraturan yang terkait sebagai dasar hukum. Dasar Hukum
Pengawasan Lingkungan Kerja
Peraturan perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah mengatur hak
dan kewajiban masing-masing pihak baik yang sifatnya prefensif maupun
represif. Sehingga upaya perlindungan terhadap tenaga kerja, pengamanan

33
peralatan kerja dan lingkungan sekitar pekerjaan serta hasil pekejaan dapat
tercapai.

3.2. K3 Pekerjaan Drainase


3.2.1. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan
saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya mengingat kematian, cedera dan
sakit ini disamping mengakibatkan penderitaan dan kesusahan, juga kerugian
biaya.

Gambar 3.1 APD Pada Pekerjaan Drainase


Pada suatu survei tentang keselamatan,kesehatan kerja dan lingkungan di
peroleh data bahwa kerugian akibat kecelakaan mencapai 8,5% dari
perhitungan biaya proyek konstruksi, walaupun tidak terjadi kecelakaan yang
serius. Adapun jenis dari alat tersebut adalah :
a) Helm Pelindung (Safety Helmet) yang berfungsi sebagai pelindung
kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
b) Sabuk Keselamatan (Safety Belt) yang berfungsi sebagai alat
pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan
lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)
c) Sepatu Karet (sepatu boot) yang berfungsi sebagai alat pengaman saat
bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di
lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
d) Sepatu Pelindung (Safety Shoes) Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan
kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi
untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa
benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

34
e) Sarung Tangan yang berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat
bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera
tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi
masing-masing pekerjaan.
f) Tali Pengaman (Safety Harness) yang berfungsi sebagai pengaman
saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di
ketinggian lebih dari 1,8 meter.
g) Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff) yang berfungsi sebagai
pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
h) Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses) yang berfungsi sebagai
pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).
i) Masker (Respirator) yang berfungsi sebagai penyaring udara yang
dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal
berdebu, beracun, dsb).
j) Pelindung wajah (Face Shield) yang berfungsi sebagai pelindung
wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan
menggerinda)
k) Jas Hujan (Rain Coat) yang berfungsi melindungi dari percikan air
saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci
alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan
pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L :
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan) . Adapun APD yang
disediakan harus memenuhi syarat :
1) Harus memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang
dihadapi tenaga kerja/sesuai dengan sumber bahaya yang ada.
2) Tidak mudah rusak.
3) Tidak mengganggu aktifitas pemakai.
4) Mudah diperoleh dipemasaran.
5) Memenuhi syarat spesifik lain.
6) Nyaman dipakai.
Dalam program pengadaan APD untuk melindungi tenaga kerja dalam
bekerja, maka penyimpanan, pemeliharaan APD sebaiknya dibilik yang
sangat sensitif terhadap perubahan tertentu, waktu kadaluarsanya dan tidak
akan menimbulkan alergi terhadap sipemakai serta tidak menularkan
penyakit.

3.2.2. Keselamatan Pada Peralatan Kerja

35
Keselamatan kerja tidak hanya pada diri pekerja tetap harus
menmpertimbangakan keselamatan pada perlatan kerja, terutama pekerjaan
yang mempunyai resiko tinggi, seperti bekerja di ketinggian, hal-hal yang
harus diperhatikan untuk keselamatan kerja pada peralatan kerja antara lain :
1) Sediakan lantai dan anjungan kerja yang permukaannya dari bahan
anti slip untuk semua operator peralatan.
2) Buatlah alat pengaman untuk mencegah orang yang tidak berhak
menghidupkan peralatan, dengan cara menggunakan sistem kunci,
atau mem-blok dan mengunci alat penghidup (starter)
3) Pada akhir suatu periode waktu kerja (shift), operator harus mengunci
peralatannya untuk mencegah peralatannya hidup tanpa sengaja,
terlepas, atau jatuh. Prosedur mematikan peralatan dari produsen
harus diikuti.
4) Jangan sampai terjadi penumpukan kotoran, debu, oli, gemuk, kain
perca berminyak, dan sampah pada pada peralatan.
5) Pasang tanda pemberitahuan tentang kapasitas beban yang aman dan
batas kecepatan operasional maksimum pada setiap peralatan.
Pastikan bahwa setiap bagian dari peralatan terletak dengan baik
diatas dasar yang cukup dan kuat.

3.2.3. Keselamatan Kerja Pada Bahan


Keselamatan kerja pada bahan yang paling harus diperhatikan adalah
pada bahan cair yang mudah terbakar, beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain :
1) Hindarkan mengisi bahan bakar mesin bensin dengan kondisi mesin
sedang hidup
2) Pengisian bahan bakar peralatan operasi dilakukan melalui tangki
yang terlindungi diluar lokasi kerja.
3) Tangki harus diamankan dengan sistem pentanahan (grounding) yang
cukup untuk melindungi dari listrik statis yang terjadi.
4) Dilarang merokok atau menggunakan api terbuka didekat peralatan
berbahan bakar bensin yang sedang mengisi bahan bakar.
5) Pekerja jangan menggunakan bahan campuran dengan titik nyala
dibawah 37,80C (1000F) sebagai bahan untuk membersihkan
peralatan atau bagian-bagiannya.

36
6) Bila menggunakan bensin atau bahan mudah terbakar lainnya,
gunakan pompa yang khusus untuk memindahkannya atau disimpan
didalam suatu tempat bahan cair atau kaleng yang aman.

Keselamatan pada bahan pekerjaan drainase yang harus diperhatikan antara


lain :
1) Pisahkan bahan-bahan yang mudah pecah (misalnya pipa PVC) dari
bahan berat lainnya.
2) Letakkkan bahan-bahan yang mudah berkarat akibat udara luar pada
gudang tertutup (seperti pipa besi, besi tulangan dll)
3) Sediakan peralatan mesin secukupnya untuk mengangkat atau
mengangkut bahan-bahan yang cukup berat yang tidak
memungkinkan dilakukan dengan tenaga manusia.
4) Penempatan barang-barang digudang harus ditata rapid an
dikelompokkan sesuai jenis dan ukurannya, selain ukuran gudang
harus memadai.

3.3.4. Keselamatan Kerja Pada Lingkungan Kerja


Perkerjaan drainase banyak dilakukan diluar rungan dan
bersinggungan dengan warga masyarakat, sehingga penerapan keselamatan
kerja pada lingkungan sekitar lokasi pekerjaan menjadi prioritas utama
disamping keselamatan kerja pada pekerja, bahan dan peralatan kerja.
Keselamatan kerja pada lingkungan kerja tidak hanya dilakukan pada
saat pekerjan sedang dilaksanakan tetapi juga pada pekerjaan yang belum
selesai, sedangkan kondisinya membahayakan seperti pada pekerjaan galian
yang beresiko ada korban setiap saat. Keselamatan kerja yang harus
diperhatikan pada lingkungan pekerjaan drainase antara lain :
1) Pada saat pelaksanaan pekerjaan harus di pasang rambu-rambu yang
terlihat jelas dan jumlah rambu yang cukup.
2) Untuk pekerjaan tertentu dapat menempatkan petugas pengatur lalu
lintas untuk menghindari kemacetan dan resiko kecelakaan.
3) Untuk perkerjaan yang belum selesai, seperti galian maka harus
diberikan lampu penerang saat malam hari selain rambu-rambu yang
jelas.

3.3.5. Bahaya dan Kecelakaan Kerja

37
Kecelakaan kerja akan dapat diminimalkan apabila telah dilakukan
identifikasi bahaya yang kemungkinan terjadi, berikut contoh identifikasi
baha pada pekerjaan galian :
Tabel 3. 1. Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Galian
No Kegiatan Kondisi Tindakan Potensi Upaya Penanggung
tidak aman tidak aman Bahaya Pencegahan jawab
1 Penggalian Banyak Pekerja tidak Pekerja Dipasang Kepala
lubang memperhatik jatuh rambu, Proyek
an tanda kelubang contoh :
AWAS ADA
GALIAN
Tanah Pekerja tidak Terpeleset Air tanah segera Kepala
becek pakai safety di pompa Proyek
shoes
Material Pekerja tidak Pekerja Pekerja haarus Kepala
berceceran menempatkan tersandung meletakkan Proyek dan
material pada alat-alat dan Ahli K3
tempatnya material sisa
dengan rapi galian ditempat
yang tidak
dilalui pekerja
lain
2 Proses Jalan yang Operator alat Alat berat Sebelum Kepala
penggalian dilewati berat tidak terguling dilewati alat Proyek
dan alat berat memperhatik berat harus
pengangkutan tidak rata an kondisi dipadatkan rata
alat berat dan tidak jalan dan stabil
stabil
Tanah Tanah Diberi Kepala
tidakstabil longsor penyangga atau Proyek
pagar

Berikut dokumentasi kejadian kecelakaan warga sekitar yang


diakibatkan kelalaian pelaksana pada pekerjaan galian drainase di perkotaan :

Gambar 3.2. Kecelakaan Akibat Tidak Adanya Pemasangan Rambu


Saat Pekerjaan Galian Drainase

38
Gambar 3.3. Kejadian Dan Proses Evakuasi Korban Kecelakaan
Pada Pekerjaan Galian Drainase Di Perkotaan

3.4. Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari Sistem Manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi perkembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja.
Dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efesien dan produktif. Untuk
lebih jelasnya kami akan uraikan sebagai berikut :
1) Struktur Organisasi
Program K3 yang dimaksudkan untuk mencapai sasaran melalui
penyeragaman unsure-unsur program dengan memanfaatkan berbagai
sumber yang ada ke dalm satu strategi K3 antara lain:
a) Mendorong komitmen pimpinan puncak untuk menetapkan
kebijakan K3.
b) Membina dan melaksanakan sasaran K3 baik untuk fasilitas
produksi
c) Inspeksi kesehatan dan keselamatan kerja guna pengenalan
bahaya-bahaya potensial dalam produksi, dll.

2) Perencanaan

39
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai
keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja dengan sasaran yang jelas.

Langkah-langkah perencanaan yang perlu diperhatikan:


a) Perencanaan yang efektif dimui dengan perincian tujuan sasaran
K3 secara lengkap dan jelas dengan berdasarkan pada tujuan dan
sasaran.
b) Menentukan program-program kegiatan yang didasari pada
kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3) Tanggung jawab
Pembagian tanggung jawab antara fungsi dan kaitannya dengan
masalah K3 juga di lakukan pembagian tanggung jawab menurut
jenjang jabatan dalam organisasi.
Pelaksanaan rencana dan program K3 pimpinan/manajer harus
mempunyai kemampuan untuk menggerakkan, membangkitkan
antusias dan membimbing seluruh tenaga kerja karyawan kearah
tujuan, sasaran atau target yang hendak dicapai
4) Pelaksanaan Prosedur
Dalam pelaksanaan program kegiatan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja sebagaimana dituangkan dalam rencana dan program Kesehatan
dan Keselamatan Kerja, maka sangatlah mendasar fungsi organik
manajemen yaitu menggerakkan setiap tenaga kerja yang ada di
perusahaan untuk melakukan aktivitas-aktivitas dalam pencapaian
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
5) Proses
Serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat
ditempuh berulangkali, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika
ditempuh, setiap tahapan itu secara konsisten mengarah pada hasil
yang diinginkan.

6) Sumber Daya

40
Suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok
suatu perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan
pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat perusahaan
memerlukannya dan untuk dapat menunjang aktifitas perusahaan demi
mencapai tujuan yang telah ditentukan.

BAB IV

41
KONSTRUKSI BANGUNAN DRAINASE

Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji buku ini,pembaca akan mampu:
1. Menjelaskan jenis konstruksi pada sistem Drainase;
2. Menjelaskan kriteria konstruksi pada pekerjaan drainase;
3. Menjelaskan dengan benar kegunaan masing-masing bangunan drainase

4.1. Konstruksi Bangunan Saluran Drainase


Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan limpasan
air huian di permukaan jalan dan dari daerah sekitamya agar tidak merusak
konstruksi jalan, seperti kerusakan karena air banjir yang melimpas di atas
perkerasan jalan atau kerusakan pada badan jalan akibat erosi.
Sistem drainase jalan harus memperhitungkan debit pengaliran dari
saluran samping jalan yang memanfaatkan salurans amping jalan tersebut
menuju badan air atau resapan buatan. Suatu 42ystem drainase permukaan
jalan terdiri atas kemiringan melintang, perkerasan dan bahu jalan, saluran
samping jalan, drainase lereng dan gorong-gorong.

Gambar 4.1. Potongan Melintang Sistem Drainase Jalan


Pemilihan bentuk dimensi saluran salah satunya dipengaruhi oleh
fungsi/ kegunaan drainase dan lokasinya. Drainase yang memiliki fungsi
menyalurkan air hujan dengan debit yang cukup besar pada daerah perkotaan

42
dengan daerah yang tidak padat pemukiman sangat berbeda dalam
menentukan bentuk dimensi dan bahan salurannya. Berikut tipe-tipe bentuk
penampang saluran menurut fungsi dan lokasi drainase :
Tabel 4.1. Tipe Bentuk Penampang Saluran, Fungsi dan
Lokasinya
Bentuk
No Fungsi Lokasi
Saluran

Untuk menyalurkan limbah air Pada daerah yang


hujan dengan Q besar yang sifat cukup lahan
1 Trapesium
alirannya terus menerus dengan
fluktuasi kecil

Untuk menyalurkan limbah air Pada daearah yang


4 persegi hujan dengan Q besar yang sifat tidak/kurang
2
panjang alirannya terus menerus dengan tersedia lahan
fluktuasi kecil

Untuk menyalurkan limbah air


3 ½ Lingkaran
hujan dengan Q kecil

Untuk menyalurkan limhan air


hujan dengan Q kecil, tetapi
4 Segitiga
dengan Q sangat kecil sampai
nol dan banyak lahan endapan

Berfungsi baik untuk menya Pada tempat-


lurkan air hujan maupun air tempat keramaian,
5 Bulat Lingkaran
bekas atau keduanya kesibukan
(pertokoan)

Sumber : Masduki, 1990

Penggunaan bahan saluran juga menentukan jenis saluran yang akan


dibangun, berikut tipe – tipe bentuk saluran dan bahan yang digunakan untuk
saluran drainase :

Tabel 4. 2 Tipe bentuk saluran dan bahan yang digunakan

43
No Tipe Saluran Potongan Melintang Bahan Yang digunakan

1 Trapesium Tanah Asli

2 Segitiga Pasangan batu kali/ tanah asli

3 Trapesium Pasngan batu kali

4 Segiempat Pasangan batu bata/ batu kalio

Beton bertulang/ precast pada


5 Segiempat bagian dasar diberi lapisan pasir
+ 10 cm

Beton bertulang/ precast pada


bagian dasar diberi lapisan pasir
6 Segiempat + 10 cm dan pada bagian atas
diberi tutup beton bertulang/
precast

Beton bertulang/ precast pada


bagian dasar diberi lapisan pasir
7 Segiempat + 10 cm dan pada bagian atas
diberi tutup beton bertulang/
precast

Setengah
8 Pasangan batu kali/ beton precast
lingkaran

Sumber : Pedoman Perencanaan Drainase Jalan, PU


4.1.1. Konstruksi Saluran Alam
Konstruksi saluran alam biasanya terdapat pada daerah pedesaan dan
kawasan yang jauh dari pemukiman penduduk. Bentuk dimensi saluran

44
trapesium, karena saluran alam sangat rentan terhadap erosi pada dinding dan
dasar saluran, sehingga penerapan kecepatan ijin aliran sesuai ketentuan.

Gambar 4.2. Saluran Alami

4.1.2. Konstruksi Saluran Dari Pasangan Batu Kali


Untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kehilangan air karena
kebocoran (leakage) dan rembesan (seepage) sering saluran dilapisi dengan
bahan yang tahan terhadap gerusan air.
Pelapisan saluran berupa pasangan dari batu, bata merah, beton atau
baja (untuk talang dan sipon) atau sering dinamakan dengan lining saluran
(canal lining) juga bertujuan untuk memantapkan stabilitas tanggul.
Sebenarnya peliningan/pasangan diperlukan apabila kehilangan air akibat
perkolasi tinggi dan kemiringan tanah lebih dari 1,0 sampai 1,5%.
Saluran dengan konstruksi pasangan batu kali biasaya digunakan pada
saluran irigasi (saluran primer dan sekunder) dan saluran drainase (saluran
induk), dengan finishing siar pada pasangan batu dan pada bagian atas dibuat
kepala pasangan diplester + 10 cm, dengan tebal pasangan 20 – 30 cm.
Berikut gambar dan contoh pekerjaan pasangan batu kali :

45
Gambar 4.3. Saluran Dari Pasangan Batu Kali

4.1.3. Konstruksi Saluran Dari Pasangan Bata


Saluran drainase menggunakan bahan pasangan bata banyak
digunakan pada saluran di daerah pemukiman/ perumahan dan saluran tersier.
Saluran dengan bentuk persegi empat cocok untuk konstruksi saluran dari
pasangan batu bata, dengan finishing plesteran pada dasar dan dinding
saluran. Berikut contoh pekerjaan saluran dari pasangan batu bata.

Gambar 4.4. Saluran Dari Pasangan Bata dengan Finishing Plesteran

4.1.4. Konstruksi Saluran Dari Beton


Penggunaan beton sebagai bahan saluran semakin menjadi pilihan
dalam pekerjaan saluran, selain lebih praktis, tahan lama, kuat dan bentuk
saluran yang tersedia cukup banyak. Berikut contoh saluran beton precast :

46
Gambar 4.5. Saluran Dari Beton Precast
Selain beton precast, penggunaan saluran beton dengan cor insitu juga banyak
digunakan demikian beton ferrocement.
Ferocement adalah merupakan material varian dari beton bertulang,
namun tebalnya hanya sekitar 10 - 40 mm, dan pada ferosemen sebagai
tulangan digunakan jaringan k a w a t (w ir e m e s h ), sejauh ini jaringan
kawat telah menjadi pilihan utama lapisan pada ferosemen. Dari
pelaksanaannya tersebut sebenarnya penggunaan lining saluran dengan
memakai pasangan beton (ferocement) lebih murah dan ekonomis
dibandingkan dengan lining saluran memakai pasangan batu kali.
Kawat Ayam Umumnya jenis dan ukuran dari kawat baja antara lain
kawat besi berlapis seng, jalinan kawat ayam ataupun kawat bentuk jajaran
genjang dapat digunakan. Semua kawat ayam harus sesuai dengan standar
kualitas SNI atau dengan standar lain yang setara. Kawat ayam harus bebas
dari bahan organik, lemak, minyak, korosi dan bahan lain yang mengurangi
kekuatan adhesifnya

Gambar 4.6. Saluran Irigasi dari Ferrosemen

47
4.2. Konstruksi Bangunan Pelengkap Saluran Drainase
4.2.1. Bangunan Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah merupakan bangunan perlintasan karena
adanya saluran yang melintasi jalan. Perencanaan gorong-gorong di dasarkan
atas besarnya debit pengaliran sesuai dengan keadaan saluran dan sifat-sifat
hidrolisnya. Penempatan gorong-gorong harus memenuhi criteria sebagai
berikut :
a) Berfungsi untuk menampung air dari hulu saluran drainase dan
mengalirkannya;
b) Harus cukup besar untuk melewatka debit air secara maksimum dari
daerah pengaliran secara efisien.
c) Harus dibuat dengan tipe permanen, gorong-gorong memilki tiga
konstruksi utama terdiri
 Pipa kanal air utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dari
bagian hulu ke hilir hilir secara langsung;
 Apron (dasar) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah
terjadinya erosi dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur
 Bak penampung di perlukan pada kondisi:
- pertemuanan antara gorong-gorong dan safuran
tepi;
- pertemuan lebih dari dua arah aliran.
Penentuan tebal bantalan dan urugan untuk pemasangan gorong-gorong
tergantung pada kondisi tanah dasar dan berat gorong-gorong dan beban yang
bekerja diatasnya. Bantalan dapat dibuat dari:
 beton non struktural:
 pasir urug.
Urugan minimum yang diijinkan tergantung dari kekuatan ijin bahan
konstruksi gorong-gorong dan beban yang bekerja di atasnya.
Pemasangan tembok kepala (head wall) dan tembok sayap (wing
wall) gorong-gorong dimaksudkan untuk melindungi gorong-gorong dari
bahaya longsor tanah yang terjadi di atas dan samping gorong-gorong akibat
adanya erosi-air a tau beban lalulintas yang berada di atas gorong-gorong.

48
Daftar 4.3. Tipe dan Bahan Gorong-Gorong
No Tipe Gambar Bahan Yang dipakai
Metal gelombang,
beton bertulang
Pipa tunggal
1 atau beton
atau lebih
tumbuk, besi cor
dan lain-lain

Gorong-gorong
Beton bertulang /
2 persegi
precast
(Box Culvert)

Beton bertulang /
3 Kombinasi
precast

Gambar 4.7 Gorong-gorong

4.2.2. Bangunan Pertemuan Saluran (Junction)


Junction adalah pertemuan dua saluran atau lebih dari arah yang
berbeda pada suatu titik. Pada kenyataan, pertemuan dua saluran ini
mempunyai ketinggian dasar saluran yang tidak terlalu sama, sehingga
kehilangan tekanannya sulit diperhitungkan. Pertemuan saluran ini
diusahakan mempunyai ketinggian yang sama untuk mengurangi konstruksi
yang berlebihan yaitu dengan jalan optimasi kecepatan untuk menghasilkan
kemiringan yang diinginkan.

49
Untuk mengurangi kehilangan tekanan terlalu besar dan keamanan
konstruksi, maka dinding pertemuan saluran dibuat tidak bersudut atau dibuat
lengkung serta diperhalus. Untuk pertemuan saluran yang berbeda jenis
maupun bentuknya digunakan bak yang berfunsi sebagai bak pengumpul.

4.2.3. Bangunan Bangunan Terjunan.


Bangunan terjunan merupakan bangunan saluran yang digunakan
untuk mengurangi keceapatan aliran akibat beda tinggi yang terlalu besar
antara bagian hulu dan hilir atau kemiringan melebihi kemiringan kritisnya.
Kemiringan saluran di tentukan berdasarkan bahan yang digunakan.
Hubungan antara bahan yang.di gunakan dengan kemiringan saluran arah
memanjang dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 4.4. Kemiringan Saluran (Is)berdasarkan jenis material tanah
No Jenis Material Is (%)
1 Tanah Asli 0–5
2 Kerikil 5 – 7.5
2 Pasangan < 7.5
Sumber : Pedoman Perencanaan Drainase Jalan, PU
Pematah arus nama lain dari bangunan terjunan untuk mengurangi
kecepatan aliran diperlukan untuk saluran yang panjang dan mempunyai
kemiringan cukup besar. Berikut ketentuan pemasangan jarak pematah arus
(Lp) pada saluran :

Is = 1 %

Lp

Gambar 4.8. Pematah Arus


Tabel 4.5. Hubungan Kemiringan saluran (Is) dan Jarak Pematah Arus
(Lp)
Is (%) 6 7 8 9 10
Lp (m) 16 10 8 7 6
Sumber : Pedoman Perencanaan Drainase Jalan, PU

50
Gambar 4.9. Konstruksi Bangunan Terjun

4.2.4. Bangunan Bak Kontrol (Man Hole)


Bak control merupakan tempat masuknya air (intet) dan saluran untuk
menampung aliran permukaan yang akan disalurkan ke sistem drainase
saluran tertutup dan merupakan ruang akses bagi jaringan pipa serta untuk
pemeliharaa.
Ukuran bak control melakukan inpeksi aman bagi pejalan disesuaikan
dengan kondisi lapangan dan juga mudah dalam pemeliharaan rutin (bak
kontrol mudah dibuka dan ditutup) serta aman bagi pejalan kaki (untuk
saluran tertutup yang berada di bawah trotoar). Pada saluran yang tertutup
harus dibuat bak control (Man Hole) pemeriksa dengan fungsi :
 Sebagai bak kontrol, untuk pemeriksaandan pemeliharaan saluran.
 Untuk memperbaiki saluran bila terjadi kerusakan saluran.
 Melengkapi struktur bila terjadi perubahan dimensi.
 Sebagai ventilasi untuk keluar masuknya udara.
 Sebagai terjunan (drop manhole) saluran tertutup.
Penempatan manhole terutama pada titik-titik di mana terletak street
inlet, belokan pertemuan saluran dan diawali dan diakhiri saluran pada
gorong-gorong. Pada saluran yang lurus dan panjang, penempatan manhole
tergantung pada diameter saluran.

51
Tabel 4.6. Jarak manhole Pemeriksa Pada Saluran Lurus
Diameter Saluran (cm) Jarak (m)
20 – 50 10 – 25
60 – 100 25 – 75
100 – 200 75 – 150
200 150 – 200
Sumber : Babbit, Sewerage and Sewerage Treatment, 1969

Gambar 4.10. Konstruksi Bangunan Manhole

4.2.5. Bangunan Street Inlet


Street Inlet ini adalah lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang
jalan menuju ke dalam saluran. Sesuai dengan kondisi dan penempatan
saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis penggunaan saluran
terbuka, tidak diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada
merupakan bukaan bebas. Perlengkapan street inlet mempunyai ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
 Ditempatkan pada daerah yang rendah di mana limpasan air hujan
menuju ke arah tersebut.
 Air yang masuk melalui street inlet haru dapat secepatnya menuju ke
dalam saluran.
 Jumlah street inlet harus cukup untuk dapat menangkap limpasan air
hujan pada jalan yang bersangkutan.
Jenis Inlet adalah :
a) lnlet got tepi (gutter inlet), tubang bukaan terfetak mendatar secara
melintang pada dasar got tepi, berbatasan dengan batu tepi.
Tipe penutup: sekat vertikal, horisontal, sekat campuran dan berkisi.

52
b) Inlet kereb tepi (curb inlet), lubang bukaan terletak pada biding
batu/kereb tepi dengan arah masuk tegak lurus pada arah aliran got
tepi, sehingga kereb tepi bekerja sebagai pelimpah samping.

Gambar 4.11. Konstruksi Bangunan Street inlet

4.2.6. Bangunan Sumur Resapan


Air adalah salah satu kebutuhan vital bagi manusia. Demikian
pentingnya fungsi dan kedudukannya, hingga di jaman modern ini, air
menjadi salah satu produk yang diperjual belikan. Namun tahukah anda
bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini berefek pada menurunnya
kualitas air? Berkurangnya area resapan karena kurang terencananya
pembangunan, erosi, abrasi, banjir hingga kemarau berkepanjangan menjadi
sebab menurunnya kualitas air, terutama yang terkandung dalam tanah.
Kondisi tersebut tidak bisa didiamkan bagitu saja. Harus ada upaya
untuk mencari jalan keluar untuk memperbaiki kualitas air tanah. Usaha
perbaikan ini bisa dimulai dari lingkungan rumah dimana kita tinggal. Salah
satu caranya dengan membuat sumur resapan. Sumur resapan merupakan
sebuah sarana berupa sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat
untuk menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah dengan baik.
Sumur resapan ini memiliki banyak manfaat diantaranya, sebagai
pengendali banjir, melindungi serta memperbaiki kualitas air tanah, menekan
laju erosi dan dalam jangka waktu lama dapat memberi cadangan air tanah
yang cukup. Secara sederhana, prinsip kerja sebuah sumur resapan yaitu
menyimpan (untuk sementara) air hujan dalam lubang yang sengaja dibuat,

53
selanjutnya air tampungan akan masuk ke dalam tanah sebagai air resapan
(infiltrasi). Air resapan ini selanjutnya menjadi cadangan air tanah.
1) Persyaratan Pembuatan
Untuk membuat sumur resapan ada beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan, diantaranya:
a) Dibuat pada lahan yang lulus air dan tahan longsor
b) Harus bebas dari pencemaran maupun kontaminasi limbah
c) Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan
d) Untuk daerah bersanitasi lingkungan buruk, yaitu daerah dengan
kondisi sarana air limbah, air hujan dan system pembuangan
sampahnya tidak memenuhi persyaratan sanitasi, sumur resapan hanya
menampung air hujan dari atap yang disalurkan melalui talang
e) Mempertimbangkan aspek hidrogeologi, geologi dan hidrologi
2) Pemilihan Lokasi
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi
pembuatan sumur resapan (menurut Standar Nasional Indonesia /SNI) tentang
Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan
adalah:
a) Keadaan muka air tanah
Untuk mengetahu keadaan muka air tanah dapat ditentukan dengan
cara mengukur kedalamannya permukaan air tanah terhadap
permukaan tanah dari sumur di sekitarnya pada musim hujan.
b) Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah merupakan kemampuan tanah untuk dapat dilalui
air. Permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan
terbagi dalam tiga kelas,yaitu :
 permeabilitas tanah sedang (jenis tanah berupa geluh/lanau,
memiliki daya serap 2,0 – 6,5 cm/jam)
 permeabilitas tanah agak cepat (jenis tanah berupa pasir halus,
memiliki daya serap 6,5 – 12,5 cm/jam)
 permeabilitas tanah cepat (jenis tanah berupa pasir kasar, memiliki
daya serap 12,5 cm/jam)

54
3) Penempatan Sumur Resapan
Untuk membuat memaksimalkan fungsi sumur resapan air hujan, kita
perlu memperhatikan keadaan lingkungan setempat. Misal jarak sumur
resapan dengan jalan, rumah, septic tank maupun sumur air minum. Jarak
minimum sumur resapan dengan dengan jalan kurang lebih 1,5 meter.
4) Jenis Sumur Resapan
Bagi kita yang tinggal di daerah perkotaan, berkurangnya daerah
resapan air karena makin banyak permukaan tanah yang tertutup bangunan
dan jalan berdampak pada berkurangnya daya serap tanah terhadap air.
Pembuatan sumur resapan di lingkungan tempat tinggal menjadi salah satu
solusi memperbaiki kualitas air tanah. Penerapan sumur resapan pada
lingkungan tempat tinggal (terutama di wilayah perkotaan) dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a) Sumur resapan individu
Sesuai dengan namanya, semur resapan individu merupakan sumur
resapan yang dibuat pada masing-masing rumah tinggal. Dampak
sumur resapan akan maksimal jika masing-masing rumah ikut
membuatnya. Peletakkan sumur resapan dapat memanfaatkan lahan
sisa maupun pekarangan yang ada. Langkah-langkah untuk membuat
sumur resapan individu ini yaitu :
 Memeriksa tinggi muka air tanah, tinggi muka air tanah yang
dipersyaratkan adalah >3 meter
 Memeriksa permeabilitas tanah, permeabilitas tanah yang baik
adalah lebih besar atau sama dengan 2 cm/jam
 Memperhatikan persyaratan jarak
Jumlah sumur resapan pada sebuah lahan pekarangan ditentukan
berdasarkan curah hujan maksimum,
a) Sumur resapan kolektif
Jenis sumur resapan ini dibuat secara kolektif (bersama) dalam sebuah
komunitas warga masyarakat dengan skala besar dan membutuhkan
lahan cukup luas. Sumur resapan kolektif dapat berupa kolam resapan,
sumur resapan dalam maupun resapan parit berorak. Tidak jarang area

55
sumur resapan kolektif bisa dijadikan tempat rekreasi bersama di
dalam sebuah kompleks perumahan.
5) Spesifikasi Pembuatan Sumur Resapan
Untuk membuat sumur resapan yang baik ada beberapa hal teknis yang harus
diperhatikan, yaitu :
a) Penutup Sumur
Untuk penutup sumur dapat dipilih beragam bahan diantaranya :
 Pelat beton bertulang tebal 10 cm dicampur dengan satu bagian
semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil (1pc : 2ps : 3kr)
 Pelat beton tidak bertulang tebal 10 cm dengan campuran
perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak di beri
beban di atasnya atau,
 Ferocement (setebal 10 cm).
b) Dinding sumur bagian atas dan bawah
Pembuatan dinding sumur dapat memanfaatkan buis beton. Dinding
sumur bagian atas dapat menggunakan batu bata merah, batako,
campuran satu bagian semen, empat bagian pasir (1pc : 4ps), diplester
dan di aci semen.
c) Pengisi Sumur
Pengisi sumur dapat berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan
bata merah ukuran 5-10 cm, ijuk, serta arang. Pecahan batu tersebut
disusun berongga.
d) Saluran air hujan
Dapat menggunakan pipa PVC berdiameter 110 mm, pipa beton
berdiameter 200 mm maupun pipa beton setengah lingkaran
berdiameter 200 mm.
6) Perawatan
Untuk menjaga agar kondisi sumur resapan tetap berfungsi dengan
baik maka perlu diadakan pemeriksaan secara periodik, setidaknya setiap 6
bulan sekali. Pemeriksaan itu meliputi :
- Aliran masuk
- Bak control

56
- Kondisi sumur resapan
Pembuatan sumur resapan air hujan merupakan salah satu solusi untuk
menjaga cadangan dan kualitas air agar terjaga dengan baik. Dalam skala
yang lebih luas dapat pula memperbaiki kualitas lingkungan sekitar. Kita bisa
mulai membuatnya di rumah yang kita tempati. Namun alangkah baiknya jika
dilakukan secara bersama-sama dan menjadi gerakan massal. Sebuah
tindakan kecil sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan yang kita
tempati.

Gambar 4.12.Sketsa Penempatan dan Konstruksi SumurResapan


Sumber : http://pengairan.banyuwangikab.go.id/

4.2.7. Bangunan Out Fall


Out fall merupakan ujung saluran yang ditempatkan pada sungai atau
badan air penerima lainnya. Struktur out fall ini hampir sama dengan struktur
bangunan terjunan, karena biasanya titik ujung saluran terletak pada elevasi
yang lebih tinggi dari pada badan air penerima, sehingga dalam perencanaan
out fall ini merupakan bangunan terjunan miring dari konstruksi pasangan
batu kali/batu belah dengan jenis sky jump.

57
4.3. Konstruksi Bangunan Sementara Drainase
4.3.1. Turap
Turap adalah dinding vertikal yang relatif tipis yang berfungsi untuk
menahan tanah ataupun menahan masuknya air ke dalam lubang galian.
Fungsi turap sama persis seperti dinding penahan tanah.
Perbedaan turap dan dinding penahan tanah, dari segi konstruksi turap
lebih ringan dan tipis, sedangkan DPT berat dan besar. Turap pelaksanaan nya
cepat, sedangkan DPT relatif lebih lama. Stabilitas turap berdasarkan jepitan
pada tanah/angker, sedangkan DPT berdasarkan berat sendiri.
Terapat 2 (dua) hal yang harus diingat dalam penerapan turap yaitu
turap tidak cocok untuk menahan timbunan tanah yang sangat tinggi dan
tidak cocok digunakan pada tanah granular / berbatu.
Penerapan turap sering digunakan pada konstruksi pada bangunan
dermaga turap, bangunan Coffer dam, bangunan pemecah gelombang atau
bangunan penahan tanah.Tipe turap berdasarkan bahan antara lain :
1) Turap Kayu
Jenis turap yang digunakan untuk dinding penahan tanah yang tidak
tinggi, pada pada tanah yang tidak berkerikil dan banyak digunakan
untuk pekerjaaan sementara; Penahan tebing galian
2) Turap Beton
Jenis turap beton pada umumnya dibuat secara fabrikasi, dengan
kemampuan stabilitas akibat momen akibat tekanan tanah dan momen
pengangkatan, dengan ketebalan minimum ± 20 cm.
3) Turap Baja
Jenis turap baja memiliki kelebihan dibandingkan dengan jenis turap
lain terutama turap beton yaitu memiliki konstruksi lebih ringan
dibanding beton, mudah dipancang, mudah dibongkar, mudah dalam
penyambungan dan memiliki keawetan yang tahan lama.
Dalam pemilihan tipe konstruksi turap didasarkan pada beban atau gaya
lateral yang akan diterima turap, antara lain tekanan aktif/ pasif tanah, ketidak
seimbangan muka air, beban lain yang bekerja diatas/ disekitar turap dan gaya
gempa. Adapun tipe konstruksi turap antar lain berupa:
 Dinding turap kantilever;

58
 Dinding turap dengan angker;
 Dinding turap dengan platform;
 Dinding turap untuk bendungan elak seluler.
Jenis Lembaran Baja Profil Untuk Turap

A. Universal Joist

B. Simplex

C, Larssen

D. Marihaye

E. Hoesh

F. Klockner

59
F. Dortmunder union

Gambar 4.12. Jenis Profil Turap Baja

Jenis Skor (penahan turap baja)

Gambar 4.13. Jenis Profil Turap Baja

Berikut contoh penggunaan konstruksi turap pada pekerjaan drainase :

(a) Turap pada Galian Tanah Saluran (b) Turap pada pembuatan terowongan

60
(c) Turap pada pekerjaan urugan tanah (d) Turap beton untuk cofferdam
Gambar 4.14. Jenis Konstruksi Bangunan Turap
4.3.2. Bangunan Kistdam/ Cofferdam
Kisdam dapat dibuat dari tanggul (timbunan tanah yang dipadatkan)
atau dari turap dari baja (sheet pile) yang diisi tanah timbunan untuk
mencegah agar air tidak masuk atau untuk mengalihkan aliran air dari daerah
yang ada di dalam kisdam yang akan merupakan daerah kerja. Biasanya di
dalam kisdam kemungkinan masih ada / banyak air. Sehingga air tersebut
perlu dikeluarkan agar daerah kerja tersebut tetap kering, dengan
menggunakan pompa. Pekerjaan kisdam diikuti oleh pekerjaan pengeringan.
Pekerjaan pengeringan atau dewatering adalah pekerjaan pembuangan
air dari daerah kerja, sehingga daerah kerja selalu kering. Untuk mendapatkan
daerah kerja yang kering ini maka daerah kerja tersebut perlu dilokalisir dari
aliran, dengan beberapa cara:
 Dengan mengelakkan aliran
 Dengan kisdam/turap baja

Gambar 4.15. Bangunan Kisdam

4.4. Konstruksi Bangunan Drainase Khusus


Perkembangan drainase dewasa ini tidak hanya pada kawasan
perkotaan atau pemukiman, terdapat sistem drainase dari beberapa kawasan
khusus yang memerlukan perencanaan dan metode pelaksanaan
pembangunan secara khusus juga. Konstruksi drainase khusus diantaranya
adalah :
1) Konstruksi Drainase Lapangan Terbang
2) Konstruksi Drainase Lapangan Olah Raga

61
4.4.1. Konstruksi Drainase Lapangan Terbang
Kawasan bandara merupakan area yang cukup luas, sehingga air hujan
yang jatuh harus di alirkan pada system drainase, sehingga tidak mengganggu
fungsi utama lapangan terbang. Adapun fungsi drainase lapangan terbang
antar lain :
 Intersepsi dan mengalirkan air permukaan dan air tanah yang berasal
dari lokasi di sekitar lapangan terbang.
 Membuang air permukaan dari lapangan terbang
 Membuang air bawah tanah dari lapangan terbang
Sistem drainase lapangan terbang biasanya terdiri dari drainase
permukaan (surface drainage) dan drainase bawah permukaan (surface
drainage). Drainase permukaan pada system lapangan terbang berfungsi
untuk menangani air permukaan di sekitar lapangan terbang, khususnya yang
berasal dari hujan, sedangkan drainase bawah permukaan berfungsi :
a) membuang air dari base course
b) membuang air dari subgrade di bawah permukaan
c) menerima, mengumpulkan, dan membuang air dari mata air atau
lapisan tembus air.
Untuk saluran bawah tanah dapat dipakai pipa berlubang dengan bahan pipa
terbuat dari metal, beton, PVC,dll. Lubang-lubang biasanya meliputi
sepertiga dari keliling pipa. Berdasarkan pengalaman, pipa dengan diameter 6
in (15 cm) sudah cukup untuk mengalirkan air. Dua tipe tampang melintang
drainase lapangan terbang sebagai berikut:

Shoulder Rumway Shoulder

62
Gambar 4. 16. Potongan Melintang Drainase Lapangan Terbang
Layout Drainase Permukaan
a) Penentuan layout sistem drainase permukaan didesain berdasarkan
hasil akhir peta kontur landasan pacu (runway), landasan taksi
(taxiway), dan apron.
b) Layout harus dapat menghindari gerusan dan pengendapan saluran.
c) Jika digunakan saluran bulat maka diameter minimumnya tidak boleh
kurang dari 12 inchi (30 cm).
d) Jarak antar inlet (lubang pemasukan) ke arah memanjang berkisar
antara 60 – 120 m sedangkan jauhnya tidak lebih dari 75 ft (22,5 m)
dari tepi perkerasan.
e) Inlet pada apron diletakkan pada perkerasan.

Gambar 4.17. Layout Drainase Permukaan Lapangan Terbang

Gambar 4.18. Detail Potongan Melintang


Drainase Bawah Permukaan Lapangan Terbang

4.4.2. Konstruksi Drainase Lapangan Olah Raga

63
1) Drainase lapangan sepak bola
Proses membangun lapangan sepak bola yang benar harus diperhatikan
dari nol atau dari dasar yang secara umum hal yang berpengaruh dari proses
pembangunan lapangan sepak bola yang benar meliput 3 pilar yang
berpengaruh antara lain :
a) System drainase, yaitu sistim yang dibangun dengan teknik khusus
yang bertujuan untuk mengatur agar air dilapangan sepak bola tidak
terjadi genangan sedikitpun walaupun terjadi guyuran air hujan
sebanyak banyaknya, sehingga lapangan tetap dapat digunakan dengan
normal walaupun kondisi ada guyuran air hujan
b) Instalasi air, yaitu adanya instalasi pengairan yang menyeluruh yang
mampu menyiram lapangan secara keseluruhan secara normal sesuai
dengan perhitungan kebutuhan penyiraman guna memenuhi syarat
hidup dengan baik rumput lapangan sepak bola, instalasi air bisa
diseting untuk sistim penyirman Automaticly, semi Aoutomaticly,
manual.

c) Grassing atau rumput hidup, satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dari semua sistim adalah bertujuan agar rumput sebagai material utama
dalam proses pembuatan lapangan sepak bola adalah agar rumput dapat
hidup dengan baik.

Gambar 4.19. Lapangan Sepak Bola


Dalam prose pembangunan drainasi lapangan sepak bola meliput aspek :

64
a) Kemiringan dan kerataan, systim drainasi harus dapat dibuat dengan
kemiringan supaya air dapat terserap secara baik dan dapat dibuang
dengan cepat tetapi menghasilkan lapangan yang tingkat kerataannya
tinggi.
b) Proses pembuatan drainase juga harus dikondisikan supaya sistim
drainasi tidak rentan terhadap penyumbatan, bahkan dibuat
sedemikian rupa agar dapat dinormalisasi secara automaticly secara
berkala
c) Drainase harus dikondisikan supaya tidak mengurangi fungsi
lapangan sepak bola sebagai sarana pertandingan

Gambar 4.20. Denah Sistem Drainase Lapangan Sepak Bola

Untuk menunjang permainan syarat mutlak yang harus dimiliki


lapangan sepak bola adalah bebas dari genangan, untuk itu lokasi lahan
dilapisi dengan material porous sebelum ditanami rumput. Air hujan yang
jatuh dianggap seluruhnya meresap kedalam tanah karena adanya pergantian
lapisan yang lebih porous.
Material yang digunakan adalah kerikil dan pasir. Kedalaman pasir
adalah 30 cm terletak pada lapisan paling atas, dibawah lapisan pasir terdapat
kerikil dengan ketebalan 15 cm, sehingga total kedalaman adalah 45 cm. Pipa
drainase dipasang pada saluran dengan ukuran 30 cm x 30 cm pada dasar
lapisan. Lapisan ijuk dipasang mengelilingi pipa dengan ketebalan 3 cm
untuk menyaring tanah agar tidak masuk ke dalam pipa. Penampang
melintang saluran drainase bawah permukaan dapat dilihat digambar berikut :

65
Gambar 4.21. Susunan Lapisan Tanah Lapangan Sepak Bola

Gambar 4.22. Pekerjaan Drainase Lapangan Sepak Bola

2) Konstruksi Drianase Lapangan Golf


Drainase lapangan golf merupakan drainase bawah permukaan,
sebagaimana drainase lapangan sepak bola. Kemiringan lahan lapangan golf
dijadikan bagian dari pertimbangan arah aliran dari pipa cabang dan pipa
utama menuju badan penerima danau buatan sebagai resapan. Komponen
yang ada pada system drainase lapangan golf antara lain :
a) Pipa berlubang
b) Lapisan tanah poros
c) Lapisan saringan
d) Inlet saluran
e) Bak kontol
f) Badan penerima

66
Gambar 4.23. Pekerjaan Galian Drainase Lapangan Golf

Gambar 4.24. Jenis bahan Pipa Drainase Lapangan Golf

Gambar 4.25. Pekerjaan Drainase Lapangan Golf

67
BAB V
PRAKTEK KERJA DRAINASE

5.1. Praktek Pekerjaan Papan Duga/ Bowplank Saluran Drainase


5.1.1. Pekerjaan Bowplank
Papan duga/ bowplank/ stakeout merupakan bagian dari pekerjaan
yang harus dilakukan diawal pada pekerjaan drainase. Bowplank berfungsi
menjadi acu an dalam menentukan kelurusan arah jaringan, acuan kedalaman
galian saluran dan pekerjaan lainnya dalam pekerjaan drainase. Pemasngan
bowplank dalam pekerjaan drainase harus memperhatikan hal-hal berikut :
1) Jarak antar bowplank tidak lebih dari 25 meter
2) Pekerjaan setiap ruas saluran dengan kemiringan yang sama, maka
elevasi antar bowplang harus datar
3) Lebar bowplank disesuaikan dengan lebar saluran yang akan digali
4) Konstruksi bowplank harus kuat dan berfungsi selama pekerjaan
galian tanah

5.1.2. Tujuan Praktek


Praktek pekerjaan bowplank bertujuan :
1) Mendirikan bowplank sesuai dengan kondisi jaringan drainase
2) Menentukan letak dan lebar bowplank sesuai dengan dimensi saluran
3) Melakukan penandaan pada bowplank yaitu letak as dan lebar saluran
4) Melakukan pengujian pekerjaan bowplank : kekuatan, kedataran antar
bowplank dan ketegakan patok bowplank

5.1.3. Bahan danAlat


Bahan yang digunakan pada pekerjaan bowplank antara lain :
1) Kayu Usuk 5/7
2) Papan 2/20
3) Benang Nilon
4) Paku 1,5 “

68
5) Cat Meni
Peralatan yang digunakan pada pekerjaan bowplank antara lain :
1) Palu 3 kg dan 10 Kg
2) Gergaji Potong Kayu
3) Kuas 1,5 “
4) Selang air ᴓ 0,5 – 1 cm panjang 10 -25 m
5) Cangkul
6) Meteran

5.1.4. Instruksi Kerja


Untuk menghasilkan pekerjaan bowplank dalam praktek ini yang benar
maka lakukan instruksi kerja berikut ini :
1) Pestikan diri telah menggukan pakaian kerja dan kelengkapan K3
2) Persiapkan bahan dan peralalatan yang dibutuhkan
3) Pelajari gambar kerja dengan teliti dan cermat
4) Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya
5) Potong kayu usuk 5/7 dan papan 2/20 sesuai gambar kerja
6) Lakukan pemasangan patok kayu dan papan bowplank pada satu sisi
dan lakukan pada sisi yang lain dengan melakukan pengecekan
elevasi yang sama antar bowplank
7) Lakukan penandaan pada papan bowplank : as saluran dan lebar
saluran/ galian
8) Simpan alat dan sisa bahan pada tempatnya jika pekerjaan telah
selesai

5.1.5. Gambar Kerja

50 – 100 cm
30 – 50 cm

50 – 100 cm
Rencana
Saluran

Gambar 5.1a. Tampak Depan Bowplank

69
+0.50 Level Bowplank (datar) +0.50

Dasar Saluran

30 – 50 cm (awal galian)

Gambar 5.1b. Tampak Samping Bowplank

AS

Rencana
Saluran

Gambar 5.1c. Penandaan As Saluran

Gambar 5.1d. Pekerjaan Bowplank Saluran

70
5.2. Praktek Rencana Galian Saluran Drainase
5.2.1. Pekerjaan Galian Saluran
Pekerjaan galian saluran merupakan pekerjaan untuk menentukan
dimensi saluran dan bentuk saluran. Setiap lokasi saluran drainase memiliki
jenis tanah yang berbeda antara lokasi satu dengan lokasi lainya, sehingga
sangat menentukan metode penggalian dan alat yang akan digunakan untuk
penggalian tanah.
Tanah hasil galian diletakkan pada salah satu sisi saluran sebelum
dibuang ke lokasi lain, sedangkan sisi lainnya dapat digunakan untuk
meletakkan bahan atau alat.
Keselamatan kerja dalam pekerjaan galian harus menjadi prioritas baik
saat penggalian atau saat pekerjaan itu ditinggalkan (dalam keadaan
berlubang) yaitu keselamatan bagi lingkungan/ warga, apalagi jika pekerjaan
galian tersebut berada di ruas yang padat lalu lintasnya. Upaya K3 yang wajib
di lakukan adalah dengan memasang rambu, pembatas, petugas dan atau
lampu saat malam haari.
Pekerjaan penggalian dipengaruhi oleh jenis tanahnya yaitu tanah kohesif
(cohesive), granular dan fissured. Adapun tahapan penggalian secara umum
adalah :
1) Pembersihan Medan
2) Kupasan
3) Galian
 Galian Terbuka
 Galian biasa
- Galian biasa untuk material timbunan
- Galian biasa sebagai bahan buangan
 Galian batu
- Galian batu tanpa menggunakan bahan peledak
- Galian batu menggunakan bahan peledak
 Galian Bangunan
Pelaksanaan penggalian secara umum dibagi 2 :
a. Penggalian terbuka (open cut / open excavation)

71
b. Penggalian dengan sistem penopang (braced excavation / top down)

Gambar 5.2a. Penggalian Terbuka (open cut / open excavation)

Gambar 5.2b.Penggalian dengan sistem penopang


(braced excavation / top down)

Gambar 5.2c.Pekerjaan Penggalian Sesuai Jenis Tanah

72
5.2.2. Tujuan Praktek
Tujuan dari praktek rencana galian tanah adalah :
1) Menentukan lebar dan kedalaman galian pada saluran drainase
2) Menentukan kemiringan dasar saluran drainase
3) Melakukan pengecekan kemiringan dengan boning rod

5.2.3. Bahan Dan Alat


Bahan – bahan yang digunakan antara lain :
1) Bahan untuk pekerjaan bowplank
2) Kayu papan 2/10
Peralatan yang digunakan antara lain :
1) Peralatan untuk pekerjaan bowplank
2) Cangkul
3) Lempak
4) Skop
5) Pompa Air
6) Boning rod
7) Meteran

5.2.4. Instruksi Kerja


Untuk menghasilkan pekerjaan rencana penggalian tanah dalam
praktek ini yang benar, maka lakukan instruksi kerja berikut ini :
1) Buatlah bowplank pada rencana jaringan saluran sesuai gambar kerja
2) Buatlah boning rod untuk pengecekan kemiringan saluran
3) Buatlah rencana kedalaman galian (pada 3 titik) di satu ruas saluran
sesuai dengan kemiringan saluran pada bowplank yang telah
terpasang
4) Lakukan penggalian tanah sesuai dengan kedalaman dan kemiringan
saluran (pada 3 titik).
5) Letakkan sisa galian tanah pada satu sisi kiri/ kanan saluran drainase
6) Lakukan pengecekan kedalaman dan kemiringan saluran dengan
menggunakan boning rod

73
7) Letakkan peralatan pada tempatnya saat istirahat dan simpanlah sisa
bahan dan peralatan pada gudang jika pekerjaan telah selesai.
8) Selama bekerja gunakan peralatan K3 dengan benar.

5.2.5. Gambar Kerja

1
6

3
2
5
4 7
8

Gambar 5.2d, Denah Jaringan Saluran Drainase

Tabel 5.2. Data Rencana Saluran

Saluran Panjang Saluran Kemiringan Saluran Lebar Saluran


(m) (%) (m)
1–3–5 10 3 50
2–3 15 2 30
4–5 17 1.5 35
5–7–8 12 3.5 50
6–7 16 2.5 35

Gambar 5.2e, Boning Rod

74
BP 1-5 BP 6-7
1
BP 2-3 6

3
BP 2-3 BP 5-8 BP 4-5
2
5
4 7
BP 4-5 8
BP 1-5
BP 6-7 BP 5-8

Gambar 5.2f, Penempatan Bowplank

∆H = S x L
S (%)
Tanah Asli

Panjang Saluran, L (m)

a. Menentukan Kemiringan saluran pada bowplank

S (%)

Dasar Saluran

30 – 50 cm (awal /akhir galian) S (%)

b. Menentukan Kedalaman Saluran

Gambar 5.2f, Pembuatan Rencana Kemiringan dan


Kedalaman Saluran Drainase

Boning Rod S (%)

Dasar Saluran

30 – 50 cm (awal /akhir galian) S (%)

Gambar 5.2g, Pengecekan Kemiringan Saluran Drainase

5.3. Praktek Jaringan Saluran Drainase

75
5.3.1. Jaringan Saluran Drainase
Perencanaan jaringan drainase dipengaruhi oleh kondisi topografi,
luasan dan bentuk daerah. Jaringan drainase di bedakan menjadi beberapa
tingkatan yaitu saluran induk, saluran cabang dan saluran awalan atau saluran
primer, saluran skunder, saluran tersier dan seterusnya. Adapun pola bentuk
jaringan drainase antara lain :
a) Pola jaringan drainase alamiah

Gambar 5.3a. Pola Jaringan Drainase Alamiah

b) Pola jaringan drainase Perumahan dan Perkotaan

Gambar 5.3b. Pola Jaringan Bentuk Siku


-

Gambar 5.3c. Pola Jaringan Bentuk Paralel

Gambar 5.3d. Pola Jaringan Bentuk Grid Iron

76
Gambar 5.3e. Pola Jaringan Bentuk Jaring-jaring

Gambar 5.3f. Pola Jaringan Bentuk Radial


5.3.2. Tujuan
1) Menentukan kedalaman galian saluran sesuai dengan kedalaman
saluran yang lain sesuai dalam satu jaringan drainase
2) Mengidentifikasi kebutuhan bangunan pelengkap pada jaringan
drainase

5.3.3. Bahan dan Alat


Bahan – bahan yang digunakan antara lain :
3) Bahan untuk pekerjaan bowplank
4) Kayu papan 2/10
Peralatan yang digunakan antara lain :
1) Peralatan untuk pekerjaan bowplank
2) Cangkul
3) Lempak
4) Skop
5) Pompa Air
6) Boning rod
7) Meteran

77
5.3.4. Instruksi Kerja
1) Rencanakan dan hitunglah kedaman saluran di awal galian dan akhir
saluran sesuai dengan jaringan drainase.
Contoh :
Jika panjang ruas L 1-3 = 5 m, Sloop S 1-3 = 3% =0.03, maka beda
tinggi di titik 3, ∆H = 5 x 0.03 = 0.015 m
Jika kedalaman awal galian di titik 1 dari benang datar bowplank =
1,25 m, maka kedalaman di titik 3 dari benang datar bowplank = 1,25
+ 0.015 = 1,265 m, sehingga kedalaman saluran 2 – 3 pada titik 3
harus < 1,265 m.
Lakukan perhitungan serupa untuk percabangan saluran titik 5 dan 7.
2) Lakukan penggalian saluran sesuai dengan kemiringan saluran
drainase
3) Letakkan sisa galian tanah pada satu sisi kiri/ kanan saluran drainase
4) Lakukan pengecekan kedalaman dan kemiringan saluran dengan
menggunakan boning rod
5) Letakkan peralatan pada tempatnya saat istirahat dan simpanlah sisa
bahan dan peralatan pada gudang jika pekerjaan telah selesai.
6) Selama bekerja gunakan peralatan K3 dengan benar.

5.3.5. Gambar Kerja


Jika pola jaringan pada praktek sebelumnya digunakan, maka praktek
pembuatan jaringan dan perencanaan saluran adalh sebagai berikut :

1
6

3
2
5
4 7
8
Gambar 5.3g. Pola Jaringan Saluran Drainase

78
Gambar detail contoh perhitunga diatas adalah sebagai berikut :

Sal. 1-3

Sal. 2-3

Gambar 3.3h. Dasar Saluran di Titik 3 dari Saluran 1-3


sama dengan Saluran 2-3

Sal. 1-3

Sal. 2-3

Gambar 3.3i. Dasar Saluran di Titik 3 dari Saluran 1-3


lebih rendah Saluran 2-3

Sal. 1-3

Sal. 2-3

Gambar 3.3j. Dasar Saluran di Titik 3 dari Saluran 1-3


lebih tinggi Saluran 2-3 ( SALAH )

79
5.4. Praktek Pemasangan Saluran Buis Beton/ Pracetak
5.4.1. Saluran Beton Pracetak
Penggunaan beton pracetak sebagai saluran sangat popular, karena
cukup kuat dan praktis dalam pemasangannya. Dimensi beton pracetak atau
disebut juga buis beton, dipasaran bentuk dan ukuran sangat bervariasi.
Saluran menggunakan buis beton juga sering dipadukan dengan
pasangan bata atau ferosemen, terutama bentuk setengah lingkaran, sehingga
untuk saluran drainase perumahan sangat cocok.

Pas. Bata

Buis Beton

Gambar 5.4a. Kombinasi Saluran Buis Beton dan Pasangan Bata

5.4.2. Tujuan Praktek


1) Mengetahui tahapan pemasangan dan melakukan pemasangan saluran
beton pracetak sesuai kemiringan saluran
2) Mengetahui konstruksi perletakan pemasangan saluran beton pracetak
3) Melakukan pengetesan kemiringan dan kebocoran pada saluran beton
pracetak
5.4.3. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktek ini :
1) Buis beton diameter 20 – 30 cm
2) Batu Bata
3) Pasir
4) Kapur
5) Air
6) Benang
Alat yang digunakan dalam praktek ini :
1) Cankul
2) Sekop

80
3) Sendok spesi
4) Bak spesi
5) Ember
6) Selang air
7) Meteran

5.4.4. Instruksi Kerja


1) Pilih buis beton yang baik, tidak ada retak dan tidak lubang
2) Buatlah adukan spesi (semen dan pasir) sesuai dengan campuran yang
ditentukan
3) Padatkan dan ratakan dasar saluran yang telah digali, jika terdapat sisa
akar atau bahan organik lainnya harus diambil.
4) Letakkan urugan pasir pada saluran setebal + 10 cm disepanjang
saluran secara merata
5) Letakkan buis beton diatas urugan pasir secara berurutan dari awal
saluran sampai akhir saluran
6) Pada tiap bagian sambungan antar buis beton berikan adukan spesi
pada bagian bawah, samping dan di sela-sela sambungan
7) Letakkan urugan tanah pada bagian samping kiri dan kanan saluran
buis beton, sampai kondisinya stabil.
8) Setelah adukan spesi pada tiap sambungan kering, lakukan pengujian
pada saluran buis beton tersebut dengan mengalirkan air diatasnya.
Jika pada bagian saluran terdapat genangan hal ini menunjukkan
adanya penurunan pada bagian dasarnya.
9) Letakkan peralatan pada tempatnya saat istirahat dan simpanlah sisa
bahan dan peralatan pada gudang jika pekerjaan telah selesai.
10) Selama bekerja gunakan peralatan K3 dengan benar.

81
5.4.5. Gambar Kerja

Buis beton

Pasir Urug + 10 cm

Potongan Melintang Saluran


Gambar 5.4b. Urugan Pasir di bawah Saluran Buis Beton

Spesi pada sambungan

Buis Beton

Pasir Urug + 10 cm

Tampak Samping
Gambar 5.4c. Sambungan antar Buis Beton

82
5.5. Praktek Pemasangan Gorong-Gorong
5.5.1. Bangunan Gorong-Gorong
Gorong-gorong merupakan bangunan pelengkap pada jaringan
drainase yang banyak ditemui di drainase perkotaan. Bangunan drainase
dipasang pada saluran yang melintasi jalan. Disain gorong-gorong
disesuaikan dengan kondisi lokasi yang akan dipasang gorong-gorong yaitu
bentuk, kemiringan dan kondisi lubang inlet.
Bahan gorong-gorong dapat berupa beton pracetak atau beton cor
insitu atau kombinasi keduanya. Konstruksi gorong-gorong didesain lebih
kuat dari saluran, karena pertimbangan perawatan dan nilai usia pakainya.
Bangunan gorong-gorong sebaiknya dibagian hulunya dibuatkan saringan
sebagi penyaring sampah untuk menghindari penyumbatan dan ruang inlet
untuk sebagai penstabil aliran.

Ruang Inlet Gorong-gorong

Saluran Pagar Saluran


Saringan Jalan

Gambar 5.5a. Denah Bangunan Gorong-Gorong

5.5.2. Tujuan Praktek


1) Melaksanakan pekerjaan bangunan gorong-gorong dengan benar
2) Menggunakan peralatan kren tangan untuk menurunkan gorong-
gorong beton pracetak
3) Menyambung gorong-gorong beton pracetak

5.5.3. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada pekerjaan Gorong-gorong adalah :
1) Gorong-gorong beton pracetak
2) Pasir

83
3) Kapur
4) Batu Bata
5) Saringan Besi
6) Benang
Alat yang digunakan pada pekerjaan Gorong-gorong adalah :
1) Kren manual
2) Kaki tiga pengait kren manual
3) Cangkul
4) Sendok Spesi
5) Skop/ Lempak
6) Kayu : Papan 2/20 dan Usuk 4/6
7) Paku 1 – 2”
8) Boning Rod
9) Selang air
10) Meteran

5.5.4. Instruksi Kerja


1) Buatlah bowplank pada lokasi yang akan dipasang gorong-gorong
2) Lakukan pekerjaan galian sesuai kemiringan yang direncanakan
3) Letakkan urugan pasir diatas tanah galian gorong-gorong
4) Latakkan gorong-gorong diatas urugan pasir secara berurutan
menggunakan kren manual
5) Berikan spesi di tiap sambungan gorong-gorong diseluruh sambungan
dengan benar
6) Jika spessi pada sambungan telah kering, letakkan urugan tanah
kembali pada bagian samping dan atas gorong-gorong dengan
ketinggian sesuai dengan elevasi muka jalan.
7) Letakkan peralatan pada tempatnya saat istirahat dan simpanlah sisa
bahan dan peralatan pada gudang jika pekerjaan telah selesai.
8) Selama bekerja gunakan peralatan K3 dengan benar.

84
5.5.5. Gambar Kerja

II II

I
Gambar 5.5b. T. Atas Bangunan Gorong-Gorong

Gorong-gorong

Pasir Urug + 10 cm

Gambar 5.5b. Potongan I-I Bangunan Gorong-Gorong


Spesi

Gorong-gorong

Pasir Urug + 10 cm

Gambar 5.5b. Potongan II-II Bangunan Gorong-Gorong

Gorong-gorong

Pasir Urug + 10 cm

85
5.6. Praktek Turap
5.6.1. Bangunan Turap
Bangunan turap merupakan bangunan sementara untuk pekerjaan
drainase, yaitu pekerjaan galian tanah yang tegak lurus, tanpa talud yang
berpotensi adanya kelongsoran tanah. Konstruksi turap terbuat dari bahan
kayu, baja atau beton, sesuai dengan skala pekerjaan galian yang akan
dikerjakan.
Untuk galian yang lebih dari 1 meter sebaiknya menggunakan turap,
kerena dimungkinkan akan terjadi longsor pada diding akibat beban yang ada
disekitarnya.

5.6.2. Tujuan Praktek


1) Memasang turap kaayu pada galian tanah sesuai dengan prosedur
yang benar
2) Menerapkan K3 dalam pekerjaan turap kayu pada galian tanah
3) Mengetahui secara langsung fungsi dan manfaat turap pada pekerjaan
galian

5.6.3. Bahan dan Alat


Bahan yang dibutuhkan pada pekerjaan turap adalah:
1) Kayu 5/7, 6/10 dan 8/12
2) Papan 3/30
3) Paku 1” – 2”
4) Benang
Alat yang digunakan pada pekerjaan turap adalah :
1) Palu 5 – 10 Kg
2) Meteran
3) Gergaji Kayu
4) Pensil
5) Tangga

5.6.4. Instruksi Kerja


1) Persiapkan Alat dan bahan yang akan digunakan

86
2) Potonglah kayu sesuai dengan gambar kerja
3) Pasang papan kayu secara berurutan pada bidang galian tanah
4) Pasang balok kayu arah melintang diatas papan kayu pada bagian
bawah, atas dan atau tengah
5) Pasang skur penahan antara balok kayu yang telah terpasang
6) Atur jarak skur kayu dengan lebar minimal pekerja bisa masuk dengan
leluasa
7) Letakkan peralatan pada tempatnya saat istirahat dan simpanlah sisa
bahan dan peralatan pada gudang jika pekerjaan telah selesai.
8) Selama bekerja gunakan peralatan K3 dengan benar.

5.6.5. Gambar Kerja

Tanah Bekas Galian


Min. 0,30

Pada Kondisi Tanah :

Labil/mudah longsor.
Muka Air Tanah tinggi.
Sangat dekat bangunan/ gedung.
Tepi jalan padat lalu-lintas.

Gambar 5.6a. Potongan Melintang Turap Saluran

87
Usuk/Balok

Kloss/Ka
yu

Paku/Skrup.Mur-Baut

Pipa Baja
Balok Penahan Papan
Turap

Gambar 5.6b. Potongan Melintang tipe-tipa Turap Saluran

88
5.7. Praktek Pengenalan Bangunan Septiktank
5.7.1. Bangunan Septiktank
Berbagai macam bangunan pengolah limbah telah dibuat oleh manusia,
baik pengolah limbah cair maupun limbah padat. Bangunan pengolah limbah
dapat dibuat didalam ruangan maupun diluar ruangan. Limbah padat maupun
limbah cair biasanya dihasilkan oleh rumah tangga maupun industri menurut
tempatnya, yang umumnya kesemuanya itu oleh karena akibat aktivitas
manusia.
1. Kakus Sumuran (Jumbleng)
Bangunan ini digunakan untuk membuang limbah padat manusia
(faeces). Pada umumnya dibangun pada daerah dimana lahan yang digunakan
masih cukup luas, misalnya di pedesaan, dan pada lingkungan yang relatif
belum cukup memperhatikan lingkungannya, dan dianggap konstruksi relatif
lebih murah dibandingkan dengan tangki septik.
Bentuk bangunannya yaitu tanah digali menyerupai sumuran sedalam 2 –
6 meter (dasarnya masih diatas permukaan air tanah yaitu 2 – 6 meter
tergantung kondisi tanah setempat, agar tidak mencemari air tanah).
Sedalam 1 – 2 meter dari permukaan tanah, dibuat pasangan batu bata
setebal satu batu dengan spesi kedap air, agar muka tanah tidak mudah
longsor. Konstruksi tersebut dapat bertahan (digunakan) sampai 10 tahun
pada suatu rumah tangga dengan 6 jiwa, dengan ukuran sumuran  1 meter
dengan kedalaman 8 meter. Setelah penuh, limbah padat dapat dikuras atau
dibuatkan sumuran baru didekatnya (jarak sumuran baru dengan sumuran
lama tergantung jenis tanah dan kepadatan/kestabilannya).

89
Pipa
Ventilasi Plat Beton
Bertulang
Pasangan Kedap Air
Buangan
Dari Kloset

A A

Potongan A -
A

2–6
meter
Muka Air
Tanah

Gambar 5.7a. Bangunan Kakus Sumuran

2. Tanki Septik (Septictank).

Bangunan ini banyak digunakan, baik di kota-kota, kota kabupaten, maupun


di kota kecamatan, bahkan mulai merambah di desa-desa. Tangki septik dapat
dibangun pada lahan yang tidak terlalu luas, bahkan dapat dibangun didalam
ruangan, misalnya dibawah lantai dapur, ruang keluarga bahkan dibawah ruang
tamu. Hanya saja bangunan ini memerlukan peresapan untuk membuang
kelebihan air yang ada dalam tangki septik, jika kelebihan air tersebut tidak
dialirkan ke saluran drainase kota.
Peresapan dapat berupa peresapan sumuran, jika muka air tanah rendah atau
peresapan lapangan jika memungkinkan tersedia lahan yang cukup.
Pada daerah perkotaan yang padat penduduknya dan muka air tanah cukup
tinggi, kelebihan air dari tangki septik dapat dialirkan menuju drainase kota yang
kemudian dialirkan menuju Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).
Pada daerah perkotaan termasuk kota-kota baru / kota satelit, pengolaan
limbah domestik dapat dilakukan secara terpusat, sehingga setiap rumah tidak
perlu membuat tangki septik, cukup limbah yang dihasilkan diolah secara

90
terpusat dan profesional, sehingga air tanah pada lingkungan tersebut tidak
tercemar.
Bilamana pada setiap rumah, limbah domestik dialirkan menuju drainase
kota, seyogyanya pemerintah kota dapat membuat kebijaksanaan menyediakan
meteran dan detektor air limbah yang dipasang pada saluran outlet rumah
tangga, dimana biaya pembuangan limbah domestik dapat ditentukan dengan
jumlah limbah yang dibuang dan kandungan kimianya termasuk bahan-bahan
toksik (beracun) untuk menutupi biaya operasional Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL) yang dimiliki pemerintah kota.

Tutup Kontrol Pipa Ventilasi

D
A B C

Gambar 5.7b. Bangunan Tangki Septik (Septicktank)

Tabel : Ukuran Tangki Septik.

KAPASITAS (LITER) UKURAN (METER)


A B C D
2.000 2,40 - 0,80 1,00
3.000 2,50 1,20 0,80 1,00
4.000 2,60 1,40 1,00 1,00
5.000 2,60 1,40 1,00 1,25
10.000 3,00 1,50 1,50 1,50
15.000 3,50 1,75 1,75 1,65
20.000 3,80 1,90 2,00 1,80

91
Tabel : Perhitungan Pendekatan Kapasitas Tangki Septik.

KAPASITAS TANGKI SEPTIK (LITER)= TANGKI


ASAL SUMBER LUMPUR + TANGKI BUANGAN CAIRAN
(HARIAN)
Asumsi : Minimal 5 Orang / Rumah
RUMAH TANGGA 1500 Liter + 50 Liter / Orang
Buangan dari W.C
Buangan dari W.C & Dapur 1800 Liter + 80 Liter / Orang
Seluruh Air Buangan
2000 Liter + 200 Liter / Orang
Rumah Susun & Daerah
2000 Liter + 200 Liter / Orang
Pemukiman
3000 Liter +7 50 Liter / Pasien/Bed
Rumah Sakit
Termasuk Buangan Dari Cucian
3000 Liter + 200 Liter / Tamu
Hotel & Motel
Jika tersedia Café + 5 Liter / Tamu
Perkemahan 2000 Liter + 500 Liter / Petak
2000 Liter + 50 Liter / Pegawai
Pabrik & Perkantoran
Jika tersedia kamar mandi + 50 Liter / Pegawai
Sekolahan 2000 Liter + 20 Liter / Orang
Restoran 2000 Liter + 15 Liter / Orang
Tempat Pemandian 2000 Liter + 10 Liter / Pengunjung
Bangunan Umum & Daerah
2000 Liter + 5 Liter / Orang
Rekreasi

3. Peresapan
Air buangan dari tangki septik dapat dialirkan menuju pipa saluran drainase
primer atau menuju ke peresapan.
Peresapan dapat dibuat bentuk sumuran atau bentuk lapangan. Peresapan
sumuran dapat dibuat pada lokasi dimana kondisi muka air tanah rendah,
misalnya sedalam 7 meter dari muka tanah. Untuk Muka air tanah sedalam
kurang dari 2 meter, sebaiknya menggunakan peresapan lapangan.
Peresapan lapangan dapat dibuat berbagai macam bentuk yang tergantung
dari tersedianya dana dan luas lahan (tanah) yang tersedia. Jika lahan untuk
peresapan cukup luas, peresapan lapangan dapat dibuat 2, 3 atau 4 lajur. Jika
lahan sempit, cukup dibuat 1 lajur saja.
Bahan pipa untuk peresapan lapangan, dapat dibuat dari pipa PVC/UPVC,
pipa beton atau pipa tanah liat lokal/pabrik. Tetapi untuk pipa-pipa tersebut
sebaiknya berbentuk pervorasi (berlubang-lubang) yang berfungsi untuk
menyebarkan aliran air buangan kesegala arah. Jika tidak didapat pipa bentuk
pervorasi, untuk pipa beton maupun pipa tanah liat, maka penyambungan pipa
tersebut tanpa spesi (adukan), cukup ditutup dengan batu bata. Sedangkan untuk
pipa PVC/UPVC dapat dibuatkan lubang-lubang.

92
Pipa
Ventilasi
Plat Beton
Bertulang
Pasangan Kedap Air
Buangan Dari
Tangki Septik
A A

Aanstamping

PERESAP SUMURAN Potongan A - A

PERESAP LAPANGAN

Bak
Kontrol

Aliran dari Tangki Septik Pipa


Tampak Samping
Peresap

1 Lajur

2 Lajur

3 Lajur

3 Lajur

Tampak Atas
Gambar 5.7c. Tipe-tipe Jaringan Peresapan

93
PIPA PERESAP LAPANGAN

Tanah Urug

Pipa Tanah Liat Pervorasi


Selubung Ijuk / Sabut Kelapa Potongan A - A
Pasir dan Kerikil
A
Pipa Peresap Tanah Liat Pervorasi

Tanah
Urug

Pipa PVC / UPVC


Selubung Ijuk / Sabut Kelapa Potongan B - B
Pasir dan Kerikil
B
Pipa Peresap PVC / UPVC Pervorasi

Tanah
Urug

Pipa Beton
Selubung Ijuk / Sabut Kelapa Potongan C - C
Pasir dan Kerikil
C
Peresap Pipa Beton

Gambar 5. 7c. Tipe Pipa Peresap Lapangan

94
A

Tanah Urug

Pipa Tanah Liat Pervorasi


Selubung Ijuk / Sabut Kelapa Potongan A - A
Pasir dan Kerikil
A
Gambar 5.7d. Pipa Peresap Tanah Liat
Pervorasi

5.7.2. Tujuan Praktek


1) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian bangunan pengolah limbah
sederhana
2) Mahasiswa dapat menjelaskan sistem pengolah limbah cair ramah
lingkungan
3) Mahasiswa dapat menjelaskan lokasi bangunan pengolah limbah ayng
akan dibangun
4) Mahasiswa dapat mendimensi, menentukan dan merancang pengolah
limbah cair sederhana.

5.7.3. Instruksi Kerja


1) Rencanakan desain septiktank kawasan perumahan dengan tipe rumah
45, 70 dan 180
2) Rencanakan layout tata letak septiktank yang sebaiknya pada tiap tipe
rumah tersebut.
3) Sebutkan bagian-baian yang ada pada bangunan septiktank.

95

Anda mungkin juga menyukai