Anda di halaman 1dari 28

1

PROFIL SEL DARAH MERAH TIKUS SPRAGUE DAWLEY


PASCAIMPLANTASI TANDUR TULANG DEMINERALIZED
FREEZE DRIED BONE XENOGRAFT DAN MEMBRAN NATA
DE COCO PADA DEFEK TULANG KALVARIA

NIA RISTA BELLA SITEPU

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Sel Darah Merah
Tikus Sprague Dawley Pascaimplantasi Tandur Tulang Demineralized Freeze
Dried Bone Xenograft dan Membran Nata De Coco pada Defek Tulang Kalvaria
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016

Nia Rista Bella Sitepu


NIM B04120145
3

ABSTRAK

NIA RISTA BELLA SITEPU. Profil Darah Merah Tikus Sprague Dawley
Pascaimplantasi Tandur Tulang Demineralized Freeze Dried Bone Xenograft dan
Membran Nata De Coco pada Defek Tulang Kalvaria. Dibimbing oleh DENI
NOVIANA dan HERA MAHESHWARI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil sel darah merah tikus
Sprague Dawley pascaimplantasi tandur tulang demineralized freeze dried bone
xenograft (DFDBX) dan membran nata de coco sebagai salah satu parameter
biokompatibilitas. Sebanyak 48 ekor tikus Sprague Dawley dibagi dalam 4
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 12 ekor tikus dengan perlakuan
implan membran nata de coco, tandur tulang DFDBX, kombinasi antara tandur
tulang DFDBX dan membran nata de coco, dan kontrol. Implantasi dilakukan pada
tulang kalvaria yang telang dibuat lubang dengan diameter 5 mm. Sampel darah
diambil pada minggu ke-1, 4, 8, dan 12 pascaimplantasi. Sampel darah dilakukan
pengujian untuk melihat profil darah merah. Hasil penelitian dianalisis dengan
program Statistic Program for Social Science (SPSS). Pengujian perbedaan profil
darah merah antar kelompok dan waktu perlakuan dilakukan dengan uji one way
anova dan uji analisis perbandingan ganda. Hasil menunjukkan bahwa implantasi
xenograft dan membran nata de coco tidak berbeda nyata antara setiap jenis
perlakuan. Namun terdapat perbedaan yang nyata antara waktu pengamatan. Hal
ini dapat dilihat dari rendahnya jumlah eritrosit, nilai hematokrit, kadar
hemoglobin, dan jumlah trombosit pada minggu ke-1 dan minggu ke-4. Hal ini
menunjukkan hewan coba banyak mengalami perdarahan waktu operasi. Namun
nilai MCV,nilai MCH, dan nilai MCHC mengalami peningkatan pasca operasi
namun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0.05) antar kelompok
perlakuan dan waktu pengamatan.

Kata kunci : Membran nata de coco, tandur tulang DFDBX, defek tulang kalvaria,
sel darah merah.
ABSTRACT
NIA RISTA BELLA SITEPU. Red Blood Cells Profile of Spraque Dawley Rat
After Implantation Bone Graft Demineralized Freeze Dried Bone Xenograft and
Nata de coco Membrane in Calvarial Bone Defect. Supervised by DENI
NOVIANA and HERA MAHESHWARI.

The aim of this study was to examine the red blood cells profile of Sprague
Dawley rats after implantation bone graft demineralized freeze dried bone
xenograft (DFDBX) and nata de coco membrane as one of parameters of
biocompatibility. Fourty eight of Sprague Dawley rats were divided into four
groups. The groups consisted of 12 rats and were divided based on control, bone
graft DFDBX, nata de coco membrane, and combination between bone graft and
nata de coco membrane. Implant was inserted at a hole in calvarial bone defect with
diameter 5 mm. The blood sample was taken at the 1st, 4th, 8th, and 12th weeks of
post-implantation. The blood samples were collected and the RBCs profile was
examined. The results were analized with one way anova test and followed by
multiple comparison analysis test with Statistic Program for Social Science (SPSS)
programme. The results showed that implantation xenograft and nata de coco
membrane were not significant difference with the group. But there were significant
difference with observation times. It looked from low value of eritrosit count,
haemoglobin levels, hematocryte value, and thrombocyte count at the 1th and 4th
weeks after implantation. These result indicates that rats had bleeding during
surgery. MCV value, MCH value, and MCHC value showed an increased after
implantation but were not significant difference (p>0.05) compare with the group
and observation time.

Keywords : Nata de coco membrane, bone graft DFDBX, calvarial bone defect,
red blood cells
5

PROFIL SEL DARAH MERAH TIKUS SPRAGUE DAWLEY


PASCAIMPLANTASI TANDUR TULANG DEMINERALIZED
FREEZE DRIED BONE XENOGRAFT DAN MEMBRAN NATA
DE COCO PADA DEFEK TULANG KALVARIA

NIA RISTA BELLA SITEPU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi : Profil Sel Darah Merah Tikus Sprague Dawley Pascaimplantasi
Tandur Tulang Demineralized Freeze Dried Bone Xenograft dan
Membran Nata de coco pada Defek Tulang Kalvaria
Nama : Nia Rista Bella Sitepu
NIM : B04120145

Disetujui oleh

Prof Drh Deni Noviana, PhD Dr Drh Hera Maheshwari, MSc


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh,

Prof Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet


Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

Tanggal Disetujui:
viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2015 hingga
bulan Desember 2015 ini adalah “Profil Sel Darah Merah Tikus Sprague Dawley
Pascaimplantasi Demineralized Freeze Dried Bone Xenograft dan Membran Nata
de coco pada Defek Tulang Kalvaria”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Drh Deni Noviana, PhD selaku
pembimbing I, Dr Drh Hera Maheshwari, M.Sc selaku pembimbing II, dan Drh
Erwin, M.Sc yang telah banyak membantu selama penelitian dan pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis,
Bapak Suhelman Sitepu dan Ibu Rosmawati Sembiring, seluruh keluarga dan
sahabat atas dukungan dan doa yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dengan baik. Penulis menyadari penulisan karya ilmiah
ini tidak luput dari kekurangan, untuk itu penulis sangat berterima kasih atas kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya
ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bogor, Agustus 2016

Nia Rista Bella Sitepu


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Bahan Tandur Tulang 2
Guided Bone Regeneration (GBR) 3
Profil Sel Darah Merah 4
METODE PENELITIAN 4
Bahan Penelitian 4
Peralatan Penelitian 5
Waktu dan Tempat Penelitian 5
Hewan Percobaan 5
Prosedur Percobaan 5
Prosedur Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Jumlah Eritrosit 7
Nilai Hematokrit 8
Kadar Hemoglobin 9
Mean Corpuscular Volume (MCV) 9
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) 10
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) 11
Jumlah Trombosit 11
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah eritrosit tikus Sprague Dawley pascaimplantasi 7


tandur tulang DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya
Tabel 2 Nilai hematokrit tikus Sprague Dawley pascaimplantasi 8
tandur tulang DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya
Tabel 3 Kadar hemoglobin tikus Sprague Dawley pascaimplantasi 9
tandur tulang DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya
Tabel 4 Nilai MCV tikus Sprague Dawley pascaimplantasi 10
tandur tulang DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya
Tabel 5 Nilai MCH tikus Sprague Dawley pascaimplantasi 10
tandur tulang DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya
Tabel 6 Nilai MCHC tikus Sprague Dawley pascaimplantasi 11
tandur tulang DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya
Tabel 7 Jumlah trombosit tikus Sprague Dawley pascaimplantasi 11
tandur tulang DFDBX dan membran nata de coco, dan kombinasinya
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Biomaterial atau bahan implan mengalami kemajuan yang pesat seiring


perkembangan teknologi yang semakin canggih. Biomaterial merupakan bahan
yang banyak digunakan di dalam tubuh dengan tujuan untuk mengobati,
meningkatkan, atau menggantikan beberapa jaringan, organ, serta fungsi tubuh
yang kemudian berinteraksi dengan sistem biologik (Dimitriou et al. 2012). Implan
tulang merupakan bahan material pengganti ke dalam ruang disekitar tulang rusak
atau fraktur dalam membantu penyembuhan tulang (Chen 2008). Jenis biomaterial
yang banyak digunakan adalah bahan tandur tulang dan membran. Bahan tandur
tulang merupakan bahan material untuk membantu proses regenerasi tulang.
Berdasarkan sumber dan jenis bahan tandur tulang dapat dibedakan seperti
autograft yaitu tulang bagian lain dari individu yang sama, allograft yaitu tulang
dari donor individu lain, dan xenograft yaitu tulang yang berasal dari spesies yang
berbeda seperti sapi dan babi (Laurencin 2009). Biomaterial yang digunakan pada
penelitian ini adalah tandur tulang demineralized freeze dried bone xenograft
(DFDBX) dan membran nata de coco.
Tandur tulang demineralized freeze dried bone xenograft (DFDBX)
merupakan tandur tulang yang berasal dari sapi yang dihasilkan melalui proses
dekalsifikasi dengan larutan asam hidroklorida (Elshanty dan Ganevoc 2009).
Tandur tulang ini termasuk jenis xenograft karena berasal dari spesies yang
berbeda. Selain itu, tandur tulang ini terbukti memiliki sifat osteoinduktif dan
osteokonduktif. Guided bone regeneration (GBR) merupakan prosedur
rekonstruktif yang memerlukan suatu biomaterial berupa membran (Farzad dan
Mohammadi 2012). Cara kerja GBR yaitu dengan menghambat migrasi epitel dan
membentuk perlekatan jaringan baru serta regenerasi jaringan (Dimitriou et al.
2012). Prosedur penanaman GBR yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penanaman membran nata de coco.
Darah merupakan cairan tubuh yang berfungsi sebagai pembawa oksigen,
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan mekanisme hemostasis. Profil
sel darah merah dapat digunakan untuk mengetahui respon fisiologis dan
imunologis terhadap adanya benda asing seperti biomaterial implan. Respon
tersebut berbeda berdasarkan fungsi dan jenis sel darah merah (Hoffbrand et al.
2005).
Penggunaan biomaterial dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang
setiap tahunnya (Paramitha et al. 2013). Hal tersebut mendorong dilakukan
penelitian ini untuk membandingkan bahan tandur tulang dengan penggunaan atau
tanpa penggunaan membran pada tulang kalvaria untuk melihat pengaruh bahan
tandur tulang terhadap hewan percobaan tikus Sprague Dawley dengan mengamati
sel darah merah dan sel darah putih. Pemeriksaan profil sel darah merah dalam
penelitian ini meliputi hemoglobin, eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, dan
trombosit dalam tubuh tikus pasca implantasi tandur tulang DFDBX dan membran
nata de coco pada defek tulang kalvaria. Parameter profil sel darah merah juga
dapat digunakan untuk menentukan sifat biokompatibilitas material implan (Bosco
et al. 2012).
2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil sel darah merah tikus Sprague
Dawley pascaimplantasi tandur tulang demineralized freeze dried bone xenograft
(DFDBX) dan membran nata de coco pada defek tulang kalvaria sebagai salah satu
parameter biokompatibilitas.

Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang profil


sel darah merah hewan coba pada implantasi demineralized freeze dried
bone xenograft (DFDBX) dan membran Nata de coco pada defek tulang
kalvaria
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau pertimbangan
dalam penggunaan bahan tandur tulang demineralized freeze dried bone
xenograft (DFDBX) dan membran Nata de coco untuk persembuhan defek
tulang.

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Tandur Tulang

Bahan tandur tulang merupakan bahan yang dapat menggantikan tulang


yang rusak dengan cara mempercepat atau menggantikan kemampuan regeneratif
normal dari tulang. Beberapa sifat bahan tandur seperti mempunyai sifat
osteogenik, osteoinduktif, dan osteokonduktif. Sifat osteogenik yaitu berperan
dalam pembentukan tulang baru dengan mentrasplantasikan sel progenitor ke
dalam bagian bahan tandur tulang. Sifat osteoinduktif yaitu merangsang terjadinya
pembentukan tulang baru dengan proses terjadinya perubahan sel imature menjadi
sel aktif. Sifat osteokonduktif yaitu membentuk ikatan dengan tulang yang
memungkinkan terjadinya peningkatan daya lekat, migrasi, proliferasi, dan
diferensiasi sel progenitor untuk mempercepat proses persembuhan tulang (Knop
et al. 2006).
Bahan tandur tulang dapat dibagi berdasarkan asal dan sumbernya menjadi
allograf, autograft, dan xenograft. Allograft merupakan biomaterial yang berasal
dari tulang individu lain. Biomaterial ini memiliki kelemahan yaitu dapat terjadi
infeksi jika tulang yang diimplan tidak sehat tetapi allograft ini memiliki sifat
biologik osteoinduksi dan osteokonduksi. Autograft merupakan penggantian tulang
dari bagian tulang yang lain yang dimiliki oleh individu yang sama (Dianawati
2013). Keuntungan dari biomaterial ini yaitu sangat minimal resiko penolakan
jaringan, memiliki sifat osteogenik, osteoinduksi, dan osteokonduksi. Xenograft
merupakan penggantian tulang manusia dengan tulang hewan. Kelemahan dari
biomaterial ini yaitu perbedaan komposisi mineral tulang pada kedua biomaterial.
Biasanya bahan yang digunakan berasal dari sapi atau babi dan jenis ini memiliki
sifat osteokonduksi (Pandansari 2014).
3

Bahan tandur tulang DFDBX adalah bahan tandur tulang yang berasal dari
tulang kanselus sapi dengan proses tahapan demineralisasi, pembekuan, dan
sterilisasi. Demineralisasi tulang dihasilkan melalui proses dekalsifikasi dengan
larutan asam hidroklorida (Pandansari 2014). Proses demineralisasi ini bertujuan
agar sifat osteoinduksi dipertahankan sehingga kandungan bone morphogenetic
protein (BMP) yang terdapat didalam mineral tulang terekspos dengan proses
demineralisasi (Oryan et al. 2014).

Guided Bone Regeneration (GBR)

Guided bone regeneration (GBR) adalah prosedur rekonstruktif yang


memerlukan suatu biomaterial berupa membran (Farzad dan Mohammadi 2012).
Cara kerja GBR yaitu dengan menghambat migrasi epitel dan membentuk
perlekatan jaringan baru serta regenerasi jaringan (Dimitriou et al. 2012). Proses
penanaman GBR dilanjutkan dengan proses regenerasi atau perbaikan tulang.
Proses perbaikan tulang dibedakan menjadi tiga fase yaitu fase inflamasi, fase
reparatif, dan fase remodelling. Fase inflamasi yaitu fase terbentuknya pembekuan
darah yang dihasilkan faktor pertumbuhan sitokin untuk neovaskularisasi dan
diferensiasi osteoblast dan osteoclast (Pandansari 2014). Fase reparatif yaitu proses
pembentukan tulang baru, revaskularisasi dan diferensiasi menjadi chondroblast
dan osteoblast. Fase remodelling yaitu kalus keras digantikan menjadi tulang
lamellar (Kini dan Nandeesh 2012).
Berdasarkan bahan penyusunnya GBR dapat dikelompokkan menjadi GBR
degradable, GBR non-degradable, dan GBR polymer (Darwis 2009). Penggunaan
GBR non-degradable dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan tidak
sempurnanya penutupan luka, sedangkan penggunaan GBR degradable harus
dikombinasikan dengan bahan lain untuk hasil yang maksimal (Liu dan Kerns
2014). Menurut Dimitrou et al. (2012), penggunaan GBR polymer tidak
menimbulkan reaksi peradangan atau penolakan jaringan. Salah satu contoh GBR
polymer ialah membran nata de coco yang berbahan dasar selulosa.
Nata de coco merupakan air kelapa yang sudah mengalami proses
fermentasi menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini mampu
menyusun glukosa alami yang terkandung di dalam air kelapa atau sengaja
ditumbuhkan ke dalamnya menjadi suatu lapisan menyerupai gel yang mengapung
di permukaan medium. Kandungan utama nata de coco adalah selulosa (Bergonia
1982). Selulosa secara kimia murni, bebas dari lignin, mempunyai derajat
kristalinitas dan derajat polimerisasi yang tinggi. Selulosa hasil fermentasi ini biasa
digunakan sebagai membran sehingga menjadikan selulosa bakteri sangat potensial
untuk digunakan sebagai material implan dalam bidang kedokteran (Czaja et al.
2007)
Struktur, sifat fisik, dan sifat mekanik membran nata de coco telah
dipelajari oleh beberapa peneliti. Membran ini mempunyai beberapa keunggulan
antara lain kemurnian tinggi, derajat kristalinitas tinggi, mempunyai kerapatan
antara 300 – 900 kg/m3, kekuatan tarik tinggi, elastis, dan terbiodegradasi
(Krystinowicz 2001). Nata de coco sebelum digunakan sebagai membran, melalui
beberapa proses pemurnian dengan cara perendaman ke dalam larutan-larutan
tertentu. Medium perendam dalam proses pemurnian ini dapat mempengaruhi
4

struktur, sifat fisik dan mekanik, serta kinerja membran nata de coco (Craja et al.
2007).

Profil Sel Darah Merah

Sel darah merah merupakan sel darah yang paling banyak di dalam tubuh
yang berfungsi mengikat oksigen dan karbondioksida. Sel darah merah dapat
digunakan sebagai indikator untuk menguji biokompatibilitas implan. Beberapa sel
darah merah yang dapat diuji yaitu eritrosit, hemoglobin, hematokrit, Mean
Corpuscular Hemoglobin (MCH), Mean Corpuscular Volume (MCV), dan Mean
Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC).
Eritrosit memiliki fungsi sebagai transportasi oksigen dan karbondioksida
serta sebagai penyangga ion hidrogen dalam tubuh (Schalm et al. 2010). Oksigen
merupakan salah satu unsur penting dalam persembuhan luka, begitu juga dengan
hemoglobin yang mengikat oksigen. Kadar haemoglobin darah yang rendah atau
kurangnya asupan oksigen pada jaringan menyebabkan kematian pada jaringan. Hal
tersebut yang menyebabkan proses persembuhan luka terganggu atau diperpanjang
(Carson et al. 2003; Kuriyan dan Carson 2005).
Hemoglobin merupakan subtansi utama penyusun eritrosit yang terdiri atas
protein (globin) dan bagian non protein (heme) (Widyastuti 2013). Menurut Kumar
et al (2011) dalam darah hemoglobin mengikat oksigen dengan heme membentuk
oksihemoglobin. Parameter hemoglobin dapat digunakan untuk mengetahui
terjadinya anemia.
Hematokrit merupakan presentase sel-sel darah merah di dalam 100 ml
darah. Menurut Schalm et al. (2010) bahwa hematokrit paling spesifik dalam
menentukan sel darah dan plasma yang dinyatakan dalam presentase volume. Ada
dua metode dalam penentuan nilai hematokrit yaitu metode mikrohematokrit dan
metode makrohematokrit. Dari kedua metode tersebut, metode mikrohematokrit
yang paling efisien karena sedikit membutuhkan sampel darah sehingga
memungkinkan untuk mengukur nilai hematokrit pada hewan-hewan kecil.
Indeks eritrosit merupakan nilai-nilai yang menggambarkan karakteristik
eritrosit seperti ukuran, kandungan dan konsentrasi hemoglobin eritrosit. Indeks
eritrosit dapat dilakukan dengan pemeriksaan Mean Corpuscular Volume (MCV)
yang mengambarkan rata-rata volume eritrosit yang diukur secara individual
(Stockham dan Scott 2008), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) yang
mengambarkan rata-rata jumlah hemoglobin di dalam darah, dan Mean
Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) yang mengambarkan rata-rata
konsentrasi hemoglobin di dalam darah. Nilai MCHC dapat digunakan untuk
mengetahui keadaan anemia pada hewan maupun manusia (Harvey 2012).

METODE PENELITIAN

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah obat premedikasi


(atropine sulfat 0,025%), Xylazine HCL 2% (Xyla®), Ketamin 10% (Ketalar®),
alkohol 70%, penstrep® (penicilin 200 mg/ml, Streptomycin 250 mg/ml), Claneksi®
5

(Amoksilin 25mg/ml, Clavulanic acid 6,25 mg/ml), antihelmintik (pyrantel 10


mg/kg BB), antiprotozoa (metronidazole 20 mg/kg BB), Iodine tincture 3%,
tampon, benang silk 4.0 (Silkam®), benang catgut 4.0, kapas, kasa steril (Sofra-
tulle Framycetin Sulphate BP 1%®), plester hypafix, tandur tulang DFDBX dan
membran nata de coco di produksi oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

Peralatan Penelitian

Alat yang digunakan antara lain kandang tikus ukuran 40 x 30 x 20 cm3


dengan kawat besi wiremesh sebagai penutupnya, timbangan digital (gram), sonde
lambung, alat bedah minor, alat cukur, trephine bur bulat diameter 5 mm,
disposable syringe 1 ml, gloves, masker, tabung Vacuum tube EDTA 3 mL, cooling
box digunakan untuk menyimpan darah, Hematology Analyzer digunakan untuk
pengujian sampel darah dan software SPSS®.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai Desember 2015.


Pemeliharaan hewan percobaan dan operasi implantasi bahan tandur tulang
dilakukan di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor dan pengambilan sampel darah dilakukan di Laboratorium Bagian
Bedah dan Radiologi Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan strain Sprague
Dawley sebanyak 48 ekor, usia 2-3 bulan dengan bobot badan kisaran 150-200 g.
Tikus tersebut dibagi menjadi empat kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol)
tanpa perlakuan penanaman implan, kelompok II dengan pemberian membran nata
de coco, kelompok III dengan penanaman bahan tandur tulang DFDBX dan dilapisi
membran nata de coco dan kelompok IV dengan penanaman bahan tandur tulang
DFDBX. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Hewan (KEH),
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian IPB dengan
nomor 10-2015 ACUC RSHP FKH IPB.

Prosedur Percobaan

Adaptasi dan Aklimatisasi


Adaptasi dilakukan agar tikus dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Sebanyak 48 ekor hewan coba yang dipelihara, dibagi secara acak menjadi empat
kelompok yang masing-masing berisi tikus 12 ekor tikus Sprague Dawley. Setiap
kandang berisi 3 ekor tikus. Pakan dan minum diberikan secara ad libitum berupa
pellet serta sekam diganti secara teratur.
6

Aklimatisasi dilakukan selama 7 hari dengan pemberian antihelmintik


pyrantel sebanyak 10 mg/kgBB diberikan secara peroral pada hari pertama. Hari
ke-2 sampai hari ke-4, antibiotik Claneksi diberikan sebanyak 20 mg/kgBB. Serta
hari ke-5 sampai hari ke-7, Antiprotozoa metronidazole diberikan sebanyak 20
mg/kgBB. Setelah itu dilakukan pengulangan selama 7 hari. Operasi dilakukan satu
minggu setelah tikus diaklimatisasi.

Proses Pembedahan
Sebelum dilakukan pembedahan, hewan di preparasi dan tikus di anastesi
menggunakan kombinasi ketamine-xylazine secara intraperitoneal dengan dosis
masing-masing 50 mg/kgBB dan 5 mg/kgBB. Setelah hewan teranastesi, rambut
dibagian tulang kalvaria dicukur lalu didesinfeksi dengan iodine tincture 3%. Tikus
yang sudah dipreparasi diletakkan di atas meja operasi untuk dilakukan
pembedahan.
Pembedahan dilakukan di tulang kepala (kalvaria) pada bagian antara
frontal dan parietal. Kulit di bagian tengah tulang kepala (kalvaria) diinsisi dan
dibersihkan dari jaringan sampai tulang kepala dapat dilihat dengan jelas.
Periosteum dikuakkan sehingga mencapai tulang kepala (kalvaria). Lubang dibuat
dengan diameter 5 mm menggunakan trephine bur pada bagian antara frontal dan
parietal tulang kepala (kalvaria).
Pada penelitian ini terdapat empat kelompok. Setiap kelompok diberikan
perlakuan yang berbeda. Kelompok I merupakan kelompok tanpa perlakuan.
Hewan coba diinsisi pada kulit di bagian tengah tulang kepala (kalvaria).
Periosteum dikuakkan sehingga mencapai tulang kepala (kalvaria). Lubang dengan
diameter 5 mm dibuat menggunakan trephine bur pada bagian antara frontal dan
parietal tulang kepala. Lubang dibiarkan tanpa perlakuan sebagai kontrol negatif.
Kelompok II dilakukan implantasi membran nata de coco. Hewan coba
diinsisi pada kulit di bagian tengah tulang kepala (kalvaria). Periosteum dikuakkan
sehingga mencapai tulang kepala (kalvaria). Lubang dengan diameter 5 mm dibuat
menggunakan trephine bur pada bagian antara frontal dan parietal tulang kepala.
Lubang ditutup dengan membran nata de coco.
Kelompok III dilakukan implantasi tandur tulang DFDBX dan membran
nata de coco. Hewan coba diinsisi pada kulit di bagian tengah tulang kepala
(kalvaria). Periosteum dikuakkan sehingga mencapai tulang kepala (kalvaria).
Lubang dengan diameter 5 mm dibuat menggunakan trephine bur pada bagian
antara frontal dan parietal tulang kepala. Lubang diisi dengan tandur tulang
DFDBX dan ditutup dengan membran nata de coco.
Kelompok IV dilakukan implantasi tandur tulang DFDBX. Hewan coba
diinsisi pada kulit di bagian tengah tulang kepala (kalvaria). Periosteum dikuakkan
sehingga mencapai tulang kepala (kalvaria). Lubang dengan diameter 5 mm dibuat
menggunakan trephine bur pada bagian antara frontal dan parietal tulang kepala.
Lubang diisi dengan tandur tulang DFDBX.
Proses implantasi dilanjutkan dengan proses penutupan luka. Otot di atas
tulang kepala dijahit dengan menggunakan benang catgut 4.0. Hewan coba
diberikan antibiotik Penicilin-Streptomisin. Kulit kepala dijahit kembali dengan
benang silk 4.0 (Silkam®). Kulit kepala ditutup dengan sofratule dan plester.
7

Pengolahan Sampel Darah


Pengambilan sampel darah dilakukan selama 12 minggu pengamatan yaitu
pada minggu ke-1, ke-4, ke-8, dan ke-12 pascaoperasi. Sebelumnya hewan coba
dianastesi dengan ketamine 10% dosis 50 mg/kg bb dan xylazin 2% dosis 5 mg/kg
bb perinjeksi intraperitoneal. Kemudian, hewan disterilisasi dengan kapas
beralkohol pada thorax bagian sinistra. Pengambilan sampel dilakukan secara
intrakardial sebanyak 1 mL menggunakan syringe dan darah yang diperoleh
dimasukan ke dalam vacuum tube EDTA 3 mL. Kemudian sampel darah di dalam
vacuum tube dihomogenkan dengan antikoagulan di dalamnya dengan memutar
seperti angka 8. Darah dimasukkan ke dalam cooling box yang digunakan untuk
menyimpan darah dan dilakukan pengujian sampel darah menggunakan
Hematology Analyzer. Hewan coba yang telah diambil darahnya dilakukan
dislokasio os occipitalis.

Prosedur Analisis Data

Analisis data dilakukan menggunakan aplikasi software Statistical


Product and Service Solutions (SPSS®) versi 20. Pengujian perbedaan profil darah
merah antar kelompok dan waktu perlakuan dilakukan dengan uji one way anova.
Jika hasil diperoleh nilai p<0,05 dilanjutkan dengan uji analisis perbandingan
ganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Eritrosit

Menurut Schalm et al. (2010) fungsi utama eritrosit yaitu sebagai


transportasi oksigen ke dalam jaringan, transportasi karbondioksida, dan penyangga
ion hidrogen dalam tubuh. Jumlah eritrosit pascaimplantasi tandur tulang DFDBX
dan membran nata de coco disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah eritrosit tikus Sprague Dawley pascaimplantasi tandur tulang


DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya
Minggu Pengamatan ke- (Juta sel/μL)
Kelompok
1 4 8 12
Kontrol 3.8 ± 0.17a,x 3.7 ± 0.70 a,x
5.0 ± 0.05a,y 4.9 ± 0.11a,y
Membran 3.3 ± 0.49a,x 3.8 ± 0.32 a,x
4.7 ± 0.55a,y 5.1 ± 0.10a,y
Xenograft+ 3.5 ± 0.15a,x 3.9 ± 0.23a,x 4.4 ± 0.21a,y 4.9 ± 0.05a,y
Membran
Xenograft 4.1 ± 0.26a,x 3.7 ± 0.40a,x 4.7 ± 0.30a,y 5.0 ± 0.10a,y
Data disajikan dalam bentuk rataan dengan standar deviasi (x ± SD). Huruf superscript (x,y)
yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata (p>0.05) antar waktu
pengamatan.

Jumlah eritrosit pascaimplantasi biomaterial pada semua kelompok minggu


ke-1 hingga minggu ke-12 mengalami penurunan dari data normalnya. Penurunan
8

jumlah eritrosit terendah terjadi pada minggu ke-1 terutama pada perlakuan
membran sebanyak 3.3 Juta sel/μL. Jumlah eritrosit normal pada tikus adalah 7,34-
8,85 Juta sel/μL (Schalm et al. 2010). Rendahnya jumlah eritrosit dibandingkan
data normalnya dapat diakibatkan oleh perdarahan, rusaknya eritrosit (hemolysis),
dan kurangnya produksi eritrosit akibat defisiensi asam folat (Zimmerman et al.
2010).
Pada minggu ke-4, 8, dan 12 jumlah eritrosit mengalami peningkatan
dibandingkan pada minggu ke-1 hal tersebut terjadi akibat sumsum tulang
merespon rendahnya eritrosit dengan memproduksi eritrosit untuk mengembalikan
kondisi normal eritrosit (Zimmerman et al. 2010). Secara umum, jumlah eritrosit
pascaimplantasi biomaterial tidak berbeda nyata antar kelompok perlakuan. Namun
terdapat perbedaan yang nyata antar waktu pengamatan. Ini dapat dilihat dari
jumlah eritrosit yang mengalami peningkatan setiap minggunya.

Nilai Hematokrit

Menurut Stockham dan cott (2008) Hematokrit adalah presentase eritrosit


terhadap volume darah yang diukur dalam satuan persen. Data nilai hematokrit
disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Nilai hematokrit tikus Sprague Dawley pascaimplantasi tandur tulang


DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya
Minggu Pengamatan ke- (%)
Kelompok
1 4 8 12
Kontrol 34.00 ± 3.00a,x 33.33 ± 6.42a,x 47.00 ± 0.00a,y 45.00 ± 1.00a,y
Membran 29.33 ± 3.05a,x 35.00 ± 2.64a,x 43.00 ± 5.29a,y 47.00 ± 1.00a,y
Xenograft+ 34.67 ± 3.05a,x 35.67 ± 2.08 a,x
40.50 ± 2.12a,y 44.67 ± 0.57a,y
Membran
Xenograft 37.67 ± 2.30a,x 33.67 ± 3.51a,x 43.33 ± 3.05a,y 45.00 ± 1.00a,y
Data disajikan dalam bentuk rataan dengan standar deviasi (x ± SD). Huruf superscript (x,y)
yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata (p>0.05) antar waktu
pengamatan.

Nilai hematokrit pascaimpalantasi biomaterial pada minggu ke-1 dan


minggu ke-4 pascaimplantasi terjadi penurunan nilai hematokrit terutama pada
perlakuan membran minggu ke-1 sebanyak 29.33 %. Penurunan nilai hematokrit
dapat terjadi akibat perdarahan pasca operasi. Menurut Thrall (2004) perdarahan
pasca operasi dapat berpengaruh terhadap turunnya nilai hematokrit dan gagalnya
respon sumsum tulang yang diduga sebagai faktor turunnya hematokrit.
Pada minggu ke-8 dan minggu ke-12 terjadi peningkatan nilai hematokrit
dibandingkan minggu ke-1 dan minggu ke-4. Peningkatan nilai hematokrit masih
dalam rentang normal pada tikus yaitu 44.9-51.7% (Schalm et al. 2010).
Peningkatan tersebut dapat mempercepat proses persembuhan luka. Kecukupan
presentase hematokrit dalam sel darah merah membuat kebutuhan oksigen jaringan
tercukupi. Oksigen merupakan kebutuhan yang penting dalam proses persembuhan
luka selain juga menghindari infeksi pasca operasi (Gottrup 2004). Secara umum,
nilai hematokrit pascaimplantasi biomaterial tidak berbeda nyata antar kelompok
perlakuan. Namun terdapat perbedaan yang nyata antar waktu pengamatan. Ini
dapat dilihat dari nilai hematokrit yang mengalami peningkatan setiap minggunya.
9

Kadar Hemoglobin

Hemoglobin merupakan subtansi utama penyusun eritrosit yang terdiri atas


protein (globin) dan bagian non protein (heme) (Widyastuti 2013). Kadar
hemoglobin adalah salah satu parameter untuk mengetahui terjadinya anemia
(Kumar et al. 2011).

Tabel 3 Kadar hemoglobin tikus Sprague Dawley pascaimplantasi tandur tulang


DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya.
Minggu Pengamatan ke- (g/dL)
Kelompok
1 4 8 12
Kontrol 11.43 ± 0.90a,x 11.10 ± 2.19a,x 15.93 ± 0.25a,y 15.03 ± 0.47a,y
Membran 9.83 ± 1.22a,x 11.50 ± 0.95a,x 14.76 ± 2.25a,y 15.76 ± 0.35a,y
Xenograft+ 10.73 ± 0.41a,x 11.80 ± 0.86 a,x
13.40 ± 0.70a,y 14.96 ± 0.25a,y
Membran
Xenograft 12.36 ± 0.75a,x 11.23 ± 1.15a,x 14.33 ± 1.02a,y 15.13 ± 0.51a,y
Data disajikan dalam bentuk rataan dengan standar deviasi (x ± SD). Huruf superscript (x,y)
yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata (p>0.05) antar waktu
pengamatan.

Kadar hemoglobin pascaimpalantasi biomaterial pada minggu ke-1 dan


minggu ke-4 menurun dari data normalnya, terutama pada perlakuan membran
minggu ke-1 sebanyak 9.83 g/dL. Kadar hemoglobin normal pada tikus adalah
14.7-17.3 g/dL (Schalm et al. 2010). Rendahnya kadar hemoglobin dapat terjadi
akibat perdarahan pasca operasi. Penurunan jumlah hemoglobin diakibatkan oleh
menurunnya jumlah eritrosit, karena kadar haemoglobin berbanding lurus dengan
jumlah eritrosit. Sekitar 30% isi sel darah merah terdiri atas zat warna merah darah,
yaitu hemoglobin (Ernst 1991).
Pada minggu ke-8 dan minggu ke-12 terjadi peningkatan dibandingkan pada
minggu ke-1 dan minggu ke-4. Peningkatan tersebut dapat mempercepat proses
persembuhan luka. Kecukupan presentase hemoglobin dalam sel darah merah
membuat kebutuhan oksigen jaringan tercukupi. Oksigen merupakan kebutuhan
yang penting dalam proses persembuhan luka selain juga menghindari infeksi pasca
operasi (Gottrup 2004). Secara umum, kadar hemoglobin pascaimplantasi
biomaterial tidak berbeda nyata antar kelompok perlakuan. Namun terdapat
perbedaan yang nyata antar waktu pengamatan. Ini dapat dilihat dari kadar
hemoglobin yang mengalami peningkatan setiap minggunya.

Mean Corpuscular Volume (MCV)

Mean Corpuscular Volume (MCV) merupakan volume rata-rata eritrosit


yang diukur secara individual dan diperoleh dengan mengalikan hematokrit 10 kali
lalu dibagi dengan jumlah eritrosit (dalam juta sel/μL) (Stockham dan Scott 2008).
Nilai MCV pascaimpalantasi biomaterial pada minggu ke-1 sampai minggu
ke-12 meningkat dari data normalnya. Tikus dalam kondisi normal memiliki MCV
yang tinggi dan menurun seiring bertambahnya umur (Schalm et al. 2010).
10

Tabel 4 Nilai MCV tikus Sprague Dawley pascaimplantasi tandur tulang DFDBX,
membran nata de coco, dan kombinasinya.
Minggu Pengamatan ke- (fL)
Kelompok
1 4 8 12
Kontrol 91.33 ± 0.57a,x 86.67 ± 5.77a,x 92.00 ± 0.00a,x 91.00 ± 1.00a,x
Membran 90.00 ± 0.00a,x 90.33 ± 1.52a,x 91.33 ± 1.15a,x 91.67 ± 0.57a,x
Xenograft+ 90.67 ± 1.52a,x 90.33 ± 1.52a,x
90.00 ± 0.00a,x 90.00 ± 0.00a,x
Membran
Xenograft 91.00 ± 1.00a,x 90.67 ± 1.15a,x 91.00 ± 1.00a,x 90.00 ± 0.00a,x
Data disajikan dalam bentuk rataan dengan standar deviasi (x ± SD). Huruf superscript (a) pada
kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05) antar kelompok perlakuan.

Menurut Schalm et al. (2010) nilai MCV normal pada tikus adalah 55.1-
64.2 fL.Tingginya nilai MCV atau makrositik (ukuran eritrosit besar) biasanya
berhubungan dengan anemia regeneratif karena volume sel retikulosit lebih besar
dibandingkan dengan volume eritrosit dewasa, dengan demikian beberapa sel
makrositik hadir untuk meningkatkan nilai MCV di atas interval normal
(Zimmerman et al. 2010). Secara umum, nilai MCV pascaimplantasi biomaterial
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0.05) antar kelompok perlakuan dan
waktu pengamatan.

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)

Menurut Zuckerman (2007) MCH merupakan hemoglobin rata-rata yang


dinyatakan dalam pg eritrosit. Nilai MCH berguna untuk mengetahui keadaan
anemia pada hewan maupun manusia.

Tabel 5 Nilai MCH tikus Sprague Dawley pascaimplantasi tandur tulang


DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya.
Minggu Pengamatan ke- (pg)
Kelompok
1 4 8 12
Kontrol 30.33 ± 0.57a,x 30.00 ± 0.00a,x 31.00 ± 0.00a,x 30.33 ± 0.57a,x
Membran 30.67 ± 0.57a,x 30.00 ± 0.00a,x 30.67 ± 0.57a,x 30.67 ± 0.57a,x
Xenograft+ 30.00 ± 0.00a,x 30.00 ± 0.00a,x 30.00 ± 0.00a,x 31.00 ± 1.73a,x
Membran
Xenograft 30.00 ± 0.00a,x 30.33 ± 0.57a,x 33.67 ± 0.57a,x 30.00 ± 0.00a,x
Data disajikan dalam bentuk rataan dengan standar deviasi (x ± SD). Huruf superscript (a) pada
kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05) antar kelompok perlakuan.

Nilai MCH pascaimpalantasi biomaterial pada minggu ke-1 sampai minggu


ke-12 meningkat dari data normalnya, terutama pada perlakuan xenograft sebanyak
33.67 pg. Nilai MCH normal pada tikus adalah 18.6-20.7 pg (Schalm et al. 2010).
Tingginya nilai MCH mengindikasikan anemia hiperkromik (nilai hb tinggi). Hal
ini menandakan ukuran sel darah merah membesar yang terjadi akibat kekurangan
asam folat dan defisiensi vitamin B12 (Braunwald et al. 2008). Secara umum nilai
MCH pascaimplantasi biomaterial tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
(p>0.05) antar kelompok perlakuan dan waktu pengamatan.
11

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)

Menurut Harvey (2012) MCHC merupakan konsentrasi hemoglobin rata-


rata yang dinyatakan dalam g/dL eritrosit. Nilai MCHC berguna untuk mengetahui
keadaan anemia pada hewan maupun manusia.

Tabel 6 Nilai MCHC tikus Sprague Dawley pascaimplantasi tandur tulang


DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya.
Minggu Pengamatan ke- (g/dL)
Kelompok
1 4 8 12
Kontrol 33.00 ± 0.00a,x 33.00 ± 0.00 a,x
33.00 ± 0.00a,x 33.00 ± 0.00a,x
Membran 33.67 ± 0.57a,x 32.33 ± 1.15 a,x
33.00 ± 0.00a,x 33.33 ± 0.57a,x
Xenograft+ 33.00 ± 0.00a,x 32.67 ± 0.57 a,x
33.00 ± 0.00a,x 33.00 ± 0.00a,x
Membran
Xenograft 33.00 ± 0.00a,x 33.33 ± 0.57a,x 33.00 ± 0.00a,x 33.00 ± 0.00a,x
Data disajikan dalam bentuk rataan dengan standar deviasi (x ± SD). Huruf superscript (a) pada
kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (p>0.05) antar kelompok perlakuan.

Nilai MCHC pascaimpalantasi biomaterial pada minggu ke-1 sampai


minggu ke-12 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0.05) antar kelompok
perlakuan dan waktu pengamatan. Rataan data pengamatan masih dalam kisaran
nilai MCHC normal tikus yaitu 31.3-34.4 g/dL (Schalm et al. 2010). Hal ini
menunjukkan biomaterial implant tidak mempengaruhi nilai MCHC tikus.

Jumlah Trombosit

Trombosit merupakan pecahan granular sel, berbentuk piringan, dan tidak


berinti yang penting dalam proses hemostatis, pembekuan darah, dan memperbaiki
kerusakan jaringan (Marzuki et al. 2012).

Tabel 7 Jumlah trombosit tikus Sprague Dawley pascaimplantasi tandur tulang


DFDBX, membran nata de coco, dan kombinasinya.
Minggu Pengamatan ke- (ribu/μL)
Kelompok
1 4 8 12
Kontrol 380 ± 0.17a,x 370 ± 0.70a,x 507 ± 0.05a,y 493 ± 0.11a,y
Membran 337 ± 0.49a,x 383 ± 0.32a,x 473 ± 0.55a,y 510 ± 0.10a,y
Xenograft+ 353 ± 0.15a,x 393 ± 0.23 a,x
445 ± 0.21a,y 497 ± 0.05a,y
Membran
Xenograft 410 ± 0.26a,x 370 ± 0.40a,x 470 ± 0.30a,y 500 ± 0.10a,y
Data disajikan dalam bentuk rataan dengan standar deviasi (x ± SD). Huruf superscript (x,y)
yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata (p>0.05) antar waktu
pengamatan.

Jumlah trombosit pascaimpalantasi biomaterial pada minggu ke-1 dan


minggu ke-4 menurun dari data normalnya. Penurunan trombosit terendah terdapat
pada perlakuan membran sebanyak 337 x 103/μL. Jumlah trombosit normal pada
tikus adalah 430-1400 x 103/μL (Schalm et al. 2010). Hal ini menunjukkan
rendahnya jumlah trombosit dari data normalnya. Kurangnya trombosit dapat
menyebabkan perdarahan atau pembekuan darah menjadi lambat, sehingga bila
12

terjadi luka akan sulit mengering (Tisnadjaja 2006). Hal tersebut juga
mengindikasikan trombositopenia apabila jumlahnya kurang dari normal.
Penyebab trombositopenia adalah autoimun, kemoterapi, infeksi atau sepsis, dan
obat-obatan seperti heparin dan aspirin (Guyton & Hall 2006).
Pada minggu ke-8, dan minggu ke-12 terjadi peningkatan dibandingkan
pada minggu ke-1 dan minggu ke-4 hal tersebut menunjukkan pemulihan jaringan
setelah operasi yang menambah peningkatan jumlah trombosit dalam sirkulasi.
Secara umum, jumlah trombosit pascaimplantasi biomaterial tidak berbeda nyata
antar kelompok perlakuan. Namun terdapat perbedaan yang nyata antar waktu
pengamatan. Ini dapat dilihat dari jumlah trombosit yang mengalami peningkatan
setiap minggunya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Secara umum, implantasi material xenograft dan membran nata de coco


tidak mempengaruhi profil sel darah merah tikus. Bahan implant xenograft paling
dapat diterima oleh tubuh berdasarkan hasil uji statistik yang menunjukkan tidak
adanya perbedaan nyata terhadap nilai kontrol hampir pada semua parameter sel
darah merah.

Saran

Penelitian dengan menggunakan tandur tulang DFDBX dan membran nata


de coco perlu dilakukan pada hewan yang lebih besar dan dilakukan pada area yang
sesuai dengan aplikasi klinis.

DAFTAR PUSTAKA

Bergonia, H.A., 1982. Reverse Osmosis of Coconut Water Through Cellulose


Acetate Membrane, Proceedings of the second ASEAN workshop membrane
technology.
Braunwald F, Hauser K, Jameson L. Harrison Principles of Internal Medicine 17th
edition. 2008. New York (USA): McGrawHill Publishing Companies.
Bosco R, Van Den Beucken J, Leeuwenburgh S, Jansen J. 2012. Surface
engineering for bone implants: a trend from passive to active surfaces.
Coatings. 2(2012):95-119.
Carson JL, Terrin ML, Jay M. 2003. Anemia and postoperative rehabilitation. Can.
J. Anaesth. 50(Suppl. 6):60-64.
13

Czaja WK, Young DJ, Kawec M. 2007. The future prospects of microbial cellulose
in biomedical applications. Biomacromolecules. 8(1):1-11.
Darwis. 2009. Effect of gamma irradiation on microbial cellulose membrane for
application in guided bone regeneration. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan
Radiasi. 5(1):84-102.
Dimitriou R, Mataliotakis GI, Calori GM, Giannoudis PV. 2012. The role of barrier
membranes for guided bone regeneration of large bone defects: current
experimental and clinical evidence. BMC Med. 10(81):1-24.
Elsalanty ME, Ganevoc DG. Bone Graft in craniofacial surgery. Craniomaxillofac
Trauma Recons. 2009; 2:125-34.
Farzad M, Mohammadi M. Guided bone regeneration : a literature review. JOHOE.
2012; 1 (1):3-18.
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology Eleventh Edition.
Philadelphia: Elsevier.
Gottrup F. 2004. Oxygen in wound healing and infection. World. J. Surg.
28(3):312-315
Harvey JW. 2012. Veterinary Hematology: A Diagnostic Guide and Color Atlas.
Missouri (US): WB Saunders.
Hoffbrand. A. V, J.E. Petit, P.A.H. Moss. 2005. Hematologi. Edisi ke-9. Setiawan
Irawati, Penerjemah; Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC. Terjemahan dari
Essential Haematology.
Hoffmann FG, Storz JF. 2007. The αD-hemoglobin gene originated viaduplication
of an embryonic α-like hemoglobin gene in the ancestor of tetrapod
vertebrates. Mol Phylogenet Evol. 24:1982–90. doi:10.109/molbev/msm127.
Kini U, Nandeesh. Physiology of bone formation, remodelling, and metabolism. In.
Fogelman et al.,editors. Radionuclide and hybrid bone imaging. Berlin
Heidelberg: Springer-Verlag; 2012.p.29-57.
Kumar A, Sriwastwa VMS, Lata S. 2011. Impact of Black T Supra on haematology
of Albino rats. J Sci Res. 2:21-27.
Knop C, Sitte I, Canto F, Reinhold M, Blauth M. 2006. Successful posterior
interlaminar fusion at the thoracic spine by sole use of β-tricalcium
phosphate. Arch Orthop Trauma Surg 126:204-210.
Krystynowicz. 2001. Biosynthesis of Bacterial Cellulose and Its Potential
Aplication in the different
industries.http://www.biotechnology.pl.com/science/krystynomcz.htm.
Laurencin, Cato T. 2009. Bone Graft Substitutes. Amerika Serikat (US): West
Conshohocken, PA : American Society for Testing and Materials.
Marzuki A, Ibrahim N, Uslam. 2012. Pengaruh pemberian sari buah kurma
(Phoenix dactylifera l) terhadap perubahan jumlah trombosit pada tikus
(Rattus norvegicus). Majalah Farmasi dan Farmakologi. 16(2):85-88.
Oryan A, Aldadi S, Moshin A, Maffulli N. Bone Regenerative Medicine: Classic,
option, novel strategies, and future direction. JOSR. 2014; 9: 3-27.
Pandansari, P. 2014. Efek penggunaan bahan tandur tulang demineralized freeze
dried bone xenograft (DFDBX) dan membran perikardium pada
penyembuhan defek tulang kalvaria tikus sprague dawley: evaluasi
radiologik, histopatologik, dan imunohistokimia [tesis]. Depok (ID):
Universitas Indonesia.
14

Paramitha, D. 2015. Studi Biokompatibilitas Besi (Fe) Sebagai Material Penyusun


Implan Logam Terserap Tubuh pada Mencit (Mus musculus) [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Schalm OW, Weiss DJ, Wardrop K. 2010. Veterinary Hematology. State Avenue
(US). Blackwell Publishing Ltd.
Stockham SL, Scott MA. 2008. Fundamental of Clincal Pathology. State Avenue
(US). Blackwell.
Tisnadjaja, D. 2006. Bebas Kolesterol dan Demam Berdarah dengan Angkak.
Depok (ID): Penebar Swadaya.
Thrall MA. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Maryland (US):
Lippincott Williams and Wilkins.
Widyastuti DA. 2013. Profil darah tikus putih wistar pada kondisi subkronis
pemberian natrium nitrit. J Sains Vet. 31(2):201-215.
Zimmerman KL, Moore DM, Smith SA. 2010. Hematology of Laboratory Rabbits
(Oryctolagus cuniculus). Penerjemah; Weiss DJ, Wardrop KJ, editor. Lowa
(US): Wiley-Blackwell. Terjemahan dari: Schalm’s Veterinary Hematology.
Ed ke-6.
Zuckerman K. 2007. Approach to the anemias. In: Goldman L, Ausiello D, eds.
Cecil Medicine. 23rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; cap 162.
15

RIWAYAT HIDUP

Nia Rista Bella Sitepu lahir di Sumatera Utara pada tanggal 27 april 1994.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan
Ayah Suhelman Sitepu dan Ibu Rosmawati Sembiring. Penulis sekolah di SD
Negeri Adil Makmur pada tahun 2002-2008. Penulis menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Bosar Maligas pada tahun 2009,
kemudian pada tahun 2010-2012 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah
menengah atas di SMA Negeri 1 Bosar Maligas. Pada tahun 2012 penulis
mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) Tulis dengan mayor kedokteran hewan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis tergabung dalam beberapa organisasi.
Adapun organisasi yang diikuti yaitu BEM FKH IPB (2013-2014) dan Himpunan
Minat dan Profesi Satwa Liar (2012-2015). Penulis juga mengikuti beberapa
kepanitiaan kegiatan kampus Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Anda mungkin juga menyukai