Proposal Indah
Proposal Indah
PROPOSAL
INDAH SINAGA
11 870 0001
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2014
UJI TOKSISITAS (LC50 – 24 JAM) EKSTRAK KULIT
JENGKOL (Pithecellobium jiringa) TERHADAP
LARVA UDANG (Artemia salina Leach.)
PROPOSAL
INDAH SINAGA
11 870 0001
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar sarjana Sains pada Fakultas
Biologi Universitas Medan Area
Pembimbing I Pembimbing II
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Uji
dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama Kepada Bapak Drs. Riyanto, M.Sc selaku
Pembimbing I, Ibu Rosliana Lubis, S.Si, M,Si selaku pembimbing II dan sekertaris
komisi pembimbing Bapak Ferdinand susilo, S.Si, M.Si yang memberikan masukan
dan saran yang sangat berguna dalam penulisan proposal ini. Serta ucapan
terimakasih kepada bapak/ibu dosen dan staf Fakultas Biologi Universitas Medan
Area, motivasi dari kedua orangtua tercinta dan keluarga besar saya, juga kepada
Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih terdapat kesalahan, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
Penulis
DAFTAR ISI
Sebagai salah satu negara tropis yang kaya sumber daya hayati, Indonesia
memiliki ± 30.000 spesies tumbuhan, dan baru ± 7000 spesies di antaranya yang
dikenal sebagai tumbuhan berkhasiat obat. Dengan kata lain masih banyak spesies
diteliti lebih lanjut. Sejak tahun 1993 telah dikembangkan organic farming yang
(Kardinan, 2001). Salah satu prospek yang bisa dikembangkan adalah pemanfaatan
yaitu mudah mencari bahan mentahnya, murah, dan juga membantu dalam
yang berserakan dipasar tradisional dan sampai saat ini masih merupakan limbah
yang tidak termanfaatkan dan tidak memberikan nilai ekonomis. Sampah organik ini
mengotori lingkungan dan parahnya memberi kontribusi pada banjir yang terjadi
propinsi lain juga sampah organik ini tidak dimanfaatkan. Bahkan daerah Pontianak
sembarangan. Hal tersebut menunjukan bahwa perhatian akan kulit jengkol masih
merupakan asam amino alifatik yang mengandung sulfur dan bersifat toksik. Selain
asam jengkolat di dalam tanaman jengkol terdapat minyak atsiri, saponin, alkaloid,
maupun kulitnya untuk digunakan dalam kehidupan. Ekstrak etanol kulit jengkol
Eschericia coli (Nurussakinah, 2010). Petani di daerah Ciwidey Jawa Barat pernah
kulit jengkol juga bersifat toksik terhadap larva Plutella xylostella dan pada nimfa
efek toksik dan ambang batas penggunaan suatu tumbuhan sebagai obat. Uji
toksisitas dapat dilakukan dengan menggunakan larva udang Artemia salina Leach.
(Meyer et al. 1982). Artemia salina Leach. merupakan udang-udangan primitif dan
pertama kali ditemukan di Lymington, Inggris pada tahun 1755 dan termasuk family
udang ini merupakan organisme sederhana dari biota laut yang sangat kecil dan
mempunyai kepekaan yang cukup tinggi terhadap toksik (Pujiati et al., 2002). Bila
bahan yang diuji memberikan efek toksik terhadap larva udang, maka hal ini
merupakan indikasi awal dari efek farmakologi yang terkandung dalam bahan
tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa A. salina memiliki korelasi positif
terhadap ekstrak yang bersifat bioaktif. Metode ini juga banyak digunakan dalam
polusi, senyawa turunan morfin, dan karsinogenik dari phorbol ester (Meyer et al.,
1982). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mencoba memanfaatkan ekstrak kulit
jengkol sebagai zat toksik terhadap larva udang Artemia salina Leach.
masalah dalam penelitian ini adalah berapakah kadar toksisitas (LC50–24 jam) ekstrak
kulit jengkol (Pithecellobium jiringa) terhadap larva udang Artemia salina Leach.
(LC50–24 jam) ekstrak kulit jengkol (Pithecellobium jiringa) terhadap larva udang
kadar toksikan (LC50–24 jam) ekstrak kulit jengkol (Pithecellobium jiringa) terhadap
salah satu tanaman dengan buah yang berbau unik. Apalagi bagi para penggemar
wisata kuliner nusantara, dipastikan tidak ada yang tidak menggenal buah yang satu
ini. Karena jengkol ini sering dijadikan sebagai masakan khas yang unik sehingga
banyak masyarakat yang menggilainya. Tetapi tidak sedikit pula masyarakat yang
Tumbuhan ini memiliki nama latin Pithecellobium jiringa dengan nama sinonimnya
Tumbuhan ini memiliki akar tunggang, buahnya berwarna coklat kotor, batang tegak,
berbentuk lonjong, panjang 10-20 cm, lebar 5-15 cm, tepi rata, ujung runcing,
berbentuk tandan, terletak di ujung batang, dan ketiak daun, berwarna ungu, kelopak
berbentuk mangkok, benang sari dan putik berwarna kuning, mahkota berbentuk
lonjong berwarna putih kekuningan. Buah berbentuk bulat pipih, berwarna coklat
kehitaman. Biji berbentuk bulat pipih, berkeping dua, dan berwarna putih kekuningan
Pohon jengkol sangat bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat hal ini di
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledonae
Bangsa : Rosales
Suku : fabaceae
Genus : Pithecellobium
terdapat didalam kulit jengkol (terpenoid, saponin, asam fenolat serta alkaloid)
ampuh untuk melindungi tanaman dari serangan hama. Unsur tannin dan flavonoid
dalam kulit jengkol ternyata sama ampuhnya dengan tannin pada tumbuhan berkayu
dan herba yang berfungsi untuk memproteksi diri dari hama. Dengan adanya
kandungan tannin ini, kulit jengkol kemudian memiliki potensi untuk digunakan
Artemia salina bisa ditemukan di pedalaman danau air asin di seluruh dunia, tetapi
tidak ditemukan di samudra. Udang ini toleran terhadap selang salinitas yang sangat
luas, mulai dari nyaris tawar hingga jenuh garam. Mereka berkerabat dekat dengan
zooplankton lain seperti copepode dan daphnia (kutu air). Oleh Linnaeus pada tahun
1778, Artemia diberi nama Cancer salinus. Kemudian pada tahun 1819 diubah
menjadi Artemia salina oleh Leach. Artemia yang dikenal dengan baik dan
dikembangkan yaitu dari spesies Artemia salina. Artemia secara umum tumbuh
dengan baik pada kisaran suhu 25-30 derajat celcius . Kista Artemia kering tahan
terhadap suhu -273 hingga 100 derajat celcius. Artemia dapat ditemui di danau
dengan kadar garam tinggi, disebut dengan brain shrimp. Untuk artemia yang mampu
menghasilkan kista membutuhkan kadar garam diatas 100 ppt (Anonim, 2009).
2.2.1 Morfologi Artemia salina L.
bagian tubuh yang menyerupai daun yang bergerak dengan ritme teratur. A. salina
Leach. dewasa berwarna putih pucat, merah muda, hijau, atau transparan dan
biasanya hanya hidup beberapa bulan. Memiliki mata pada kedua sisi bagian kepala,
antena berfungsi untuk sensori Pada jenis jantan antena berubah menjadi
alat penjepit (muscular grasper), sepasang penis terdapat pada bagian belakang tubuh.
Pada jenis betina antena mengalami penyusutan. (Emslie, 2003). Telur A. salina
Leach. berbentuk bulat berlekuk dalam keadaan kering dan bulat penuh dalam
keadaan basah. Warnanya coklat dan diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat.
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Anostraca
Family : Artemiidae
Genus : Artemia
Artemia hidup diperairan dengan kadar garam yang tinggi (antara 300-500 per
mil) dan bersifat planktonik. Suhu yang cocok untuk kelangsungan hidup Artemia
berkisar antara 26-31 °C. Dengan kadar pH sekitar 7,3-8,4 dengan oksigen terlarut
kemampuan beradaptasi dan mampu mempertahankan diri pada kisaran kadar garam
yang sangat luas. Pada kadar garam yang sangat tinggi dimana hewan lain tidak ada
yang mampu bertahan hidup namun Artemia dapat mentolelirnya. Artemia menjadi
dewasa setelah menetas dari telurnya selama 14 hari. Artemia dewasa dapat
menghasilkan telur sebanyak 50-300 butir setiap harinya. Terlebih jika kondisi
individu baru lebih cepat sehingga jumlah larva yang dihasilkan oleh setiap individu
partenogenetik. Keduanya dapat terjadi secara ovipar maupun ovovivipar. Pada jenis
ovovivipar, anakan yang keluar dari induknya dinamakan naupli. Sedangkan pada
ovipar, yang keluar dari induknya berupa telur bercangkang tebal yang dinamakan
siste (Mudjiman, 1995; Kanwar, 2007). Siklus hidup artemia dimulai dari saat
menetasnya kista atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25°C kista akan menetas
manjadi embrio (Instar I). dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap
menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan tetap menyelesaikan
perkembangannya kemudian berubah menjadi naupli yang akan bisa berenang bebas.
Pada awalnya naupli bewarna orange kecoklatan karena masih mengandung kuning
telur. Artemia yang baru menetas tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum
terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas, Artemia akan ganti kulit dan
memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini Artemia akan mulai makan, dengan
pakan berupa mikroalga, bakteri dan detritus organik lainnya. Pada dasarnya Artemia
tidak memilih jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahan tersebut tersedia dalam
air dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum
menjadi dewasa dalam kurun waktu 1-3 minggu. Artemia dewasa rata –rata
berukuran sekitar 8 mm. meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat
Uji toksisitas merupakan pemberian suatu senyawa kepada hewan uji untuk
menentukan efek toksik. Pengujian ini dapat menunjukan organ sasaran yang
mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang
dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama. Metode yang
menyebabkan kematian 50% hewan uji. Lethal Dosis (LD50) merupakan dosis efektif
untuk 50% hewan uji yang digunakan, sedangkan Lethal Time (LT50) merupakan
waktu yang diperlukan untuk mematikan hewan uji pada ambang konsentrasi tertentu,
contoh 24h-LT50 artinya waktu yang diperlukan oleh suatu bahan toksik untuk
unsoed.com, 2011).
BAB III
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : kulit jengkol, larva
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Cawan petri,
Beaker glass, gelas ukur, spatula, pipet tetes, neraca analitik, pisau, mortal dan alu,
ekstrak kulit jengkol terhadap hewan uji yaitu larva udang Artemia salina Leach.
Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu : observasi, eksploratory, dan full scale test
Populasi
Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit jengkol yang cukup
tua yang diperoleh dari tumpukan sampah kulit jengkol di Jalan Kolam Medan. Kulit
jengkol segar ditimbang terlebih dahulu sebanyak 100 gram. Kulit jengkol mula-mula
dibersihkan, dicuci dengan air, dan dipotong kecil-kecil. Lalu dikeringkan dengan
cara diletakkan ditempat terbuka. Kulit jengkol yang sudah kering kemudian
dengan penambahan methanol 100 ml selama 1 jam. Kemudian lapisan atas ekstrak
Larva udang Artemia salina Leach. diperoleh dari Balai Karantina Dinas
Larva udang Artemia salina diaklimatisasi selama 4 jam yang bertujuan untuk
Observasi
mortalitas hewan uji 50 % selama 24 jam. Variasi konsentrasi yang digunakan yaitu
5%, 10%, 15%. Pada observasi ini digunakan 1 media sebagai kontrol dengan volume
tiap petri 100 ml. seperti pada gambar 4 bagan berikut ini. Pengamatan dilakukan
Eksploratory
kedua yaitu Eksploratory. Pada tahap ini digunakan 5 variasi konsentrasi yaitu 1%,
2%, 3%, 4%, 5% dan kontrol dengan volume tiap petri 100 ml. pengamatan
dilakukan selama 24 jam dengan selang waktu 1 jam, dapat dilihat pada gambar 5
U1 P1 P2 P3 P4 P5
P0
U2 P1 P2 P3 P4 P5
P0
U3 P1 P2 P3 P4 P5
P0
Tahapan ketiga yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu full scale
test, berdasarkan hasil uji eksploratory maka akan didapatkan konsentrasi yang paling
dekat misalnya 3%. Pada konsentrasi ini kemudian dipersempit yaitu mengambil 2
titik konsentrasi dibawah dan diatas 3% yaitu 2,6%, 2,8%, 3%, 3,2%, 3,4% dan
kontrol dengan volume 100 ml dan tiga ulangan, seperti pada bagan berikut ini.
U1 P1 P2 P3 P4 P5
P0
U1 P1 P2 P3 P4 P5
P0
U3 P1 P2 P3 P4 P5
P0
Keterangan :
data hasil penelitian akan diolah dan disajikan dalam bentuk table dan grafik.
Data dari uji toksisitas tersebut akan dianalisis dengan analisis probit menggunakan
Abatzopoulos, Th. J., Beardmore, J. A., Clegg, J.S., dan Sorgeloos, P. 1996. Biology
of Aquantic Organism: Artemia-Basic and Applied Biology.
http://www.captain.at/artemia/ [25 Agustus 2009].
Atmoko ,T dan A, Ma’ruf. 2009. Uji Toksisitas Dan Skrining Fitokimia Ekstrak
Tumbuhan Sumber Pakan Orang Utan Terhadap Larva Artemia salina
Leach. Jurnal penelitian Hutan Dan Konservasi Alam VI (1): 39.
Hutahuruk, J.E., (2010), Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Buah Tanaman
Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.), Skripsi, FMIPA, USU
Hyeronimus S.B 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. 1st ed. Agro Media.
Jakarta.
Kanwar, A.S. 2007. Brine Shrimp (Artemia salina) a Marine Animal for Simple and
Rapid Biological Assays. Chinese Clinical Medicine 2 (4): 35-42.
Meyer, B.N., N.R. Ferrighni, J.E. Put-nam, L.B. Jacobson, D.E. Nichols and J.L
McLaughlin, 1982. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for
Active Plant Constituent. Planta Me-dica. 45 : 31-34.
Opinion. 15 Januari 2008. Artemia, Pakan Alami Berkualitas untuk Ikan dan Udang.
http://www.opinion.com/MembangunIndonesia.htm [27 April 2009]
Pujiati, I., S. Ningsih, S. Palupi dan Tri Windono, 2002. Uji toksisitas ter-hadap larva
Artemia salina Leach. Dari fraksi n-heksan, khloroform, etil asetat dan air
ekstrak etanol rimpang temumangga (Curcuma mangga VaL). Prosiding
Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXI. Universitas Surabaya,
Surabaya : 109-115.