Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Limpahan kesehatan
dan Rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan “Makalah
Pengelolaan Penyakit Menular” yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Promosi Kesehatan .

Dengan keterbatasan waktu yang diberikan serta pengetahuan yang masih


kurang, maka kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan dan juga masih banyak kekurangan serta kesalahan yang
masih harus diperbaiki. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak.

Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, berguna


sebagai bahan penunjang nantinya, terutama bagi yang berkepentingan.

Makassar, 16 Desember 2017

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Penyakit Menular .................................................................................... 3
B. Mekanisme Penyakit Menular ................................................................ 8
C. Cara Penyebaran Penyakit Menular ........................................................ 10
D. Proteksi Pada Kelompok Penduduk Yang Rentan .................................. 12
E. Kewaspadaan Isolasi ............................................................................... 13
F. PrinsipUmum Pengelolaan Penyakit Menular ........................................ 16
G. Pengelolaan Penyakit Menular................................................................ 18
1. Pengelolaan Pasien Dengan Hepatitis B dan Hepatitis C................... 18
2. Pengelolaan Pasien HIV/AIDS .......................................................... 20
3. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Udara
(Airborne) ........................................................................................... 21
4. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Percikan
(Droplet) ............................................................................................. 22
5. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Kontak 23
6. Penanganan Pasien Dengan Penyakit Menular Melalui Udara .......... 24

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................ 25
B. Saran .................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai
media.Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir
semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang
relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat.Penyakit menular
umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan
masyarakat.Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang
bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar.Penyakit
menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling
mempengaruhi. (Widoyono, 2011: 3). Penyebab (agent) penyakit menular
adalah unsur biologis yang bervariasi mulai dari partikel virus yang paling
sederhana sampai organisme yang paling kompleks yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia (Noor, 1997: 39). Dimana proses agent penyakit dalam
menyebabkan penyakit pada manusia memerlukan berbagai cara penularan
khusus (mode of transmission) serta adanya “sumber penularan (reservoir)
penyakit seperti manusia, binatang ... ” (Noor, 1997: 39).
Di berbagai negara masalah penyakit menular dan kualitas lingkungan
yang berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani
oleh pemerintah bersama masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan
Kesejahteraan Rakyatnya.Faktor lingkungan dan perilaku masih menjadi risiko
utama dalam penularan dan penyebaran penyakit menular, baik karena kualitas
lingkungan, masalah sarana sanitasi dasar maupun akibat pencemaran
lingkungan.Sehingga insidens dan prevalensi penyakit menular yang berbasis
lingkungan relatif masih sangat tinggi.Pembangunan kesehatan merupakan
bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional.Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

1
setinggi-tingginya.Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat berperan
penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing Sumber Daya Manusia.
Perubahan Paradigma Kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan lebih
diprioritaskan pada upaya pencegahan dan promosi dengan tanpa
meninggalkan kegiatan kuratif dan rehabilitatif, telah mendorong upaya dari
dinas kesehatan umumnya dan dalam bidang penyehatan lingkungan
permukiman serta tempat – tempat umum dan industri pada khususnya untuk
lebih menggali kemampuan dan kemauan masyarakat untuk dapat
meningkatkan dan memecahkan permasalahan kesehatannya sendiri. Keadaan
kesehatan lingkungan masyarakat masih merupakan hal yang perlu mendapat
perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti:
Mobilitas dan Peningkatan jumlah penduduk, penyediaan air bersih,
Pemanfaatan Jamban, pengolalaan sampah, pembuangan air limbah,
penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan,
ketersediaan obat, polusi udara,air dan tanah dan banyak lagi permasalahan
yang dapat menimbulkan Penyakit Menular.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui dan memahami tentang penyakit menular dan bagaimana cara

pencegahan serta cara pengelolaannya.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui jenis penyakit menular

b. Mengetahui dan memahami cara penularan dari penyakit menular

c. Mengetahui pengendalian dan pencegahan terhadap penyakit menular

d. Mengetahui cara pengelolaan pasien dengan penyakit menular

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyakit Menular
1. Pengertian Penyakit Menular
Penyakit Menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit
penyakit tertentu atau oleh produk toxin yang didapatkan melalui penularan
bibit penyakit atau toxin yang diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari
orang yang terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada orang yang
rentan; baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-
tumbuhan atau binatang pejamu, melalui vektor atau melalui lingkungan.
Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah
penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria
atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia
(seperti keracunan). Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang
besar dihampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan
kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat.
Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua
lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat
menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang
besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang
saling mempengaruhi. (Widoyono, 2011: 3).
Dalam hal ini maka penyakit menular dapat dikelompokkan
dalam 3 kelompok utama, yakni :
 Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematiannya cukup tinggi,
 Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian atau cacat,
walaupun akibatnya lebih ringan dibanding dengan yang pertama,
 Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian atau cacat, tetapi
dapat mewabah sehingga menimbulkan kerugian waktu maupun
materi/biaya.

3
2. Mata rantai penularan infeksi, yaitu :
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia,
jamur dan parasit. Dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: patogenitas, virulensi,
dan jumlah (dosis, atau load)
b. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling
umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-
bahan organik lainnya. Pada manusia, sarang dari agen tersebut berada di
permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina.
c. Port of exit (Pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi
meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membran mukosa,
transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
d. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen
infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel).
e. Port of entry (Pintu masuk) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki
pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan,
saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit
yang tidak utuh (luka).
f. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan
tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau
penyakit. Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi,
penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan,
pengobatan imunosupresan. Sedangkan faktor lain yang mungkin
berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi,
gaya hidup, pekerjaan dan herediter.

3. Manifestasi Klinis Penyakit Menular


a. Spektrum Penyakit Menular

4
Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai berbagai manifestasi
klinik, mulai dari gejala klinik yang tidak tampak sampai keadaan yang
berat disertai komplikasi dan berakhir cacat atau meninggal dunia.
Akhir dari proses penyakit adalah sembuh, cacat atau meninggal.
Penyembuhan dapat lengkap atau dapat berlangsung jinak (mild) atau
dapat pula dengan gejala sisa yang berat (serve sequele). Suatu penyakit
menular dianggap berat bila penyakit tersebut mempunyai CFR yang
tinggi atau apabila sembuh maka sebagian besar sembuh dengan disertai
gejala sisa (cacat).
b. Infeksi Terselubung (Tanpa Gejala Klinis)
Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakkan diri secara jelas
dan nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat
didiagnosa tanpa cara tertentu seperti test tuberkulin, kultur tenggorokan,
pemeriksaan antibodi dalam tubuh dll.
Untuk mendapatkan perkiraan besar dan luasnya infeksi terselubung dalam
masyarakat maka perlu dilakukan pengamatan atau survai epidemiologis
dan tes tertentu pada populasi. Hasil survai ini dapat digunakan untuk
pelaksanaan program, keterangan untuk kepentingan pendidikan. Peranan
infeksi terselubung dalam usaha pencegahan serta penanggulangan
penyakit menular tertentu sangat penting karena infeksi terselubung
mempunyai potensi sebagai sumber penularan yang cukup berbahaya.

4. Penyebaran Karakteristik Manifestasi Klinik Dari Tiga Jenis Penyakit


Menular
a. Lebih banyak dengan tanpa gejala klinik (terselubung)
Kelompok penyakit dengan keadaan lebih banyak penderita terselubung
yaitu tanpa gejala atau hanya gejala ringan saja, tidak tampak pada
berbagai tingkatan, patogenisitas rendah dan sangat sedikit yang menjadi
kasus berat atau meninggal dunia. Penyakit ini dalam masyarakat biasa
disebut sebagai bentuk gunung es (iceBerg). Contoh, Tuberkulosis,
Poliomyelitis, Hepatitis A

5
b. Lebih banyak dengan gejala klinik jelas
Kelompok dengan bagian terselubung (tanpa gejala) relatif sudah kecil,
sebagian besar penderita tampak secara klinis dan dapat dengan mudah
didiagnosa, karena umumnya penderita muncul dengan gejala klasik.
Diantara mereka yang menderita, hanya sebagian kecil saja yang menjadi
berat atau berakhir dengan kematian. Contoh: Measles, cacar air
(chickenpox).
c. Penyakit yang umumnya berakhir.
Kelompok penyakit yang menunjukkan proses kejadian yang umumnya
berakhir dengan kelainan atau berakhirnya dengan kematian. Kelompok
penyakit ini secara klinik selalu disertai dengan gejala berat, dan sebagian
besar meninggal dunia. Contoh: penyakit Rabies

5. Komponen Proses Penyakit Menular


a. Faktor Penyebab Penyakit Menular
Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat faktor yang
memegang peranan penting :
 Faktor penyebab atau agent yaitu organisme penyebab penyakit
 Sumber penularan yaitu reservoir maupun resources
 Cara penularan khusus melalui mode of transmission
b. Unsur Penyebab Dikelompokkan Dalam :
 Kelompok arthropoda (serangga) seperti scabies, pediculosis, dll.
 Kelompok cacing/helminth baik cacing darah maupun cacing perut.
 Kelompok protozoa seperti plasmodium, amoeba, dll.
 Fungus atau jamur baik uni maupun multiselular.
 Bakteri termasuk spirochaeta maupun ricketsia.
 Virus sebagai kelompok penyebab yang paling sederhana.

6. Sumber Penularan :
 Penderita

6
 Pembawa kuman
 Binatang sakit
 Tumbuhan/benda

7. Keadaan Pejamu :
 Keadaan umum
 Kekebalan
 Status gizi
 Keturunan

8. Cara keluar dari sumber dan cara masuk ke pejamu melalui :


 Mukosa atau kulit
 Saluran pencernaan
 Saluran pernapasan
 Saluran urogenitalia
 Gigitan, suntikan, luka

9. Interaksi Penyebab dengan Pejamu


a. Infektivitas
Infektivitas adalah kemampuan unsur penyebab atau agent untuk masuk
dan berkembangbiak serta menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu.
b. Patogenesis
Patogenesis adalah kemampuan untuk menghasilkan penyakit dengan
gejala klinis yang jelas
c. Virulensi
Virulensi adalah nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang berat
terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis jelas.
d. Imunogenisitas
Imunogenisitas adalah suatu kemampuan menghasilkan kekebalan atau
imunitas

7
e. Mekanisme Patogenesis
 Invasi jaringan secara langsung
 Produksi toksin
 Rangsangan imunologis atau reaksi alergi yang menyebabkan
kerusakan pada tubuh pejamu
 Infeksi yang menetap (infeksi laten)
 Merangsang kerentanan pejamu terhadap obat dalam menetralisasi
toksisitas
 Ketidakmampuan membentuk daya tangkal (immuno supression)
f. Sumber Penularan Penyakit
 Reservoar pada Manusia
Pada penyakit menular, sumber infeksi berasal dari orang yang sedang
mengalami infeksi dapat berupa kasus atau karier. Kasus dapat
berbentuk subklinis dan klinis. Pada kasus subklinis, tidak diketemukan
gejala penyakit atau bersifat asimtomatis tetapi berpotensi untuk
menularkan infeksi kepada orang lain, seperti pada penyakit
poliomyelitis dan demam tifoid.
 Reservoar hewan
Sumber infeksi dapat berasal dari hewan atau burung dan berupa kasus
atau karier seperti pada manusia. Beberapa penyakit Zoonosis utama
dan reservoir utamanya: Pes (plaque) tikus, rabies (penyakit anjing
gila Anjing, bovine tuberculosis sapi, thypus scrub & murine tikus,
leptospirosis tikus, virus encephlitides kuda, trichinosis babi,
hidatosis anjing.

B. Mekanisme Penyakit Menular


Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah
mekanisime penularan (mode of transmissions) yakni berbagai mekanisme di
mana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai penjamu yang
potensial. Mekanisme tersebut meliputi cara unsur penyebab (agent)
meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai penjamu potensial,

8
serta cara masuknya ke penjamu potensial tersebut. Seseorang yang sehat
sebagai salah seorang penjamu potensial dalam masyarakat, mungkin akan
ketularan suatu penyakit menular tertentu sesuai dengan posisinya dalam
masyarakat serta dalam pengaruh berbagai reservoir yang ada di sekitarnya.
Kemungkinan tersebut sangat di pengaruhi pula olah berbagai faktor antara
lain:
 Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut
mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur penyebab.
 Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan resevoir
penyakit serta unsur biologis yang hidup berada di sekitar manusia.
 Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat,
termasuk kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari.

a. Cara unsur penyebab keluar dari penjamu (Reservoir)


Pada umumnya selama unsur penyebab atau mikro-organisme penyebab
masih mempunyai kesempatan untuk hidup dan berkembang biak dalam
tubuh penjamu, maka ia akan tetap tinggal di tempat yang potensial tersebut.
Namun di lain pihak, tiap individu penjamu memiliki usaha perlawanan
terhadap setiap unsur penyebab patogen yang mengganggu dan mencoba
merusak keadaan keseimbangan dalam tubuh penjamu. Unsur penyebab
yang akan meninggalkan penjamu dimana ia berada dan berkembang biak,
biasanya keluar dengan cara tersendiri yang cukup beraneka ragam sesuai
dengan jenis dan sifat masing-masing. Secara garis besar, maka cara ke luar
unsur penyebab dari tubuh penjamu dapat dibagi dalam beberapa bentuk,
walaupun ada di antara unsur penyebab yang dapat menggunakan lebih satu
cara.
b. Cara penularan (mode of transmission)
Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk
mendapatkan potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu jalur
lingkaran perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang disebut jalur

9
penularan. Tiap kelompok memiliki jalur penularan tersendiri dan pada
garis-garis besarnya dapat di bagi menjadi dua bagian utama yakni:
 Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari
penderita atau resevoir, langsung ke penjamu potensial yang baru.
 Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan
melalui media tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk
droplet dan dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui
vector (vector borne).
 Pejamu potensial lainnya, tetapi harus melalui perantara hidup

C. Cara Penyebaran Penyakit Menular


1. Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)
Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain :
a. Penyakit kelamin
b. Rabies
c. Trakoma
d. Skabies
e. Erisipelas
f. Antraks
g. Gas-gangren
h. Infeksi luka aerobik
i. Penyakit pada kaki dan mulut pada penyakit kelamin seperti GO, sifilis,
dan HIV, agen penyakit ditularkan langsung dan seorang yang infeksius
ke orang lain melalui hubungan intim.

2. Melalui Media Udara


Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak
langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai airborne disease. Jenis
penyakit yang ditularkan antara lain :
a. TBC Paru
b. Varicella

10
c. Difteri
d. Influenza
e. Variola
f. Morbili/campak
g. Meningitis
h. Demam skarlet
i. Mumps
j. Rubella
k. Pertussis

3. Melalui Media Air


Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung maupun tidak
langsung melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air disebut
sebagai water borne disease atau water related disease.
Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam
empat kelompok menurut cara penularannya:
 Water borne mechanism
Kuman pathogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada
manusia, ditularkan melalui mulut atau system pencernaan. Contoh :
kolera, tifoid, hepatitis virus, disentri basiler dan poliomyelitis.
 Water washed mechanism
Jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan
individu dan umum dapat berupa:
- Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
- Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trakoma.
 Water based mechanism
Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian siklus
hidupnya di dalam tubuh vector atau sebagai pejamu intermediate yang
hidup di dalam air. Contoh : skistosomiasis, Dracunculus medinensis.
 Water related insect vector mechanism

11
Jenis penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang
berkembangbiak di dalam air. Contoh : filariasis, dengue, malaria, demam
kuning.
Agen Penyakit :
a. Virus : hepatitis virus, poliomielitis
b. Bakteri : kolera, disentri, tifoid, diare
c. Protozoa : amubiasis, giardiasis
d. Helmintik : askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid
e. Leptospira : penyakit Weil Pejamu akuatik :
 Bermultiplikasi di air: skistosomiasis (vektor keong)
 Tidak bermultiplikasi: Guinea’s worm dan fish tape worm (vektor
cyclop)

4. Melalui media vector penyakit


Arthropod-borne disease atau sering juga disebut sebagai vector-borne
diseases merupakan penyakit penting yang seringkali bersifat endemis
maupun epidemis dan sering menimbulkan bahaya kematian. Di Indonesia,
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit
endemis pada daerah tertentu, seperti demam berdarah dengue (DBD),
malaria, kaki gajah dan penyakit virus Chikungunya yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, penyakit saluran pencernaan seperti
disentri, kolera, demam tifoid dan paratifoid ditularkan secara mekanis oleh
lalat rumah.

D. Proteksi pada kelompok penduduk yang rentan


1. Imunisasi aktif
Pemberian imunisasi aktif pada bayi yang sensitif terhadap penyakit menular
seperti TBC, campak, difteri, pertusis dan tetanus.
2. Imunisasi pasif
Pemberian gamma globulin dan antisera yang bertujuan untuk merangsang
pembentukan antibodi.

12
3. Kemoprofilaksis
Pemberian obat-obat untuk pencegahan agar orang tidak menjadi sakit,
seperti obat anti malaria, TBC dan lainnya.
4. Pendidikan kesehatan
Higiene pribadi, sadar lingkungan dan lainnya.
Pengendalian penyakit menular menjadi salah satu pencapaian dalam
Millenium Development Goals (MDGs)poin 6 : Memerangi HIV/AIDS, malaria
serta penyakit lainnya. (Chandra B, 2010)

E. Kewaspadaan Isolasi
Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/PEP)
terhadap petugas kesehatan. Berkaitan pencegahan agen infeksi yang
ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena
luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu
mendapatkan perhatian adalah hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.
Kewaspadaan isolasi selalu harus diterapkan untuk menurunkan resiko
transmisi penyakit dari pasien terinfeksi ke pasien lain atau ke pekerja medis.
Kewaspadaan isolasi merupakan kombinasi dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berbasis transmisi.
Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions”
(Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu :
a. Kewaspadaan Standar (Standard Precautions)
Kewaspadaan standar diberlakukan terhadap semua pasien, tidak tergantung
dari jenis infeksi yang mengenai pasien. Hal ini disusun untuk mencegah
kontaminasi silang sebelum diagnosis diketahui. Kewaspadaan standar
misalnya adalah :
o Kebersihan tangan/Handhygiene
o Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata
pelindung), face shield(pelindungwajah), gaun
o Peralatan perawatan pasien
o Pengendalian lingkungan

13
o Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
o Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
o Penempatan pasien
o Hygiene respirasi/Etika batuk
o Praktek menyuntik yang aman
o Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi.
b. Kewaspadaan berdasarkan cara penularan (Transmission based
Precautions)
 Kewaspadaan isolasi yang kedua adalah kewaspadaan berdasarkan
transmisi. Tujuannya untuk memutus rantai penularan mikroba
penyebab infeksi. Ini diterapkan pada pasien yang memang sudah
dicurigai terinfeksi kuman tertentu yang bisa ditransmisikan lewat
udara, droplet, kontak kulit atau lain-lain. Ada tiga jenis kewaspadaan
berdasarkan transmisi, yaitu: Kewaspadaan transmisi kontak,
Kewaspadaan transmisi droplet, Kewaspadaan transmisi airborne

Kewaspadaan berdasarkan transmisi dapat dilaksanakan secara terpisah


ataupun kombinasi karena suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu
cara.
1) Kewaspadaan transmisi Kontak
 Penempatan pasien: Kamar tersendiri atau kohorting (Penelitian tidak
terbukti kamar tersendiri mencegah HAIs). Kohorting adalah
menempatkan pasien terinfeksi atau kolonisasi patogen yang sama di
ruang yang sama, pasien lain tanpa patogen yang sama dilarang masuk.
 APD petugas:
- Gunakan sarung tangan bersih yang tidak steril. Ganti sarung
tangan setelah kontak dengan bahan infeksius. Lepaskan sarung
tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan
menggunakan antiseptik
- Lepaskan gaun (pakaian pelindung) sebelum meninggalkan ruangan
 Transportasi pasien

14
Batasi kontak saat transportasi pasien
2) Kewaspadaan transmisi droplet
 Penempatan pasien :
- Kamar tersendiri atau kohorting, beri jarak antar pasien >1meter
- Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka
 APD petugas:
Masker Bedah/Prosedur, dipakai saat memasuki ruang rawat pasien
 Transport pasien
- Batasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat
transportasi
- Terapkan hygiene respirasi dan etika batuk
3) Kewaspadaan transmisi udara/airborne
 Penempatan pasien :
- Di ruangan tekanan negatif
- Pertukaran udara > 6-12 x/jam,aliran udara yang terkontrol
- Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin AC + filter HEPA
- Pintu harus selalu tertutup rapat.
- kohorting
- Seharusnya kamar terpisah, terbukti mencegah transmisi, atau
kohorting jarak> 1 m
- Perawatan tekanan negatif sulit, tidak membuktikan lebih efektif
mencegah penyebaran
- Ventilasi airlock à ventilatedanteroom terutama pada varicella (lebih
mahal)
- Terpisah jendela terbuka (TBC ), tak ada orang yang lalu lalang
 APD petugas:
- Minimal gunakan Masker Bedah/Prosedur
- Masker respirator (N95) saat petugas bekerja pada radius <1m dari
pasien,
- Gaun
- Goggle

15
- Sarung tangan
(bila melakukan tindakan yang mungkin menimbulkan aerosol)
 Transport pasien
- Batasi transportasi pasien, Pasien harus pakai masker saat keluar
ruangan
- Terapkan hygiene respirasi dan etika batuk.

Peraturan Untuk Kewaspadaan Isolasi


Harus dihindarkan transfer mikroba pathogen antar pasien dan petugas saat
perawatan pasien rawat inap, perlu diterapkan hal-hal berikut :
a) Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi dan sekresi
dari seluruh pasien
b) Dekontaminasi tangan sebelum dan sesudah kontak diantara pasien
satu lainnya
c) Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh)
d) Gunakan teknik tanpa menyentuh bila memungkinkan terhadap bahan
infeksius
e) Pakai sarung tangan saat atau kemungkinan kontak darah dan cairan tubuh
serta barang yang terkontaminasi, disinfeksi tangan segera setelah melepas
sarung tangan. Ganti sarung tangan antara pasien.
f) Penanganan limbah feses, urine, dan sekresi pasien lain di buang ke lubang
pembuangan yang telah disediakan, bersihkan dan disinfeksi bedpan, urinal
dan obtainer/container pasien lainnya.
g) Tangani bahan infeksius sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO)
h) Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen pasien yang infeksius telah
dibersihkan dan didisinfeksi benar.

F. Prinsip Umum Pengelolaan Penyakit Menular


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemberantasan penyakit menular :
 Mengumpulkan dan menganalisis data tentang penyakit
 Melaporkan penyakit

16
 Menyelidiki di lapangan
 Melakukan tindakan permulaan untuk menahan penjalarannya
 Vaksinasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh (KMKRI, 2003)
Usaha-usaha pencegahan dan tindakan efektif terhadap penyebaran penyakit
menular dapat dilakukan antara lain:
1) Kontrol terhadap sumber atau reservoir infeksi
Kasus atau karier penyakit yang merupakan sumber utama infeksi dapat
dikontrol dengan cara :
a. Diagnosis dini
Mendeteksi secara dini penyakit yang terjadi di masyarakat agar cepat
diobati dan tidak menjadi kronis dan menular.
b. Notifikasi
Setiap kasus penyakit menular yang telah dideteksi perlu segera
dilaporkan pada dinas kesehatan setempat agar dapat ditanggulangi dan
melakukan persiapan lain yang diperlukan untuk penanganan medis
lebih lanjut.
c. Isolasi
Isolasi penderita bertujuan membatasi penyebaran penyakit ke
masyarakat seperti avian influenza dan lainnya.
d. Terapi
Merupakan bagian dari tindakan preventif yang bertujuan mengurangi
periode masa penularan dan hari kesakitan.
e. Karantina
Berupa isolasi orang sehat atau binatang yang berasal dari daerah yang
diduga menderita penyakit infeksi, lama waktu isolasi biasanya sesuai
dengan masa inkubasi penyakit yang ada.
f. Surveilans epidemiologi
Berupa penelitian atau survey di lapangan terhadap segala sesuatu yang
diduga penyebab terjadinya penyakit.
g. Desinfeksi

17
Melakukan suci hama pada tinja, urin, muntahan pasien serta peralatan
yang telah dipakai oleh penderita
2) Memutus rantai penularan
Penularan penyakit dari orang sakit kepada orang lain dapat melalui
beberapa jalan. Untuk mencegah terjadinya penularan dapat dengan cara
melakukan blockade atau memutus rantai penularan:
a. Vehicle transmission
Penularan terjadi melalui media seperti air, makanan, sayuran, susu dan
lainnya. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan berupa barier sanitasi
yaitu mencegah sumber air, makanan, susu dan lainnya terkontaminasi
dengan tinja penderita.
b. Vector transmission
Penularan terjadi melalui vector penyakit atau arthropoda. Usaha yang
dapat dilakukan berupa kontrol vector dan manipulasi lingkungan.
c. Airborne transmission
Penularan terjadi melalui udara pernapasan. Usaha yang dapat dilakukan
adalah dengan memakai masker, menjauhi atau isolasi penderita.
d. Contact transmission
Penularan terjadi melalui kontak intim. Usaha yang dapat dilakukan
adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom.

G. Pengelolaan Penyakit Menular


1. Pengelolaan Pasien Dengan Hepatitis B dan Hepatitis C
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus
Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil
kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Virus ini tidak
menyebar melalui makanan atau kontak biasa, tetapi dapat menyebar
melalui darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi. Seorang bayi
dapat terinfeksi dari ibunya selama proses kelahirannya. Juga dapat

18
menyebar melalui kegiatan seksual, penggunaan berulang jarum suntik,
dan transfusi darah dengan virus di dalamnya.
Hepatitis C adalah Infeksi yang terutama menyerang organ hati. Penyakit ini
disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C seringkali tidak
memberikan gejala, namun infeksi kronis dapat menyebabkan parut (eskar)
pada hati, dan setelah menahun menyebabkan sirosis. Dalam beberapa
kasus, orang yang mengalami sirosis juga mengalami gagal hati, kanker
hati, atau pembuluh yang sangat membengkak di esofagus dan lambung,
yang dapat mengakibatkan perdarahan hingga kematian.

Pengelolaan pasien dengan Hepatitis B dan Hepatitis C


a. Lakukan kewaspadaan universal apabila pasien belum terdiagnosa
Hepatitis B atau C;
b. Apabila sudah terdiagnosa Hepatitis B dan C, maka:
1) Lakukan hand hygiene
2) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain:
 Sarung tangan digunakan :
- Bila akan menyentuh darah/cairan tubuh lain
- Bila menangani benda-benda atau alat-alat yang tercemar oleh
darah atau cairan tubuh pasien
- Bila melakukan tindakan invasif.
 Masker atau pelindung wajah dipakai untuk mencegah pajanan
pada mukosa, mulut, hidung dan mata.
 Celemek dipakai pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan
atau tumpahan darah atau cairan.
c. Setelah pasien dirujuk/meninggal, lakukan:
1) Dekontaminasi seluruh mebel yang kontak dengan pasien dan petugas
dengan clorine 0.5% (tidak direkomendasikan fogging ruangan)
2) Linen yang kontak dengan darah pasien dimasukkan dalam linen
infeksius

19
3) Instrumen yang terkontaminasi dengan darah pasien dilakukan
dekontaminasi dengan clorine 0.5%
4) Alat makan sama dengan alat makan pasien umum
5) Alat kesehatan yang digunakan pasien Hepatitis B dan C tidak boleh
digunakan untuk pasien lain
6) Setelah ruangan bersih, ruangan siap digunakan.

2. Penanganan Pasien HIV/AIDS


HIV adalah human immunodeficiency virus suatu virus yang dapat
menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang
sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam
melawan infeksi. Tanpa pengobatan, seorang dengan HIV bisa bertahan
hidup selama 9-11 tahun setelah terinfeksi, tergantung tipenya. Dengan kata
lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi
(kekurangan) sistem imun. Penyaluran virus HIV bisa melalui
penyaluran Semen (reproduksi), Darah, cairan vagina, dan ASI. HIV bekerja
dengan membunuh sel-sel penting yang dibutuhkan oleh manusia, salah
satunya adalah Sel T pembantu, Makrofaga, Sel dendritik.
AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS)
adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau
infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya
(SIV, FIV, dan lain-lain).

Pengelolaan pasien dengan HIV/AIDS


a. Lakukan cuci tangan dengan cara prosedural setiap melakukan tindakan
sesuai five moments
b. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kebutuhan
c. Lakukan penanganan gawat darurat pasien HIV/AIDS yang emergency
d. Rujuk pasien ke Rumah Sakit Rujukan Nasional setelah pasien stabil
dengan dilakukan edukasi kepada pasien dan keluarga terlebih dahulu

20
e. Lakukan pembersihan ruangan sesuai prosedur segera setelah pasien
pulang
f. Lakukan perendaman instrumen bekas pasien HIV/AIDS yang
terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh dengan chlorine 0.5% selama
10 menit sebelum dicuci biasa.
3. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Udara
(Airborne).
 Airborne : partikel kecil ukuran < 5 mm, bertahan lama di udara, jarak
penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis
virus campak, Varisela (cacar air), spora jamur, virus smallpox,
streptococcus hemoliticus, difteri, ds
 Penularan sebagian besar melalui udara, atau kontak langsung.
 Terdapat dua bentuk: droplet nucklei dan dust (debu)
- Droplet nuklei merupakan partikel yang sangat kecil sebagai sisa
droplet yang mengering. Pembentukannya dapat melalui berbagai cara,
antara lain dengan melalui evaporasi droplet yang dibatukkan atau
yang dibersihkan ke udara. Droplet nuklei juga dapat terbentuk dan
aerolisasi materi-materi penyebab infeksi di dalam laboratorium. Karena
ukurannya yang sangat kecil, bentuk ini dapat tetap berada di udara untuk
waktu yang cukup lama dan dapat diisap pada waktu bernapas dan
masuk ke alat pernapasan.
- Dust adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai hasil
dan resuspensi partikel yang terletak di lantai, di tempat tidur serta
yang tertiup angin bersama debu lantai/tanah.

Pengelolaan pasien dengan kewaspadaan berbasis transmisi udara (airborne)


a. Tempatkan pasien di ruang isolasi bertekanan negatif
b. Batasi gerakan. Transport pasien hanya kalau diperlukan saja dan berikan
masker bedah
c. Pakai APD masker bedah saat melakukan pemeriksaan atau tindakan
d. Batasi jumlah pengunjung

21
e. Berikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa orang yang rentan tidak
diperbolehkan masuk ruangan pasien
f. Berikan edukasi kepada keluarga pasien tentang cara pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD) masker bedah
g. Berikan edukasi tentang Etika Batuk dan Bersin
h. Google (kaca mata) dipakai saat melakukan tindakan dengan
kemungkinan timbul aerosol
i. Lakukan dekontaminasi dan pembersihan ruangan dengan cara :
 Ganti korden pasien dengan korden yang bersih
 Bersihkan dengan clorine 0.5% semua dinding, mebel ruangan yang
kontak dengan petugas dan pasien
 Bersihkan exhaust fan
 Masukkan linen kotor pada wadah linen non infeksius apabila tidak
terkontamionasi dengan cairan tubuh pasien
 Dokumentasikan dalam Checklist Pembersihan Ruangan Bertekanan
Negatif setelah pelaksanaan selesai.

4. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Percikan


(Droplet)
Penularan melalui saluran napas (droplet): karena batuk, bersin, bicara atau udara
pernapasan, partikel droplet > 5 mm jarak sebar pendek, tdk bertahan lama di
udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva, hidung, mulut,
Contoh: Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus influenza type b
(Hib), Virus Influenza, mumps, rubella, campak
a. Tempatkan pasien di ruang terpisah sejauh mungkin atau paling
pinggir/pojok, bila tidak mungkin kohorting
b. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara
dan ventilasi
c. Batasi gerak dan transportasi pasien
d. Batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker pada pasien

22
e. Anjurkan pasien untuk menerapkan Hygiene Respirasi/Etika Batuk
dengan benar
f. Pakailah masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien
g. Peralatan untuk perawatan pasien tidak perlu penanganan khusus, karena
mikroba tidak bergerak jarak jauh.

5. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Kontak


 Kontak langsung: kontak badan ke badan. Transfer kuman penyebab
terjadi secara fisik pada saat pemeriksaan fisik, seperti saat memandikan
pasien.
 Indirect/Tidak langsung (paling sering): kontak melalui objek
(benda/alat) perantara: melalui instrumen, jarum, kasa, tangan yang tidak
dicuci.
a. Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan pasien di
tempat paling pinggir atau pojok atau diberi jarak > 1 meter antar TT
b. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
c. Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau perlu saja
d. Pakailah sarung tangan bersih non steril jika melakukan tindakan ke
pasien
e. Ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius, misalnya
feses, cairan drain, dan segera lepas sarung tangan tersebut
f. Lepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci
tangan dengan antiseptik
g. Pakailah gaun/skort bersih saat masuk ruang pasien untuk melindungi
baju dari kontak pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang
pasien, cairan tubuh pasien. Lepaskan gaun sebelum ke luar dari ruang
pasien
h. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
i. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau
pasien dengan mikroba yang sama
j. Bersihkan dan disinfeksi peralatan sebelum dipakai untuk pasien lain.

23
6. Penanganan Pasien Dengan Penyakit Menular Melalui Udara
a. Jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan-tindakan
pencegahan ini.
b. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri.
c. Jika ruangan tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah
dikonfirmasi secara terpisah dari kasus yang belum di konfirmasi atau
sedang didiagnosis. Bila ditempatkan dalam satu ruangan, jarak antar
tempat tidur harus lebih dari 2 (dua) meter dan diantara tempat tidur
harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
d. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan
negatif yang dimonitor (ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12
pergantian udara per jam dan sistem pembuangan udara keluar atau
menggunakan saringan udara partikulasi efisien tinggi (filter HEPA)
yang termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah
sakit.
e. Jaga pintu tertutup setiap saat.
f. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang
sesuai yaitu masker. Bila perlu memakai gaun, pelindung wajah atau
pelindung mata dan sarung tangan.
g. Bila perlu pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan.
h. Bila perlu pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika
akan berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau
barang-barang di dalam ruangan.
i. Pada saat akan memasuki dan meninggalkan kamar harus cuci tangan.
j. Semua alat yang terkontaminasi oleh sekresi pasien harus didesinfeksi

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai
media.Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir
semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang
relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat.
2. Mata rantai penularan infeksi, yaitu
a) Agen infeksi (infectious agent)
b) Reservoir
c) Port of exit ( Pintu keluar)
d) Transmisi (cara penularan)
e) Pejamu rentan (suseptibel)
f) Port of entry (Pintu masuk)
3. Sumber Penularan :
 Penderita
 Pembawa kuman
 Binatang sakit
 Tumbuhan/benda
4. Cara Penyebaran Penyakit Menular
 Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)
 Melalui Media Udara
 Melalui Media Air
 Melalui media vector penyakit.
5. Kewaspadaan Isolasi
a. Kewaspadaan Standar (Standard Precautions)
 Kebersihan tangan/Handhygiene
 Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata
pelindung), face shield(pelindungwajah), gaun

25
 Peralatan perawatan pasien
 Pengendalian lingkungan
 Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
 Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
 Penempatan pasien
 Hygiene respirasi/Etika batuk
 Praktek menyuntik yang aman
 Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi
b. Kewaspadaan berdasarkan cara penularan (Transmission based
Precautions)
 Kewaspadaan transmisi kontak
 Kewaspadaan transmisi droplet
 Kewaspadaan transmisi airborne
6. Pengelolaan Pasien Dengan Hepatitis B dan Hepatitis C
a. Lakukan kewaspadaan universal apabila pasien belum terdiagnosa
Hepatitis B atau C;
b. Apabila sudah terdiagnosa Hepatitis B dan C, maka:
1) Lakukan hand hygiene
2) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain:
 Sarung tangan digunakan :
- Bila akan menyentuh darah/cairan tubuh lain
- Bila menangani benda-benda atau alat-alat yang tercemar oleh
darah atau cairan tubuh pasien
- Bila melakukan tindakan invasif.
 Masker atau pelindung wajah dipakai untuk mencegah pajanan pada
mukosa, mulut, hidung dan mata.
 Celemek dipakai pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan
atau tumpahan darah atau cairan.
c. Setelah pasien dirujuk/meninggal, lakukan:

26
1) Dekontaminasi seluruh mebel yang kontak dengan pasien dan petugas
dengan clorine 0.5% (tidak direkomendasikan fogging ruangan)
2) Linen yang kontak dengan darah pasien dimasukkan dalam linen
infeksius
3) Instrumen yang terkontaminasi dengan darah pasien dilakukan
dekontaminasi dengan clorine 0.5%
4) Alat makan sama dengan alat makan pasien umum
5) Alat kesehatan yang digunakan pasien Hepatitis B dan C tidak boleh
digunakan untuk pasien lain
6) Setelah ruangan bersih, ruangan siap digunakan.
7. Pengelolaan pasien dengan HIV/AIDS
a. Lakukan cuci tangan dengan cara prosedural setiap melakukan tindakan
sesuai five moments
b. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kebutuhan
c. Lakukan penanganan gawat darurat pasien HIV/AIDS yang emergency
d. Rujuk pasien ke Rumah Sakit Rujukan Nasional setelah pasien stabil
dengan dilakukan edukasi kepada pasien dan keluarga terlebih dahulu
e. Lakukan pembersihan ruangan sesuai prosedur segera setelah pasien
pulang
f. Lakukan perendaman instrumen bekas pasien HIV/AIDS yang
terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh dengan chlorine 0.5% selama
10 menit sebelum dicuci biasa.
8. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Udara
(Airborne).
a. Tempatkan pasien di ruang isolasi bertekanan negatif
b. Batasi gerakan. Transport pasien hanya kalau diperlukan saja dan berikan
masker bedah
c. Pakai APD masker bedah saat melakukan pemeriksaan atau tindakan
d. Batasi jumlah pengunjung
e. Berikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa orang yang rentan tidak
diperbolehkan masuk ruangan pasien

27
f. Berikan edukasi kepada keluarga pasien tentang cara pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD) masker bedah
g. Berikan edukasi tentang Etika Batuk dan Bersin
h. Google (kaca mata) dipakai saat melakukan tindakan dengan kemungkinan
timbul aerosol
i. Lakukan dekontaminasi dan pembersihan ruangan dengan cara :
 Ganti korden pasien dengan korden yang bersih
 Bersihkan dengan clorine 0.5% semua dinding, mebelair ruangan yang
kontak dengan petugas dan pasien
 Bersihkan exhaust fan
 Masukkan linen kotor pada wadah linen non infeksius apabila tidak
terkontamionasi dengan cairan tubuh pasien
 Dokumentasikan dalam Checklist Pembersihan Ruangan Bertekanan
Negatif setelah pelaksanaan selesai.
9. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Percikan
(Droplet)
a. Tempatkan pasien di ruang terpisah sejauh mungkin atau paling
pinggir/pojok, bila tidak mungkin kohorting
b. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara
dan ventilasi
c. Batasi gerak dan transportasi pasien
d. Batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker pada pasien
e. Anjurkan pasien untuk menerapkan Hygiene Respirasi/Etika Batuk dengan
benar
f. Pakailah masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien
g. Peralatan untuk perawatan pasien tidak perlu penanganan khusus, karena
mikroba tidak bergerak jarak jauh.
10. Pengelolaan Pasien Dengan Kewaspadaan Berbasis Transmisi Kontak
a. Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan pasien di tempat
paling pinggir atau pojok atau diberi jarak > 1 meter antar TT
b. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain

28
c. Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau perlu saja
d. Pakailah sarung tangan bersih non steril jika melakukan tindakan ke pasien
e. Ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius, misalnya
feses, cairan drain, dan segera lepas sarung tangan tersebut
f. Lepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan
dengan antiseptik
g. Pakailah gaun/skort bersih saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju
dari kontak pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan
tubuh pasien. Lepaskan gaun sebelum ke luar dari ruang pasien
h. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
i. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau
pasien dengan mikroba yang sama
j. Bersihkan dan disinfeksi peralatan sebelum dipakai untuk pasien lain.
11. Penanganan Pasien Dengan Penyakit Menular Melalui Udara
a. Jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan-tindakan pencegahan
ini.
b. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri.
c. Jika ruangan tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah
dikonfirmasi secara terpisah dari kasus yang belum di konfirmasi atau
sedang didiagnosis. Bila ditempatkan dalam satu ruangan, jarak antar
tempat tidur harus lebih dari 2 (dua) meter dan diantara tempat tidur harus
ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
d. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan
negatif yang dimonitor (ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12
pergantian udara per jam dan sistem pembuangan udara keluar atau
menggunakan saringan udara partikulasi efisien tinggi (filter HEPA) yang
termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah sakit.
e. Jaga pintu tertutup setiap saat.
f. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai
yaitu masker. Bila perlu memakai gaun, pelindung wajah atau pelindung
mata dan sarung tangan.

29
g. Bila perlu pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan.
h. Bila perlu pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika
akan berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau
barang-barang di dalam ruangan.
i. Pada saat akan memasuki dan meninggalkan kamar harus cuci tangan.
j. Semua alat yang terkontaminasi oleh sekresi pasien harus didesinfeksi.

B. Saran
1. Selalu berusaha mengurangi kontak dengan para penderita penyakit menular.
Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya bisa dengan mengkonsumsi
makanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga lingkungan selalu sehat baik itu di
rumah maupun di tempat kerja, dan menjaga kebugaran tubuh dengan cara
menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolah raga.
2. Para orang tua jangan takut untuk memberikan vaksinasi kepada anaknya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Cthm17, Aevunx. 2017. http://cari-carimakalah.blogspot.co.id/2017/01/makalah-


penyakit-menular.html. Diakses 13/12/2017 01:36

Endradita, Galih., Dr. 2017.


https://galihendradita.wordpress.com/2017/03/06/panduan-penyakit-menular/.
Diakses 13/12/2017 19:19

Lestari, Wiwik. 2013.


http://wiwiklestari01.blogspot.co.id/2013/07/epidemiologi-penyakitmenular.html.
Diakses 12/12/2017 21:02

Mokobimbing, Mesya. 2016,


http://meysimokobimbing.blogspot.co.id/2016/11/makalah-penyakit-
menular.html. Diakses 11/12/2017 19:40

Muchtar, Amrizal, 2014. http://dr.klinikbtp.com/kewaspadaan-isolasi/. Diakses


13/12/2017 19:52

31

Anda mungkin juga menyukai