Anda di halaman 1dari 18

Pendahuluan

Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke
dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang
kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan
CO2 hasil dari metabolisme.

Sistem pernapasan meliputi organ-organ pernapasan dari hidung sampai paru-paru. Udara
melewati organ-organ pernapasan dan mengalami berbagai proses dari pelepasan oksigen ke
jaringan tubuh dan pelepasan karbondioksida ke udara. Semua proses yang terjadi juga
dipengaruhi oleh keadaan tubuh dan zat-zat yang terkandung dalam tubuh. Selain itu pernapasan
juga didukung oleh otot dan tulang pembentuk rongga dada. Jika pada sistem pernapasan
mengalami gangguan seperti infeksi ataupun non infeksi maka sistem pernapasan tersebut tidak
dapat berfungsi sempurna.

Anatomi Fisiologi Pernapasan

Sistem pernafasan dibagi menjadi dua yaitu bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian
konduksi adalah bagian dari sistem pernafasan yang berfungsi sebagai penghantar udara (jalan
nafas) sedangkan bagian respirasi adalah sistem pernafasan yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas. Sistem konduksi meliputi cavum nasi ,rongga hidung sampai bronchiolus

Pneumonia pada anak 1


terminalis sedangkan sistem respirasi meliputi bronchiolus respiratory, ductus alveolaris, saccus
alveolaris , dan alveolus.1
Kelainan atau menurunnya sistem penafasan dapat mengganggu proses bernafas. Untuk
mengetahui sistem pernafasan apa yang terganggu maka perawat harus mampu melakukan
pemeriksaan fisik kepada pasien. Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan sistem pernafasan
meliputi kulit dan kuku,mata, hidung, mulut, leher, dan dada (paru-paru). 2

a. Hidung

Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat
septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran.
Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis
media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.

b. Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di
bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel
getah bening.

c. Laring

Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh
sel epitelium berlapis.

d. Trakea

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang
rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas
agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut

Pneumonia pada anak 2


sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernapasan.1

e. Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis
IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin
dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.
Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat
gelembung paru yang disebut alveolli.1

f. Alveolus

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah
tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
darah.1

Anamnesis

Anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu dan riwayat penyakit keluarga.

a. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama,tanggal lahir,umur,suku,agama,alamat,pendidikan,dan
pekerjaan
b. Keluhan utama
keluhan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun, batuk
pilek sejak 1 minggu yang lalu. Batuk disertai dengan dahak berwarna kuning. Nafsu makan
pasien juga menurun
c. Riwayat penyakit sekarang
Sesak terjadi pada waktu apa ? ada bunyi tambahan atau tidak saat menarik napas atau
membuang napas ? Demamnya berapa lama ? terjadi waktu malam atau siang ? Batuknya

Pneumonia pada anak 3


bagaimana ? kering atau berdahak ? seringnya malam atau siang ? terasa gatal atau tidak
pada tenggorokannya ?
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Menanyakan kondisi pasien pada waktu lampau apakah pasien pernah mengalami sakit
hingga dirawat atau mempunyai suatu penyakit yang dideritanya. Adakah riwayat tbc
sebelumnya? Apakah pernah sakit seperti ini sebelumnya? Adakah pasien makan makanan
kurang bersih dalam sebulan terakhir?
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penting ditanyakan apakah ada penyakit yang sama dalam keluarga dan menanyakan kondisi
lingkungan dirumah.

Pemeriksaan Fisik

Pertamanya dilihat keadaan umum dan kesadaran. Keadaan umum tampak sakit sedang, sesak
dan rewel. Kesadaran kompos mentis. Seterunya didaptkan tanda-tanda vital anak tersebut.
Frekuensi nafas 55 kali permenit, denyut nadi 110 kali permenit, suhu 38.5 derajat selsius dan
karena pada anak tidak diambil tensi nya. Berat badan anak diambil, 12 kg.2

Seterunya pemeriksaan fisik dilakukan dari kepala,leher, toraks, abdomen dan akhirnya
ekstremitas. Dari pemeriksaan kepala, konjugtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik dan tidak ada
sianosis tetapi ditemukan pernafasan cuping hidung dan faring hiperemis. Seterusnya pada leher,
tidak ditemukan pembesaran vena jugularis dan juga pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan toraks, inspeksi ditemukan retraksi sela iga dan pada auskultasi ditemukan ronchi
basah halus yang menandakan adanya cairan pada saluran udara dimana udara melalui cairan dan
menghasilkan bunyi ini (bunyi seperti gesekan rambut) menunjukkan adanya cairan pada paru
dan bunyi wheezing akibat penyempitan saluran udara (mengi) pada kedua lapang paru.3

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium
Pada pneumonia pneumococcus gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000
– 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan
tenggorokan dan 30% dari darah. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.3,6

Pneumonia pada anak 4


Peningkatan LED ,Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan
karna suhu yang naik. Pneumonia pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri lain atau virus, tanpa pemeriksaan mikrobiologis.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram
(airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia (segmental
disease) oleh antara lain staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial
(interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus
bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak
sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella,
tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus
atau bakteriemia.3,6
c. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum
transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan
pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen3-6

Diagnosis Kerja

a. Pneumonia

Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, dan parasit. Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli
dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai tempat pertukaran
gas akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses
metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses peradangan akan
terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan atau
nanah (efusi pleura atau emfisema), jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru
kempis (pneumotoraks) dan lain-lain. Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran
infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.

Pneumonia pada anak 5


Diagnosis Banding

Diagnosis Penyebab Gejala Klinis Pemeriksaan Pemeriksaan


Fisik Penunjang
Pneumonia Community acquired: Demam tinggi, Kepala- Foto toraks
Streptococcus lemah pernafasan (gambar
pneumonia, (malaise) , cuping hidung, 1)konsolidasi
Haemophilus penurunan nafsu sianosis, laring lobus, segmen /
influenza, makan, dypsneu hiperemis. pleural effusion/
Mycoplasma (kesukaran Leher- (-) anak- gambaran
pneumonia bernafas, cuping Toraks – round
Hospital acquired : hidung ), batuk retraksi sela iga, pneumonia5
Staphylococcus berdahak, batuk perkusi bunyi Pemeriksaan
aureus, Pseudomonas, berdarah, pekak, darah lengkap –
Klabsiella, Sianosis, auskultasi- lekositosis, kira
Bacteroides, takikardia, ronki basah jenis sel (shift
Clostridia. takepsia, halus, wheezing to right untuk
hipotensi sound. Pada virus, shift to
Aspiration: pleura terasa left untuk
nyeri bakteri)
Immunocompromised: Abdomen – (-) Kultur darah –
Ekstremitas- (-) bakteri
Pemeriksaan
sputum –

Pneumonia pada anak 6


pewarnaan
gram/kultur
sputum
Bronchitis Merokok, virus Batuk (10-20 Kepala – Foto toraks
(peradangan (influenza A dan B) , jam) sianosis , bisa (gambar 2) –
pada Bakteri : Mycoplasma, Sore throat, konjungtiva tampak normal
bronchi) Chlamydia batuk berdahak, anemis Pemeriksaan
*3 bulan pneumonia, demam Leher – (-) darah lengkap-
batuk dalam Streptococcus biasa,berhingus, Toraks – lekositosis,
tempoh pneumonia, Moraxella lemah, pusing, auskultasi, hitung jenis sel,
masa 2 catarhalis, sukar bernafas, wheezing sound Kultur sputum-
tahun Haemophilus sianosis dan ronki basah pewarnaan
influenza halus gram
Abdomen- (-) Kultur darah
Ekstremitas– jika
(-) superinfeksi

Bronkolitis Virus- respiratory Tachypnea , Kepala – otitis Pemeriksaan


(inflamasi syncytial virus , tachycardia, media darah lengkap-
bronkiol) human demam Leher- (-) hitung jenis sel
metapneumovirus Toraks- retaksi Test rapid
sela iga, viral antigen
wheezing sound testing – lihat
Abdomen- (-) jenis virus
Ekstremitas-(-)
Tuberculosis Bakteri Batuk kering, Kepala –(-) Mantoux test –
paru Mycobacterium penurunan berat Leher- (-) positif jika pada
tuberculosis badan, hilang Toraks – (-) laju tempat test
nafsu makan, pernafasan membengkak.
demam, keringat meningkat, Foto toraks-
malam, batuk auskultasi- cavity
berdarah, nyeri bunyi nafas formation,

Pneumonia pada anak 7


dada, lemah, bronchial. kalsifikasi,
pusing Abdomen- (-) penebalan
Ekstremitas- (-) pleura. Pada TB
primer- sama
seperti
gambaran pada
pneumonia.
Pemeriksaan
sputum –
biakan langsung
untuk
konfirmasi
bakteri

Tabel 1

Pneumonia pada anak 8


Gambar 1. Pneumonia AP/Lateral

Gambar 2. Bronkhitis Gambar 3. TB paru

Etiologi

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh faktor infeksi bakteri,
virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa. Sebagian kecil oleh
penyebab lain atau non infeksi seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya) dan
masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi).

Pneumonia pada anak 9


Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat
ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya. Awalnya, mikroorganisme masuk melalui
percikan ludah (droplet), kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian
atas ke jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah.
Faktor infeksi :

a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.
Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus
pneumoniae yang sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh
menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat,
napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat.
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang tersering
menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini
kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa
memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat
dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus
influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian.
c. Mikoplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia.
Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar
luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan
usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.6-8
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat
lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau
spesimen yang berasal dari paru.
Pneumonia pada anak 10
Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2004) antara
lain:
a. Status gizi bayi
b. Riwayat persalinan
c. Kondisi sosial ekonomi orang tua
d. Lingkungan tumbuh bayi
e. Konsumsi ASI

Epidemiologi
Pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat sedikit, terutama
di negara berkembang.Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian keempat pada usia
lanjut, dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya angka kematian padan
pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebutkan pneumonia sebagai “teman
pada usia lanjut”. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini juga tergantung
pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka berada. Pada orang-orang yang tinggal di
rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 25 – 44 per 1000 orang dan yang tiaggal di
tempat perawatan 68 – 114 per 1000 orang.9

Patogenesis

Lihat bagan.

Patogen Resiko tinggi terhadap


menyebar infeksi

Masuk alveoli
Peningkatan suhu
tubuh
Fase kongestif / oedem

Nyeri pleuritik/nyeri
Serosa masuk alveoli dada
Pneumonia pada anak 11

Resiko tinggi kurang SuplaiPenumpukan


oksigen cairan
Mual muntah, diare Gangguan pola nafas Gangguan pertukaran gas
cairan tubuh menurundalam alveoli
Fase Hepatisasi merah (48jam) -
sdm dan leokosit pmn mengisi
alveoli

Fase Hepatisasi kelabu (3-8 hari)


-karena lekosit dan fibrin mengalami
Berkeringat Resolusi 7-
konsolidasi di dalam alveoli
11 hari

Metabolism
Konsolidasi jaringan paru,
meningkat
fagositosis - eksudat

Kemampuan paru
menurun

Resiko tinggi
kurang nutrisi
Sputum kental
Gangguan
aktivitas/penurunan
Gangguan bersihan jalan nafas kesadaran
a. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-
mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga

Pneumonia pada anak 12


mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. Di dalam alveolus terdapat eksudat
jernih, Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.9,10
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan
fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak menggabung udara oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan
banyak sekali eritrosit dan kuman. pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
c. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah
paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera
dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi,
lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu,
permukaan alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus dan
kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

d. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,
sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit
menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi
anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai

Pneumonia pada anak 13


bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan
stadium khas ini tidak terlihat.

Manifestasi Klinik
Pada pneumonia dapat ditemukan beberapa gejala seperti:
a. Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena paru meradang
secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit
atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih
pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak
dikenal diagnosis pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk juga disertai
kesukaran bernafas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada
anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga
pneumonia sangat berat, dengan gejala pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk,
kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.7,8

b. pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi
batuk produktif dengan mucus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan,
dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan
menggigil (onset mungkin tiba – tiba dan berbahaya ). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis,
sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas dan nyeri kepala,iritabel, gelisah,
malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.7

c. Gejala Umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum,
napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar
dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk
karena nyeri dada.

d. Tanda Pneuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas, perkusi pekak, fremitrus
melemah. Suara napas melemah, dan ronkhi.

Pneumonia pada anak 14


Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi
pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan,
friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus(meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi
pleura lobus atas, nyeri abdomen(kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia
lobus kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas.efusi
pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

Komplikasi

a. Empiema
b. Pneumotoraks
c. Meningitis
d. Pericarditis

Penatalaksanaan

Dapat diberikan antibiotic kloramfenikol 100mg/kgbb/hari/6 jam.. Demikian juga bila diduga
penyebabnya mikoplasma (batuk kering). Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3
x sehari atau brankodilator (teofilin atau salbutamol).Jika diperlukan Pemeberian Paracetamol
100mg x 3/hari.

Sedangkan untuk anak dengan pneumonia yang dirawat di rumah sakit, diperlukan rencana
perawatan yang sesuai dengan masalahanya, yaitu

a. Efektivitas pola napas, rencana perawatan yang diperlukan adalah :

 Berikan oksigen yang dilembabkan sesuai takikardi.

 Lakukan fisioterapi dada : kerjakan sesuai jadwal.

 Observasi tanda vital

 Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai advis.

 Periksa dan catat hasil x-ray dada dan jumlah sel darah putih sesuai indikasi.

Pneumonia pada anak 15


 Lakukan suction bila perlu.

 Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan, misalnya,
pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola napas.

 Ciptakan lingkungan yang nyaman.

b. Devisit volume cairan, intervensi yang diperlukan adalah :

 Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.

 Catat secara akurat intake dan output.

 Kaji dan catat tanda vital serta gejala kekurangan cairan.

 Periksa dan catat BJ urine tiap 4 jam atau sesuai advis.

 Lakukan perawatan mulut sesuai dengan kebutuhan.

 Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam monitoring intake dan output
serta dalam mengenali tanda dan gejala kekurangan volume cairan.

 Ciptakan situasi yang nyaman.

Pencegahan

Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga
terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh kebersihan di dalam dan
di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit
pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia:11

a. Perawatan Selama Masa Kehamilan


Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama
kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan

Pneumonia pada anak 16


pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang
memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
b. Perbaikan Gizi Balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi,
sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2 tahun.
Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor
antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus dan
bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan infeksi
dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
c. Memberikan Imunisasi Lengkap pada Anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang memadai,
yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis,
Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
d. Memeriksa Anak Sedini Mungkin Apabila Batuk
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk mencegah
terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan napas cepat/sesak
napas.

e. Mengurangi Polusi didalam dan diluar Rumah


Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan cara
mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat lubang
ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca
dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang memberi kecenderungan
untuk terkena penyakit pneumonia.
f. Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan, karena
itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas seperti batuk
dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini
menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah. Perbaikan rumah akan
menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat. Semua anak yang sehat
sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar
mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.

Prognosis

Pneumonia pada anak 17


Bonam, sekiranya ditangani dengan baik dan dengan pengobatan yang benar dan adekuat.

Kesimpulan

Gejala yang timbul pada pasien seperti sesak nafas terjadi karena adanya pembentukan eksudat
dalam paru, hasil dari mekasnisme pertahanan diri tubuh untuk memerangkap bakteri
streptococcus pneumonia yang masuk ke dalam paru pasien daripada komunitas. Pembentukan
eksudat ini memicu kepada sekret mucus yang berlebihan sehingga menggangu saluran
pernapasan sehingga sulit untuk anak itu bernafas. Adanya eksudat yang berlebihan ini,
menumpuk pada pleura sehingga kedengaran bunyi ronki basah pada auskultasi dan eksudat
tersebut menyumbat saluran pernapasan sehingga adanya bunyi ronkhi. Kekurangan suplai
oksigen memicu otot pernafasan anak bekerja lebih untuk mengkompensasi jumlah oksigen yang
diperlukan sehingga timbulnya retraksi sela iga. Kesukaran bernafas menyebabkan suplai
oksigen anak tersebut kurang, makanya anak menjadi rewel dan tampak sesak. Keluhan ini bisa
menyimpulkan bahwa anak menderita pneumonia karena bakteri yang berat. Anak ini harus
diterapikan di rumah sakit dengan jalur terapi yang benar.

Pneumonia pada anak 18

Anda mungkin juga menyukai