Disusun Oleh :
Kelompok VI
B. Tujuan
Untuk mengetahui presentase dokumentasi skrining resep di Depo Farmasi Rawat
Jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada bulan Juli – Agustus 2016.
2
BAB II
BAHAN DAN CARA KERJA
A. Bahan
Bahan yang digunakan untuk mengevaluasi persentase dokumentasi skrining
resep di depo rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada bulan
Juli-Agustus 2016 adalah:
a. Resep Jaminan yang masuk ke depo farmasi rawat jalan merupakan seluruh resep
yang dijamin oleh pemerintah seperti BPJS, JamKesDa, dan lain sebagainya
b. Resep Umum yang masuk ke depo farmasi rawat jalan merupakan resep yang
biayanya ditanggung sendiri
c. Lembar pengumpul data (LPD)
Contoh lembar pengumpul data evaluasi persentase dokumentasi skrining resep di depo
farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Lembar Pengumpul Data (LPD)
Terdokumentasi Sebagian
No TT TS TSE
KT TI TRT TD TAP DO KI AO IO SF NOR SJD SRP SWF
Keterangan:
TT: Tidak Terdokumentasi KI: Kontra Indikasi
TS: Terdokumentasi seluruhnya AO: Alergi Obat
TSE : Terdokumentasi Sebagian IO: Interaksi Obat
KT: Kejelasan Tulisan SF: Sesuai Formularium
TI: Tepat Indikasi NOR: Nama Obat & Resep
TRT: Tepat Rute Pemberian SJD: Sesuai Jumlah & Dosis
TD: Tepat Dosis SRP: Sesuai Rute Pemberian
TAP: Tepat Aturan Pakai SWF: Sesuai Waktu & Frekuensi
DO: Duplikasi Obat
B. Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan untuk evaluasi pendokumentasian skrining resep di depo
farmasi rawat jalan Jaminan maupun Umum RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
3
adalah dengan pengumpulan data. Pengambilan data dilakukan selama 2 hari yaitu sejak
tanggal 8 hingga 9 Agustus 2016. Resep dikumpulkan dalam satu tempat, kemudian dicek
satu per satu pada lembar skrining resep, item yang ada dokumentasi skrining terdapat tanda
ceklist. Sehingga, pendataan dilakukan pada item yang tidak ada dokumentasi skrining.
Cara melakukan evaluasi pendokumentasian skrining resep :
4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi pendokumentasian skrining resep ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak
(persentase) resep yang telah dilakukan dokumentasi skrining resep di depo farmasi rawat jalan
RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto pada bualan Juli 2016 dan Agustus 2016 (tanggal 1-6).
Berikut adalah hasil evaluasi pendokumentasian skrinning resep pada bulan Juli 2016 dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2. Persentase perbandingan Resep terdokumentasi dan tidak terdokumentasi Rawat
Jalan Juli 2016
Jumlah %
Keterangan
Jaminan Umum Jaminan Umum
T 1129 304 33,5 66,1
TT 2245 156 66,5 33.9
Total Resep 3374 460 100 100
Keterangan :
T : Terdokumentasi
TT : Tidak Terdokumentasi
33% 34%
TT (%) TS (%)
T (%) T (%)
67% 66%
5
Resep terdokumentasi terdiri dari resep terdokumentasi seluruhnya dan resep
terdokumentasi sebagian. Hasil evaluasi dapat dilihat pada tabel 3.
Jumlah %
Keterangan
Jaminan Umum Jaminan Umum
TT 2245 304 66,5 66,1
TS 864 106 25,6 23,0
TSE 265 50 7,9 10,9
Total Resep 3374 460 100 100
Keterangan :
TT : Tidak Terdokumentasi
TS : Terdokumentasi Seluruh
TSE : Terdokumentasi Sebagian
6
Hasil skrining Resep yang terdokumentasi sebagian pada bulan juli 2016 untuk resep jaminan
dan umum dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Persentase Dokumentasi Skrining Resep Sebagian Rawat Jalan Juli 2016
Keterangan Jumlah %
Jaminan Umum Jaminan Umum
KT 158 31 5,2 5,5
TI 243 41 8,0 7,2
TRT 260 47 8,5 8,3
TD 263 49 8,6 8,7
TAP 264 49 8,7 8,7
DO 263 49 8,6 8,7
KI 263 49 8,6 8,7
AO 260 48 8,5 8,5
IO 205 41 6,7 7,2
SF 120 29 3,9 5,1
NOR 223 32 7,3 5,5
SJD 257 49 8,4 8,7
SRP 220 46 7,2 8,1
SWF 43 6 1,4 1,1
Total 3042 565 100 100
Skrinning
Keterangan :
7
% TSE Jaminan Juli 2016
% TSE Umum Juli 2016
KT KT
TI TI
TRT TRT
1% 1%
8%
TD TD
7% 5% 5%
8% TAP 7% TAP
8%
DO 9%
8% 8% DO
7% KI 6% KI
4% 9% 5% 9%
AO AO
7% IO
9% 7% IO
9%
9% SF
9% 8% SF
9% 9%
NOR 9% NOR
SJD SJD
SRP SRP
SWF SWF
Gambar 3. Persentase Dokumentasi Skrining Resep Sebagian Rawat Jalan Juli 2016
Hasil evaluasi pada resep terdokumentasi sebagian dapat dilihat pada gambar 3 yang
menggambarkan masih banyaknya resep yang belum ditelaah seluruhnya. Persentase yang paling
besar menunjukkan telaah resep yang sering dilakukan, sedangkan persentase yang kecil
menunjukkan telaah resep yang sangat jarang dilakukan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti jumlah karyawan dan waktu yang diperlukan terbatas dalam melaksanakan skrining
resep, serta tidak adanya sistem informasi yang memudahkan terlaksananya skrining resep
seluruhnya.
Jumlah %
Keterangan
Jaminan Umum Jaminan Umum
T 373 313 66,9 64,06
TT 754 558 33,1 35,94
Total Resep 1127 871 100 100
8
Keterangan :
T : Terdokumentasi
TT : Tidak Terdokumentasi
33% 36%
TT TT
T T
67% 64%
Jumlah %
Keterangan
Jaminan Umum Jaminan Umum
TT 754 558 66,9 64,06
TS 298 155 26,4 17,8
TSE 75 158 6,7 18,14
Total Resep 1127 871 100 100
Keterangan :
TT : Tidak Terdokumentasi
TS : Terdokumentasi Seluruh
TSE : Terdokumentasi Sebagian
9
%Perbandingan Resep Jaminan TT, % Perbandingan Resep Umum TT,
TS, TSE TS, TSE
7%
18% TT
26% TT
TS TS
18%
67% 64% TSE
TSE
Keterangan Jumlah %
Jaminan Umum Jaminan Umum
KT 51 36 4,5 2,2
TI 82 117 7,2 7,1
TRT 101 156 8,9 9,4
TD 104 158 9,2 9,6
TAP 104 158 9,2 9,6
DO 104 157 9,2 9,5
KI 104 157 9,2 9,5
AO 98 149 8,6 9,0
IO 68 85 6,0 5,1
SF 37 36 3,3 2,2
NOR 80 154 7,0 9,3
SJD 103 154 9,1 9,3
SRP 89 122 7,8 7,4
SWF 10 14 0,9 0,8
Total 1135 1653 100 100
Skrinning
10
UMUM-SCRINING SEBAGIAN JAMINAN-SCRINING SEBAGIAN
AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016
7% 1% 2% 7% 8% 1% 5% 7%
9% KT 9% KT
9% 9%
TI TI
9% 7%
10% TRT TRT
3% 9%
2%
TD 6% TD
5% 10% 9%
9% TAP 9% TAP
10% 10% 9% 9%
Gambar 6. Persentase Dokumentasi Skrining Resep Sebagian Rawat Jalan Juli 2016
A. PEMBAHASAN
Total keseluruhan resep bulan Juli adalah 3834 lembar,yang terdiri dari resep
jaminan sejumlah 3374 lembar dan resep umum sejumlah 460 lembar sedangkan bulan
agustus total keseluruhan resep adalah 1998 lembar,yang terdiri dari resep jaminan sejumlah
1127 lembar dan resep umum sejumlah 871 lembar
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada tabel 2 dan tabel 3, dapat
diketahui bahwa hampir sebagian besar resep jaminan maupun umum tidak dilakukan
dokumentsi skrining resep. Seorang Apoteker seharusnya dapat melakukan skrining resep
dengan sebaik dan selengkap mungkin sebagai upaya untuk meminimalkan kejadian
medication error yang dapat merugikan pasien. Hal ini harus dilakukan sebagai salah satu
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian. Selain itu, sebagai upaya dalam
meningkatkan kepatuhan dokter dalam peresepan obat formularium dan menghindari
terjadinya death stock maka akan lebih baik bila resep yang masuk ke rawat jalan baik itu
resep jaminan maupun resep umum harus dilakukan pengecekan kesesuaiannya dengan
formularium rumah sakit.
Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka resep yang tidak dilakukan
dokumentasi skrining resep adalah beban kerja yang berat, dimana jumlah apoteker dengan
pasien yang dilayani tidak sebanding. Idealnya, seorang Apoteker dapat melayani kurang
lebih 50 pasien. Tiga item skrining resep yang paling banyak tidak dilakukan dokumentasi
adalah kesesuaian kesesuaian waktu dan frekuensi, dengan formularium, serta interksi obat.
Kesesuaian waktu dan frekuensi menjadi angka tertinggi dalam item skrining resep yang
tidak terdokumentasi. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah apoteker yang kurang sehingga
diperlukan waktu yang lebih banyak apabila harus membuka literatur untuk mengecek
11
kesesuaian waktu dan frekuensi. Hal tersebut juga berlaku sama untuk skrining kesesuaian
dengan formularium serta interaksi obat. Dimana seorang apoteker perlu melakukan kajian
literatur terkait skrining kesesuaian formularium serta interaksi obat.
Selain itu, tidak dilakukannya dokumentasi pada item – item tersebut dapat juga
terjadi karena Apoteker terburu – buru dalam memberikan tanda pada lembar dokumentasi.
Sehingga ada beberapa item skrining resep yang terlewat begitu saja. Tidak dilakukannya
dokumentasi skrining resep juga dapat terjadi karena proses dokumentasi skrining resep yang
masih manual dan terlalu rumit sertamembutuhkan waktu yang lebih banyak. Sehingga
apabila dokumentasi skrining resep dilakukan dengan lengkap akan dapat memperlambat
pelayanan resep kepada pasien dan meningkatkan waktu tunggu pasien. Oleh karena itu
proses dokumentasi skrining resep masih kurang menjadi perhatian apoteker di depo farmasi
rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Proses dokumentasi skrining resep yang masih terlalu rumit dapat menjadi kendala
terbesar tidak dilakukannya dokumentasi skrining resep. Selain itu, proses dokumentasi
skrining resep secara manual yang telah dilakukan akan membutuhkan evaluasi persentase
setiap bulannya. Hal tersebut juga tentu saja akan menambah beban kerja apoteker.
Sementara apabila dokumentasi skrining resep dilakukan dengan sistem komputerisasi, hal
tersebut akan dapat sangat membantu. Dimana proses dokumentasi skrining resep dapat
menjadi lebih mudah dan tidak lagi diperlukan evaluasi persentase dokumentasi skrining
resep secara manual setiap bulannya. Sehingga proses dokumentasi skrining resep dapat
dilakukan untuk setiap resep tanpa menambah beban kerja apoteker.
BAB IV
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengumpulan LPD resep total keseluruhan resep bulan juli - agustus
5832, yaitu untuk resep bulan juli untuk jaminan 3374, umum 460 sedangkan
bulan agustus untuk jaminan 1127, umum 871.
2. Pada bulan juli resep jaminan lebih banyak tidak terdokumentasi berjumlah
2245 resep, sedangkan sisa nya semua dokumentasi dan dokumentasi sebagian.
3. Pada bulan agustus resep jaminan lebih banyak tidak di dokumentasi berjumlah
754 resep, sedangkan sisanya semua dokumentasi dan dokumentasi sebagaian.
12
4. Resep yang tidak terdokumentasi dikarenakan tidak sesuai dengan formularium,
kesesuaian waktu dan frekuensi pemberian, serta interaksi obat.
B. Saran
1. Untuk meminimalkan terjadinya medication error maka perlu dilakukan
skrining resep secara kesuluruhan setiap bulannya dan dimasukkan kedalam
data LPD.
2. Penyimpanan data-data resep perlu diperhatikan agar tidak hilang dan
membutuhkan sistem informasi manajemen yang memudahkan untuk dilakukan
skrining resep dengan komputerisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Apoteker Indonesia, 2010, Standar Kompetensi Apoteker, Ikatan Apoteker Indonesia,
Jakarta.
Joenoes, N. Z., 2011. Ars Prescribendi Resep yang Rasional. Edisi ke-2, Surabaya: Airlangga
University Press. pp. 7-25.
Kepmenkes, 2004, Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek , Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Permenkes, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Menteri Kesehatan RI, Jakarta.
Permenkes RI., 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
13