Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja


dalam hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja,
peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah
perusahaan dan hasil produksi. Salah satu penyakit akibat kerja yang menjadi
masalah kesehatan yang umum terjadi di dunia dan mempengaruhi hampir seluruh
populasi adalah Low Back Pain (LBP).
LBP adalah nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung
bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit
namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena
dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri.Nyeri punggung bawah tersebut
merupakan penyebab utama kecacatan yang mempengaruhi pekerjaan dan
kesejahteraan umum. Keluhan LBP dapat terjadi pada setiap orang, baik jenis
kelamin, usia, ras, status pendidikan dan profesi.
Prevalensi nyeri muskuloskeletal, termasuk LBP, dideskripsikan sebagai
sebuah epidemik.Sekitar 80 persen dari populasi pernah menderita nyeri
punggung bawah paling tidak sekali dalam hidupnya. Prevalensi penyakit
muskuloskeletal di Indonesia berdasarkan pernah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan yaitu 11,9 persen dan berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7
persen, sedangkan di provinsi Lampung angka prevalensi penyakit
muskuloskeletal berdasarkan diagnosis dan gejala yaitu 18,9 persen.
Prevalensi penyakit muskuloskeletal tertinggi berdasarkan pekerjaan
adalah pada petani, nelayan atau buruh yaitu 31,2 persen. Prevalensi meningkat
terus menerus dan mencapai puncaknya antara usia 35 hingga 55 tahun. Semakin
bertambahnya usia seseorang, risiko untuk menderita LBP akan semakin
meningkat karena terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua.
LBP dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan
psikologis dan mobilisasi yang salah. Terdapat beberapa faktor risiko penting
yang terkait dengan kejadian LBP yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa kerja

1
5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga penderita
musculoskeletal disorder. Faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya
gangguan LBP meliputi karakteristik individu yaitu indeks massa tubuh (IMT),
tinggi badan, kebiasaan olah raga, masa kerja, posisi kerja dan berat beban kerja.
Berat beban yang diangkat, frekuensi angkat serta cara atau teknik
mengangkat beban sering dapat mempengaruhi kesehatan pekerja berupa
kecelakaan kerja ataupun timbulnya nyeri atau cedera pada punggung .Sebanyak
90% kasus LBP bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh
kesalahan posisi tubuh dalam bekerja.Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab
terlazim dari LBP, yang menyebabkan 80% kasus.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LOW BACK PAIN


1. DEFINISI
Low back pain atau nyeri punggung bawah adalah suatu gejala dan bukan
merupakan penyakit, yang disebabkan oleh banyak kemungkinan.Gejala ini
umumnya digambarkan sebagai nyeri yang dimulai dari batas kosta hingga
lipatan gluteal.
Penelitian telah menunjukkan bahwa prevalensi seseorang menderita
nyeri punggung bawah seumur hidup sebesar 84%.Onset biasanya dimulai
sejak usia remaja hingga awal usia 40-an. Kebanyakan pasien mengalami
serangan nyeri singkat yang ringan atau sedang dan tidak membatasi
aktivitasnya, akan tetapi gejala ini cenderung berulang selama bertahun-
tahun.Kebanyakan episode akan mereda dengan ataupun tanpa pengobatan.
Sebagian kecil nyeri punggung bawah akan berlanjut menjadi kronis, pada
akhirnya gejala ini akan menyebabkan keterbatasan yang signifikan.
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang
termasuk dalam low back pain terdiri dari :
a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:
Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus
spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis
pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral
spina lumbalis.
b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra
sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina
iliaka superior posterior dan inferior.

3
c) Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain
dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah
1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal
pain.

2. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 70 – 85 % dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini
selama hidupnya.Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15 – 45 %, dengan
point prevalensi rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan
penyebab paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia
< 45 tahun, urutan ke – 2 untuk penyebab paling sering berkunjung ke dokter,
urutan ke – 5 penyebab perawatan di rumah sakit, dan penyebab paling sering
untuk tindakan operasi.
Data epidemiologi mengenai Low Back Pain di Indonesia belum ada,
namun diperkirakan 40 % penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65
tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18.2% dan
pada wanita 13.6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah
sakit di Indonesia berkisar 3 – 17 %.

3. ETIOLOGI
a. Organ yang mendasari
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu :
a) LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera didaerah
pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah
berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat.
Penderita LBP viserogenik yang mengalami neri hebat akan selalu
menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita LBP spondilogenik
akanlebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu untuk
menghilangkan nyerinya.

4
b) LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis
superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin memberat
saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga
sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh
presipitasi tertentu misalnya: membungkuk, mengangkat benda berat yang
mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna vertebralis.
Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang disebabkan
oleh iritasi radiks.
c) LBP neurogenik
o Neoplasma
o Araknoiditis
o Stenosis kanalis spinalis
d) LBP spondilogenik
o Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna
vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses
patologik di artikulatio sacroiliaka.
e) LBP psikogenik
o Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi
atau campuran keduanya.
f) LBP osteogenik
o Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun
spondilolistesis, keganasan, kongenital misalnya scoliosis lumbal, nyeri
yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi
posterior satu sisi, metabolik misalnya osteoporosis, osteofibrosis,
alkaptonuria, hipofosfatemia familial.

5
g) LBP diskogenik
o Spondilosis
o Hernia nucleus pulposus (HNP):
o Spondilitis ankilosa:
h) LBP miogenik
o Ketegangan otot
o Spasme otot atau kejang otot
o Defisiensi otot
o Otot yang hipersensitif
b. Berdasarkan mekanisme patologiknya dapat dibedakan menjadi:
a) Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back
Pain.Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau
melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri
pinggang yang akut.Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik
dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot
punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga
menimbulkan nyeri.Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan
sendirinya dalam jangka waktu tertentu.Namun pada kasus-kasus yang
berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan
yang lebih lanjut.
b) Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri
tuberkulosis.Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri
berat dan akut, demam serta kelemahan.Artritis rematoid dapat melibatkan
persendian sinovial pada vertebra. Artritis rematoid merupakan suatu
proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal. Penyakit Marie-
Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis ankilosa atau
bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum vertebra
dan persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal

6
dan menyebar di daerah pnggang disertai kekakuan (stiffness) dan
kelainan ini bersifat progresif.
c) Neoplasma
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas.Tumor jinak
dapat mengenai tulang atau jaringan lunak.Contoh gejala yang sering
dijumpai pada tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap.Sifat nyeri
lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor jinak.Contoh tumor
tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang
terutama waktu malam hari.Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat
dijumpai di pedikel atau lamina vertebra.Hemangioma adalah contoh
tumor benigna di kanalis spinal yang dapat menyebabkan nyeri pinggang.
Meningioma adalah tumor intradural dan ekstramedular yang jinak, namun
bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti
kelumpuhan.
d) Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan
pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak
hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga
disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain. Beberapa jenis
penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan jaringan
antara lain Osteoartritis
e) Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah
yang penting.Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri
pinggang bawah adalah Spondilolisis, spondilolistesis, spina bifida,
stenosis kanalis vertebralis.
f) Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu
varum, coxa valgum dan sebagainya.Beberapa pekerjaan yang

7
mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat
mengakibatkan terjadinya. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal
ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat
penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.

4. PATOFISIOLOGI
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis
yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat
berlari dan melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang.Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas
mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur
pendukung ini.
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping
menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang
thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan
dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint menyebabkan
ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan
gesekan pada tulang belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan
perengangan berlebihan pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralisakan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat
dan tak teratur.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset

8
akanmengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.

5. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut :
 Usia
Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada
umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada
kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan
beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur
yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang
berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade
kelima.Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin
meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
 Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan
nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis
kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri
pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga
dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
 Faktor Indeks Massa Tubuh
 Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat
badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang.
 Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan
beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.

9
 Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban
berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran
penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu,
misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya
setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan
memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.
 Aktivitas atau Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi
kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang,
misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi
punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi
berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke
muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak
menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada
tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari
posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi
yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih
dahulu.
 Faktor Risiko Lain
kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis
degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi
badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan
mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi
tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik
beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.
Merokok dikatakan dapat meningkatkan resiko terjadinya nyeri pinggang
bawah pada usia muda dengan odds ratio 2,4 95% CI 1,3-6,0.

10
6. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Low Back Pain dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
a) Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah
dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari
bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus
vertebra, sendi dan ligamen.
b) Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada
dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-
kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi
motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada
foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
c) Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih
dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-
bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.
d) Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau
dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
e) Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens
yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke
paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta
atau pada arteri iliaka komunis.
f) Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf
dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.

11
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri
punggung meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal.
Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan
dan refleks-refleks.
a) Inspeksi :
o Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri
dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu
herniasi diskus.
o Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang
membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya
lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis
lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
b) Palpasi :
o Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan menekan pada ruangan intervertebralis.
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan
(step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra.
o Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
o Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor
neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan
kelainan yang berupa UMN atau LMN.
c) Pemeriksaaan Motorik
o Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris.

12
d) Pemeriksaan Sensorik
o Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru
o Nyeri dalam otot.
o Rasa gerak.
e) Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan
Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui
lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.
f) Special Test:
o Tes Laseque:
 Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak
dapatmengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang nervus
ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai
radikulopati, terutama pada herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.

o Tes Patrick dan anti-patrick:


 Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika
gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri.
Positif pada penyakit sendi panggul, negative pada ischialgia.

13
o Tes kernig:
 Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai
bawah sejauh mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika
terdapat spasme involunter otot semimembraneus, semitensinous,
biceps femoris yang membatasi ekstensi lutut dan timbul nyeri.
o Tes Naffziger:
 Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan
meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul
nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.
o Tes valsava:
 Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat,
hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.
o Spasme m. psoas:
 Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan kuat
– kuat pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan lain
menggerakkan tungkai ke posisi vertical dengan lutu dalam keadaan
fleksi tegak lurus. Panggulsecara pasif mengadakan hiperekstensi ketika
pergelangan kaki diangkat. Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh
spasme involunter m.psoas.
o Tes Gaenselen:
 Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang diakibatkan
sering menyertai penyakit pada art. Lumbal / lumbo-sacral. Dengan

14
pasien berbaring terlentang, pemeriksa memegang salah satu
ekstremitas bawah dengan kedua belah tangan dan menggerakkan paha
sampai pada posisi fleksi maksimal. Kemudian pemeriksa menekan
kuat – kuat ke bawah kearah meja dan ke atas kearah kepala pasien,
yang secara pasif menimbulkan fleksi columna spinalis lumbalis.

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju
endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis,
dan fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan Radiologis :
a) Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-
kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis,
perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan
intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi
yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot
paravertebral.
b) CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
c) MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli
bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan
diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
 Vertebra dan level neurologis belum jelas
 Kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan
lunak
 Untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
 Kecurigaan karena infeksi atau neoplasma

15
7. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar serangan nyeri punggung bawah dapat diterapi secara
konservatif. Terapi konservatif bukan merupakan pilihan pertama apabila
pasien kehilangan bowel control atau bladder control, atau mengalami
kelemahan yang progresif pada tungkai, gejala-gejala ini merupakan
kegawatdaruratan medis dan memerlukan tindakan pembedahan yang segera.
Pada sebagian besar pasien, nyeri punggung bawah memiliki
kecenderungan untuk mengalami perbaikan dalam jangka waktu dua minggu
sampai tiga bulan. Selama periode waktu ini, saat keluhan nyeri punggung
bawah berada dalam proses resolusi, atau apabila nyeri punggung bawah
bersifat kronis, maka perlu dipertimbangkan penatalaksanaan konservatif yang
tepat dalam rangka untuk :Mengurangi rasa nyeri dan spasme, Memberikan
pengkondisian untuk tulang belakang, Membantu mengatasi masalah-masalah
yang sering menyertai nyeri punggung bawah, seperti kurang tidur atau
depresi.
Pada saat awitan nyeri punggung bawah, disarankan untuk mencoba
tirah baring selama satu atau dua hari untuk mengurangi spasme otot dan
memberikan kesempatan tulang belakang untuk beristirahat.Tirah baring yang
lebih lama cenderung memperberat keadaan karena menimbulkan pelemahan
otot-otot yang berperan menyangga tulang belakang.
a. Medikamentosa
Terdapat dua jenis obat-obatan bebas yang disarankan untuk mengurangi
nyeri punggung bawah, yaitu asetaminofen dan obat-obatan anti inflamasi
non steroid (OAINS).Asetaminofen dan OAINS bekerja dengan
mekanisme yang berbeda, sehingga keduanya dapat digunakan secara
bersamaan. Untuk jangka waktu yang pendek, obat-obatan terbatas (seperti
obat-obatan anti nyeri narkotik dan relaksan otot) dapat bermanfaat dalam
mengurangi nyeri atau komplikasi lain yang terkait. Golongan obat yang
lain (seperti obat-obatan antidepresan atau obat-obatan anti kejang) juga
dapat berguna mengurangi sensasi nyeri dan dapat digunakan dalam
jangka waktu yang panjang.

16
1. Asetaminofen
Tidak seperti aspirin atau OAINS, asetaminofen tidak memiliki efek anti
inflamasi.Obat ini mengurangi nyeri dengan bekerja secara sentral di otak
untuk mematikan persepsi rasa nyeri.Tylenol merupakan salah satu contoh
obat dengan kandungan aktif asetaminofen yang banyak dikenal. Dosis
sebesar 1000 mg asetaminofen dapat dikonsumsi setiap empat jam sekali,
dengan dosis maksimal 4000 mg per 24 jam.
2. Obat-obatan Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Karena sebagian besar serangan nyeri punggung bawah melibatkan suatu
komponen inflamasi, obat-obatan anti inflamasi sering menjadi pilihan
terapi yang efektif. OAINS bekerja seperti aspirin dengan menghambat
terjadinya proses inflamasi, namun memiliki efek samping gastrointestinal
yang lebih sedikit dibandingkan dengan aspirin.
Penggunaan OAINS lebih baik secara terus menerus agar terbentuk suatu
konsentrasi obat anti inflamasi di dalam darah, dan efektivitas OAINS
berkurang apabila hanya digunakan setiap merasa nyeri.Karena OAINS
dan asetaminofen bekerja dengan mekanisme yang berbeda, maka kedua
obat ini dapat digunakan secara bersamaan.
Kelas baru OAINS, yaitu penyekat COX-2, sudah tersedia. Perbedaan
utama antara kelompok obat ini dengan obat-obatan OAINS sebelumnya
adalah penyekat COX-2 menghambat secara selektif reaksi kimiawi yang
berujung pada inflamasi, tetapi di lain pihak tidak menghambat produksi
kimiawi lapisan pelindung lambung. Karena efek samping utama dari
OAINS adalah pembentukan ulkus lambung, maka obat-obatan ini
memiliki angka komplikasi yang lebih rendah dan cenderung untuk tidak
menghasilkan ulkus.Celebrex merupakan penyekat COX-2 yang pertama
dipasarkan, dan Vioxx merupakam obat yang baru saja dipasarkan.
3. Obat Anti Nyeri Narkotika
Untuk serangan nyeri punggung bawah yang berat, obat anti nyeri
narkotika dapat diresepkan.Jelas, golongan narkotik lebih kuat dan

17
memiliki potensi adiksi yang tinggi, sehingga hanya boleh diberikan oleh
dokter.
Narkotika yang umum digunakan adalah kodein (mis.Tylenol),
hidrokodon (mis.Vicodin), Oksikodon (mis.Oxycontin).Obat-obatan
narkotika sangat efektif dalam mengatasi nyeri punggung bawah untuk
periode watu yang singkat (kurang dari dua minggu).Setelah dua minggu
pertama, tubuh secara cepat membangun toleransi alami terhadapi obat-
obatan narkotika tersebut, sehingga efektivitas obat-obatan tersebut
berkurang.
Obat-obatan narkotika memiliki efek samping utama dan risiko yang berat
seperti: Gangguan fungsi mental dan rasa kantuk, Konstipasi yang
signifikan, Adiksi
4. Relaksan otot
Obat-obatan ini tidak bekerja secara langsung pada otot, melainkan
bekerja secara sentral (di otak) dan merupakan relaksan tubuh dan
memiliki efek sedatif.
Biasanya, relaksan otot diresepkan lebih dini dalam perjalanan penyakit
nyeri punggung bawah, dan biasanya dalam jangka waktu yang singkat,
dengan tujuan mengurangi nyeri punggung bawah yang diakibatkan
spasme otot. Tersedia beberapa obat-obatan yang sering digunakan untuk
mengobati nyeri punggung bawah: Carisoprodol (Soma), Cyclobenzaprine
(Flexeril) dan Diazepam (Valium).
5. Steroid oral
Steroid oral, obat resep jenis non-narkotik, obat anti inflamasi yang sangat
kuat kadang-kadang efektif untuk nyeri punggung bawah.Seperti jenis
narkotik, steroid oral digunakan untuk jangka waktu yang singkat (satu
hingga dua minggu).Efek sampingnya antara lain kenaikan berat badan,
radang perut, osteoporosis, runtuhnya sendi panggul, serta komplikasi
lainnya.
Penting untuk dicatat bahwa penderita diabetes tidak boleh menggunakan
steroid oral sejak obat tersebut meningkatkan kadar gula darah. Steroid

18
juga tidak boleh diberikan kepada pasien dengan infeksi aktif (misalnya
infeksi sinus, infeksi saluran kemih) karena dapat membuat infeksi lebih
parah.
b. Terapi fisik
Setelah serangan nyeri punggung bawah berlangsung antara dua sampai
enam minggu, atau terjadi rekurensi-rekurensi berikutnya, maka dapat
dipertimbangkan penggunaan terapi fisik.Beberapa spesialis tulang belakang
bahkan mempertimbangkan terapi fisik lebih dini, terutama apabila nyerinya
berat untuk mengurangi nyeri punggung bawah, memperbaiki fungsi, dan
memberikan edukasi berupa program pemeliharaan untuk mencegah
kekambuhan.
Terdapat berbagai macam bentuk terapi fisik. Pada fase akut, terapis
mungkin akan fokus pada upaya mengurangi nyeri menggunakan terapi fisik
pasif (modalitas). Terapi jenis ini disebut terapi pasif karena dikerjakan pada
pasiennya.
Selain terapi pasif, terapi fisik aktif (olahraga) juga diperlukan untuk
merehabilitasi tulang belakang. Secara umum, program latihan pasien perlu
melingkupi hal-hal berikut ini:
1. Terapi Fisik Pasif (Modalitas)
a) Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin merupakan modalitas yang paling sering
digunakan.Masing-masing berguna untuk mengurangi spasme otot dan
inflamasi.Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada
pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan
dingin.Keduanya dapat digunakan secara bergantian. Umumnya
kompres digunakan selama 10-20 menit setiap dua jam dan lebih
bermanfaat pada beberapa hari pertama serangan nyeri.
b) Iontophoresis
Iontophoresis merupakan metode pemberian steroid melalui kulit.
Steroid diletakkan pada permukaan kulit dan kemudian dialirkan aliran
listrik yang akan menyebabkan steroid tersebut untuk bermigrasi ke

19
bawah kulit. Steroid tersebut kemudian menimbulkan efek anti
inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri.Modalitas ini terutama
efektif dalam mengurangi serangan nyeri akut.
c) Unit TENS
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri
punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan
ke otak.Biasanya dilakukan percobaan terlebih dahulu, dan apabila
nyeri berkurang secara signifikan maka unit TENS dapat digunakan
untuk mengurangi nyeri punggung bawah dalam jangka waktu yang
lama.
d) Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam
dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus
sampai jaringan lunak dibawahnya.Ultrasound terutama berguna dalam
menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya
penyembuhan jaringan.
2. Terapi Fisik Aktif (Latihan)
Terapi aktif (latihan) biasanya diperlukan untuk merehabilitasi
tulang belakang dan membantu mengurang nyeri.Lebih penting lagi, suatu
rutinitas latihan yang memberikan pasien cara untuk menghindari
kekambuhan nyeri punggung bawah dan mengurangi intensitas serta
durasi serangan nyeri di kemudian hari.Program latihan pasien perlu
meliputi peregangan (seperti peregangan hamstring), penguatan otot
(seperti latihan stabilisasi dinamik lumbal), dan latihan aerobiclow
impact(seperti berjalan, bersepeda atau berenang).
3. Back Braces
Mengurangi pergerakan tulang belakang biasanyamakan mengurangi
insidensi nyeri atau rasa tidak nyaman pada pinggang. Terdapat dua jenis
back braceyang sering digunakan untuk mengurangi pergerakan tulang
belakang:

20
1. Rigid Braces
Rigid braces, seperti Boston Overlap braces atau Thoracolumbar
Sacral Orthosis (TLSO), merupakan brace plastic yang mengikuti
lekuk tubuh. Apabila ukuran rigid brace tepat, penggunaannya dapat
menghambat kurang lebih 50% pergerakan tulang belakang.Fraktur
sering dapat ditangani dengan penggunaan rigid brace yang juga
dapat digunakan pasca operasi fusi.Rigid braces cukup berat, panas,
dan cenderung tidak nyaman bagi pasien. Sebaiknya dipakai saat
pasien sedang dalam posisi tegak namun tidak dipakai saat pasien
sedang berbaring.
2. Corset Braces (Braces Elastis)
Sebuah corset brace sering dianjurkan untuk membatasi
pergerakan tulang belakang pasca fusi lumbalis.Brace ini membantu
mengurangi pergerakan tulang belakang sementara fusi sedang
menyembuh dengan cara menghambat pergerakan membungkuk ke
depan. Tulang tumbuh dengan lebih baik apabila pergerakan lebih
sedikit, dan terutama pada kasus-ksus tanpa penggunaan
instrumentasi (alat-alat yang membantu stabilisasi), penggunaan
brace dapat membantu terbentuknya fusi yang solid.
Brace ini bekerja dengan menghambat pergerakan dan
sekaligus mengingatkan pemakainya untuk mempertahankan postur
tubuh yang baik saat mengangkat. Dengan memakai corset brace,
seseorang yang mengangkat beban akan melakukannya dengan posisi
punggung yang lurus (tidak membungkuk), dan mengandalkan otot
tungkai yang besar untuk mengangkat.

8. PROGNOSIS
Prognosis LBP baik pada tipe mekanik. Setelah 1 bulan pengobatan, 35%
pasien dilaporkan membaik, dan 85% pasien membaik setelah 3 bulan.
Dilaporkan tingkat kekumatan LBP mencapai 62% pada tahun

21
pertama.Setelah 2 tahun, 80% pasien setidaknya mengalami satu kali
kekumatan.
B. LOW BACK PAIN AKIBAT KERJA
Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang
merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus
spondylolisthesis akan lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat, tetapi
kondisi seperti ini sangat langka. Kelainan secara struktural seperti spina bifida
acculta dan jumlah ruas tulang belakang yang abnormal tidak memiliki
konsekuensi.Perubahan spondylitic biasanya memiliki nilai risiko yang lebih
rendah. Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga merupakan faktor
risiko terjadinya LBP karena trauma akan merusak struktur tulang belakang yang
dapat mengakibatkan nyeri yang terus menerus.
Faktor Pekerjaan yang mempengaruhi LBP:
1. Beban kerja
Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima oleh
seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan
kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban
tersebut.Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh
seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam
keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan
memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen dan
sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot,
kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya. Penelitian Nurwahyuni
melaporkan bahwa persentase tertinggi responden yang mengalami keluhan
LBP adalah pekerja dengan berat beban > 25 kg.
2. Posisi kerja
Posisi janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan dari
posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan.Bekerja dengan posisi janggal
dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja. Posisi
janggal dapat menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke
jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan kelelahan.

22
Termasuk ke dalam posisi janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam
posisi menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang
dalam posisi statis dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan
beberapa area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah inilah
yang paling sering mengalami cedera
3. Repetisi
Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama. Frekuensi
gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue dan ketegangan otot
tendon. Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan apabila ada jeda waktu
istirahat yang digunakan untuk peregangan otot. Dampak gerakan berulang
akan meningkat bila gerakan tersebut dilakukan dengan postur janggal dengan
beban yang berat dalam waktu yang lama. Frekuensi terjadinya sikap tubuh
terkait dengan berapa kali repetitive motion dalam melakukan
pekerjaan.Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban
terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
4. Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko. Durasi didefinisikan
sebagai durasi singkat jika < 1 jam per hari, durasi sedang yaitu 1-2 jam per
hari dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari. Durasi terjadinya postur janggal
yang berisiko bila postur tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik.Risiko
fisiologis utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering dan berulang-
ulang adalah kelelahan otot. Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen,
jika gerakan berulang-ulang dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen
belum mencapai jaringan maka akan terjadi kelelahan otot.

Faktor Lingkungan Fisik


1.Getaran
Getaran berpotensi menimbulkan keluhan LBP ketika seseoang
menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau lingkungan kerja yang
memiliki hazard getaran.Getaran merupakan faktor risiko yang signifikan
untuk terjadinya LBP. Selain itu, getaran dapat menyebabkan kontraksi otot

23
meningkat yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan
asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri
2. Kebisingan
Kebisingan yang ada di lingkungan kerja juga bisa mempengaruhi performa
kerja.Kebisingan secara tidak langsung dapat memicu dan meningkatkan rasa
nyeri LBP yang dirasakan pekerja karena bisa membuat stres pekerja saat
berada di lingkungan kerja yang tidak baik.

24
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. MS
Umur (tahun) : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Bagian pengemasan (Packing)
Kantor : PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk - Unit Makassar
Tanggal periksa : Rabu, 04 Mei 2017

B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Seorang laki-laki, 48 tahun datang dengan nyeri punggung bawah.Keluhan ini
dirasakan sejak ± 1 tahun terakhir. Keluhan ini dirasakan hilang timbul,
memberat bila bekerja terlalu lama atau mengangkat barang yang berat.Nyeri
dirasakan tidak menjalar ke tungkai bawah. Menurut pengakuan pasien,
keluhan ini belum diobati sama sekali, pasien hanya berbaring untuk
mengurangi nyeri .BAK dan BAB pasien dalam batas normal. Keluhan lain (-
).
3. Anamnesis Okupasi
a. Uraian Tugas/Pekerjaan
Pasien bekerja di bagian pengemasan (Packing) pakan ternak, khususnya
mengangkat dan menimbang karung.Pasien telah bekerja selama kurang
lebih empat tahun yang lalu. Pasien bekerja dari hari senin sampai hari
jumat ( jam kerja 40 jam/minggu), sejak pukul 07.00 sampai pukul 15.00

25
(8 jam kerja dalam sehari). Hampir disetiap hari pasien mengangkat beban
berat yaitu karung yang berisi pakan ternak jadi.Ruangan tempat pasien
bekerja beukuran besar karena didalam satu pabrik kurang lebih 70x50 m2,
dalam ruangan tersebut terdapat banyak ventilasi dari berbagai sisi
gedung.Terdapat 30 orang karyawan yang bekerja dibagian
pengemasan.Kondisi udara dalam ruangan tesebut agak panas dikarenakan
aktivitas mesin produksi yang beroperasi disekitar pekerja.
b. Potensial Hazard

Bahaya Tempat
Masalah Kesehatan Lama Kerja
Potensial Kerja

Fisik  Terjatuh dari ketinggian Industri ± 8 jam/hari


 Tertimpa karung pakan produksi
pakan ternak
Fisiologi  Mengangkat beban dengan cara yang Industri ± 8 jam/hari
(Ergonomi) salah produksi
 Mengangkat beban berat berulang kali pakan ternak

c. Hubungan Pekerjaan dengan penyakit yang dialami


Pekerjaan utama pasien adalah dibagian pengemasan (packing) di produksi
pakan ternak.Pada bagian pengemasan (Packing), memang mayoritas
pekerjaan yang dilakukan adalah mengangkat dan menimbang karung
pakan ternak yang berat dengan cara manual tanpa mesin.Hal ini membuat
pasien harus terus mengangkat beban berat yaitu karung yang berisi pakan
ternak, Posisi mengangkat yang kadang salah dan beban yang terlalu berat
diangkat bertahun – tahun membuat pasien merasakan nyeri pada
punggung belakang.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien pertama kali bekerja sejak 4 tahun yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa

26
6. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya
7. Riwayat Alergi
Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : tampak baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
BB : 65 Kg
TB : 172 cm
IMT : 22,4 g/m2
Status Gizi : baik (normal)
a. Kepala
Bentuk : tidak ada kelainan
Rambut : tidak ada kelainan
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva pucat (-/-)
Telinga : liang lapang (+/+), serumen (-/-)
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut : bibir lembab, sianosis (-)
b. Leher
Bentuk : simetris
Trakhea : di tengah
KGB : tidak teraba pembesaran KGB
JVP : tidak meningkat

27
c. Thorax
Paru
Inspeksi : bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan dan kiri
Palpasi : vocal fremitus simestris kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordiss tidak terlihat
Palpasi : iktus Kordis teraba di sela iga V linea midklavikularis kiri
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : perut datar, simetris, eritema (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
e. Ekstremitas
Superior : tidak ada kelainan
Inferior : sensibilitas (+/+), parastesi (-/-)
2. Status Lokalis
Punggung bawah
Inspeksi : tanda – tanda radang (-)
Palpasi : nyeri tekan (+)
Tes Lasegue (-)
Tes Patrick dan Kontra-patrick: (+)

D. Diagnosis Kerja
Low Back Pain

E. Diagnosis Banding

28
Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Spondilosis Lumbalis
Osteoporosis

F. Terapi
Ibuprofen 200mg tab 3 x 1
Vit. B complex 2 x 1 tab

G. Edukasi
 Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode duduk sebentar
 Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi menekuk lutut
terlebih dahulu
 Waktu berjalan, berjalan dengan posisi tegak rileks dan jangan tergesa-gesa
 Bila duduk, kursi jangan terlalu tinggi sehingga kaki dapat sepenuhnya
merapat ke lantai
 Bila duduk seluruh punggung menempel atau bersandar pada kursi
 Bila tidur dengan punggung mendatar, alas tidur sebaiknya yang keras
 Saat akan bangun tidur dengan cara melipat kedua kaki terlebih dahulu,
kemudian badan dimiringkan dan kedua kak terlebih dahulu turun dari tempat
tidur kemudian diikuti badan.

H. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di salah satu industri produksi


pakan ternak di Makassar, yaitu ” PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk - Unit
Makassar”, dilakukan pemeriksaan secara acak kepada 28 pekerja , didapatkan
berturut- turut dengan diagnosis Low Back Pain18 orang, 3 dengan gangguan
pendengaran,2dengan hipertensi, 3 dengan myalgia dan sisanya tidak ada keluhan.
Berkaitan banyaknya Low Back Pain yang dialami oleh pekerja, terutama pada
bagian pengemasan (Packing), yang memang mayoritas pekerjaan yang dilakukan
adalah mengangkat dan menimbang karung pakan ternak yang berat dengan cara
manual tanpa mesin, maka diambil sampel observasi yaitu pekerja dengan
diagnosa Low Back Pain.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien
didiagnosa Low Back Pain dan tidak ditemukan adanya penyakit lain. Dari
anamnesis, pasien diketahui mengalami keluhannyeri punggung bawah. Keluhan
ini dirasakan sejak kurang lebih satu tahun terakhir.Keluhan ini dirasakan hilang
timbul, memberat bila bekerja terlalu lama atau mengangkat barang yang
berat.Nyeri dirasakan tidak menjalar ke tungkai bawah. Pasien hanya berbaring
untuk mengurangi nyeri .Pasien telah bekerja 4 tahun di PT. Japfa Comfeed
Indonesia di bagian pengemasan (Packing).Pasien bekerja dari hari senin sampai
hari jumat (jam kerja 40 jam/minggu), sejak pukul 07.00 sampai pukul 15.00 (08
jam kerja dalam sehari). Hampir disetiap hari pasien mengangkat beban berat
yaitu karung yang berisi pakan ternak jadi.Diantara 28 orang karyawan tersebut,
18 diantaranya mengeluh keluhan yang sama dan didiagnosis Low Back Pain.
Penyakit akibat kerja ditimbulkan karena hubungan kerja atau yang
disebabkan oleh pekerjaan dan sikap kerja. Faktor fisik dan kondisi lingkungan
kerjadapat menjadi pendorong resiko terjadinya Low Back Pain. Faktor fisik
tersebut diantaranya terjatuh dari ketinggian atau tertimpa karung pakan. Dengan

30
mengangkat beban dengan cara yang salah atau mengangkat beban berat berulang
kali, maka secara fisiologis tubuh akan berusaha menghadapinya dengan
maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek yang
membahayakan. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan
memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligament dan sendi.
Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan
otot, tendon dan jaringan lainnya. Faktor-faktor pengaruh kerja seperti waktu
kerja, waktu istirahat yang kurang dan pekerjaan yang monoton dapat
meningkatkan resiko terjadinyalow back pain.

Banyak faktor yang bisa menyebabkan nyeri punggung belakang di tempat


kerja yaitu ketegangan otot, spasme atau kejang otot, trauma dan gangguan
mekanik.Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping
menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang thorakal
dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping,
terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint menyebabkan ketegangan otot
di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang
belakang. Diskus intervertebralisakan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur.

Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling
berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan
nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.
Terapi yang dilakukan untuk pasien menjadi medikamentosa dan non
medikamentosa. Terapi medikamentosa diberikan ibuprofen 200mg tab 3 x 1, dan
Vit. B complex 2 x 1 tab.Terapi nonmedikamentosa yang dilakukan adalah
diberikan edukasi yaitu bila berdiri dalam waktu lama selingi dengan periode
duduk sebentar, bila mengambil sesuatu di tanah jangan membungkuk tetapi
menekuk lutut terlebih dahulu, bila berjalan posisikan tubuh dengan tegak rileks

31
dan jangan tergesa- gesa, bila tidur dengan punggung mendatar dan alas tidur
sebaiknya yang keras.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Salah satu penyakit akibat kerja yang menjadi masalah kesehatan yang
umum terjadi dan mempengaruhi hampir seluruh populasi adalah LBP. Penyakit
akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam hubungan
dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja,
material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil
produksi. Berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis dari pasien dapat
didiagnosis sebagai low back pain. Low back pain adalah nyeri punggung bawah,
nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit
ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri
yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama
terjadinya nyeri

B. SARAN
 Untuk Pekerja
Hindari posisi yang salah saat bekerja, membiasakan mengangkat barang
dengan cara yang benar, rutin berolahraga, menjaga pola makan, lebih sadar
akan pentingnya kesehatan serta saran petugas kesehatan, tidak memaksakan
diri untuk terlalu cepat menyelesaikan pekerjaan, Selingi pekerjaan dengan
istirahat beberapa kali sebelum melanjutkan lagi.
 Untuk Perusahaan
mengadakan pelatihan ergonomi, pemasangan poster tentang sikap kerja yang
benar dan melakukan olahraga bersama minimal 2 bulan sekali.
 Untuk Puskesmas
Melakukan penyuluhan tentang keselamatan kerja dan kesehatan kerja pada
tempat kerja pasien minimal 1 kali dalam sebulan.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Buchari. Penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja. Medan: Universitas
Sumatera Utara; 2007.
2. WHO. Low back pain: Bulletin of the World Health Organization 2003; 81: 671-
6.
3. WHO. Low back pain: Priority medicines for Europe and the world 2013 update
2013; 1.
4. Delitto A, George SZ, Dillen LV, Whitman JM, Sowa G, Shekelle P et al. Low
back pain clinical practice guidelines linked to the international classification of
functioning, disability, and health from the orthopaedic section of the american
physical therapy association. J Orthop Sports Phys Ther 2012 ;42(4): A11.
5. Riskesdas. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta; 2013.
6. Astuti RD. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat terhadap kelelahan
muskuluskeletal. Gema Teknik 2007; 2: 28-9
7. Von Korff M, Dworkin SF, Le Resche L, et al: An epidemiologic comparison of
pain complaints, Pain 32(2):173-183, 1988.
8. Nachemson AL, Waddell G, Norlund AI: Epidemiology of neck and low back
pain. In Nachemson AL, Johnsson B, editors: Neck and back pain: the scientific
evidence of causes, diagnosis, and treatment, Philadelphia, 2000, Lippincott
Williams & Wilkins.
9. Meliala L. Patofisiologi Nyeri pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L,
Nyeri Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.
10. Rahim H A, Priharto K., Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. Divisi Spine,
Bagian Orthopaedi & Traumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin. pp 1-12s

33
34

Anda mungkin juga menyukai