Anda di halaman 1dari 24

LI BLOK 17 LBM 5

1. Prinsip pembuatan konsep konsul ke dokter spesialis?

1. Sistem Rujukan
Merujuk berarti melihat untuk meneliti (KBBI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi ketiga, cetakan 1, Balai Pustaka, Jakarta, 2001 dari
Departemen Pendidikan Nasional). Dalam istilah kedokteran, merujuk juga
disebut sebagai konsultasi yang berarti meminta pendapat untuk mengambil
suatu keputusan (Microsoft® Encarta® Reference Library 2005). Pasien
perlu memahami sistem rujukan dalam memperoleh pelayanan medis agar
dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Sistem rujukan dapat dilihat dari
perujukan antar dokter pemberi layanan, dapat pula perujukan antar sarana
pelayanan kesehatan. Perujukan dapat dilakukan dari bawah ke atas, dan
dapat pula dilakukan dari atas ke bawah, atau ke samping.

Kompetensi atau kemampuan dokter dan dokter gigi berjenjang dan


berjurusan sesuai bidang spesialisasi, sehingga akibatnya pada tiap jenjang
dan tiap spesialisasi akan memiliki keterbatasan kompetensi. Dokter dapat
merujuk ke dokter spesialis, demikian pula sebaliknya. Dokter spesialis yang
satu dapat merujuk ke spesialis lainnya, demikian pula sebaliknya.

Sistem rujukan sebagaimana ditemukan pada tingkat dokter ke dokter


spesialis atau dari dokter gigi ke dokter gigi spesialis juga ditemukan pada
tingkat dokter spesialis ke dokter spesialis konsultan atau subspesialis.

Di dalam sistem rujukan yang baik, pasien yang mencari pengobatan


sebaiknya memulainya dari sarana pelayanan kesehatan primer
(Puskesmas, Poli Umum di rumah sakit, atau tempat praktik dokter). Pada
umumnya, penyakit yang tidak sulit akan dapat diatasi di tingkat pelayanan
kesehatan primer tersebut. Apabila diperlukan, baik atas inisiatif pemberi
layanan ataupun permintaan pasien dan kemudian disetujui keduanya, yaitu
apabila pemberi layanan merasa tidak mampu menangani pasien lebih lanjut
atau apabila penanganan belum menunjukkan hasil yang diharapkan, maka
pasien dapat dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
(rumah sakit atau dokter spesialis) atau ke dokter spesialis lain yang lebih
tepat.

Perujukan membutuhkan adanya surat pengantar dari dokter yang merujuk


yang berisi informasi kesehatan pasien dan penanganannya hingga saat
perujukan. Informasi tersebut sangat berguna bagi dokter yang menerima
rujukan agar penanganan pasien dapat berlanjut dengan efektif dan efisien.
Dalam keadaan tertentu, seperti pada keadaan darurat medis atau
kekambuhan penyakit yang sebelumnya sudah diketahui, pasien dapat saja
langsung mencari pertolongan medis ke rumah sakit atau ke dokter spesialis
yang sudah dikenalnya atau yang selama ini menanganinya.

Dilihat dari segi pelayanan gigi, pemahaman sistem rujukan akan membantu
mendapatkan pelayanan medis gigi yang efisien dan efektif.

Tingkatan sarana berdasarkan kemampuan pelayanan


1) Puskesmas mempunyai kemampuan pelayanan medis gigi dasar tidak lengkap
2) Rumah sakit tipe D mempunyai kemampuan pelayanan medis gigi dasar lengkap
3) Rumah sakit tipe C mempunyai kemampuan pelayanan medis gigi dasar lengkap
ditambah dengan 1 atau 2 pelayanan medis gigi spesialistik
4) Rumah sakit tipe B mempunyai kemampuan pelayanan medis gigi dasar lengkap
ditambah dengan 4 pelayanan medis gigi spesialistik.
5) Rumah sakit tipe A mempunyai kemampuan pelayanan medis gigi dasar lengkap
dengan 7 pelayanan medis gigi spesialistik.

Dalam kedokteran rujukan bersifat dinamis, sesuai perkembangan penyakit


pasien. Tergantung atas tingkat keahliannya, rujukan bisa dilakukan vertikal
(v) atau horizontal (h). Rujukan dokter ke dokter spesialis adalah vertikal ke atas
(v↑). Dari dokter subspesialis ke dokter spesialis adalah vertikal ke bawah (v↓).
Antara sesama tingkat keahlian, horizontal (h). Rujukan dapat dilakukan untuk
meminta pendapat banding, pengobatan bersama, pengambilalihan pengobatan
atau pengembalian pasien.

Lazimnya rujukan yang dilakukan sesuai dengan tahapan dapat mencegah


terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Perujukan dapat dilakukan dengan
cara mendatangkan dokter yang diperlukan ke tempat pasien dirawat, atau
dengan cara mengirimkan pasien ke dokter yang diperlukan. Cara pertama
umumnya ditujukan bagi pasien yang dalam keadaan lemah dan tidak stabil
keadaan kesehatannya. Cara kedua dilakukan pada keadaan pasien yang
relatif cukup kuat sehingga bisa bergerak sendiri ke dokter yang diperlukan
(rawat jalan) atau pasien yang lemah (rawat inap) tetapi cukup stabil
keadaan kesehatannya sehingga dapat dipindahkan tanpa membahayakan
keadaan pasien.
Perujukan tidak dapat dilakukan apabila dokter/dokter gigi atau sarana
pelayanan kesehatan yang diperlukan tidak tersedia dalam jarak jangkauan,
atau apabila pasien tidak menghendakinya.

Pasien dapat memilih dokter/dokter gigi sesuai kebutuhannya. Berikut adalah


hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih dokter/dokter gigi atau ketika
dirujuk:

a. Jangan berobat ke dokter yang tidak mempunyai waktu untuk memberikan


informasi yang cukup karena terlalu banyak pasiennya atau memang tidak
terbiasa dan tidak bersedia memberikan informasi. Dalam memanfaatkan
pelayanan medis oleh dokter/dokter gigi, pasien hendaknya tetap
memperhatikan kemampuan dokter/dokter gigi dalam memberikannya.
Pasien harus memahami terlebih dulu, apa yang diharapkannya. Kalau
pasien ingin dapat berkomunikasi lebih dalam tentunya ia tidak bisa
memilih berobat ke dokter yang sangat banyak pasiennya. Keterbatasan
waktu dalam menangani pasien seringkali membuat dokter/dokter gigi
hanya memeriksa dan mungkin menuliskan resep saja, tak cukup waktu
untuk mendengarkan keluhan pasien dan menjelaskan cara minum obat
atau tindakan medis lainnya yang mungkin diperlukan.
b. Kalau dokter merujuk langsung ke dokter spesialis konsultan ataupun rumah
sakit rujukan atas (gol B, A atau Pendidikan), pasien dapat menanyakan
alasannya dan berbagai kemungkinan yang akan dialami dalam proses
rujukan tersebut. Pasien juga dapat meminta penjelasan tentang keahlian
dokter spesialis yang dituju dalam rujukan.
c. Adakalanya dokter merujuk dengan maksud memperoleh pendapat
banding. Pasien dapat meminta penjelasan tentang hal ini.
d. Pilihan pertama untuk penyakit yang tidak bersifat darurat adalah
dokter/dokter gigi (umum), baik di tempat praktik pribadi maupun
Puskesmas. Pasien diharapkan tidak lupa mempertimbangkan kemampuan
ekonominya dalam memanfaatkan pelayanan medis yang diberikan oleh
dokter/dokter gigi. Berdasarkan pemeriksaan dan perkembangan kondisi
kesehatannya, pasien dapat dirujuk ke dokter/dokter gigi dengan keahlian
khusus, sesuai kebutuhannya.
e. Pemahaman prosedur pengobatan perlu ditanyakan terlebih dulu agar bisa
efisien.
f. Penanganan kasus kegawatdaruratan hendaknya langsung dimintakan dari
Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit, atau kalau tidak ada bisa dibawa ke
Puskesmas. Pasien dan atau keluarganya dapat meminta penjelasan
mengenai kondisi kegawatdaruratan yang dialami, berapa lama dalam
kondisi tersebut, tindakan medis yang dilakukan, dan perawatan
sesudahnya. Derajat kegawatdaruratan biasanya dapat diketahui
berdasarkan tempat perawatannya. Bila
pasien memerlukan pengambilalihan pernafasan, ia akan dirawat di ruang rawat
intensif (ICU); bila memerlukan perhatian khusus, dirawat di ruang khusus yang
biasa disebut high care atau intermediate ward (IW). Apabila keadaan darurat
sudah teratasi, pasien bisa dirawat di ruang biasa. Dengan demikian pasien
aman untuk dipindahkan ke rumah sakit yang lebih sesuai dengan
kemampuannya membiayai. Jadi, penting sekali untuk membicarakan tentang
lamanya perawatan kedaruratan dan pemulihan karena berkaitan dengan
pembiayaannya.

g. Pasien dapat mempertimbangkan rujukan lain yang dipilihnya sendiri kalau ia meragukan
atau tidak puas dengan hasil pelayanan medis yang diterimanya.
[KEMITRAAN DALAM HUBUNGAN DOKTER–PASIEN. KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA.Indonesian Medical Council Jakarta
2006]

2. Berapa nilai normal glukosa darah ?

Glukosa Darah

Definisi

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari karbohidrat dalam

makanan dan dapat disimpan dalam bentuk glikogen di dalam hati dan otot rangka (Joyce,

2007). Energi sebagian besar berfungsi untuk kebutuhan sel dan jaringan yang berasal dari

glukosa. Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa, secara normal

kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi 170mg/dl. Banyak hormon yang

berperan dalam mempertahankan glukosa darah. Pengukuran glukosa darah dapat dilakukan

untuk memantau mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan berlebihan kadar glukosa darah

dari normal baik tinggi maupun rendah, maka terjadi gangguan homeostatis yang dapat

berhubungan dengan hormon (Sacher A, 2004).

Metabolisme

Metabolisme merupakan segala proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh. Proses yang

lengkap dan komplit sangat terkoordinatif melibatkan banyak enzim di dalamnya, sehingga

terjadi pertukaran bahan dan energi. Adapun metabolisme yang terjadi dalam tubuh yang

mempengaruhi kadar gula darah, yaitu :

1. Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat bertanggung jawab atas sebagian intake makanan sehari-hari, dan

sebagian besar karbohidrat akan diubah menjadi lemak. Fungsi karbohidrat

dalam metabolisme adalah untuk bahan bakar oksidasi dan menyediakan energi

untuk proses-proses metabolisme lainnya (Ganong, 2008).

Karbohidrat dalam makanan terdir i dari polimer- polimer penting yaitu glukosa,

laktosa, fruktosa dan galaktosa. Kebanyakan monosakarida dalam tubuh berada

dalam bentuk D-isomer. Hasil utama metabolisme karbohidrat adalah glukosa

(Ganong, 2008).

2. Metabolisme gula darah


Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk ke dalam aliran darah

masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi

menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam

sel tubuh yang memerlukannya terutama otak. Kadar gula darah dikendalikan

oleh suatu hormon insulin yang berasal dari sekresi sel beta pankreas, jika

hormon insulin kurang maka gula darah akan menumpuk dalam sirkulasi darah

sehingga glukosa darah meningkat. Bila kadar glukosa darah meninggi hingga

melebihi ambang batas ginjal, maka glukosa darah akan keluar bersama dengan

urin (glukosuria) (Depkes RI, 2008).

Macam-macam Pemeriksaan Glukosa Darah

Berdasarkan Depkes RI ada beberapa macam pemeriksaan glukosa darah yang dapat dilakukan,

yaitu :

a) Glukosa Darah Sewaktu

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa

memperhatikan makan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut.

b) Glukosa Darah puasa

Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan setelah pasien
melakukan puasa selama 8-10 jam.

c) Glukosa Darah 2 jam Post prandial


Pemeriksaan glukosa ini adalah pemeriksaan glukosa yang dihitung 2 jam setelah

pasien menyelesaikan makan.

Tabel 1. Konsentrasi Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa

Bukan DM Belum pasti DM DM

Konsentrasi Plasma vena <100 100-199 ≥200


glukosa darah
sewaktu Darah kapiler <90 90-199 ≥200

Plasma vena <100 100-126 ≥126


Konsentrasi
glukosa darah Darah kapiler <90 90-99 ≥100
puasa

[Depkes RI., 2008. Diabetes Mellitus Ancaman Umat Manusia di Dunia. ]

3. Apa fungsi obat glibenclamid dan mekanisme kerja obat ?

1. PENGGOLONGAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi


menjadi 3 golongan, yaitu:

a) Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat hipoglikemik oral


golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan turunan fenilalanin).

b) Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap


insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion,
yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
c) Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase yang
bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk
mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia). Disebut
juga “starch-blocker”.
Dalam tabel 8 disajikan beberapa golongan senyawa hipoglikemik oral beserta mekanisme
kerjanya.

Tabel 8. Penggolongan obat hipoglikemik oral

Golongan Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

Sulfonilurea Gliburida/Glibenklamida Merangsang sekresi insulin di kelenjar


Glipizida pankreas, sehingga hanya efektif pada
penderita diabetes yang sel-sel 
Glikazida
pankreasnya masih
Glimepirida
Glikuidon berfungsi dengan baik
Meglitinida Repaglinide Merangsang sekresi insulin di

kelenjar pankreas

Turunan Nateglinide Meningkatkan kecepatan sintesis

fenilalanin insulin oleh pankreas

Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar),


menurunkan produksi glukosa hati.
Tidak merangsang sekresi insulin

oleh kelenjar pankreas.


Tiazolidindion Rosiglitazone Meningkatkan kepekaan tubuh
Troglitazone Pioglitazone terhadap insulin. Berikatan dengan
PPAR peroxisome proliferator
activated receptor-gamma) di otot,
jaringan lemak, dan hati untuk

menurunkan resistensi insulin


Inhibitor α- Acarbose Miglitol Menghambat kerja enzim-enzim
glukosidase pencenaan yang mencerna
karbohidrat, sehingga memperlambat
absorpsi glukosa ke

dalam darah
Golongan Sulfonilurea

Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan. Sampai


beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir semua obat hipoglikemik oral
merupakan golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea
merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes dewasa baru
dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis
sebelumnya. Senyawa-senyawa sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada
penderita gangguan hati, ginjal dan tiroid.
Obat-obat kelompok ini bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar
pancreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel  Langerhans pankreas masih
dapat berproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian
senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh
kelenjar pancreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh
glukosa, karena ternyata pada saat glukosa (atau kondisi hiperglikemia) gagal
merangsang sekresi insulin, senyawa-senyawa obat ini masih mampu meningkatkan
sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-obat golongan sulfonilurea sangat bermanfaat
untuk penderita diabetes yang kelenjar pankreasnya masih mampu memproduksi
insulin, tetapi karena sesuatu hal terhambat sekresinya. Pada penderita dengan
kerusakan sel-sel  Langerhans kelenjar pancreas, pemberian obat-obat
hipoglikemik oral golongan sulfonilurea tidak bermanfaat. Pada dosis tinggi,
sulfonilurea menghambat degradasi insulin oleh hati.
Absorpsi senyawa-senyawa sulfonilurea melalui usus cukup baik, sehingga
dapat diberikan per oral. Setelah diabsorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan
ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin (70-
90%).
Efek Samping (Handoko dan Suharto, 1995; IONI, 2000)

Efek samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya ringan


dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan
susunan syaraf pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut,
hipersekresi asam lambung dan sakit kepala. Gangguan susunan
syaraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya. Gejala
hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulosistosis dan anemia
aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamida dapat meningkatkan ADH
(Antidiuretik Hormon). Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak tepat atau diet
terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia.
Hipogikemia sering diakibatkan oleh obat-obat hipoglikemik oral dengan masa kerja
panjang.

Interaksi Obat (Handoko dan Suharto, 1995; IONI, 2000)

Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan obat-obat sulfonilurea, sehingga


risiko terjadinya hipoglikemia harus diwaspadai. Obat atau senyawa- senyawa yang
dapat meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu pemberian obat-obat hipoglikemik
sulfonilurea antara lain: alkohol, insulin, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar,
fenilbutazon, oksifenbutazon, probenezida, dikumarol, kloramfenikol, penghambat
MAO (Mono Amin Oksigenase), guanetidin, steroida anabolik, fenfluramin, dan
klofibrat.
Peringatan dan Kontraindikasi (IONI, 2000 dan )

 Penggunaan obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea harus hati- hati


pada pasien usia lanjut, wanita hamil, pasien dengan gangguan fungsi hati, dan
atau gangguan fungsi ginjal. Klorpropamida dan glibenklamida tidak disarankan
untuk pasien usia lanjut dan pasien insufisiensi ginjal. Untuk pasien dengan
gangguan fungsi ginjal masih dapat digunakan glikuidon, gliklazida, atau
tolbutamida yang kerjanya singkat.
 Wanita hamil dan menyusui, porfiria, dan ketoasidosis merupakan kontra
indikasi bagi sulfonilurea.
 Tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita diabetes
yuvenil, penderita yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, dan diabetes
melitus berat.
 Obat-obat golongan sulfonilurea cenderung meningkatkan berat badan.

Ada beberapa senyawa obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea yang


saat ini beredar (Tabel 9). Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea generasi
pertama yang dipasarkan sebelum 1984 dan sekarang sudah hampir
tidak dipergunakan lagi antara lain asetoheksamida, klorpropamida, tolazamida dan
tolbutamida. Yang saat ini beredar adalah obat hipoglikemik oral golongan
sulfonilurea generasi kedua yang dipasarkan setelah 1984, antara lain gliburida
(glibenklamida), glipizida, glikazida, glimepirida, dan glikuidon. Senyawa-senyawa ini
umumnya tidak terlalu berbeda efektivitasnya, namun berbeda dalam
farmakokinetikanya, yang harus dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan
obat yang cocok untuk masing-masing pasien dikaitkan dengan kondisi kesehatan
dan terapi lain yang tengah dijalani pasien.

TABEL 9. OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL GOLONGAN SULFONILUREA

Obat Hipoglikemik Oral Keterangan

Memiliki efek hipoglikemik yang poten sehingga


pasien perlu diingatkan untuk melakukan jadwal
Gliburida
makan yang ketat. Gliburida dimetabolisme
(Glibenklamida)
dalam hati, hanya 25% metabolit diekskresi
melalui ginjal, sebagian besar diekskresi melalui
empedu dan dikeluarkan bersama tinja. Gliburida
Contoh Sediaan: efektif dengan pemberian dosis tunggal. Bila
▪ Glibenclamide (generik) pemberian dihentikan, obat akan bersih keluar
▪ Abenon (Heroic) dari serum setelah 36 jam. Diperkirakan
▪ Clamega (Emba mempunyai efek terhadap agregasi trombosit.
Megafarma) Dalam batas-batas tertentu masih dapat diberikan
pada beberapa pasien dengan kelainan fungsi hati
▪ Condiabet (Armoxindo)
dan ginjal. (Handoko dan Suharto, 1995;
▪ Daonil (Aventis) Soegondo, 1995b).
▪ Diacella (Rocella)

▪ Euglucon (Boehringer
Mannheim, Phapros)

▪ Fimediab (First Medipharma)

▪ Glidanil (Mersi)
▪ Gluconic (Nicholas)

▪ Glimel (Merck)

▪ Hisacha (Yekatria Farma)

▪ Latibet (Ifars)
▪ Libronil (Hexpharm Jaya)

▪ Prodiabet (Bernofarm)

▪ Prodiamel (Corsa)

▪ Renabetic (Fahrenheit)

▪ Semi Euglucon (Phapros,


Boeh. Mannheim)

▪ Tiabet (Tunggal IA)

Mempunyai masa kerja yang lebih lama


dibandingkan dengan glibenklamid tetapi lebih
Glipizida
pendek dari pada klorpropamid. Kekuatan
hipoglikemiknya jauh lebih besar dibandingkan
dengan tolbutamida. Mempunyai efek menekan
Contoh Sediaan:
produksi glukosa hati dan meningkatkan jumlah
▪ Aldiab (Merck)
reseptor insulin. Glipizida diabsorpsi lengkap
▪ Glucotrol (Pfizer)
sesudah pemberian per oral dan dengan cepat
▪ Glyzid (Sunthi Sepuri) dimetabolisme dalam hati menjadi metabolit
▪ Minidiab (Kalbe Farma) yang tidak aktif. Metabolit dan kira-kira 10%
▪ Glucotrol glipizida utuh diekskresikan melalui ginjal
(Handoko dan Suharto, 1995; Soegondo,

1995b).

Mempunyai efek hipoglikemik sedang sehingga


tidak begitu sering menyebabkan efek
Glikazida
hipoglikemik. Mempunyai efek anti agregasi
trombosit yang lebih poten. Dapat diberikan pada
penderita gangguan fungsi hati dan ginjal yang
Contoh Sediaan:
ringan (Soegondo, 1995b).
▪ Diamicron (Darya Varia)

▪ Glibet (Dankos)

▪ Glicab (Tempo Scan


Pacific)
▪ Glidabet (Kalbe Farma)
▪ Glikatab (Rocella Lab)

▪ Glucodex (Dexa Medica)

▪ Glumeco (Mecosin)

▪ Gored (Bernofarm)

▪ Linodiab (Pyridam)

▪ Nufamicron (Nufarindo)

▪ Pedab (Otto)

▪ Tiaglip (Tunggal IA)

▪ Xepabet (Metiska Farma)

▪ Zibet (Meprofarm)

▪ Zumadiac (Prima Hexal)

Memiliki waktu mula kerja yang pendek dan


waktu kerja yang lama, sehingga umum diberikan
Glimepirida
dengan cara pemberian dosis tunggal. Untuk
pasien yang berisiko tinggi, yaitu pasien usia
lanjut, pasien dengan gangguan ginjal atau yang
Contoh Sediaan:
melakukan aktivitas berat dapat diberikan obat
▪ Amaryl
ini. Dibandingkan dengan glibenklamid,
glimepirid lebih jarang menimbulkan efek
hipoglikemik

pada awal pengobatan (Soegondo, 1995b).


Mempunyai efek hipoglikemik sedang dan jarang
menimbulkan serangan hipoglikemik. Karena
Glikuidon
hampir seluruhnya diekskresi melalui empedu
dan usus, maka dapat diberikan pada pasien
dengan gangguan fungsi hati dan ginjal yang
agak berat (Soegondo,
Contoh Sediaan:
1995b).
▪ Glurenorm (Boehringer
Ingelheim)
Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin

Obat-obat hipoglikemik oral golongan glinida ini merupakan obat hipoglikemik


generasi baru yang cara kerjanya mirip dengan golongan sulfonilurea. Kedua
golongan senyawa hipoglikemik oral ini bekerja meningkatkan sintesis dan sekresi
insulin oleh kelenjar pankreas. Umumnya senyawa obat hipoglikemik golongan
meglitinida dan turunan fenilalanin ini dipakai dalam bentuk kombinasi dengan obat-
obat antidiabetik oral lainnya.

TABEL 10. ANTIDIABETIK ORAL GOLONGAN MEGLITINIDA

DAN TURUNAN FENILALANIN

Obat Hipoglikemik Oral Keterangan

Merupakan turunan asam benzoat.


Mempunyai efek hipoglikemik ringan sampai
Repaglinida
sedang. Diabsorpsi dengan cepat setelah
pemberian per oral, dan diekskresi secara cepat
melalui ginjal. Efek samping yang mungkin
Contoh Sediaan:
terjadi adalah keluhan saluran
▪ Prandin/NovoNorm/
GlucoNorm (Novo Nordisk) cerna (Soegondo, 1995b).

Merupakan turunan fenilalanin, cara kerja mirip


dengan repaglinida. Diabsorpsi cepat setelah
Nateglinida
pemberian per oral dan diekskresi terutama
melalui ginjal. Efek samping yang dapat terjadi
pada penggunaan obat ini adalah keluhan
Contoh Sediaan:
infeksi saluran nafas atas
▪ Starlix (Novartis Pharma
AG) (ISPA) (Soegondo, 1995b).

Golongan Biguanida
Obat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada hati
(hepar), menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa golongan biguanida
tidak merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah menyebabkan
hipoglikemia.
Satu-satunya senyawa biguanida yang masih dipakai sebagai obat
hipoglikemik oral saat ini adalah metformin. Metformin masih banyak dipakai di
beberapa negara termasuk Indonesia, karena frekuensi terjadinya asidosis laktat
cukup sedikit asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada gangguan fungsi
ginjal dan hati.

Efek Samping (Soegondo, 1995b)

Efek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah, kadang- kadang
diare, dan dapat menyebabkan asidosis laktat.
Kontra Indikasi

Sediaan biguanida tidak boleh diberikan pada penderita gangguan fungsi


hepar, gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung kongesif dan wanita hamil. Pada
keadaan gawat juga sebaiknya tidak diberikan biguanida.
TABEL 11. OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL GOLONGAN BIGUANIDA

Obat Hipoglikemik Oral Keterangan

Satu-satunya golongan biguanida yang masih


dipergunakan sebagai obat hipoglikemik oral.
Metformin
Bekerja menurunkan kadar glukosa darah
dengan memperbaiki transport glukosa ke
dalam sel-sel otot. Obat ini dapat memperbaiki
Contoh Sediaan:
uptake glukosa sampai sebesar 10-40%.
▪ Metformin (generic)
Menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan
▪ Benoformin (Benofarma) mengurangi glikogenolisis dan
▪ Bestab (Yekatria) glukoneogenesis (Soegondo, 1995b).
▪ Diabex (Combiphar)

▪ Eraphage (Guardian)

▪ Formell (Alpharma)

▪ Glucotika (Ikapharmindo)

▪ Glucophage (Merck)

▪ Gludepatic (Fahrenheit)

▪ Glumin (Dexa Medica)

▪ Methpica (Tropica Mas)

▪ Neodipar (Aventis)

▪ Rodiamet (Rocella)

▪ Tudiab (Meprofarm)

▪ Zumamet (Prima Hexal)

Golongan Tiazolidindion (TZD)

Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan tubuh


terhadap insulin dengan jalan berikatan dengan PPAR peroxisome proliferator
activated receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan
resistensi insulin. Senyawa-senyawa TZD juga menurunkan kecepatan
glikoneogenesis.
TABEL 12. ANTIDIABETIK ORAL GOLONGAN TIAZOLIDINDION

Obat Hipoglikemik Oral Keterangan

Cara kerja hampir sama dengan pioglitazon,


diekskresi melalui urin dan feses. Mempunyai efek
Rosiglitazone
hipoglikemik yang cukup baik jika dikombinasikan
dengan metformin. Pada saat ini belum beredar di
Indonesia.
Contoh Sediaan:

▪ Avandia
(GlaxoSmithKline)

Mempunyai efek menurunkan resistensi insulin


dengan meningkatkan jumlah protein transporter
Pioglitazone
glukosa, sehingga meningkatkan uptake glukosa di
sel-sel jaringan perifer. Obat ini dimetabolisme di
hepar. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien
Contoh Sediaan:
gagal jantung karena dapat memperberat edema dan
▪ Actos (Takeda Chemicals
juga pada gangguan fungsi hati. Saat ini tidak
Industries Ltd)
digunakan

sebagai obat tunggal.

Golongan Inhibitor α-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor α-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa


glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim-enzim α-glukosidase
(maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis
oligosakarida, pada dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat
mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat
mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial pada penderita diabetes.
Senyawa inhibitor α-glukosidase juga menghambat enzim α-amilase pankreas yang
bekerja menghidrolisis polisakarida di dalam lumen usus halus. Obat ini merupakan
obat oral yang biasanya diberikan dengan dosis 150-600 mg/hari. Obat ini efektif
bagi
penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar glukosa plasma puasa kurang
dari 180 mg/dl.

Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan
tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu.
Obat-obat inhibitor -glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau
dalam bentuk kombinasi dengan obat hipoglikemik lainnya. Obat ini umumnya
diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap sampai 150-600
mg/hari. Dianjurkan untuk memberikannya bersama suap pertama setiap kali makan.
Efek Samping (Soegondo, 1995b)

Efek samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus dan
kadang-kadang diare, yang akan berkurang setelah pengobatan berlangsung lebih
lama. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan
tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Bila diminum bersama-sama
obat golongan sulfonilurea (atau dengan insulin) dapat terjadi hipoglikemia yang
hanya dapat diatasi dengan glukosa murni, jadi tidak dapat diatasi dengan
pemberian gula pasir. Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan
dinaikkan secara bertahap, serta dianjurkan untuk memberikannya bersama suap
pertama setiap kali makan.

TABEL 13. ANTIDIABETIK ORAL GOLONGAN INHIBITOR

-GLUKOSIDASE

Obat Hipoglikemik Oral Keterangan

Acarbose

Acarbose dapat diberikan dalam terapi kombinasi


dengan sulfonilurea, metformin, atau insulin.
Contoh Sediaan:
▪ Glucobay (Bayer)

▪ Precose
Miglitol
Miglitol biasanya diberikan dalam terapi kombinasi
dengan obat-obat antidiabetik oral golongan
Contoh Sediaan:
sulfonilurea
▪ Glycet

TERAPI KOMBINASI

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO atau OHO
dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan
biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang
memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan
obat hipoglikemik oral ini memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin,
sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling menunjang. Pengalaman
menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat efektif pada banyak
penderita diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendiri-sendiri.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL

1. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan secara
bertahap.
2. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat-
obat tersebut.
3. Bila diberikan bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat.
4. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral, usahakanlah
menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal lagi, baru pertimbangkan untuk
beralih pada insulin.
5. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut
usia, oleh sebab itu sebaiknya obat hipoglikemik oral yang
bekerja jangka panjang tidak diberikan pada penderita lanjut
usia.
6. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita.

4. Apa saja obat untuk DM dan fungsi kerja dan manifestasi klinis ?
5. Apa hubungan obat glibenclamid pada manifestasi klinis ?
Memiliki efek hipoglikemik yang poten sehingga pasien perlu diingatkan untuk melakukan jadwal
makan yang ketat. Gliburida dimetabolisme dalam hati, hanya 25% metabolit diekskresi melalui
ginjal, sebagian besar diekskresi melalui empedu dan dikeluarkan bersama tinja. Gliburida efektif
dengan pemberian dosis tunggal. Bila pemberian dihentikan, obat akan bersih keluar dari serum
setelah 36 jam. Diperkirakan mempunyai efek terhadap agregasi trombosit. Dalam batas-batas
tertentu masih dapat diberikan pada beberapa pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal.
(Handoko dan Suharto, 1995; Soegondo, 1995b).
6. Bagaimana rencana dan prosedur yang dilakukan dari perawatan dm dlm skenario ?
7. Bagaimana perawatan untuk gigi goyang pada pasien dm?
8. Penyakit sistemik yang harus di waspadai (medical comprimised), manifestasi
klinis,manifetasi oral,dan pemeriksaan penunjang ?
9. Bagaimana manajemen spesifik untuk penyakit DM ? anastesi yang di gunakan ? obat
yang digunakan?

Anda mungkin juga menyukai