Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN STRATEGIK

Analisis SWOT pada PT. Coca-Cola Amatil Indonesia


( Contoh Perusahaan yang Sukses )

Oleh :

Triska Dewi Pramitasari


triskadewi_ps@yahoo.com

1
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................. ii

1. Sejarah Perusahaan .................................................... 1


2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ......................................... 3
3. Lima Pilar – 2007 Key Strategies CCBI & System CCBI .......... 4
4. Logo dan Merek Perusahaan ................................................... 5
5. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................ 6
6. Analisis Lingkungan Eksternal ..................................................... 7
a. Pangsa Pasar (+) ................................................................ 7
b. Faktor Ekonomi (-) ................................................................... 8
c. Faktor Sosial dan Politik (-) ................................................. 8
d. Faktor Hukum (-) ................................................................... 8
e. Faktor Demografi (+) ......................................................... 8
f. Lingkungan Industri (-) .............................................. 8
g. Lingkungan Operasional .................................................. 10
h. Tekhnologi (+) ............................................................... 10
i. Kerjasama dgn Perusahaan lain (+) .................................... 10
j. Komitmen terhadap Corporate Social Responsibility
dan Sustainability (+) ...................................................... 10
7. Analisis Lingkungan Internal ...................................................... 10
a. Produk yang dihasilkan (+) ............................................. 10
b. Pemasaran (+) ...................................................... 11
c. Distribusi (+) ...................................................................... 12
d. Sumber daya manusia (+) ............................................... 12
e. Keuangan (+) .............................................................. 13
f. Penelitian dan Pengembangan (+) ........................................ 14
g. Lingkungan Operasional (-) .......................................... 14
h. Dampak Bagi Kesehatan (-) ............................................... 15
8. Analisis SWOT ................................................................... 20

2
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

1. Sejarah Perusahaan
Formula rahasia mengenai Coca Cola ditemukan pertama kali pada tanggal 8 Mei 1886
di Georgia di Amerika Serikat oleh Dr. John Styth Pemberton. Pada awalnya, Coca Cola adalah
suatu obat sakit kepala. Coca Cola pertama kali dipasarkan di toko obat Jacob’s Pharmacy yang
sebagian dimiliki oleh Dr. Pemberton. Lalu akuntan dari Jacob’s Pharmacy memberikan usul
nama Coca Cola. Coca Cola pada saat itu hanya salah satu dari ribuan paten yang ada pada tahun
1800‐an. Awal mulanya, Coca Cola ditulis dengan menggunakan huruf ‘kola’ tetapi akhirnya
oleh Frank M Robinson kata tersebut diubah menjadi ‘cola’. Hal itu dilakukan dengan adanya
pertimbangan bahwa dengan adanya dua huruf ‘c’ akan terlihat lebih bagus dan lebih mudah
diingat. Kemudian pada suatu waktu ada seorang pelanggan yang mengeluh pusing dan agar
lebih cepat sembuh ia mencampur ‘Coca Cola’ dengan air biasa. Lalu penjaga toko lebih
menganjurkan untuk menambah campurannya dengan soda. Sejak saat itu, dilahirkan suatu versi
‘Coca Cola’ dengan berkarbonasi.
Asa Griggs Chandler adalah seorang yang membeli hak merek ‘Coca Cola’ sebelum
wafatnya Dr. John pada tahun 1888 dan akhirnya Chandler mulai menjual ke toko obat yang
lainnya. Kemudian, dia mulai menjual ke toko obat lainnya. Bisnis minuman ini semakin meluas
dan diwarnai dengan pemasangan iklan di stasiun dan pusat kota. Iklan yang dilakukan mencapai
budget $100,000 pada tahun 1901. Selain itu, dia juga memperkenalkan sistem promosi dengan
memberikan cindera mata berupa kalender, poster, jam dinding, gelas dan lain ‐ lain yang
bertuliskan Coca Cola yang khas kepada konsumen dan penggemar Coca Cola.
Ide untuk menyediakan Coca Cola dalam botol datang dari Joseph Biedeharn, seorang
pemilik toko dari Missisipi. Setelah ide ini diberikan, lalu seorang pengusaha Tenesse
memberikan suatu tanggapan yang positif dan akhirnya mendirikan pabrik Coca Cola yang
pertama pada tahun 1899. Pengusaha ini juga mengenal cara pemasaran langsung pada
konsumen. Melalui cara ini, Chandler juga mulai menggunakan franchise untuk memperluas
bisnisnya pada tahun 1899.
Dalam hal ini, The Coca Cola Company menyediakan bahan baku berupa Concentrate
bagi pabrik minuman, sedangkan pabrik mengolahnya menjadi minuman Coca Cola. Sistem ini
diberlakukan bagi seluruh pabrik Coca Cola yang ada di dunia.
Ernest Woodruff adalah seorang membeli perusahaan Coca Cola yang dimiliki oleh Asa
Candler dengan harga $25 juta pada tahun 1919. Kemudian putranya yang bernama Robert W.
Woodruff melakukan suatu langkah penting untuk perkembangan Coca Cola. Pada tahun 1923,
ia memperkenalkan Coca Cola kepada pasar international dengan mendirikan perusahaan The
Coca Cola Company Export Corporation, sebuah perusahaan yang memiliki tugas untuk
menangani Coca Cola yang ada diluar Amerika Serikat. Ia menjadi CEO pertama untuk
perusahaan Coca Cola dan mengembangkan bisnisnya dengan tujuan agar Coca Cola mudah
didapat oleh konsumen.
“Kemudian pada tahun 1929, Woodruff mengembangkan suatu periklanan dengan
ditekankan pada gaya hidup.” (Harvard Business School, 9‐391‐179, “Coca Cola versus Pepsi
Cola and The Soft Drink Industry”. Rebecca Wayland under the supervisor Professor Michael E.
Porter). Selain itu, dia juga mengeluarkan suatu standar mutu yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas minuman Coca Cola yang ada di dunia.

3
Coca Cola Di Indonesia
Coca Cola mulai diperkenalkan pada rakyat Indonesia pada tahun 1927. Pada waktu itu,
Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan Coca Cola berada di bawah De Nederlands Insische
Mineral Water Fabriek di Jakarta. Proses produksi untuk pertama kalinya dibuat pada tahun 1932.
Proses pertama kali tersebut adalah sebesar 10.000 krat dengan dibantu oleh 3 buah truk
pengangkut dengan jumlah karyawan sebanyak 25 orang. Sedangkan pada masa penjajahan
Jepang (1942 – 1945), produksi Coca Cola dihentikan. Setelah kemerdekaan Indonesia,
perusahaan ini diambil alih oleh The Indonesia Bottlers Ltd.NV (IBL) dengan status perusahaan
nasional.
Setelah sekian lama di Indonesia, permintaan pasar mulai naik dan diperlukan adanya
suatu pengembangan pabrik. Oleh karena itu, pada tahun 1970, pabrik tersebut berkembang dan
bergabung dengan perusahaan Jepang dengan nama PT Djaya Beverages Bottling Company
sebagai pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dan pada saat tersebut pula jenis
produknya bertambah dengan datangnya Fanta dan Sprite.
Pertumbuhan Coca Cola di Indonesia sampai saat ini didukung oleh 11 pabrik pembotolan
dan sekitar 9000 karyawan melayani lebih dari 400.000 outlet di seluruh Nusantara. Kesebelas
pabrik pembotolan tersebut adalah:
1. Tahun 1971 : PT. Djaya Beverages Bottling Company, Jakarta.
2. Tahun 1973 : PT. Brasseris Del Indonesia, Medan.
3. Tahun 1976 : PT. Tirtalina Bottling Company, Surabaya.
4. Tahun 1978 : PT. Coca Cola Pan Java Bottling Company, Semarang.
5. Tahun 1951 : PT. Tirta Permata Sari Bottling Company, Ujung Pandang.
6. Tahun 1983 : PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company, Bandung .
7. Tahun 1985 : PT. Tribana Jaya Nusantara Bottling Company, Padang.
8. Tahun 1985 : PT. Banyu Agung Sejahtera Bottling Company, Denpasar.
9. Tahun 1985 : PT. Swarna Dipa Mekar Bottling Company, Tanjung Karang.
10. Tahun 1985 : PT. Bangun Wenang Beverage Company, Menado.
11. Tahun 1991 : PT. Eka Tiema Manunggal Bottling Company, Banjarmasin.
PT Tirtalina Bottling Company merupakan pabrik Coca Cola ketiga di Indonesia. Pada
awalnya perusahaan ini dimiliki oleh pengusaha nasional Indonesia, tetapi pada tahun 1991
dengan diberlakukannya penanaman modal asing oleh pemerintah, lama kelamaan perusahaan
Tirta dan perusahaan Pan Java dibeli oleh Coca Cola Amatil (CCA) dan menyusul pada tahun
1992 perusahaan Djaya Beverage Bottling dibeli juga oleh CCA. Pada tahun 1994 PT.Coca Cola
Pan Java Bottling Indonesia telah mengambil alih tempat pembotolan lainnya yakni pabrik
pembotolan di Medan, Ujung Pandang, Padang dan Tanjung karang. Ini berarti dari sebelas
pabrik pembotolan Coca Cola di Indonesia merupakan milik PT. Coca Cola Pan Java. Tahun
1995 Coca Cola Amatil milik Australia mengambil alih semua pabrik pembotolan Coca Cola di
Indonesia kecuali Manado. Pada tahun 1997, didirikan pabrik pembotolan Coca Cola yang
terbesar di Indonesia dan berlokasi di jalan Teuku Umar km 46, Cibitung dengan nama Cibitung
National Plant.
Pada tanggal 1 Januari 2000, nama Coca Cola Bottling Indonesia mulai resmi digunakan
dan nama tersebut menjadi suatu nama dagang pada sejumlah perusahaan patungan antara
perusahaan lokal dengan Coca Cola Amatil Limited, yang merupakan produsen dan distributor
terbesar produk‐produk Coca Cola yang berpusat di Sydney, Australia. Pada tahun 2002
perusahaan mengganti namanya menjadi PT Coca Cola Bottling Indonesia (PT CCBI).
4
Di tahun 2014, The Coca-Cola System di Indonesia mempekerjakan lebih dari 12.000
karyawan orang di 10 pabrik pembotolan dan di lebih dari 85 pusat distribusi di seluruh negeri.
The Coca-Cola Company memproduksi, menjual dan mendistribusikan lebih dari 10 merek di
Indonesia termasuk minuman ringan berkarbonasi, jus, teh, minuman isotonik, air minum dalam
kemasan, minuman berenergi, dan masih banyak lagi—dengan lebih dari 100 format kemasan
dan ukuran, serta telah melayani lebih dari 600.000 outlet ritel besar dan kecil secara langsung.
Selama 2 tahun terakhir, The Coca-Cola System telah menginvestasikan lebih dari USD
300 juta di ibukota. Managing Director CCAI, Alison Watkins menyatakan bahwa "tanda
kepercayaan kami terhadap Indonesia adalah minat kami untuk meningkatkan investasi di sana
sebanyak hampir setengah miliar dolar selama 3-4 tahun berikutnya". Muhtar Kent, CEO The
Coca-Cola Company pun menyatakan bahwa "Indonesia merupakan pasar penting bagi
perusahaan kami dalam perjalanan menuju tahun 2020."

TIMELINE
1927: Coca-Cola dijual pertama kali di Indonesia. Botol pertama diimpor oleh seorang insinyur
Belanda bernama de Koenig
1932: Diproduksi secara lokal oleh pembotolan De Water Nederlands Indische Mineral Fabriek,
di Batavia, Indonesia
1945: Hari Kemerdekaan Indonesia
1956: Setelah Perang Dunia ke-II, dioperasikan kembali oleh The Indonesia Bottler Limited
(IBL)
1971: Djaja Beverage Bottling memulai produksi kembali setelah era revolusioner di tahun 1960-
an dan memperkenalkan Sprite
1973: Fanta diperkenalkan di Indonesia
1977: Pabrik Commercial Product Supply (CPS) didirikan untuk memenuhi pasokan bahan dasar
minuman
1985: Bangun Wenang di Manado memulai produksiCoca-Cola pertamanya
1986: Diet Coke diperkenalkan, menandakan kehadiran produk kaleng untuk pertama kalinya di
Indonesia
1992: Coca-Cola Amatil Indonesia mulai beroperasi di Indonesia
1996: Coca-Cola Amatil memulai produksi dalam botol plastik (PET) untuk pertama kalinya
2002: Frestea diperkenalkan di Indonesia. Merk lokal air minum dalam kemasan, Ades, diakuisisi
2008: Minute Maid dan Coke Zero diperkenalkan di Indonesia
2011: Ades dalam kemasan botol plastik ramah lingkungan diperkenalkan
2012: CCAI mengakuisisi pabrik baru di Cikedokan, Bekasi
2013: Aquarius diperkenalkan di Indonesia
2014: Nutriboost diperkenalkan di Indonesia

5
2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

Our Vision Our vision serves as the framework for our Roadmap and guides every aspect of our business
by describing what we need to accomplish in order to continue achieving sustainable, quality growth.
 People: Be a great place to work where people are inspired to be the best they can be.
 Portfolio: Bring to the world a portfolio of quality beverage brands that anticipate and satisfy
people's desires and needs.
 Partners: Nurture a winning network of customers and suppliers, together we create mutual,
enduring value.
 Planet: Be a responsible citizen that makes a difference by helping build and support sustainable
communities.
 Profit: Maximize long‐term return to shareowners while being mindful of our overall
responsibilities.
 Productivity: Be a highly effective, lean and fast‐moving organization.

Our Mission
Our Roadmap starts with our mission, which is enduring. It declares our purpose as a company and serves
as the standard against which we weigh our actions and decisions.
To refresh the world...
To inspire moments of optimism and happiness...
To create value and make a difference.

Live Our Values Our values serve as a compass for our actions and describe how we behave in the world.
Leadership: The courage to shape a better future
Collaboration: Leverage collective genius
Integrity: Be real
Accountability: If it is to be, it's up to me
Passion: Committed in heart and mind
Diversity: As inclusive as our brands
Quality: What we do, we do well

Mengembangkan Pernyataan Visi dan Misi bagi Organisasi


Dunia sedang mengalami perubahan, sehingga untuk terus maju sebagai usaha selama
sepuluh tahun dan seterusnya, Coca-cola harus melihat ke depan, memahami tren, dan kekuatan
yang akan membentuk bisnisnya di masa yang akan datang dan bergerak cepat untuk
mempersiapkan apa yang akan datang. Visi Coca-cola adalah menciptakan sebuah tujuan jangka
panjang untuk bisnis Coca-cola.
Visi Coca-cola merupakan kerangka bagi perusahaan dan memandu setiap aspek
bisnisnya dengan menjelaskan apa yang diperlukan untuk mencapai dan melanjutkan kualitas
pertumbuhan beberapa aspek. Coca-cola Company ingin menjadi tempat yang tepat untuk
bekerja di mana orang-orang terinspirasi untuk melakukan pekerjaan sesuai kemampuan
terbaiknya. Perusahaan juga ingin memaksimalkan laba jangka panjang dan memiliki
produktivitas yang sangat efektif dan efisien.
Sedangkan misi Coca-cola Company menjadi awal proses bisnisnya. Misi tersebut
menyatakan tujuannya sebagai perusahaan dan menyajikan sebagai standar yang dapat

6
digunakan sebagai pertimbangan untuk menetapkan tindakan dan keputusan untuk memperbarui
dunia, memberikan inspirasi untuk meningkatkan optimisme dan kebahagiaan, dan menciptakan
nilai serta membuat perbedaan.

3. Lima Pilar – 2007 Key Strategies CCBI & System CCBI


CCBI pada tahun 2007 memiliki lima pilar yang digunakan untuk memajukan perusahaannya.
Kelima pilar tersebut adalah:
1. Pengembangan SDM
 Mensosialisasikan pentingnya kesadaran terhadap kinerja bisnis perusahaan.
 Meningkatkan kompetensi dan kemampuan kerja karyawan.
 Meningkatkan usaha pengembangan SDM berbasis kompetensi.
 Menjadikan Manufacturing Excelent sebagai tujuan utama dan mengembangkan personel
produksi yang fleksibel.
2. Pelayanan Utama (Ultimate Service)
 Meningkatkan stock availability dan inventory level di Sales Center dan Pabrik.
 Meningkatkan perencanaan dan koordinasi dengan Marketing untuk keakuratan Forecast
dan Inventory.
 Menurunkan trade absorption seminimal mungkin.
 Melakukan peningkatkan kualitas produk dan kemasan secara terus menerus dengan
fokus pada Bussiness Driver Map.
3. Pengembangan Kualitas (Quality Improvement)
 Menerapkan PET Age Management secara efektif pada setiap lokasi rantai pasok.
 Berkoordinasi dengan bagian Engineering untuk memastikan semua peralatan produksi
terawat dengan benar untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas secara
konsisten.
 Melakukan perbaikan kinerja Bottle Washer.
 Memperketat pelaksanaan Quality Monitoring Program seperti, SPC, HACCP, Root
Cause Analysis, dll.
4. Biaya Operasional (Operation Cost)
 Meningkatkan kemampuan produksi untuk mencapai yield yang tinggi dalam
penggunaan bahan baku.
 Melakukan program hemat energi.
 Melakukan perencanaan produksi secara efektif.
 Meminimalkan biaya transpor ekstra untuk kembalian RGB.
 Memaksimalkan penggunaan Warehouse dan mengoptimalkan penanganan bahan
baku/jadi.
5. Efektivitas Operasional (Operation Effectiveness)
 Meningkatkan kesadaran akan pentingnya GMP, QMS, EMS & OHS.
 Mensosialisasikan kinerja sales dan produksi untuk meningkatkan rasa kepemilikan
karyawan terhadap bisnis perusahaan.
 Meningkatkan continual improvement pada setiap level karyawan.
 Meningkatkan preventive maintenance untuk meningkatkan GLE.
Selain lima pilar sebagai key strategies 2007, maka CCBI juga memiliki sistem yang digunakan
untuk menunjang kinerja perusahaan. Sistem tersebut adalah:
7
1. Quality Management System (QMS) adalah sistem pengelolaan yang berhubungan dengan
kualitas (Quality).
2. Environmental Management System (EMS) adalah sistem pengelolaan yang berhubungan
dengan lingkungan (Environmental).
3. Occupational & Health Safety (OHS) adalah sistem pengelolaan yang berhubungan dengan
Keselamatan dan Kesehatan kerja.
4. Core Management System (CMS) adalah sistem pengelolaan yang dapat diterapkan untuk
semua fungsi/sistem/area baik QMS, EMS, dan OHS (Core) dan bukan suatu sistem
manajemen, hanya suatu istilah untuk integrasi dari ketiga sistem.

4. Logo dan Merek Coca Cola


 John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.
Dialah yang pertama kali mencampur sirup karamel yang kemudian dikenal sebagai
Coca-Cola. Frank M. Robinson, sahabat sekaligus akuntan John, menyarankan nama
Coca-Cola karena berpendapat bahwa dua huruf C akan tampak menonjol untuk
periklanan. Kemudian, ia menciptakan nama dengan huruf-huruf miring mengalir,
Spencer, dan lahirlah logo paling terkenal di dunia. Coca-Cola logo, seperti produknya,
merupakan logo dan merek paling dikenal di seluruh dunia.
 Warna merah dan putuh pada logo Coca-Cola dibuat sederhana serta mudah diingat oleh
konsumen. Logo Coca-Cola pertama kali diperkenalkan di Atlanta Journal pada tahun
1915 serta muncul pada display Pemberton farmasi. Coca-Cola logo terdaftar menjadi
merek dagang pada tahun 1887 dan semenjak itu menjadi identitas merek korporasi.

8
5. Struktur Organisasi Coca Cola Bottling Indonesia

Tugas dan wewenang bagian dari setiap perusahaan :


Managing Manager
Bertanggung jawab kepada para pemegang saham dalam kebijaksanaan (policy) dalam mencapai
tujuan dengan mengambil keputusan dari laporan dan analisa para director secara cepat.
Marketing Director
Bertanggung jawab kepada Managing Manager terhadap semua aktivitas Marketing Manager
dalam menangani sub divisi Coca Cola, sub divisi Diet Coke, sub divisi Coca cola Zero, sub
divisi Fanta, sub divisi Sprite, sub divisi Frestea, dan sub divisi Ades.
Marketing Manager
Bertanggung jawab untuk menangani segala aktivitas yang dijalankan oleh masing - masing sub
divisi. Seperti, sub divisi Coca Cola, sub divisi Diet Coke, sub divisi Coca cola Zero, sub divisi
Fanta, sub divisi Sprite, sub divisi Frestea, dan sub divisi Ades.
Finance Director
Bertanggung jawab dan mengawasi atas penggunaan dana perusahaan.
Technical Director
Bertanggung jawab atas kegiatan produksi pada perusahaan, mengatur keseimbangan antara
investasi dan produksi.
Coorp. Affair's Director
Membela produk yang menghadapi masalah publik.
HRD Director
Mengatur masalah administrasi yang berkaitan dengan masalah karyawan / ketenagakerjaan
seperti pengangkatan pegawai baru, pelatihan karyawan, pemberhentian karyawan dan
sebagainya.
Brand Manager
Bertanggung jawab kepada Marketing Manager dalam menangani produk "Coca Cola" dari segi
pemasaran, promosi distribusi, finansial, dan strategi pemasaran lainnya.

9
6. Analisis Lingkungan Eksternal
Pangsa Pasar (+)
Sebagai raja di segmen minuman bersoda, Coca-Cola memang nyaris tak tertandingi.
Dengan skala produksi saat ini yang mencapai 5 juta botol per hari (yang diolah dari 11 pabriknya
di sini), di pasar jenis minuman bersoda, Coca-Cola masih bisa menguasai pangsa hingga sebesar
85%. Bagi Coca-Cola, peluang untuk mendongkrak angka penjualan bukan berarti tertutup.
Sebab, potensi bisnis minuman cepat saji (kemasan) di negeri ini masih memiliki prospek yang
cerah. Minuman kemasan non-alkohol yang beredar selama ini mencapai sekitar 23 juta liter per
hari. Itu artinya, sekitar 10% kebutuhan minum penduduk dipenuhi oleh minuman siap saji.
Sisanya adalah yang dipasok oleh minuman rebusan sendiri.
Kenyataan lainnya adalah kebiasaan masyarakat di sini dalam mengonsumsi minuman
berkarbonasi, angkanya masih rendah. Per kapitanya tak lebih dari 15 botol per tahun.
Bandingkan, misalnya, dengan di Singapura, Malaysia, atau Filipina, yang kebanyakan
masyarakatnya telah terbiasa mengonsumsi jenis minuman ini. Di sana, per kapitanya rata-rata
di atas 100 botol per tahun. Oleh karena itu, jangan heran, bila dibandingkan dengan total
penjualan produk minuman jenis ini secara global, Coca-Cola di sini masih di bawah 5% per
tahun. Atas dasar itu pula, rupanya, akhirnya manajemen Coca-Cola tergiur merambah ke produk
minuman lainnya. Nyatanya, perusahaan ini tak hanya membuat minuman bersoda saja—seperti
Coca-Cola, Sprite, dan Fanta—tapi juga mulai memproduksi dan memasarkan berbagai produk
minuman lain seperti teh dalam kemasan (Freshtea), minuman isotonik (Powered Isotonic), sirop
(Sunfill), dan air mineral (Ades).
Di pasar minuman air mineral, kehadiran Ades memang belum bisa disetarakan dengan
Aqua yang memegang pangsa 55% dari total peredaran jenis minuman ini—yang mencapai 10
miliar liter per tahun. Di pasar sirop pun, Sunfill dianggap ”masih bau kencur.” Pasalnya, pangsa
pasar terbesar produk minuman ini (60%)—dari total perputaran fulus di pasar ini yang mencapai
lebih dari Rp 1 triliun per tahun—masih berada di genggaman produk buatan ABC Group.
Tapi, seiring dengan slogan yang baru, manajemen Coca-Cola juga mulai menggencarkan
strategi pemasaran yang agak berbeda dengan sebelumnya. ”Kami selalu menerapkan strategi
pemasaran yang inovatif,” ujar Arif. Di antaranya yakni mempercantik tampilan kemasan, desain
poster, dan billboard. Juga, ”Kami akan meluncurkan iklan terbaru di televisi,” tambah Arif.
Selain itu, kemampuan seluruh elemen di sektor pemasarannya juga akan ditingkatkan. Paling
tidak, harapannya masih bergantung pada 10 ribu karyawan serta 400 ribu outlet khusus yang
dimiliki industri ini, dan tentunya dukungan dari 120 pusat penjualan yang menyebar di seluruh
pelosok Nusantara. Lebih dari itu, Coca-Cola juga mencoba mendekatkan diri dengan konsumen.
Di antaranya dengan membangun 11 pabrik yang tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Ujung Pandang, Manado, Medan, Padang, Lampung,
dan Banjarmasin. Untuk meraih pasar, tidak ada cara lain kecuali mendekatkan diri dengan calon
pelanggan,” lanjut Arif.
Dengan menjalani sejumlah strategi tadi, harapannya, tingkat konsumsi masyarakat
terhadap minuman dalam kemasan akan naik. Andalannya, apalagi jika bukan dari minuman
bersoda layaknya Coca-Cola. Paling tidak, dari sebelumnya satu botol setiap tiga minggu,
menjadi satu botol setiap dua minggu. Targetnya, ya itu tadi, menjaring lebih banyak lagi
penggemar dari kalangan anak-anak muda.

10
Faktor Ekonomi (-)
Coca-Cola lebih dari tiga perempat dari keuntungan dan 71% pertumbuhannya diperoleh
di luar Amerika Serikat. Namun, krisis global berdampak pada penurunan kinerja, penjualan dan
keuntungan Coke di luar negeri. Di Brazil dan Jepang, dua dari pasar Coke terbesar luar negeri,
rata-rata konsumen hampir tidak memiliki daya beli, karena rendahnya pertumbuhan ekonomi
pada tahun 1998. Di Rusia, di mana Coke telah menginvestasikan lebih dari $700 juta selama
delapan tahun, runtuhnya perekonomian mengakibatkan kapasitas operasi Coke anjlok sebesar
50%. Krisis global sangat mempengaruhi penjualan coca-cola di Asia, Rusia dan Amerika Latin
karena penurunan daya beli. Di Brazil, yang merupakan pasar terbesar ketiga, Coke telah
kehilangan lebih dari sepersepuluh dari 54% pangsa pasarnya karena beralih ke minuman lokal
dengan harga lebih murah.

Faktor Sosial dan Politik (-)


Faktor politik yang terjadi di Amerika dan di negara-negara lainnya berpengaruh pada
perkembangan Coca-Cola. Sebagai contoh, ketika Amerika menginvasi Irak, tumbuh budaya anti
Amerika di negara-negara muslim atau yang bersimpati dengan Irak. Kondisi ini mengakibatkan
penjualan Coca Cola sempat terganggu.

Faktor Peraturan (Faktor Hukum) (-)


Coca-Cola juga sempat terhalang oleh kebijakan pemerintah India yang melarang
penjualan produk Coca-Cola di negaranya karena pada tahun 2004, petani di india melakukan
protes terhadap pabrik Coke Bottling di India yang menyebabkan air sumur kering.
Dua negara bagian India Rabu melarang penjualan soft drink Coca-Cola dan Pepsi. Sebab,
kelompok lingkungan India menyatakan telah menemukan pestisida dalam produk-produk
perusahaan raksasa global itu.Negara Bagian Kerala memberlakukan larangan produksi dan
distribusi dua produk minuman itu di seluruh wilayah negara bagian. Sedangkan Negara Bagian
Karnataka melarang produk itu dijual di sekolah-sekolah, kampus-kampus dan rumah sakit.
Sebelumnya, tiga negara bagian memberlakukan larangan serupa setelah Pusat Sains dan
Lingkungan di New Delhi menyatakan telah menemukan residu pestisida pa-da 11,85 permil (per
satu miliar) dalam 57 sampel Coca-Cola dan PepsiCo yang diproduksi di 12 negara bagian India.
Tingkat kandungan pestisida itu 24 kali lebih tinggi dibandingkan batas yang disepakati oleh
Biro Standar India. Kendati, ambang batas itu belum diberlakukan.
Di Karnataka, pemerintah melarang penjualan minuman dalam jarak radius 30 meter dari
sekolah, kampus, dan rumah sakit. Larangan itu akan mulai diberlakukan pada 14 Agustus.
"Residu pestisida itu membahayakan kesehatan anak-anak," kata Basavaraj Horatti, menteri
pendidikan menengah. Studi serupa oleh Pusat Sains dan Lingkungan pada 2003 juga
menemukan kandungan pestisida yang melebihi ambang batas internasional. Namun, para pakar
berpendapat larangan itu hanya menutupi keadaan sesungguhnya yang lebih parah. Sebagian
besar produk makanan dan minuman India mengandung residu pestisida karena negeri itu adalah
salah satu produsen dan konsumen terbesar di dunia untuk zat kimia itu.(rtr-gn-24)
Menurut penulis buku A History of the World in Six Glasses, Tom Standage, masuknya
Coca-Cola ke dalam sebuah negara mengirimkan sebuah simbol yang kuat tentang hubungan
Amerika Serikat dengan negara itu. "Saat Coca-Cola mulai pengiriman ke sebuah negara adalah
saat Anda bisa mengatakan mungkin ada perubahan nyata terjadi di sana (negara itu)," katanya.
"Coca-Cola adalah kapitalisme dalam botol."

11
Kini hanya ada dua negara di mana Coca-cola tidak secara resmi bisa dibeli atau dijual,
yaitu Kuba dan Korea Utara. Hal ini disebabkan embargo perdagangan oleh Amerika Serikat.
Coca-Cola mengatakan jika ada minuman yang dijual di negara-negara itu, mereka datang
melalui "pihak ketiga yang tidak berwenang".
Kuba sebenarnya adalah salah satu dari tiga negara pertama di luar Amerika Serikat yang
menjual coke, istilah lain Coca-cola, pada 1906. Namun, perusahaan itu pindah karena
pemerintah Fidel Castro mulai merebut aset swasta pada 1960 dan tidak pernah kembali.
Di Korea Utara, zona bebas Coca-Cola lainnya, baru-baru ini sebuah laporan
menyebutkan bahwa minuman ringan ini dijual di sebuah restoran di Pyongyang. Namun, Coca-
Cola mengatakan jika ada minuman yang dijual, baik di Korea Utara atau Kuba, maka artinya
minuman ini diselundupkan melalui pasar gelap, tidak melalui jalur resmi.

Faktor Demografi (+)


Pembeli (konsumen) dari produk Coca-Cola mencakup segala usia dari anak kecil, remaja, dan
orang dewasa di seluruh dunia, sehingga dapat dikatakan produk coca-cola company relatif aman
terhadap issue demografi. Beberapa negara di Amerika memiliki struktur demografi yang
didominasi usia dewasa dan tua, sedangkan beberapa negara di Asia Tenggara mayoritas adalah
usia anak-anak dan remaja.

Lingkungan Industri (-)


a. Pendatang Baru (New Comers) (-)
Ancaman masuknya pendatang baru pada minuman Coca-Cola antara lain Mizone, Pocari
Sweet, dan lain sebagainya. The Coca-Cola Company harus meyakinkan kepada pelanggan
melalui brand bahwa produk Coca-Cola merupakan minuman bersoda nomor satu di dunia.
b. Pesaing (Competitors) (-)

12
Coca-Cola Company mempunyai dua pesaing utama yaitu: PepsiCo dan Cadbury
Schweppes PLC. PepsiCo mempunyai jumlah karyawan dua kali lebih banyak dari Coca-
Cola Company. Sedangkan Cadbury Schweppes PLC mempunyai diversifikasi produk yang
mana tidak dimiliki oleh dua pesaingnya. Diversifikasi itu meliputi: industry minuman,
coklat dan permen karet. Schweppes Cadbury adalah perusahaan penjualan gula terbesar
sedunia.Mempekerjakan sekitar 60.000 asosiasi. Perusahaan ini adalah pemenang Britain’s
most admired award company pada tahun 2004.
Pesaing utama dari Coca-Cola adalah perusahaan PepsiCo. PepsiCo merupakan
pesaing yang sangat sengit di dalam dua pertumbuhan tercepat dalam kategori industri
minuman. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1965. PepsiCo memperoleh 60 persen
pendapatannya dari snack division. PepsiCo di peringkat 19 di antara perusahaan yang paling
dikagumi di Amerika. PepsiCo terdiri dari sekitar 168.000 karyawan dan pada tahun 2006
memiliki pendapatan lebih dari $35 billion. PepsiCo mendirikan bisnisnya di Amerika Utara,
Amerika Latin, Eropa, the Middle East, Africa dan Asia Pasifik. Volume minuman PepsiCo
naik sebesar 7 persen di timur tengah, Argentina, China dan Brazil pada tahun 2006.
Meksiko dan Rusia adalah dua pasar kontribusi yang kuat untuk PepsiCo. Schweppes
Cadbury adalah perusahaan penjualan gula terbesar sedunia.Mempekerjakan sekitar 60.000
asosiasi. Perusahaan ini adalah pemenang Britain’s most admired award company pada
tahun 2004.
Pepsi-Cola Company yang berdiri sejak 1898, sudah melakukan ekspansi bisnis ke
beberapa produk makanan. Merger dengan Frito-Lay pada 1965 menandai lahirnya nama
PepsiCo, sebagai payung perusahaan. Kemudian PepsiCo mengakuisisi Tropicana pada
1998, dan 2001 melakukan merger dengan The Quaker Oats Company, termasuk Gatorade.
Hingga sekarang, PepsiCo sudah mempunyai lima merek besar – yaitu Frito-Lay, Pepsi-
Cola, Quaker, Gatorade, dan Tropicana. Merek-merek ini membawahi produk-produk
PepsiCo yang variatif, sesuai kebutuhan dan pilihan konsumen, dari produk yang fun hingga
produk ala hidup sehat. Mekanisme pemasaran produk PepsiCo dilakukan melalui empat
departemennya, yaitu Frito-Lay North America, PepsiCo Beverages North America
(PBNA), PepsiCo International, dan Quaker Foods North Amerika.
c. Produk Substitusi (-)
Tekanan dari produk pengganti (subsitusi), seperti: Pepsi, RC Cola, 7Up dan lain-lain. Oleh
karenanya strategi yang dapat diterapkan antara lain: berupa penerapan harga yang
terjangkau serta kualitas produk (maintain or even better). Selain itu, inovasi produk tetap
13
difokuskan pada produk-produk minuman berkarbonasi agar Coca-Cola tidak kehilangan
identitasnya market leader produk minuman berkarbonasi.
d. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Buyers) (-)
Wilayah operasi dan penjualan produk The Coca-Cola Company mencakup:
 Afrika
 Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Pasifik
Kesuksesan pada tahun 2006 berasal dari Coca-Cola Zero pada penjualan di Australia dan
Thailand.
 Uni Eropa
Mengalami peningkatan pertumbuhan senilai 6% dari tahun 2005 ke tahun 2006.
Faktor-faktor keberhasilan wilayah ini diraih dari kombinasi dari produk-produk baru,
pengemasan yang inovatif, dan kolaborasi dengan para konsumen.
 Amerika Latin
Tiga pasar terbesar Coke diantaranya ialah United States, Mexico, dan Brazil. Portofolio
minuman mendapatkan poin 7% pada tahun 2006 dimana perusahaan melihat pada
pengembangan garis produk. Fokus Coke di Amerika Latin ialah pada penambahan air,
jus, dan minuman olahraga.
 Amerika Utara
Perusahaan telah mencapai keberhasilan dalam pengimplementasian produk “MyCoke
Rewards” yang melibatkan sekitar 3,5 juta subjek yang berpastisipasi, dimana lebih baik
dari 1,5 juta penghargaan yang dinyatakan. Coke menerapkan uji pemasaran kopi/teh
dimana Coke menyalurkan via teknologi “Far Coast Brand” dimana merupakan konsep
toko yang pertama kali dibuka di Toronto, Kanada pada tahun 2006.
 Asia Utara, Eurasia, dan Timur Tengah
Coke adalah penjual terbaik minuman non-alkohol di Rusia dengan 22% pertumbuhan
volum kasus pada tahun 2006. Memberikan pelayanan yang prima untuk
mempertahankan pelanggan serta menarik pelanggan baru merupakan salah satu cara
yang harus dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan
promosi dengan memberikan hadiah untuk pembelian produk tertentu (pada nilai
penjualan tertentu) atau dapat dilakukan dengan mengadakan event yang menarik.
e. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok (Supplier) (-)
Salah satu cara perusahaan meminimalisasi posisi tawar supplier adalah dengan melakukan
“bottling investment” pada suatu wilayah penjualan yang menunjukkan kinerja yang baik
pada tahun terakhir. Sebagai contoh, Coca-Cola telah memfokuskan pada desain “road to
market” dan optimisasi pada infrastruktur operasi bottling di India.
Menurut Porter, jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan yang ketat
perusahaan harus memilih prinsip bisnis, harga yang tinggi atau produk dengan biaya yang
rendah, dan bukan kedua-duanya. Berdasarkan prinsip tersebut, maka Porter menyatakan
ada tiga Strategi Generik, yaitu Differentiation, Overall Cost Leadership dan Fokus.

Lingkungan Operasional (+)


a. Bahan pendukung utama Coca-cola mudah diganti dengan bahan lain yang mudah didapat (+)
Bahan utama Coca-Cola adalah sirup jagung berkadar fruktosa tinggi, sejenis gula, untuk di
Amerika Serikat dapat dipasok oleh sebagian besar sumber domistik. Untuk di luar Amerika

14
Serikat dapat diganti sukrosa. Bahan lain adalah aspartam, bahan pemanis yang digunakan
dalam produk minuman ringan rendah kalori diperoleh dari The Nutra Sweet Company.

Tekhnologi
Manajemen Air Limbah&Pengurangan Jejak Karbon (+)
Tujuan kami secara global adalah mengembalikan kembali kepada masyarakat dan alam,
jumlah air, setara dengan apa yang kami gunakan di semua produk minuman kami. Di semua
pabrik milik kami, kami memastikan bahwa 100% air limbah hasil operasi manufaktur kami
diolah kembali secara ketat sehingga dapat dikembalikan lagi ke alam secara aman—hingga
pada tingkat yang dapat mendukung kehidupan akuatik. Kami juga berinvestasi dengan
teknologi yang disebut "blow-fill” yang memungkinkan kami untuk mendesain ulang dan
mengurangi berat kemasan botol plastik (PET) untuk minuman bersoda dan air minum dalam
kemasan. Blow-fill juga memungkinkan botol-botol untuk diproduksi dengan PET resin yang
lebih sedikit atau dengan resin daur ulang.

Kerjasama dengan Perusahaan Lain (+)


a. Kerjasama dengan restoran cepat saji
Dengan banyaknya perusahaan cepat saji yang memilih Coca-Cola, minuman tersebut menjadi
raja di yang mendominasi industri tersebut. Hingga saat ini, Coca-Cola telah bekerjasama
dengan 23 perusahaan besar seperti Burger King, Wendy's, McDonald's dan Pizza Papa Johns.
b. Kerjasama dengan Bintang Toedjoe
Menurut Direktur Pengelola CCI, Robert Foye, kerjasama ini menandai babak baru bisnis
Coca-Coca di Indonesia. Pasalnya, ini merupakan kali pertama CCI memproduksi dan juga
memasarkan produk minuman energi di Indonesia. “Kerjasama ini akan memperluas
portofolio produk kami di Indonesia, setelah sukses memasuki pasar minuman berkarbonasi,
air mineral, teh dan minuman isotonik,†ujarnya.
Dia mengatakan, minuman energi merupakan salah satu kategori yang paling cepat
pertumbuhan di Indonesia. Di tahun 2005, volumenya mencapai 314 juta liter dengan
pertumbuhan sebesar 12% dalam 5 tahun.
Sementara itu, Presiden Direktur BT, Joseph D Angkasa, menyebutkan bahwa lewat kerjasama
ini, positioning merek Extra Joss sebagai pemimpin pasar di kategori minuman energi akan
menjadi lebih kuat. “Kami yakin kerjasama ini akan saling menguntungkan, karena
merupakan penggabungan dari kekuatan Coca-Cola sebagai produsen dan pemasar minuman
siap saji terkemuka dan keahlian BT dalam kategori minuman energi lokal,†ujarnya.
c. Telkom dan Coca-Cola Fondation Kerjasama Wifi di Perpustakaan Daerah
Dalam rangka meningkatkan Kompetensi masyarakat indonesia di daerah-daerah, Telkom
telah menandatangani kerja sama dengan Coca-Cola Foundation untuk menghadirkan
perpustakaan daerah berbasis, Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK).
Direktur Enterprice & Business Telkom, muhammad Awaluddin mengatakan, pihaknya
mendukung program PerpuSeru dalam bentuk penyediaan perangkat Komputer, aplikasi,
hingga Wireless-Fidelity (Wi-Fi) berbasis Fiber optic dengan kecepatan hingga 10Mbps.
“Kami berencana menghadirkan Wi-Fi di 110 Perpustakaan , pemasangan Wi-Fi hingga 2015
mendatang. dari total lokasi, 34 perpustakaan telah terpasang” jelasnya di Foundry 8 SCBD,
Jakarta.

15
Titie Sadarini, ketua pelaksana Coca-Cola Foundation Indonesia mengatakan, pihaknya
berencana menghadirkan 1.000 PerpuSeru hingga 2019 mendatang.
Ditahap pertama, program PerpuSeru telah bermitra dengan 34 Perpustakaan tingkat
kabupaten. pihaknya kini siap memasuki fase kedua dimana akan bermitra dengan 76
perpustakaan desa di 19 kabupaten di 12 Provinsi.
d. Coca-Cola Lanjutkan Kerjasama dengan Bayern
Perusahaan minuman ringan asal Amerika Serikat, Coca-Cola, melanjutkan kerjasama
sponsorship mereka selama 45 tahun dengan klub raksasa Jerman, Bayern Muenchen. Pada
hari Senin (25/2), Bayern mengumumkan telah mencapai kesepakatan dengan Coca-Cola
untuk tetap menjadi salah satu sponsor mereka selama tiga tahun lagi. Sayangnya kedua belah
pihak tak mengumumkan detail nilai kerjasama tersebut.
Yang jelas kontrak baru dengan Coca-Cola itu membuat kondisi keuangan Bayern semakin
sehat. Bayern baru saja membukukan hasil keuangan terbaik dalam 112 tahun. Bayern meraih
keuntungan 11,1 juta euro pada kurun 2011/2012.
Seperti dilansir Reuters, omzet juara Eropa empat kali itu juga meningkat lebih dari 40 juta
euro, naik dari 290,9 juta euro untuk 2010/2011.
Sehatnya kondisi keuangan ini membuat Bayern akan leluasa terjun di bursa transfer. FC
Hollywood juga tak kesulitan untuk mengontrak pelatih kenamaan Josep Guardiola untuk
musim depan

Komitmen terhadap Corporate Social Responsibility dan Sustainability (+)


The Coca-Cola System di Indonesia - CCI, CCAI, BWBC dan CPS - berkomitmen untuk
membuat perubahan positif di dunia. Kami terus berinovasi untuk menciptakan bisnis ramah
lingkungan yang lebih menguntungkan bagi masyarakat. Kami percaya bahwa investasi dalam
pengembangan ekonomi, lingkungan, dan sosial masyarakat dapat membantu melindungi dan
mengembangkan bisnis yang berkelanjutan. Inilah sebabnya mengapa kami mendefinisikan
komitmen kami untuk keberlanjutandalam pendekatan holistik yang baik bagi lingkungan, bagi
masyarakat dan bagi setiap individu (WORLD-WE-ME).
Ini adalah ungkapan modern mengenai kepedulian kami akan individu dan planet ini. Hal ini
telah menjadi acuan Coca-Cola dalam melaksanakan program keberlanjutan kami di Indonesia
selama beberapa dekade.
Water Stewardship
Kami berkomitmen terhadap water stewardship yang bertanggung jawab,karena itu kami
bertujuan untuk dapat mengembalikan jumlah air kepada alam dan masyarakat, setara
denganjumlah yang kami gunakan dalam memproduksi minuman kami. Berbagai program
kami laksanakan untuk mengurangi dampakdan meminimalisasi penggunaan air kami.
Program Penanaman Pohon
Bekerja sama dengan WWF Indonesia, kami melaksanakan program penanaman pohon di
hutan lindung Citamiang, Jawa Barat yang terletak di hulu sungai Ciliwung. Ciliwung
merupakan sungai utama yang membelah ibukota Jakarta dan merupakan sungai di mana
sebagian besar penduduk mengandalkannya untuk mendapatkan pasokan air. Program ini
bertujuan untuk menanam 2,400 pohon baru di area seluas 5 hektar.
‘Water for Life’
Didirikan pada tahun 2008, program “Water for Life" bertujuan untuk mengatasi krisis air
dan meningkatkan kualitas hidup komunitas kami di Timur Laut Bali. Sebagai elemen

16
penting dari kehidupan, kami, bermitra dengan East Bali Poverty Project—memberikan
hampir 8.000 liter air bersih per hari dan 4.000 botol Ades per bulan untuk masyarakat yang
tidak memiliki akses terhadap sumber air tanah dan kota. Program ini telah membantu 1,500
rumah tangga di daerah tersebut.
Program ‘Cinta Air’
‘Water Replenish Project’– Sibolangit, Sumatera Utara
Bersamaan dengan USAID Indonesia dan LSM lokal, lewat proyek ini kami membangun
800 infiltrasi air hujan/sumur resapan di kawasan hutan seluas 10 hektar dan kawasan
permukiman. Proyek ini akan membawa manfaat langsung kepada lebih dari 2,500 orang,
serta secara tidak langsung memberikan akses air bersih kepada sekitar 7,500 orang di kota
Medan, yang terletak dekat dengan Sibolangit. Proyek ini diharapkan dapat mengisi tabel air
tanah sebanyak 413 juta liter per tahun.Total dana untuk proyek ini adalah sekitar USD
225,000.
Proyek Sanitasi dan Air Bersih- Bekasi
Sebagai tanggapan terhadap isu gizi buruk di permukiman miskin perkotaan, kami bermitra
dengan Mercy Corps pada tahun 2011 untuk menerapkan program sanitasi dan air bersih.
Manfaat program ini telah dirasakan 514 rumah tangga yang mendapatkan akses menuju
fasilitas sanitasi yang baik. 1.158 rumah tangga memiliki akses menuju fasilitas air bersih
yang lebih baik, dan 942 anak-anak sekolah memiliki akses menuju fasilitas cuci tangan.
Selain itu, untuk mendukung sanitasi ini, tersedia pula layanan penyedotanlumpur
('Kedoteng') untuk 2,000 rumah tangga.Total dana untuk proyek ini adalah sekitar USD
268,000.
Proyek Sanitasi dan Air Bersih- Sindang Pakuwon
Sindang Pakuwon yang terletak di dalam sub DAS Citarum memiliki dua isuutama, yaitu
kurangnya fasilitas sanitasi dan akses air bersih.Sepanjang 3,3 km sistem air bersih telah
dibangun untuk memasok air kepada sekitar800 rumah tangga atau sekitar 4,000 orang.
Selain itu, dibangun pula dua tangki septik komunal (communal septic tank) untuk melayani
sekitar 80 rumah tangga. Total dana untuk proyek ini adalah sekitar USD 100.000.
Pengelolaan Limbah
Prinsip yang mendasari program ini adalah kepercayaan bahwa perusahaan dapat membantu
masyarakat meminimalisir limbah serta menciptakan peluang ekonomi ketika melakukannya.
Seiring dengan bertambahnya populasi namun rendahnya kontrol limbah di Indonesia, semua
tergantung kepada setiap perusahaan untuk bekerja sama dengan pemerintah, masyarakat lokal,
dan kelompok industri dalam usaha melindungilingkungan.
Bali Beach Clean Up
CCAI bekerjasama dengan Quiksilver Indonesia, memulai program Bali Beach Clean Up
(BBCU)dengan tujuan untuk mengurangi sampah di daerah pesisir Bali, memperkuat
industri pariwisata di Indonesia, dan meningkatkan hubungan dengan masyarakat setempat.
Sejak 2008, kami telah menciptakan 75kesempatan kerja untuk membersihkan sepanjang
9,7 km garis pantai setiap harinya, dan telah mengangkut lebih dari21,960 ton sampah dari
pantai Bali. Kami juga mendorong wisatawan dan anggota masyarakat untuk menjadi
sukarelawan dan berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan pantai. Sampai saat ini, sudah
ada ribuan sukarelawan yang telah ikut mengambil bagian.
Pemberdayaan Perempuan

17
Perempuan adalah kekuatan ekonomi yang paling dinamis dan paling cepat berkembang di dunia
saat ini—dan merupakan pilar dari masyarakat yang kami layani. Proporsi yang signifikan dari
perkembangan bisnis kami dihasilkan melalui bisnis independen kecil—yang banyak dimiliki
atau dioperasikan oleh perempuan. Dengan berinvestasi dalam keberhasilan mereka, kami
percaya bahwa berinvestasi dalam keberhasilan kami sendiri.
Pelatihan Pelanggan & Program Borobodur
Sejak tahun 2009, program pelatihan pelanggan telah dilaksanakan di seluruh wilayah
operasi CCAI untuk memberikanpengetahuan untuk meningkatkan penjualan kepada
pelanggan. Dengan tim yang kompeten, pelatihan ini memberikan materi seperti
penyimpanan produk yang aman, promosi yang menarik, dan penataan produk di dalam
gerai.
CCAI juga telah bekerja sama dengan manajemen Candi Borobudur untuk mendukung
keuntungan pariwisata yang akan digunakanuntuk pemulihan candi. Sejak 2011, kami telah
memberikan pelatihan kepada lebih dari 1,000 pengecer dan 264 pekerja candi, di mana
mayoritas dari mereka adalah perempuan.
Pendidikan untuk Perempuan melalui ROLE Foundation
Bekerja sama dengan ROLE Foundation, CCAI telah aktif mendukung pendidikan untuk
perempuan dalam komunitas termiskin di Indonesia. Fokus kami adalah untuk menyediakan
pendidikan dasar yang memungkinkan wanita untuk mendapatkan lapangan pekerjaan agar
dapat mendukung keluarga mereka. ROLE Foundation juga menyediakan pendidikan aksara
dan lingkungan untuk 74 pekerja pantai kami setiap minggunya.
Pemberdayaan Masyarakat
Kami adalah perusahaan globaldengan akar lokal, yang berkomitmenpada pengembangan
masyarakat secara berkelanjutan, melalui beragam programuntuk mengembangkan ekonomi,
memperbaiki kehidupan dan menciptakan peluang.
Poliklinik & Program ‘Community Zone-1’
Dalam upaya menjaga kebugaran dan kesehatan, CCAI memiliki layanan poliklinik di setiap
pabrik. Setiap tahun, kami menawarkan program dukungan medis kepada lebih dari 8.000
karyawan dan 25.000 tanggungan mereka, serta anggota masyarakat di sekitar pabrik.
Inisiatif ini merupakankontribusi CSR kepada masyarakat yang telah berjalan lama.
Program ‘Community Zone-1’
Program Zone-1 kami berfokus pada pemeliharaan hubungan dengan komunitas yang
tinggal di sekitar area pabrik kami. Kami melakukan kegiatan yang mendukung kehidupan
sehari-hari seperti penyediaan air, dukungan untuk kegiatan masyarakat dan agama, serta
kebutuhan kesehatan dasar.
Coke Farm
Coke Farmdidirikan untuk mengubah lahan kosong di sekitar fasilitas produksi kami
menjadi lahan pertanian produktif dan menghasilkan pendapatan bagi petani untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Terletak di dalam dan di sekitar pabrik kami di
Bandung, Semarang, dan Lampung, CCAI bekerja sama dengan para ahli dari organisasi
non-profit dalam memberikan pelatihan dan bantuan bagi petani untuk memajukan
keterampilan pertanian mereka. Kami juga mendaur ulang ampas teh dari proses manufaktur.
Melalui Coke Farm, kami terus mengembangkan model yang dapat membantu
meningkatkan peluang ekonomi masyarakat dan mempromosikan perilaku untuk merawat
lingkungan.

18
Program Perpustakaan
‘Learning Lounge’
‘Learning Lounge’ dikembangkan bersama dengan Dewi Hughes International Foundation
(DHIF). Lounge ini khusus dirancang untuk memberikan ruangan modern yang nyaman di
area mal sebagai pusat kegiatan belajar yang positif untuk pemuda. Lounge ini dilengkapi
dengan buku-buku dan fasilitas IT untuk menyediakan berbagai informasi yang relevan
dengan orang-orang muda, seperti lingkungan, hidup sehat dan aktif, skill building, dan
bahan inspirasional. Kami telah membangun 3 Learning Lounge di Plaza Semanggi, Istana
Plaza Bandung dan WTC Matahari Serpong.
Perpuseru
Bekerja sama dengan Bill and Melinda Gates Foundation, Perpuseru adalah proyek
pengembangan perpustakaan nasional yang berfokus pada penyediaan akses hardware dan
software, program pelatihan staf perpustakaan, serta advokasi dan pengembangan
perpustakaan di 40 kabupaten di seluruh Indonesia.
Program Beasiswa
Beasiswa Studi Kejuruan (Vocational Study Scholarship)
Menyusul keberhasilan Program Beasiswa Studi Kejuruan di tahun 2011 di mana kami
memberikan beasiswa kepada 28 siswa dari 3 institusi, Coca-Cola dengan dukungan The
Coca-Cola Foundation memperluas program ini untuk kembali mendukung 52 siswa dari 6
institusi yang berbeda. Program ini bertujuan untuk membantu menciptakan tenaga kerja
yang siap untuk berkontribusi langsung setelah lulus dari studi. Target dari program ini
adalah para siswa berprestasi yang memiliki kesulitan finansial untuk meneruskan sekolah.
Selain mendukung pendidikan, program ini juga mendukung perkembangan siswa melalui
pelatihan ketrampilan dalam bahasa Inggris yang akan membantu mereka dalam pekerjaan
di masa depan.
Beasiswa Studi Reguler
Sejak tahun 2008, Coca-Cola Foundation Indonesia telah memberikan dukungan finansial
untuk sejumlah siswa pendidikan tinggi yang mengalami kesulitan keuangan untuk
mendukung studi mereka. Setiap tahun CCFI memberikan beasiswa bagi 40 mahasiswa dari
3 universitas terkemuka. Melalui program beasiswa CCFI, Coca-Cola System di Indonesia
meningkatkan kontribusinya terhadap kemajuan masyarakat, bersikap pro-aktif dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, serta memberikan kesempatan bagi
siswa untuk menjadi kandidat potensial untuk program rekrutmenkami.

7. Analisis Lingkungan Internal


Produk ‐ Produk yang Dihasilkan (+)
Total produk yang dapat diproduksi dan didistribusikan oleh National Plant CCBI adalah ± 117
SKU. Semua itu atas ijin The Coca Cola Company dan berikut ini adalah produk yang dihasilkan:
• Coca Cola: kemasan botol gelas, kaleng, dan PET (Polyethelene terephthalate). Produk baru
Coca Cola yaitu Coca Cola Zero dengan memiliki zero sugar zero calorie pada kemasan PET
dan kaleng.
 Diet Coke: kemasan kaleng dan PET.
 Sprite: Sprite dan Sprite Ice dengan kemasan botol gelas, kaleng dan PET.
 Fanta: dengan banyak rasa yaitu Strawberry, Orange, Pineapple, Oranggo, Creamy, Grape,
Melon dengan kemasan botol gelas, kaleng, dan PET.
19
 Schweppes: Tonic, Ginger‐Ale, Lemon, Aquarius dan Soda Water kemasan kaleng.
 A&W rasa Sarsaparilla dengan kemasan kaleng.
 Powerade: dengan banyak rasa yaitu Lemon, Orange, Red Rush dengan kemasan PET dan
kaleng.
 Nestea: Nestea Lemon Tea.
Selain itu, terdapat produk–produk lain dari Coca Cola di Indonesia saja yaitu:
 Frestea: Frestea, Frestea green, Frestea Jasmine dalam kemasan botol gelas dan tetra‐pack
(kotak).
 Frestea Frutcy: dengan banyak rasa yaitu lemon, apple dan markisa dengan kemasan tetra
pack dan PET.
 Ades Royal dengan kemasan PET berbagai ukuran.
 Extra Joss: kemasan kaleng. Seluruh produk yang diproduksi ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok besar yaitu RGB (Returnable Glass Bottle) dan OWP (One Way
Package) dan TWA (Tetra Wedge Aseptic) / TBA (Tetra Brik Aseptic).

Penjualan & Pemasaran (+)


Di Indonesia, terdapat 11 pabrik pembotolan dan area pemasaran. 10 diantaranya dikelola
dan diatur oleh CCBI, dan PT Coca Cola Distribution Indonesia. Jumlah karyawan yang dimiliki
10 pabrik tersebut hampir mencapai 10.000 karyawan dan digunakan untuk melayani konsumen
berupa gerai di lebih dari 450.000 gerai di Indonesia, kecuali Sulawesi Utara. Ke‐10 wilayah
tersebut adalah Medan (Sumatera bagian Utara), Padang (Sumatera Tengah), Lampung
(Sumatera bagian Selatan), Cibitung/Bekasi (Jabotabek dan seluruh Indonesia), Bandung (Jawa
Barat), Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Bali (Bali, NTT, dan NTB),
Banjarmasin (Kalimantan), serta Ujung Pandang (Sulawesi Selatan).
Selain bertindak sebagai produsen dan distributor, perusahaan kami juga memasarkan dan
menjual produk Coca-Cola melalui lebih dari 120 pusat penjualan yang tersebar di seluruh
Indonesia, memastikan bahwa produk kami selalu tersedia di mana saja, kapan saja. Saluran
penjualan kami terdiri dari Foodstores (supermarket dan mini market di seluruh Indonesia) dan
General Trade (outlet tradisional). Dan dengan terbatasnya sumber daya dan kemampuan untuk
melakukan pengembangan daerah tertentu, sekaligus berkomitmen untuk menciptakan peluang
kerja yang luas di sektor informal, Coca-Cola Amatil Indonesia juga terdorong untuk secara
serius dan berkesinambungan mengembangkan jaringan Distribusi Tak Langsung (Indirect
Distribution) berbasis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) melalui Manage Third Party (MTP)
model di Indonesia. Sementara melalui saluran (Modern Immediate Consumption) MIC, kami
bekerjasama dengan berbagai hotel, restoran, dan café ternama untuk memberikan penawaran
menarik kepada para konsumen.
Kami juga memiliki program untuk mendukung penjualan dan pemasaran produk-produk
kami, sekaligus untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen. Strategi pemasaran
Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan kreatif. Berbagai program promosi
diadakan sesuai dengan event dan tren yang sedang berlangsung, baik melalui promo penukaran
tutup botol, hadiah kejutan, konser, pameran, maupun iklan di berbagai media. Promo Coca-Cola
juga memanfaatkan momentum tertentu, seperti demam Piala EURO 2004 atau SEA GAMES
2011. Dengan memanfaatkan event berskala nasional dan internasional, Coca-Cola mencoba
tampil dengan strategi pemasaran baru yang menarik masyarakat.

20
Distribusi (+)
Mayoritas dari produk kami didistribusikan melalui lebih dari 120 pusat penjualan yang
tersebar di seluruh Indonesia. Produk-produk tersebut diangkut oleh truk berukuran besar,
kemudian didistribusikan ke pedagang-pedagang eceran dengan kendaraan yang lebih kecil.
Apabila diparkir berderetan, truk-truk penjualan kami akan membentuk garis sepanjang kurang
lebih 17 km, membuat kami resmi menjadi salah satu perusahaan distribusi terbesar di Indonesia.
Diperkirakan lebih dari 80% produk-produk kami dijual melalui para pengecer dan grosir, di
mana 90% diantaranya berasal dari kategori pengusaha usaha kecil, dan mereka mempekerjakan
kurang dari lima karyawan dengan omset penjualan per tahun kurang dari Rp. 1 milyar. Satu hal
yang perlu dicatat, tim sales kami yang sangat besar tak hanya menjual produk-produk kepada
para pelanggan tetapi juga memberikan tips dalam menempatkan produk Coca-Cola. Sales
supervisor kami juga teratur mengunjungi para pelanggan, memberikan bimbingan, serta
menampung masukan yang disampaikan para pelanggan.
 Produk kami dijual di sekitar 1,5 juta gerai minuman di seluruh Indonesia.
 Kami mendukung perekonomian melalui 600.000 pelanggan dan 2.800 pemasok
 Lebih dari 285.000 kulkas pendingin milik kami ditempatkan di pasar. Semua pendingin
dilengkapi dengan EMS, yaitu perangkat untuk mengurangi konsumsi listrik hingga 35%.
 Kami mengoperasikan lebih dari 1.300 truk pengiriman dari 85 pusat distribusi—menjadikan
sistem distribusi kami salah satu yang terbesar di Indonesia.
 CCAI juga membantu menciptakan sekitar600,000‘Managed Third Party' untuk pengusaha
kecil yang ingin menjual produk kami.

Sumber Daya Manusia (+)


Program ‘National Graduate Trainee’
CCAI telah menjalankan program Nasional Graduate Trainee, di mana lebih dari 470 orang
telah bergabung dan ditargetkan untuk membangun kemampuan manajemen dan menjadi
pemimpin perusahaan di masa depan.
Kami menentukan pengembangan individu dari 70% pada pengalaman kerja, 20% exposure
(studi kasus, pelatihan, role model, dan mentoring) dan 10% kehadiran dalam pengajaran.
Pengembangan Kompetensi
Kami percaya bahwa kompetensi yang baik akan mendukung kinerja bisnis secara
keseluruhan. Hal ini dapat dicapai dengan memperjelas apa yang diharapkan, serta bagaimana
mengembangkan dan mengukurnya. Kompetensi menjadi prinsip dasar pengembangan
karyawan dalam membangun pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Untuk itu, penting
bagi kami untuk menjaga semua karyawan agar dapat terinformasi dengan baik.

Keuangan (Investasi yg dilakukan) (+)


Period Ending: Trend 12/31/2014 12/31/2013 12/31/2012 12/31/2011
Liquidity Ratios

Current Ratio 102% 113% 109% 105%

Quick Ratio 92% 101% 97% 92%

Cash Ratio 67% 73% 59% 58%


21
Period Ending: Trend 12/31/2014 12/31/2013 12/31/2012 12/31/2011

Profitability Ratios

Gross Margin 61% 61% 60% 61%

Operating Margin 21% 22% 22% 22%

Pre-Tax Margin 20% 24% 25% 25%

Profit Margin 15% 18% 19% 18%

Pre-Tax ROE 31% 35% 36% 36%

After Tax ROE 23% 26% 28% 27%

The Coca-Cola System di Indonesia telah melakukan investasi yang signifikan untuk
membangun dan terus meningkatkan usahanya, termasuk fasilitas produksi baru, pabrik
pengolahan air limbah, sistem distribusi dan peralatan pemasaran.
Bisnis kami di Indonesia mempekerjakan lebih dari 8,000 pekerja lokal secara langsung
dan antara 2.000 hingga 4.000 pekerja sementara sesuai kebutuhan. Beberapa studi independen
menyatakan bahwa dengan memberikan kesempatan bagi usaha lokal, Coca Cola juga
menghasilkan pekerjaan dengan "multiplier effect”—di mana The Coca-Cola System bertindak
sebagai katalis; menghasilkan pendapatan, pekerjaan dan know-how untuk beragam bisnis lokal
baik yang menjual barang dan jasa kepada The Coca Cola System (pemasok), atau menjual
produk perusahaan (pengecer).
Di Indonesia, kami melayani lebih dari 500.000 pelanggan ritel di daerah perkotaan dan
pedesaan di seluruh negeri secara langsung—menyediakan sarana penting pendapatan dan
dukungan untuk sejumlah usaha kecil dan keluarga.
CCAI telah menginvestasikan lebih dari US $ 155 juta di Indonesia pada tahun 2012, dan
berharap untuk meningkatkan investasi di Indonesia sebesar hampir setengah miliar dolar selama
3-4 tahun ke depan. Sebagian besar investasi telah diarahkan untuk pembangunan infrastruktur
dan kapasitas bangunan, serta peningkatan dukungan untuk pengecer kami melalui penyediaan
alat pendingin.
Beberapa contoh investasi tahun 2012 meliputi:
 Akuisisi fasilitas manufaktur di Cikedokan
 Pembangunan 2 gudang skala besar di Bekasi dan Medan
 Instalasi dari 3 lini produksi baru,1 di Medan dan 2 di Cibitung
 Lebih dari US $ 20 juta yang diinvestasikan dalam kulkas pendingin dengan konsumsi energi
rendah,sepanjang tahun 2012
Beberapa contoh dari investasi 2013 meliputi investasi sebesar:

22
 US $ 40 juta untuk lini produksi dan gudang baru di Semarang yang dijadwalkan akan selesai
Oktober 2013
 US $ 20 juta untuk lini produksi baru untuk minuman berkarbonasi di Surabaya pada bulan
April
 US $ 30 juta investasi dalam untuk lini air baru di Cibitung pada bulan April
 CCAI juga berencana untuk menempatkan sejumlah besar kulkas pendingin di pasar
sepanjang tahun 2013
BWBC juga ikut meningkatkan investasinya, dengan menggandakan kapasitas produksi yang
ada agar dapat memenuhi permintaan pasar yang berkembang pesat di Sulawesi Utara.
Sebagai sebuah sistem, kami akan berinvestasi lebih dari US $ 200 juta dari pengeluaran untuk
pemasaran (marketing) selama 3-4 tahun berikutnya. Seiring dengan tumbuhnya pasar, kami
akan memfokuskan strategi pada penciptaan peluang ekonomi dan lapangan kerja di seluruh
rantai pasokan kami, investasi di bidang infrastruktur, inovasi, dan juga mempromosikan
komunitas berkelanjutan di mana kami beroperasi.

Penelitian dan Pengembangan


Desain yang Ramah Lingkungan (+)
Coca-Cola, perusahaan minuman ringan terkemuka asal Amerika Serikat, telah
memperkenalkan bahan kemasan minuman terbaru, yang terbuat dari bagian tumbuhan. Botol
Coca-Cola teranyar ini merupakan generasi pertama botol plastik ramah lingkungan.
Botol plastik konvensional biasanya terbuat dari polyethylene terephthalate (PET), yang
merupakan produk turunan dari minyak bumi, yang jumlahnya makin terbatas. Sedangkan
botol plastik milik Coca-Cola berasal dari 70% produk minyak bumi dan 30% produk turunan
dari tebu.
Proses produksi botol Coca-Cola terbaru tersebut adalah sebagai berikut. Pertama-tama
batang tebu dihancurkan dan diperas untuk mengekstraksi gula yang ada di dalamnya. Gula
selanjutnya di fermentasi dan didistilasi untuk memproduksi etanol. Melalui serangkaian
proses, etanol diubah menjadi mono-ethylene glycol (MEG). Mono-ethylene glycol kemudian
di campur dengan terephthalic acid untuk memproduksi plastik PET.
Coca-Cola dengan bantuan Imperial College London kemudian melakukan analisis dampak
lingkungan antara botol plastik konvensional dan botol plastik terbaru dari Coca-Cola.
Hasilnya menunjukkan bahwa botol plastik yang berasal dari campuran antara minyak bumi
dan etanol meninggalkan limbah karbon lebih kecil 12%-19% dibandingkan dengan botol
plastik konvensional.

Manajemen Kualitas (Penerapan Total Quality Management) (+)


Coca-Cola memiliki Consumer Response Teams dan program-program yang dilaksanakan di
semua area operasi di seluruh Indonesia untuk menampung setiap masukan yang disampaikan
oleh para konsumen dan pelanggan kami, yang kemudian meneruskan masukan tersebut
kepada pihak-pihak yang tepat di dalam perusahaan untuk menjamin bahwa standar kualitas
kami yang tinggi tetap terjaga.
Pengawasan kualitas di perusahaan Coca-Cola dibedakan menjadi dua kategori umum yaitu
pengawasan mutu isi dan pengawasan mutu kemasan dari produk yang dihasilkan.
Pengawasan isi produk meliputi kadar kemanisan (oBrix) dan kadar karbonasi (CO2).
Sedangkan pengawasan mutu kemasan produk meliputi segala hal yang berkaitan dengan
23
kemasan produk tersebut, dari penutupan sampai kebersihan botol. Pengawasan mutu
terhadap kadar kemanisan menjadi hal yang sangat diutamakan karena menjadi sesuatu yang
berpengaruh terhadap rasa dari produk. Kadar kemanisan di sini merupakan kadar gula yang
terlarut dengan satuan derajad brix (oBrix). Semakin tinggi derajad brix-nya maka se-makin
manis pula rasa yang dihasilkan.(Anonim, 2005). Metode Peta Kendali (Control Chart)
digunakan untuk melihat keadaan dari proses produksi yang berjalan, kemudian dilakukan
perbaikan melalui pendekatan metode Taguchi. Perbaikan berawal dari pemilihan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap karateristik kualitas tersebut beserta nilai level, yang
kemudian menjadi dasar dalam pemilihan Orthogonal Array. Hasil analisa diolah dengan
menggunakan noise signal to ratio (SNR) dan analysis of variance. Berdasarkan penelitian
tersebut didapat hasil bahwa setting level terbaik untuk faktor kendali yang berpengaruh
terhadap kestabilan nilai kadar kemanisan (oBrix) adalah pengaturan kadar kemanisan simple
syrup awal 59 oBrix, penambahan concentrate sebanyak 1,25 unit, dan kadar air sebanyak 80
%.
Peningkatan biaya per unit akibat keterbatasan bahan baku (-)
Air merupakan bahan utama dalam industri minuman ringan. Keterbatasan air di beberapa bagian
dunia menyebabkan system pemurnian air harus dilakukan sehingga menyebabkan biaya
produksi yang dibebankan akan lebih tinggi.

Dampak Bagi Kesehatan (-)


Penelitian menunjukkan bahwa soda dan minuman manis merupakan sumber utama
kalori yang tinggi. Banyak ahli gizi mengatakan bahwa Coca-Cola dan minuman ringan lainnya
dapat berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan, terutama untuk anak-anak muda yang sering
meminum minuman ringan. Penelitian telah menunjukkan bahwa pengguna secara teratur
minuman ringan memiliki asupan rendah kalsium, magnesium, asam askorbat, riboflavin, dan
vitamin A. Minuman ini juga telah menimbulkan kritik untuk penggunaan kafein, yang dapat
menyebabkan ketergantungan fisik. Sebuah situs menunjukkan bahwa mengonsumsi dalam
jangka panjang yang teratur menyebabkan osteoporosis pada wanita yang lebih tua (tapi tidak
laki-laki). Hal ini diperkirakan karena adanya asam fosfat.
Sebuah kritik umum Coke berdasarkan tingkat keasaman diduga beracun yang telah
ditemukan untuk menjadi tidak berdasar oleh para peneliti; tuntutan hukum berdasarkan gagasan
ini telah diberhentikan oleh pengadilan Amerika beberapa alasan ini. Meskipun banyak kasus
pengadilan telah diajukan terhadap The Coca-Cola sejak tahun 1920-an, menyatakan bahwa
keasaman minuman ini berbahaya, tidak ada bukti yang menguatkan klaim ini telah ditemukan.
Dalam kondisi normal, bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan keasaman Coca-Cola tidak
mengakibatkan kerusakan langsung pada tubuh.
Sejak tahun 1980 di AS, Coca-Cola telah dibuat dengan sirup jagung tinggi fruktosa
(HFCS) sebagai bahan pembuatan. Beberapa ahli giji menyarankan untuk berhati-hati terhadap
konsumsi HFCS karena dapat memperburuk obesitas dan diabetes yang lebih dari gula tebu .
Selain itu, sebuah penelitian pada 2009 menemukan bahwa hampir setengah dari sampel yang
diuji dari HFCS komersial mengandung zat berbahaya yaitu merkuri.
Di India, ada sebuah kontroversi besar apakah ada pestisida dan bahan kimia berbahaya
lain terdapat di dalam produk kemasan, termasuk Coca-Cola. Pada tahun 2003 Pusat Sains dan
Lingkungan (CSE), sebuah organisasi non-pemerintah di New Delhi, mengatakan air soda yang
diproduksi oleh produsen minuman ringan di India, termasuk raksasa multinasional PepsiCo dan
24
Coca-Cola, mengandung racun termasuk lindan, DDT, yang dapat berkontribusi terhadap kanker
dan gangguan sistem kekebalan tubuh. CSE menemukan bahwa India menghasilkan produk
minuman ringan Pepsi telah 36 kali tingkat residu pestisida diperbolehkan sesuai dengan
peraturan Uni Eropa; minuman ringan Coca-Cola ditemukan memiliki 30 kali jumlah yang
diizinkan. CSE mengatakan telah menguji produk yang sama dijual di Amerika Serikat dan tidak
menemukan residu seperti Setelah tuduhan pestisida dilakukan pada tahun 2003., Coca-Cola
penjualan di India mengalami penurunan sebesar 15 persen. Pada tahun 2004 sebuah komite
parlemen India didukung temuan CSE dan sebuah komite yang ditunjuk pemerintah bertugas
dengan mengembangkan standar pertama di dunia pestisida untuk minuman ringan. The Coca-
Cola telah menjawab bahwa pabrik filter air untuk menghilangkan kontaminan potensial dan
yang produknya diuji untuk pestisida dan harus memenuhi standar kesehatan minimum yang
sebelum Coca-Cola didistribusikan. Di negara bagian India Kerala penjualan dan produksi Coca-
cola, bersama dengan minuman ringan lainnya, pada awalnya dilarang setelah tuduhan, sampai
Pengadilan Tinggi di Kerala terbalik hanya memutuskan bahwa pemerintah federal bisa melarang
produk makanan. Coca-Cola juga telah dituduh penggunaan air yang berlebihan di India.

ANALISIS SWOT

Kekuatan (strength) Kelemahan (Weakness)


Faktor internal 1. Menjadi pemimpin di pasar atau 1. Isu kesehatan (tidak baik
market leader. untuk kesehatan apabila
2. Formula rahasia produknya tidak dikonsumsi secara terus
mudah ditiru oleh para pesaing menerus, mengandung
3. Sistem distribusinya yang telah HFCS yang dapat
merambah hampir keseluruh dunia memperburuk obesitas dan
yaitu telah beroperasi hingga lebih diabetes, adanya pestisida
dari 200 negara dan bahan kimia berbahaya
4. Produk-produk baru yang terus pd kemasan coca-cola, air
menerus diluncurkan serta promosi soda mengandung racun)
yang gencar yaitu telah 2. Coca Cola hanya berbasis
memproduksi 400 merk yang terdiri pada kategori minuman dan
lebih dari 2600 produk minuman belum merambah ke sektor
5. Sebagai inovator dalam industri soft lain.
drink 3. Biaya produksi tinggi
6. Desain yang ramah lingkungan dan akibat keterbatasan bahan
diterapkannya TQM (faktor R&D) mentah
7. Ratio-ratio keuangan (Rentabilitas,
likuiditas,Solvabilitas,profitabilitas)
sehat
8. Melakukan bottling investment
dengan beberapa investasi
9. Mempunyai struktur organisasi
yang sangat baik
10. Coca Cola memenangkan
penghargaan untuk kategori
kemasan kaleng dari jenis produk
yang paling inovatif dan atraktif.
11. Net operating revenue tumbuh 4%
menjadi $24.1 billion, dan operating
income tumbuh 4% menjadi $6.3
billion
25
Faktor eksternal
Peluang (Opportunities) Strategi SO : Strategi WO :
1. Pertumbuhan sebesar 7,5%  Menganalisis pasar pada tahap  Mengandalkan para grosir
yang terjadi pada pasar perencanaan produk yang maupun pengecernya untuk
minuman ringan non soda menyediakan informasi agar ide mendorong konsumen.
dan 8,5% pada air mineral sesuai dengan kebutuhan dan  Membuat keputusan
kemasan merupakan keinginan konsumen. tentang bahan-bahan yang
peluang yang tidak bisa  Mengevaluasi produk saat digunakan dengan
dipandang sebelah mata oleh pengembangan, perkenalan, dan mempertimbangkan faktor-
Coca-Cola. Selain itu pemantauan kinerja produk yang faktor : kebutuhan
menurut data masih banyak sudah ada. spesifikasi produk atau
pasar di wilayah Asia  Memutuskan target pasar dan komponen, biaya-biaya
Tengah dan Afrika yang strategi penentuan posisi dalam bahan relatif, dan biaya-
tingkat konsumsi minuman memasarkan produk. biaya pemrosesan relatif.
ringan bersodanya masih  Memproses permintaan dan  Mencari gagasan-gagasan
rendah. Ini merupakan Blue keluhan dan keluhan konsumen. produk baru dari pasar atau
Ocean bagi pemasaran Coca  Memanfaatkan teknologi dan teknologi yang telah ada.
Cola dimasa depan. informasi untuk memperbarui  Menciptakan produk baru
2. Meningkatnya gaya hidup system dan pengembangan produk. yang tidak membahayakan
beberapa konsumen akan  Meningkatkan jumlah produk dan kesehatan.
softdrink didistribusikan ke banyak daerah  Mulai melayani daerah-
3. Pendistribusian produk yang  Memperbanyak iklan dari situs web daerah yang kiranya
mudah ke berbagai daerah  Memberikan pelayanan yang baik kurang mendapat
karena luasnya jaringan supaya para Pembeli tidak berpaling pendistribusian dari
4. Memiliki social pada produk yang lain produk
responsibilities yang sangat  Menjalin hubungan yang baik pada  Memproduksi jenis
baik para relasi produk makanan
5. Kerjasama dengan berbagai
pihak contoh: Mc.Donal,
bintang tujuh, Telkom dll
6. Pengembangan produk baru
jenis makanan
7. Pertumbuhan iklan di
internet karena penggunaan
internet telah meningkat
8. Bahan pendukung utama
dapat digantikan oleh
produk lain
Ancaman (threat) Strategi ST : Strategi WT :
1. Kondisi ekonomi yg tdk  Merancang harga secara fleksibel  Mengadakan perluasan
stabil (Depresiasi Rupiah untuk mengatasi perubahan dan produk dengan
terhadap US Dolar) ketidakpastian. diversifikasi dan
2. Invasi AS ke Irak yang  Memperhatikan produk tertentu melakukan inovasi.
mempengaruhi penjualan yang diproduksi dan atau produk  Melakukan Riset and
coca-cola (fktor sosial dan yang sering dibeli konsumen. Development yang
politik)  Mengadakan perjanjian intensif atas produknya.
3. Di beberapa negara seperti penempatan merek pada produk-  Memantau perkembangan
India melarang penjualan produk yang dibuat. pesaing yang kompetitif.
coca-cola (fktor hukum)  Melayani aktivitas-aktivitas  Menekan biaya produksi
4. Perubahan paradigma permohonan spesifikasi produk, dengan efektif dan efisien.
konsumen yang lebih health permohonan rincian, pemrosesan  meluncurkan produk
conscious sehingga banyak pembelian. sugar free
konsumen yang mulai  Melakukan Deferensiasi dan  Tidak menjual pada
meninggalkan minuman inovasi produk negara yang
berkarbonasi  Meningkatkan distribusi produk ke memberlakukan peraturan
banyak daerah

26
5. Kompetitor baik tingkat  Meningkatkan jumlah penjualan di melarang penjualan coca-
domestic maupun level daerah yang tidak ditentang cola
International seperti Pepsi  Meningkatkan loyalitas Perusahaan  Memperbanyak minuman
dan Cadbury merupakan kepada para konsumen yang tidak berkabonasi
ancaman yang patut  Mencari pemasok yang 
diwaspadai. menawarkan harga terendah untuk
6. Adanya barang pengganti bahan mentah
(substitusi)  Memperluas segmen pasar pada
konsumen yang tidak anti-Amerika

27

Anda mungkin juga menyukai