Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
A. Latar Belakang
Penyakit lupus memang belum banyak dikenal orang. Seabad lalu,
penyebab penyakit ini diperkirakan adalah karena faktor keturunan, selain
faktor hormon dan lingkungan (seperti stres, sinar matahari, infeksi, makanan
dan obat-obatan). Namun, kini disimpulkan para ahli bahwa penyebab dari
penyakit Lupus adalah bukan merupakan penyakit keturunan. Penyakit Lupus
tidak diturunkan, hanya 5-10% pasien Lupus yang diturunkan dalam keluarga.
Sebagian besar (90%) pasien Lupus tidak mempunyai saudara ataupun
orangtua yang juga sakit Lupus. Penyakit Lupus menyerang hampir 90%
perempuan. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mencatat jumlah
penderita penyakit Lupus di seluruh dunia dewasa ini mencapai lima juta
orang. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan usia produktif dan
setiap tahun ditemukan lebih dari 100 ribu penderita baru. Data di Amerika
menunjukkan angka kejadian penyakit Lupus Ras Asia lebih tinggi
dibandingkan ras Kaukasia. Di Indonesia jumlah penderita Lupus yang tercatat
sebagai anggota YLI 789 orang, tetapi bila kita melakukan pendataan lebih
seksama jumlah pasien Lupus di Indonesia akan lebih besar dari Amerika
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1x30 menit, diharapkan
anggota kelauarga mampu memahami penyakit SLE
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1x30 menit, diharapkan
anggota keluarga mampu:
MATERI PENYULUHAN
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat berperan sebagai pemicu Lupus, misalnya :
infeksi, stress, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan
penisilin), cahaya ultra violet (matahari) dan penggunaan obat – obat
tertentu. Sinar matahari adalah salah satu kondisi yang dapat memperburuk
gejala Lupus. Diduga oleh para dokter bahwa sinar matahari memiliki
banyak ekstrogen sehingga mempermudah terjadinya reaksi autoimmune.
Tetapi bukan berarti bahwa penderita hanya bisa keluar pada malam hari.
Pasien Lupus bisa saja keluar rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah
pukul 16.00 dan disarankan agar memakai krim pelindung dari sengatan
matahari. Teriknya sinar matahari di negara tropis seperti Indonesia,
merupakan faktor pencetus kekambuhan bagi para pasien yang peka
terhadap sinar matahari dapat menimbulkan bercak-bercak kemerahan di
bagian muka. Kepekaan terhadap sinar matahari (photosensitivity) sebagai
reaksi kulit yang tidak normal terhadap sinar matahari.
c. Faktor hormon
d. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum menstruasi atau
selama kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon (terutama
estrogen) mungkin berperan dalam timbulnya penyakit ini sedangkan
hormon androgen mengurangi risiko terjadinya SLE.
e. Sinar UV
Sinar ultra violet mengurangi supresi imun sehingga terapi menjadi kurang
efektif, sehingga SLE kambuh atau bertambah berat. Ini disebabkan sel kulit
mengeluarkan sitokin dan prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di tempat
tersebut maupun secara sistemik melalui peredaran pembuluh darah.
f. Sistem Imunitas
Pada pasien SLE terdapat hiperaktivitas sel B atau intoleransi terhadap sel
T.
g. Obat – obatan
Obat yang pasti menyebabkan lupus, yaitu :
- Klorpromazin
- Metildopa
- Hidralasin
- Prokainamid
- Soniazid.
Obat yang mungkin dapat menyebabkan lupus, yaitu :
- Dilantin
- Penisilinamin
- Kuinidin
h. Infeksi
Pasien SLE cenderung mudah mendapat infeksi dan terkadang penyakit ini
kambuh setelah infeksi. Misal disebabkan oleh agen infeksius seperti virus,
bakteri (virus Epstein Barr, Streptokokus, klebsiella)
i. Stres
j. zat kimia :
Merkuri
Silikon
k. Silika debu dan merokok dapat meningkatkan risiko mengembangkan SLE
l. Makanan
Makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat
senyawa kimia yang dikandungnya (Smeltzer & Bare, 2006).
Baughman, Diane C. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Brunner and
Suddarth; Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.
Isbagio H, Albar Z, Kasjmir YI, et al. Lupus Eritematosus Sistemik. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, et al, editor. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi
kelima. Jakarta: Interna Publishing ; 2565-2579.
Khanna S, Pal H, Panday RM, Handa R. 2008. The Relationship Between Disease
Activity and Quality of Life in Systemic Lupus Erythematosus. Available from:
http://rheumatology.oxfordjournals.org/content/43/12/1536.full.
Sutcliffe N, Clarke AE, Levinton C, Frost C, Gordon C, Isenberg DA. 2008. Associates
of health status in patients with systemic lupus erythematosus. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10555890