Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di masa modern ini, korupsi seakan menjadi sebuah budaya yang


melekat dalam masyarakat Indonesia. Jelas, bagi masyarakat Indonesia yang
mayoritasnya beragama Islam, korupsi merupakan hal yang sangat dilarang
(haram). Korupsi merupakan suatu tindakan yang menunjukkan keserakahan
dan ketamakan, serta menyengsarakan pihak lain yang dirugikan. Sungguh
sangat disayangkan bagi sebuah negara dengan mayoritas masyarakat muslim,
untuk melekatkan budaya seperti ini terus menerus.
Islam mengajarkan umatnya untuk mencari nafkah dengan cara dan
jalan yang halal dalam pandangan syara’. Dalam Alquran surat Ali Imran
(3):161 dinyatakan ayat yang artinya: "... Barang siapa yang berkhianat
(korupsi?) dalam urusan harta rampasan perang maka pada hari kiamat ia
akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu...". Meresapi makna
dari ayat tersebut membuat kita semakin memikirkan tentang kejahatan
korupsi ini. Namun terlebih dahulu, alangkah baiknya jika kita memahami
pengertian dan sejarah korupsi di Indonesia terlebih dahulu. Makalah ini akan
mencakup segala lini yang berhubungan dengan korupsi, terutama gambara
mengenai korupsi di era modern ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah korupsi di Indonesia?
2. Bagaimanakah perkembangan korupsi di Indonesia dari masa ke masa?
3. Solusi dan penyelesaian apa yang dapat digunakan dalam menyelesaikan
masalah korupsi baik melalui hukum negara maupun hukum Islam?
4. Apakah tips yang dapat diterapkan dalam mencegah korupsi?

1
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui sejarah korupsi di Indonesia.
2. Mengetahui perkembangan korupsi di Indonesia dari masa ke masa.
3. Mengungkapkan solusi dalam menyelesaikan masalah korupsi baik
melalui hukum negara maupun hukum Islam.
4. Menguraikan tips yang dapat diterapkan dalam mencegah korupsi.

D. Manfaat Makalah

Pengetahuan dasar mengenai korupsi dan seluk beluknya sudah


seharusnya diketahui dan dipahami oleh semua masyarakat di tanah air,
sehingga tidak ada lagi pihak yang dirugikan oleh tindakan korupsi yang tidak
mereka sadari. Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih
mengenai korupsi kepada semua pihak yang membacanya. Di dalam makalah
ini pun dituliskan mengenai solusi dalam menyelesaikan masalah korupsi dan
juga tips dalam mencegah korupsi.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai
negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak
wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan
kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak
Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
Korupsi merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri
sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi) , yang secara
langsung maupun tidak langsung merugikan keuangan atau prekonomian
negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan
yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.
Dalam literatur Islam tidak terdapat istilah yang sepadan dengan
korupsi, namun korupsi dapat dikategorikan sebagai tindak kriminal
(ma’shiyat) dalam konteks risywah (suap), saraqah (pencurian), al-ghasysy
(penipuan), dan khiyânah (pengkhianatan). Dalam analisis fenomenologis,
menurut S.H. Alatas, korupsi mengandung dua unsur penting yaitu penipuan
dan pencurian.
Definisi korupsi menurut para ahli: David M. Chalmers: Tindakan-
tindakan manipulasi dan keputusan mengenai keuangan yang membahayakan
ekonomi, J.J. Senturia: Penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan untuk
keuntungan pribadi (the misuse of public power for private profit).

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Korupsi Di Indonesia


Secara garis besar, budaya korupsi di Indonesia tumbuh dan
berkembang melalu 3 (tiga) fase sejarah, yakni ; zaman kerajaan, zaman
penjajahan hingga zaman modern seperti sekarang ini.
Pertama, Fase Zaman Kerajaan. Budaya korupsi di Indonesia pada
prinsipnya, dilatar belakangi oleh adanya kepentingan atau motif
kekuasaan dan kekayaan. Literatur sejarah masyarakat Indonesia, terutama
pada zaman kerajaan-kerajaan kuno. Coba saja kita lihat bagaimana
Kerajaan Singosari yang memelihara perang antar saudara bahkan hingga
tujuh turunan saling membalas dendam berebut kekuasaan. Lalu, kerajaan
Demak yang memperlihatkan persaingan antara Joko Tingkir dengan
Haryo Penangsang, ada juga Kerajaan Banten yang memicu Sultan Haji
merebut tahta dan kekuasaan dengan ayahnya sendiri, yaitu Sultan Ageng
Tirtoyoso (Amien Rahayu SS, Jejak Sejarah Korupsi Indonesia- Analis
Informasi LIPI). Hal menarik lainnya pada fase zaman kerajaan ini adalah,
mulai terbangunnya watak opurtunisme bangsa Indonesia. Salah satu
contohnya adalah posisi orang suruhan dalam kerajaan, atau yang lebih
dikenal dengan “abdi dalem”. Abdi dalem dalam sisi kekuasaan zaman ini,
cenderung selalu bersikap manis untuk menarik simpati raja atau sultan.
Hal tersebut pula yang menjadi embrio lahirnya kalangan opurtunis yang
pada akhirnya juga memiliki potensi jiwa yang korup yang begitu besar
dalam tatanan pemerintahan kita dikmudian hari.

Kedua, Fase Zaman Penjajahan. Pada zaman penjajahan, praktek


korupsi telah mulai masuk dan meluas ke dalam sistem budaya sosial-

4
politik bangsa kita. Budaya korupsi telah dibangun oleh para penjajah
colonial (terutama oleh Belanda) selama 350 tahun. Budaya korupsi ini
berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal yang sengaja dijadikan badut
politik oleh penjajah, untuk menjalankan daerah adiministratif tertentu,
semisal demang (lurah), tumenggung (setingkat kabupaten atau provinsi),
dan pejabat-pejabat lainnya yang notabene merupakan orang-orang
suruhan penjajah Belanda untuk menjaga dan mengawasi daerah territorial
tertentu. Mereka yang diangkat dan dipekerjakan oleh Belanda untuk
memanen upeti atau pajak dari rakyat, digunakan oleh penjajah Belanda
untuk memperkaya diri dengan menghisap hak dan kehidupan rakyat
Indonesia. Secara eksplisit, sesungguhnya budaya penjajah yang
mempraktekkan hegemoni dan dominasi ini, menjadikankan orang
Indonesia juga tak segan menindas bangsanya sendiri lewat perilaku dan
praktek korupsi-nya.

Ketiga, Fase Zaman Modern. Fase perkembangan praktek korupsi di


zaman modern seperti sekarang ini sebenarnya dimulai saat lepasnya
bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan. Akan tetapi budaya yang
ditinggalkan oleh penjajah kolonial, tidak serta merta lenyap begitu saja.
salah satu warisan yang tertinggal adalah budaya korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN). Hal tersebut tercermin dari prilaku pejabat-pejabat
pemerintahan yang bahkan telah dimulai di era Orde lama Soekarno, yang
akhirnya semakin berkembang dan tumbuh subur di pemerintahan Orde
Baru Soeharto hingga saat ini. Indonesia tak ayal pernah menduduki
peringkat 5 (besar) Negara yang pejabatnya paling korup, bahkan hingga
saat ini. Di Indonesia langkah- langkah pembentukan hukum positif untuk
menghadapi masalah korupsi telah dilakukan selama beberapa masa
perjalanan sejarah dan melalui bebrapa masa perubahan perundang-
undangan.

5
B. Korupsi dari Masa ke Masa

Fenomena korupsi di Indonesia termasuk yang paling parah di dunia.


Fenomena ini telah berkembang menjadi sebuah budaya yang sistematik.
Disebut budaya karena korupsi telah menjadi darah daging masyarakat
Indonesia, bahkan cenderung dianggap hal yang wajar dan biasa terjadi. Ia
juga disebut sistematik karena korupsi tidak hanya terjadi di kalangan
pejabat-pejabat papan atas tetapi merambah ke para bawahannya hingga
masyarakat.
Indonesia juga masih saja menduduki peringkat atas negara yang
korupsinya tergolong parah. Transparency International menyatakan
bahwa Corruption Perception Index (CPI)Indonesia untuk tahun 2006
yaitu 2,4, meningkat dari 2,2 tahun sebelumnya. Standar minimal
dianggap tidak korup adalah 3,5. Perkembangan dari tahun sebelumnya;
1999 dan 2000 adalah 1,7, tahun 2001 dan 2002 adalah 1,9, tahun 2003
adalah 2,0, tahun 2004 dan 2005 adalah 2,2 dan tahun 2006 adalah 2,4.
Kondisi ini mendongkrak peringkat Indonesia menjadi urutan ke-7 (dari
163 negara) dari tahun 2005 yang menempati peringkat 6 (dari 159
negara).
Salah satu akibat buruk dari perilaku korup yang kini semakin
membudaya di Indonesia adalah kerugian keuangan negara. Menurut
catatan akhir tahun Indonesian Corruption Watch pada tahun 2004
kerugian negara mencapai Rp. 4,3 triliun, tahun 2005 mencapai Rp 5,3
triliun, dan tahun 2006 meningkat tiga kali lipat menjadi Rp 14,4 triliun.

Masa orde baru pun tak jauh beda dengan masa orde lama sehingga
korupsi justru semakin parah. Sementara itu pada masa reformasi higga
saat ini telah dibentuk berbagai lembaga anti korupsi dari zaman Presiden
Habibie hingga Presiden Yudhoyono. Dengan adanya desentralisasi,

6
korupsi yang pada masa orde baru hanya di pusat kalangan elit penguasa
justru menjalar di semua lini pemerintahan dan merusak sendi-sendi
bangsa dan negara Indonesia. Lembaga terakhir dan hingga saat ini masih
menangani masalah korupsi adalah KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
yang semakin lama kinerjanya bisa diakui karena penangkapan beberapa
pejabat yang korupsi, seperti kasus Aulia Pohan.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat disepanjang tahun
2000 hingga Juli 2013 sudah 42 kepala daerah yang harus berhubungan
dengan hukum terkait kasus korupsi. Berdasarkan data yang diterima di
email Sinindo, tercatat sebanyak delapan orang gubernur, Sembilan orang
wali kota, 1 orang wakil wali kota, 23 orang bupati dan satu orang wakil
bupati yang terjerat kasus korupsi.
Adapun daftar kasus kasus korupsi dibawah yang dianggap sebagai
skandal korupsi terbesar dalam sejarah Indonesia dan merugikan negara
sebesar diatas dan bahkan rata-rata mencapai angka trilyunan rupiah
diantaranya:
1. Kasus Korupsi Bank Century
Dalam laporan BPK ketika itu menunjukkan beberapa pelanggaran
yang dilakukan Bank Century sebelum diambil alih. BPK mengungkap
sembilan temuan pelanggaran yang terjadi. Bank Indonesia (BI) saat
itu dipimpin oleh Boediono–sekarang wapres–dianggap tidak tegas
pada pelanggaran Bank Century yang terjadi dalam kurun waktu 2005-
2008. BI, diduga mengubah persyaratan CAR. Dengan maksud, Bank
Century bisa mendapatkan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP).
Kemudian, soal keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan
(KKSK)–saat itu diketuai Menkeu Sri Mulyani–dalam menangani
Bank Century, tidak didasari data yang lengkap. Pada saat penyerahan
Bank Century, 21 November 2008, belum dibentuk berdasar UU.

7
2. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Lembaga ini juga diduga melakukan rekayasa peraturan agar
Bank Century mendapat tambahan dana. Beberapa hal kemudian
terungkap pula, saat Bank Century dalam pengawasan khusus, ada
penarikan dana sebesar Rp 938 miliar yang tentu saja, menurut BPK,
melanggar peraturan BI. Pendek kata, terungkap beberapa praktik
perbankan yang tidak sehat.
3. Kasus Korupsi BLBI
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Kasus Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Kasus BLBI pertama kali mencuat
ketika Badan Pemeriksa Keuangan mengungkapkan hasil auditnya
pada Agustus 2000. Laporan itu menyebut adanya penyimpangan
penyaluran dana BLBI Rp 138,4 triliun dari total dana senilai Rp 144,5
triliun. Di samping itu, disebutkan adanya penyelewengan penggunaan
dana BLBI yang diterima 48 bank sebesar Rp 80,4 triliun. Bekas
Gubernur Bank Indonesia Soedradjad Djiwandono dianggap
bertanggung jawab dalam pengucuran BLBI. Sebelumnya, mantan
pejabat BI lainnya yang terlibat pengucuran BLBI Hendrobudiyanto,
Paul Sutopo, dan Heru Soepraptomo telah dijatuhi hukuman masing-
masing tiga, dua setengah, dan tiga tahun penjara, yang dianggap
terlalu ringan oleh para pengamat. Ketiganya kini sedang naik
banding. Bersama tiga petinggi BI itu, pemilik-komisaris dari 48 bank
yang terlibat BLBI, hanya beberapa yang telah diproses secara hukum.
Antara lain: Hendrawan Haryono (Bank Aspac), David Nusa Widjaja
(Bank Servitia), Hendra Rahardja (Bank Harapan Santosa), Sjamsul
Nursalim (BDNI), dan Samadikun Hartono (Bank Modern). Tercatat
hingga akhir 2002, dari 52 kasus BLBI, baru 20 dalam proses
penyelidikan dan penyidikan. Sedangkan yang sudah dilimpahkan ke

8
pengadilan hanya enam kasus Abdullah Puteh Gubernur Nanggroe
Aceh Darussalam yang kini non aktif ini menjadi tersangka korupsi
APBD dalam pembelian helikopter dan genset listrik, dengan dugaan
kerugian Rp 30 miliar.
4. Kasus Korupsi Soeharto dan keluarganya
Banyak pendapat dari masyarakat mengenai keluarga Soeharto
baik selama menjabat maupun sesudah lengser tahun 1998. Terlepas
dari itu Soeharto dituduh melakukan korupsi dan menimbulkan
kerugian negara trilyunan rupiah, bahkan menurut majalah Time
menyebutkan sebesar US$ 15 milyar atau Rp. 150 Triliun.
Selain itu, ada pula beberapa kasus korupsi yang belum
terselesaikan atau terkatung katung hingga sekarang adalah:
1. Kasus PT Jamsostek (2002). Kerugian mencapai Rp 45 miliar.
Mantan Dirut PT Jamsostek Akmal Husein dan mantan Dirut
Keuangan Horas Simatupang telah ditetapkan sebagai tersangka.
Proses hukum selanjutnya tidak jelas.

2. Penyalahgunaan rekening 502 (2003). Kerugian mencapai Rp


20,98 miliar. Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Miranda
Gultom, pernah menjalani pemeriksaan di Mabes Polri. Telah
ditetapkan sebagai tersangka mantan Gubernur Bank Indonesia

3. Syahril Sabirin, mantan Ketua BPPN Putu Gede Ary Suta,


mantan Ketua BPPN Cacuk Sudaryanto dan Kepala Divisi Bill of
Lading (B/L) Totok Budiarso. Proses hukum selanjutnya tidak
jelas.

4. Proyek peningkatan akademik di Departemen Pendidikan


Nasional (2005). Kerugian mencapai Rp 6 miliar. Ditetapkan tiga
tersangka utama adalah Dedi Abdul Halim, Pimpinan Bagian
Proyek Peningkatan Tenaga Akademis di Direktorat Jenderal

9
Pendidikan Tinggi Depdiknas, dan dua stafnya, yakni Elan
Suherlan dan Helmin Untung Rintinton. Proses hukum selanjutnya
tidak jelas.

5. Dana vaksinasi dan asuransi perjalanan jamaah haji periode


2002-2005 (2005). Kerugian ditaksir mencapai Rp 12 miliar.
Penyidik telah memeriksa 15 orang saksi. Namun proses hukum
selanjutnya tidak jelas.

6. Wesel Ekspor Berjangka (WEB) Unibank yahun 2006.


Kerugian ditaksir mencapai US$ 230 juta. Diduga melibatkan
Komisaris PT Raja Garuda Mas, ST, Proses dilakukan oleh tim
gabungan Mabes Polri dengan Kejaksaan Agung (Kejagung).
Proses hukum selanjutnya tidak jelas.

7. BPR Tripanca Setiadana Lampung pada tahun 2008. Mabes


telah tetapkan sebagai tersangka pemilik BPR. Sugiarto Wiharjo
alias Alay, Laila Fang (sekretaris pribadi Alay), Yanto Yunus
(Kabag Perkreditan BPR Tripanca), Pudijono (Direktur Utama
BPR), Indra Prasetya dan Fredi Chandra (staf analisis kredit BPR),
Nini Maria (Kasi Administrasi BPR), dan Tri hartono (Bagian
Legal BPR). Proses hukum selanjutnya tidak jelas.

8. Pengadaan jasa konsultan di BPIH Migas (2009). Dugaan


korupsi pengadaan jasa konsultan di BPIH Migas dengan
anggaran sebesar Rp 126 miliar untuk tahun anggaran 2008 dan
Rp 82 milyar untuk tahun anggaran 2009, yang diduga dilakukan
oleh pejabat dilingkungan BPH Migas.

Itulah gambaran mengenai maraknya kasus korupsi di Indonesia


sampai dengan saat ini. Sebenarnya, masih banyak lagi kasus-kasus yang

10
sudah terasa oleh kita selaku warga negara, namun belum terungkap
kebenaran dan bukti-buktinya.

C. Solusi Korupsi Menurut Pandangan Islam

Pada dasarnya, Islam mempunyai solusi-solusi untuk memberantas


korupsi ini secara komprehensif. Paling tidak ada enam cara yang dapat
kita terapkan di kehidupan sehari-hari sebagai warga muslim negara
Indonesia yang memegang nilai-nilai keislaman.
Pertama,
Sistem penggajian yang layak. Aparat negara akan bekerja
dengan baik jika gaji dan tunjangan mereka mencukupi kebutuhan
hidup diri dan keluarganya. Rasul dalam hadits riwayat Abu Dawud
berkata, “Barang siapa yang diserahi pekerjaan dalam keadaan tidak
mempunyai rumah, akan dise-diakan rumah, jika belum beristri
hendaknya menikah, jika tidak mempunyai pembantu hendak-nya ia
mengambil pelayan, jika tidak mempunyai hewan tunggangan
(kendaraan) hendaknya diberi. Dan barang siapa meng-ambil
selainnya, itulah kecurangan (ghalin)”.
Kedua,
Larangan menerima suap dan hadiah. Hadiah dan suap
yang diberikan seseorang kepada aparat pemerintah pasti mengandung
maksud tertentu, karena buat apa memberi sesuatu bila tanpa maksud
di belakangnya. Suap dan hadiah akan berpengaruh buruk pada mental
aparat pemerintah.
Ketiga,
Perhitungan kekayaan. Orang yang melakukan korupsi,
jumlah kekayaannya akan bertambah dengan cepat. Meski tidak selalu
orang yang cepat kaya pasti karena korupsi. Perhitungan kekayaan dan
pembuktian terbalik pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khat-

11
tab. Semasa menjadi khalifah, Umar menghitung kekayaan para
pejabat di awal dan di akhir jabatannya. Bila terdapat kenaikan yang
tidak wajar, yang bersangkutan, bukan jaksa atau orang lain, diminta
membuktikan bahwa kekayaan yang dimilikinya itu didapat dengan
cara yang halal. Bila gagal, Umar memerintahkan pejabat itu
menyerahkan kelebihan harta dari jumlah yang wajar kepada Baitul
Mal, atau membagi dua keka-yaan itu separuh untuk yang
bersangkutan dan sisanya untuk negara.
Keempat,
Teladan pemimpin. Pemberantasan korupsi hanya akan
berhasil bila para pemimpin, terlebih pemimpin tertinggi, dalam
sebuah negara bersih dari korupsi. Dengan taqwanya, seorang
pemimpin melaksanakan tugasnya dengan penuh amanah dan takut
kepada Allah. Khalifah Umar menyita sendiri seekor unta gemuk milik
putranya, Abdullah bin Umar, karena kedapatan digembalakan
bersama di padang rumput milik Baitul Mal. Hal ini dinilai Umar
sebagai bentuk penyalahgunaan fasilitas negara.
Kelima,
Hukuman setimpal. Hukuman berfungsi sebagai pencegah
(zawajir), sehingga membuat orang jera dan kapok melakukan korupsi.
Dalam Islam, koruptor dikenai hukuman ta'zir berupa tasyhir atau
pewartaan (dulu dengan diarak keliling kota, sekarang mungkin bisa
ditayangkan di televisi seperti yang pernah dilakukan), penyitaan harta
dan hukuman kurungan, bahkan sampai hukuman mati.
Keenam,
Pengawasan masyarakat. Masyarakat dapat ber-peran
menyuburkan atau meng-hilangkan korupsi. Masyarakat yang
bermental instan akan cenderung menempuh jalan pintas dalam
berurusan dengan aparat dengan tak segan memberi suap dan hadiah.

12
Sementara masya-rakat yang mulia akan turut mengawasi jalannya
pemerin-tahan dan menolak aparat yang mengajaknya berbuat
menyim-pang. Demi menumbuhkan keberanian rakyat mengoreksi
aparat, Khalifah Umar di awal pemerintahannya menyatakan, “Apabila
kalian melihatku me-nyimpang dari jalan Islam, maka luruskan aku
walaupun dengan pedang”.

D. Tips Agar Terhindar Dari Korupsi

Seperti yang kita tahu, saat ini budaya korupsi sudah sangat
merajalela di kalangan masyarakat, mulai masyarakat kelas bawah
hingga masyarakat kelas menengah atas. Korupsi pun jumlahnya
bervariasi mulai dari korupsi waktu hingga korupsi milyaran rupiah
yang biasa dilakukan oleh koruptor kelas kakap. Korupsi pun telah
jelas hukumnya yaitu dilarang atau haram baik dari segi agama
maupun negara.
Dari Samrah bin Jundab: Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa
yang menutupi (kesalahan) para koruptor, maka ia sama dengannya
(koruptor).” (HR. Abu Daud). Sampai sekarang, penyakit akut bangsa
yang satu ini tak kunjung hilang juga. Padahal, sudah ada lembaga
khusus yang bertugas memberantasnya. Begitu pula, institusi
pengadilannya dikhususkan.
Di sini kami akan membantu anda untuk memberikan beberapa
tips berkenaan dengan cara agar tak terlibat korupsi.
 Pertama, pastikan bahwa diri Anda merupakan pribadi yang
memang anti korupsi. Jadi, tanamkan pada diri Anda untuk
menjadi pribadi yang anti suap. Jadi keyakinan diri dan prinsip
merupakan hal yang penting.

13
 Kedua, jika Anda tak ingin terlibat korupsi, maka pastikan diri
Anda sadar lingkungan. Jangan jadi seorang pribadi yang naif.
Karena koruptor bisa saja menjadikan orang yang tak bersalah
menjadi kambing hitam. Jadi, pastikan jika Anda mendapat
apapun itu, pastikan secara jelas dari mana sumbernya, terlebih
lagi soal uang.
 Jika Anda merupakan seksi sibuk atau salah satu orang yang
memegang penting di suatu perusahaan, maka Anda harus
tahu, mana saja kegiatan yang tidak akan menjerumuskan
Anda kepada tindakan korupsi.
 Kemudian, jika Anda merupakan bendahara dari suatu
organisasi, jangan sampai lupa untuk mencatat semua
pengeluaran dan pemasukan agar semua stabil. Jadi tidak ada
uang yang hilang yang membuat Anda terlibat pada tindak
korupsi yang hanya akan menyengsarakan kehidupan Anda di
masa mendatang.
 Ikutilah kegiatan kerohanian untuk mempertahankan prinsip
Anda. Hal ini supaya Anda lebih bisa menjauhkan diri dari
bahaya korupsi yang mungkin akan membelit hidup Anda di
kemudian hari.
 Semua dana yang mengalir pada bagian atau sie Anda harus
di-filter dan dicari kejelasan sumbernya. Jangan sampai Anda
menerima kucuran dana dari pihak yang tak jelas
penggunaannya.
 Jika Anda memiliki kesempatan untuk lebih meningkatkan
karir Anda ke jenjang yang lebih baik, Anda juga harus
memikirkan kemungkinan yang mungkin terjadi berkaitan
dengan koruipsi. Sebagai informasi, semakin tinggi tingkat

14
jabatan, maka akses untuk menyelewengkan kekuasaan pun
akan semakin meningkat tinggi.
 Terakhir, jika saat ini Anda menjadi kaki tangan atau orang
kepercayaan dari suatu pemegang jabatan, selidikilah perintah
yang berkenaan dengan tugas Anda. Jangan sampai Anda ikut
terlibat dalam aktivitas perputaran dana yang tak jelas asal-
usulnya.
Namun, yang jauh lebih penting dari tips-tips di atas, yaitu
penanaman iman pada diri sendiri. Kita harus menjadikan iman itu
sebagai landasan yang kokoh, yang tidak mudah tergoyahkan oleh
godaan-godaan duniawi. Selalu tanamkan dalam diri bahwa Allah
SWT melihat segala apa yang kita perbuat. Bukankah kita harus taat
oleh perintahNya dan menjauhi larangannya? Menghindari dan
menjauh dari tindakan korupsi merupakan salah satu bukti bahwa kita
taat pada Allah SWT.

15
BAB IV
KESIMPULAN

Seiring perkembangan jaman, korupsi semakin meningkat. Kita dapat


melihat bagaimana para oknum pemerintah, baik di tingkatan tinggi
maupun tingkatan rendah, melakukan korupsi dengan mudahnya. Kita tak
dapat hanya menyalahkan faktor lemahnya mental para petinggi ataupun
lemahnya kekuatan agama mereka. Begitu banyak hal-hal lain yang
mempengaruhi perilaku korupsi ini. Di jaman modern ini, sudah
seharusnya kita sebagai warga negara mengerti dengan jelas bagaimana
dan apa korupsi yang sebenarnya, supaya tidak ada lagi warga yang hanya
termenung dan tidak mengerti saat haknya diambil oleh petinggi yang
tidak bertanggung jawab.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arofatullah, N. A. (2012). Sejarah Korupsi di Indonesia. Tersedia:


http://akbar.blog.ugm.ac.id/2012/12/18/173/. [Online] 02 Des 2013.

Dedi Wahyudi. (2009). Hadis Larangan Korupsi. Tersedia:


http://podoluhur.blogspot.com/2009/10/hadis-larangan-korupsi.html. [Online].
02 Des 2013.

Hamzah, J. A. (2005). Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan


Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hidayatullah. (2013). Suap dan Korupsi Merajalela, Jangan Malu Solusi Islam:
Bagian 2. Tersedia: http://www.hidayatullah.com/read/2013/10/08/6730/suap-
dan-korupsi-merajalela-jangan-malu-solusi-islam-2.html. [Online]. 05 Des
2013.

Khamid, Q. (2013). Daftar Kasus Korupsi di Indonesia. Tersedia:


http://infotercepatku.blogspot.com/2013/09/daftar-kasus-kasus-korupsi-di-
indonesia.html. [Online]. 02 Des 2013.

Klitgard, R. (2002). Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintahan Daerah.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Lopa, B. (2001). Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum. Jakarta: Kompas.

Perempuan.com: Women and Family Lifestyle. (2013). Terhindar dari Budaya


Korupsi. Tersedia: http://www.perempuan.com/read/terhindar-dari-budaya-
korupsi. [Online]. 05 Desember 2013

17
Syahidah, K. (2011). Solusi Untuk Korupsi Indonesia. Tersedia:
http://www.syahidah.web.id/2011/07/solusi-untuk-kasus-korupsi-di-
indonesia.html. [Online]. 05 Des 2013.

Syarwani. (2011). Agar Anda Terhindar dari Korupsi. Tersedia:


http://www.untukku.com/review-untukku/agar-anda-terhindar-dari-jerat-
korupsi-untukku.html. [Online]. 05 Desember 2013

18

Anda mungkin juga menyukai