Anda di halaman 1dari 11

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE)

TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN


Sugeng P. Budio1, Retno Anggraini1, Christin Remayanti1, I Made Bayu Arditya Widia2
1
Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono No. 167 Malang, 65145, Jawa Timur
2
Mahasiswa / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono No. 167 Malang, 65145, Jawa Timur

ABSTRAK
Jembatan lengkung (arch bridge) adalah jembatan bentang panjang yang merupakan salah satu infrastruktur
yang diperlukan dalam membantu masyarakat untuk melintasi pulau, sungai dan hambatan lainnya. Dalam
merencanakan jembatan lengkung perlu diperhatikan beberapa hal sebagai contoh yaitu lokasi jembatan,
biaya pembangunan jembatan, material jembatan serta tipe sambungan pada titik buhul jembatan. Untuk
menghasilkan desain jembatan lengkung yang aman dan efisien maka peneliti melakukan penelitian
mengenai optimasi desain jembatan lengkung terhadap rasio beban dan lendutan. Penelitian akan dilakukan
dengan dua cara yaitu analisis dengan menggunakan bantuan software dan melakukan pengujian pada model
jembatan. Model jembatan akan dibuat dari bambu dengan variasi tipe sambungan sehingga dari model
jembatan tersebut maka dapat diketahui tipe sambungan yang dapat memberikan kinerja yang baik pada titik
buhul jembatan.

Kata Kunci: arch bridge, efisien, jembatan, lendutan, optimasi desain.

1. PENDAHULUAN jembatan pelengkung harus terdiri dari


Indonesia merupakan negara material yang tahan terhadap gaya tekan.
kepulauan yang terdiri dari 17.500 pulau Dalam perencanaan jembatan
dan 5.590 sungai. Untuk mempermudah lengkung terdapat beberapa hal yang perlu
transportasi antar pulau atau antar sungai diperhatikan yaitu konfigurasi jembatan
maka diperlukan adanya sebuah lengkung, material penyusun jembatan
infrastruktur yang kuat, nyaman dan aman serta tipe sambungan yang digunakan.
untuk digunakan, diantaranya adalah Untuk memperoleh desain jembatan
jembatan. Oleh karena itu, perancangan lengkung yang optimum maka dilakukan
jembatan memiliki peranan yang sangat penelitian mengenai desain jembatan
penting di dalam dunia teknik sipil di gantung dimana akan diperhatikan
Indonesia. mengenai rasio berat jembatan terhadap
Jembatan pelengkung (arch bridge) lendutan yang terjadi.
adalah struktur setengah lingkaran dengan Penelitian akan dilakukan dengan dua
abutmen di kedua sisinya. Desain cara yaitu dengan cara analisis
pelengkung secara alami akan mengalihkan menggunakan bantuan software dan dengan
beban yang diterima lantai kendaraan pengujian pada model jembatan lengkung.
jembatan menuju ke abutmen yang Dalam pembuatan model jembatan
menjaga kedua sisi jembatan agar tidak lengkung terdapat beberapa hal yang perlu
bergerak ke samping. Ketika menahan diperhatikan yaitu material dan tipe
beban akibat berat sendiri dan beban lalu sambungan. Sambungan terdiri dari
lintas, setiap bagian pelengkung menerima berbagai macam jenis sebagai contoh
gaya tekan, sehingga dalam mendesain sambungan dengan paku dan sambungan
pasak. Setiap tipe sambungan memiliki

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 211
kekurangan dan kelemahan tergantung dan approach bridge yang dapat dilihat
pada material model yang digunakan. pada Gambar 1.
Untuk meneliti hal tersebut maka pada
penelitian ini model jembatan lengkung
akan terbuat dari bambu dengan
menggunakan beberapa variasi tipe
sambungan. Diharapkan dengan adanya
penelitian ini maka dapat diketahui desain
optimum jembatan lengkung serta tipe
sambungan yang memberikan kinerja yang
baik pada titik join pada jembatan
lengkung.
Gambar 1. Bagian-bagian jembatan lengkung
2. TINJAUAN PUSTAKA
Jembatan busur adalah jembatan yang Pada jembatan lengkung terdapat dua
konstruksinya berbentuk setengah macam gaya, yaitu gaya tarik dan gaya
lingkaran atau parabola dengan abutmen di tekan. Dalam proses pemilihan desain
kedua sisinya. Pemakaian desain berupa jembatan, ada beberapa hal yang perlu
busur ini secara alami akan mengalihkan diperhatikan, diantaranya adalah:
beban yang diterima lantai kendaraan a. Pelengkung pada jembatan
jembatan menuju ke abutmen yang Pelengkung pada jembatan busur
menjaga kedua sisi jembatan agar tidak merupakan struktur utama yang
bergerak kesamping (Supriyadi, 2007). menahan sebagian besar beban yang di
Secara struktural, jembatan busur terima oleh jembatan. Lengkung
merupakan jenis jembatan yang umumnya pada perletakan jepit,
mengandalkan batang lengkung (busur) dan dengan ketebalan awal lengkung
kabel penggantung antara busur jembatan sebesar 1,65 sampai 2 kali (L/20) dari
dengan dek jembatan untuk memikul beban puncak lengkung (L/40) ketebalan rata
yang terjadi. rata adalah L/30 dan tinggi fokus L/5
Lengkungan dapat digunakan untuk (ACI 1996).
mengurangi momen tekuk pada struktur- b. Jumlah segmen
struktur bentang panjang. Pada dasarnya, Jumlah segemen berpengaruh pada
lengkungan bekerja sebagai kebalikan dari penyaluran gaya pada jembatan,
kabel, sehingga lengkungan menerima Semakin sedikit jumlah segmen
bebannya berupa tekan, karena semakin besar gaya yang yang di pikul
ketegarannya lengkungan harus juga oleh kolom penyangga.
menahan beberapa bengkokan dan gaya c. Pengaku batas
geser yang bergantung pada bagaimana Pengaku berfungsi memaksimalkan
lengkungan dibebani dan dibentuk. penyaluran gaya, dan sebagai penguat
Khususnya, jika lengkungan memiliki struktur pada jembatan .
bentuk parabolik dan dibebani oleh beban
vertikal yang terdistribusi merata secara 3. METODE PENELITIAN
horizontal, maka dari analisis kabel hanya Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengikuti gaya-gaya mampatan yang akan mengetahui desain jembatan bentang
ditahan oleh lengkungan (Hibbeler,2002). panjang tipe busur yang optimum sehingga
Jembatan busur terduru dari beberapa menghasilkan rasio berat jembatan dan
bagian, yaitu deck, abutment, batang tegak, lendutan yang paling minimum. Untuk
batang lengkung (busur), pondasi jembatan, mencapai tujuan tersebut, maka akan
dilakukan melalui pengujian material,

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 212
pengujian model fisik dan analisis pengikat dengan jarak antar balok pengikat
pemodelan. Pengujian material digunakan sebesar 12 cm dan lebar lantai jembatan 7
untuk mengetahui mutu dan kualitas cm, yaitu dihitung dari tepi dalam ke tepi
material serta parameter yang diperlukan. dalam busur. Ditengah bentang terdapat
Pengujian yang dilakukan meliputi material gelagar melintang (cross girder) sebagai
rotan, kayu dan model fisik jembatan tempat pengujian lendutan. Lantai
busur. kendaraaan terbuat dari triplek dengan tebal
Pengujian kayu dilakukan dengan uji 3 mm dan dibuat secara menerus yang
kuat lentur pada balok kayu berukuran terpisah dari balok pengikat namun
50x50x760 mm3, sedangkan uji kuat tarik menyatu dengan balok melintang. Diameter
balok kayu dengan ukuran seperti terlihat dari struktur pelengkung dan juga balok
pada Gambar 2. pengikat adalah 2 cm, diameter dari balok
melintang adalah 1 cm, diameter bresing
adalah 1cm yang terbuat dari rotan dan
ditempatkan di daerah busur dengan jumlah
dan letak yang bergantung dari hasil
perhitungan numerical.

Gambar 2. Balok kayu untuk pengujian kuat


tarik

Setelah diperoleh hasil dari


pengujian-pengujian tersebut, maka dapat
dimodelkan jembatan busur secara
numerical melalui software STAAD PRO Gambar 3. Model fisik jembatan busur
dengan bentang jembatan adalah 132 meter
dan lebar lantai kendaraaan adalah sebesar Beban pengujian menggunakan
7 meter. Untuk mengetahui lendutan beban statis vertical seberat 10 kg yang
minimum yang terjadi, maka dilakukan diletakkan ditengah bentang secara
variasi konfigurasi bracing yang terletak bertahap setiap 2 kg dengan 2 alat
pada bagian lengkung busur. Berdasarkan pembacaan LVDT/transducer yang
hasil konfigurasi bracing optimum dari diletakkan ditengah bentang masing-
numerical ini, maka dirancangan masing batang pengikat.
pemodelan fisik untuk mengetahui Kemudian dilakukan pengujian beban
pengaruh variasi dari sambungan terhadap terhadap 2 model fisik yang memiliki
lendutan yang terjadi. variasi pada sambungan, yaitu sambungan
Pada model fisik, dirancang jembatan pasak yang menggunakan ikatan rotan dan
busur yang merupakan repelika dari sambungan pasak takikan.
jembatan busur sesungguhnya dengan skala Variabel bebas dalam penelitian ini
1:100 yang terbuat dari kayu, rotan dan adalah variasi bracing yang terletak pada
tripleks seperti terlihat pada Gambar 3. bagian lengkung busur dan variasi
Prototipe jembatan busur ini dirancangan sambungan. Sedangkan variabel tak bebas
dengan panjang 132 cm, yaitu jarak as ke meliputi: kuat tekan, beban maksimum,
as tumpuan/perletakan pada kepala kekakuan, kekuatan dan deformasi.
jembatan, tinggi busur puncak 22 cm (dari
tepi atas puncak busur ke tepi bawah balok

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 213
Material yang digunakan dalam
4. HASIL DAN PEMBAHASAN analisa struktur adalah rotan yang sama
4.1. Analisis Bahan Penyusun Jembatan dengan benda uji yaitu rotan Tohiti. Karena
Model tidak terdapat pilihan material rotan tohiti
Jembatan yang digunakan sebagai dalam SAP2000, maka sifat-sifat mekanik
benda uji saat pengujian menggunakan material rotan Tohiti yang telah diuji,
bahan berupa rotan. Untuk mengetahui meliputi modulus elastisitas, massa jenis
karakterteristik dari rotan tersebut dan Poisson ratio. Penomoran jembatan
dilakukan analisis dari tiga pengujian yang model dapat dilihat pada Gambar 4.
dilakukan di Laboratorium Struktur
Universitas Brawijaya, meliputi: 37
58 38 59 39 60 40 61 41
62 42
57 63
a. Analisis hasil penimbangan 55 35
56 36

38 39 40 41
43 64
44 65
37
Sampel rotan berdiameter 2 cm dan 35
36 42
43
44
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

panjang 7 cm. Dari hasil pengujian, 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

diketahui data sebagai berikut: 70 29 71 30 72


69 28 31
73
- Massa jenis sebesar 0,797 gr/cm3 67 26
68
27 32
74 33 75
- Modulus elastisitas sebesar 66 25

45
46
47
48 49 50 51
52
53
34

54
76

12256,297 MPa 13
12
14
13
15
14
16
15
17
16
18
17
19
18
20
19
21
20
22
21
23
22
24

b. Analisis hasil pengujian kuat tekan


rotanTohiti 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

Digunakan dua sampel rotan dengan Gambar 4. Penomoran jembatan model


diameter 2 cm dan panjang 4 cm.
Untuk nilai posson ratio rotan 4.2.1. Analisis Lendutan Jembatan
didapatkan sebesar 0,153. Model
c. Analisis hasil pengujian kadar air Analisis program SAP2000 terhadap
rotanTohiti lendutan jembatan menunjukkan lendutan
Pengujian kadar air dilakukan dengan terbesar yaitu sebesar 0,393mm. Hasil
2 metode, yaitu menggunakan alat tersebut merupakan rata-rata dari lendutan
moisture meterdan menggunakan oven. dari tengah-tengah batang 6 dan 17. Hasil
Dari hasil pengujian, diperoleh analisis juga menunjukkan tidak terdapat
persentase kadar air sampel rotan rata- perbedaan lendutan pada batang 6 dan 17
rata sebesar 17,18%. pada setiap pembebanan.
Untuk kenaikan lendutan, pada setiap
4.2. Analisis Kekuatan Model Secara penambahan beban kenaikan lendutan yang
Teoritis terjadi hampir selalu bersifat konstan.
Analisa jembatan model secara Perbedaan penambahan lendutan terdapat
teoritis seperti analisa lendutan pada setiap pada pembebanan pertama sampai ketiga.
buhul dan gaya batang dilakukan dengan Hal ini karena pada tahap pembebanan
menggunakan program komputer tersebut beban yang digunakan berbeda
SAP2000. Terdapat beberapa kelemahan dibandingkan dengan tahap pembebanan
dalam penggunaan SAP2000 dalam lainnya yaitu sebesar 1,05kg. Kenaikan
penelitian ini, seperti diabaikannya lendutan diperoleh dengan mencari selisih
penggunaan triplek 3 mm sebagai lantai antara suatu nilai lendutan dengan nilai
jembatan, kehilangan luas pada setiap lendutan sebelumnya. Hasil lengkap
buhul, dan penggunaan tali rotan. lendutan dan kenaikan lendutan dapat
ditampilkan pada Tabel 1.

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 214
4.2.2. Gaya Batang Jembatan Model
Tabel 1. Kenaikan lendutan jembatan model secara Teoritis
secara teoritis Tujuan dari analisis ini adalah untuk
Beban (kg) Lendutan Kenaikan mengetahui kebutuhan sambungan dalam
rata-rata lendutan perencanaan sambungan secara teoritis.
(mm) (mm)
Gaya batang terbesar terjadi pada
0 0,000 0,000
kombinasi pembebanan 1,2D + 1,6L. Gaya
1,05 0,047 0,047
2,10 0,087 0,040
tekan terbesar terjadi pada batang 59
3,15 0,127 0,040 sebesar 104 N Sedangkan untuk gaya Tarik
4,15 0,165 0,038 yang terbesar terjadi pada batang 6 Yaitu
5,15 0,203 0,038 sebesar 103 Nilai gaya batang yang
6,15 0,241 0,038 digunakan untuk perencanaan sambungan
7,15 0,279 0,038 disini merupakan gaya batang akibat
8,15 0,317 0,038 pembebanan 10 kg.
9,15 0,355 0,038
10,15 0,393 0,038 4.3. Analisis Sambungan Jembatan
Sumber: hasil penelitian Model berdasarkan Teoritis
4.3.1. Analisis Sambungan Paku
Kenaikan lendutan yang hampir Analisa terhadap dimensi dan jumlah
selalu bersifat konstan menghasilkan grafik sambungan paku bertujuan untuk
beban terhadap lendutan yang bersifat mengetahui kesesuain antara sambungan
linear. Grafik linear menunjukkan tidak paku secara teoritis dengan saat pengujian.
adanya penurunan kemampuan jembatan Model sambungan pakunya digambarkan
akibat penambahan beban. Hal ini karena pada Gambar 6.
pada analisa menggunakan SAP2000
jembatan diasumsikan sempurna atau tanpa
kekurangan seperti kehilangan luasan pada 104 N D = 20 mm

setiap join akibat sambungan atau


D = 10 mm 104 N
kemungkinan sisi kiri dan kanan jembatan
yang tidak simetris. Grafik hubungan beban Gambar 6. Sambungan paku pada rotan Tohiti
terhadap lendutan dapat dilihat pada
Gambar 5. Berdasarkan analisis yang sudah
dilakukan,diperlukan 1 buah paku dengan
panjang 20 mm dan diameter 1,23 mm pada
setiap buhul jembatan model. Sedangkan
penempatan alat sambung paku berdasarkan
perhitungan teoritis dapat dilihat pada Gambar
7 berikut.

1
Gambar 5. Grafik hubungan antara beban (P) 2
terhadap lendutan (Δ) secara teoritis 1
Sumber: hasil penelitian
0,50,5
Ket: Satuan gambar dalam cm
Gambar 7. Penempatan alat sambung paku

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 215
4.3.2. Analisis Sambungan Pasak 4.4.1. Lendutan Jembatan Model
Analisa terhadap kebutuhan Sambungan Pasak
sambungan pasak bertujuan untuk Ketika jembatan model menerima
mengetahui kesesuain antara sambungan beban, beban akan disalurkan dari balok
pasak berdasarkan teoritis dengan saat pengikat sampai ke pelengkung jembatan
pengujian. Berdasarkan hasil perhitungan yang dihubungkan oleh sambungan.
yang telah dilakukan, digunakan 1 buah Besarnya lendutan berbanding lurus dengan
sambungan pasak dengan penampang O kualitas sambungan yang dalam hal ini
berdiameter 3 mm untuk setiap buhul menggunakan pasak. Berdasarkan
jembatan. pengujian yang telah dilakukan, lendutan
Pasak Ø0,3 terbesar yang terjadi sebesar 1,898 mm.
1
Hasil ini merupakan lendutan rata-rata sisi
0,3 kiri dan kanan jembatan. Hasil lengkap
lendutan jembatan busur akibat
2 pembebanan ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Lendutan rata-rata jembatan busur


sambungan pasak
Beban Lendutan (mm) Rata-rata
Ket: Satuan gambar dalam cm (kg) DIAL 1 DIAL 2 (mm)
Gambar 8. Penempatan alat sambung pasak 0,00 0,000 0,000 0,000
pada buhul jembatan 1,05 0,230 0,200 0,215
2,10 0,440 0,450 0,445
4.4. Kekuatan Jembatan Model 3,15 0,610 0,610 0,610
Sambungan Pasak Berdasarkan 4,15 0,820 0,805 0,813
Pengujian 5,15 0,975 0,970 0,973
Analisa kekuatan jembatan model 6,15 1,155 1,150 1,153
berdasarkan pengujian bertujuan untuk 7,15 1,330 1,330 1,330
mengetahui kemampuan sesungguhnya 8,15 1,520 1,520 1,520
jembatan dalam menahan beban yang 9,15 1,690 1,700 1,695
bekerja. Perbedaan analisa berdasarkan 10,15 1,885 1,910 1,898
pengujian dengan teoritis terletak pada
kondisi benda uji pada pengujian yang Hasil pengujian menunjukkan
tidak sesempurna berdasarkan teoritis, lendutan pada sisi kiri dan kanan tidak
seperti dalam hal simetrisitas. Jembatan sama. Hal ini karena kondisi jembatan pada
model menggunakan sambungan pasak kedua sisi tidak sama persis dari segi
dengan diameter 3 mm dan panjang 3 cm kualitas sambungan terutama sambungan
pada setiap joint kecuali pada sambungan pada pelengkung jembatan. Pada dial 1 atau
antara pelengkung jembatan dengan balok sisi kiri jembatan, terdapat 5 buah
pengikat. Pengujian dilakukan dengan sambungan pada pelengkung jembatan
memberikan beban sebanyak 10 kali yang tidak sempurna sedangkan pada dial 2
pembebanan dengan penambahan beban atau sisi kanan jembatan terdapat 9 buah.
sebesar 1,05 kg pada pembebanan pertama Selain sambungan, tidak simetrisnya
sampai ketiga dan sebesar 1,00 kg pada sisi kiri dan kanan jembatan mengakibatkan
pembebanan keempat sampai terakhir. beban tidak terdistribusi secara merata
Analisis kekuatan yang dilakukan sehingga menghasilkan lendutan yang
adalah dengan melakukan pengujian untuk berbeda pada tiap sisinya. Sedangkan hasil
lendutan maupun kenaikan lendutan serta lengkap lendutan dan kenaikan lendutan
menghitung kekakuan strukturnya. dapat ditampilkan pada Tabel 3 berikut.

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 216
Tabel 3. Kenaikan lendutan jembatan busur atau beban (kg) yang diperlukan untuk
sambungan pasak merubah bentuk atau menggeser sebesar
Beban Lendutan Kenaikan satuan tertentu (mm). Dalam penelitian ini
(kg) Rata-Rata Lendutan kekakuan yang dibahas terbatas pada
(mm) (mm) kekakuan balok pengikat karena lendutan
0,00 0,000 0,000
yang digunakan dalam penelitian ini hanya
1,05 0,215 0,215
lendutan pada balok pengikat jembatan.
2,10 0,445 0,230
Nilai kekakuan selalu berbanding terbalik
3,15 0,610 0,165
4,15 0,813 0,203 dengan lendutan.
5,15 0,973 0,160 Contoh pada pembebanan kesepuluh
6,15 1,153 0,180 lendutan yang terjadi sebesar 1,898 mm.
7,15 1,330 0,178 Dari beban dan lendutan tersebut diperoleh
8,15 1,520 0,190 kekakuan sebesar 5,349 kg/mm. 5,349
9,15 1,695 0,175 kg/mm berarti diperlukan gaya sebesar
10,15 1,898 0,203 5,349 kg untuk menggeser balok pengikat
jembatan sepanjang 1mm. Kekakuan
Kenaikan lendutan yang tidak bersifat terkecil terdapat pada pembebanan kedua
konstan menunjukkan kinerja sambungan yaitu sebesar 4,719 kg/mm. Sedangkan
pasak yang tidak konsisten dalam menahan kekakuan terbesar terdapat pada
beban, seperti adanya penurunan atau pembebanan kesembilan yaitu sebesar
peningkatan kinerja sambungan paku 5,398 kg/mm. Hasil lengkap kekakuan
dalam menahan beban. Penurunan kenaikan jembatan busur sambungan pasak dapat
lendutan dapat diartikan sebagai dilihat pada Tabel 4.
peningkatan kinerja sambungan pasak
sedangkan peningkatan kenaikan lendutan Tabel 4. Kekakuan jembatan busur sambungan
dapat diartikan sebagai penurunan kinerja pasak
sambungan pasak. Dari Gambar 9 dapat Beban Lendutan Kekakuan
dilihat bahwa grafik beban terhadap (kg) Rata-Rata Jembatan
(mm) (kg/mm)
lendutan hasil pengujian jembatan model
0,00 0,000 -
sambungan pasak tidak benar-benar 1,05 0,215 4,884
bersifat linear. 2,10 0,445 4,719
3,15 0,610 5,164
4,15 0,813 5,108
5,15 0,973 5,296
6,15 1,153 5,336
7,15 1,330 5,376
8,15 1,520 5,362
9,15 1,695 5,398
10,15 1,898 5,349

Gambar 9. Grafik hubungan beban (P) 4.5. Kekuatan Jembatan Model


terhadap lendutan ( ) jembatan Sambungan Paku Berdasarkan
busur sambungan pasak Pengujian
Jembatan model menggunakan
4.4.2. Analisis Kekakuan Jembatan sambungan paku dengan diameter 1,23 mm
Model Sambungan Pasak dan panjang 2 cm pada setiap joint kecuali
Analisa terhadap kekakuan jembatan pada sambungan antara pelengkung
dilakukan untuk mengetahui besarnya gaya jembatan dengan balok pengikat.

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 217
4.5.1. Lendutan Jembatan Model Tabel 6. Kenaikan lendutan jembatan busur
Sambungan Paku sambungan paku
Berdasarkan pengujian yang telah Beban Lendutan Kenaikan
dilakukan, lendutan terbesar yang terjadi (kg) Rata-Rata Lendutan
yaitu 2,550 mm. Lendutan ini merupakan (mm) (mm)
0,00 0,000 0,000
lendutan rata-rata sisi kiri dan kanan
1,05 0,229 0,229
jembatan. Hasil lengkap lendutan jembatan
2,10 0,510 0,282
busur akibat pembebanan ditampilkan pada
3,15 0,780 0,270
Tabel 5. 4,15 1,038 0,258
5,15 1,293 0,255
Tabel 5. Lendutan rata-rata jembatan busur 6,15 1,545 0,253
sambungan paku
7,15 1,795 0,250
Beban Lendutan (mm) Rata-rata 8,15 2,050 0,255
(kg) DIAL 1 DIAL 2 (mm)
9,15 2,285 0,235
0,00 0,000 0,000 0,000
10,15 2,550 0,265
1,05 0,292 0,165 0,229
2,10 0,650 0,370 0,510
3,15 0,940 0,620 0,780
4,15 1,195 0,880 1,038
5,15 1,445 1,140 1,293
6,15 1,690 1,400 1,545
7,15 1,940 1,650 1,795
8,15 2,160 1,940 2,050
9,15 2,360 2,210 2,285
10,15 2,610 2,490 2,550

Berdasarkan tabel tersebut, pada dial


1 atau sisi kiri jembatan busur lendutan Gambar 10. Grafik hubungan beban (P)
yang dihasilkan pada setiap tahap terhadap lendutan ( ) jembatan
pembebanan selalu lebih besar busur sambungan paku
dibandingkan dial 2 atau sisi kanan
jembatan. Meskipun kecil kemungkinan, 4.5.2. Analisis Kekakuan Jembatan Model
tetapi ini diakibatkan oleh pemasangan Sambungan Paku
sambungan pada sisi kiri jembatan tidak
Tabel 7. Kekakuan jembatan busur sambungan
sebaik sisi kanan jembatan.
paku
Sedangkan untuk kenaikan lendutan Beban Lendutan Kekakuan
ditampilkan pada Tabel 6. Kenaikan (kg) Rata-Rata Jembatan
lendutan yang tidak bersifat konstan (mm) (kg/mm)
menunjukkan kinerja sambungan paku 0,00 0,000 -
yang tidak konsisten dalam menahan 1,05 0,229 4,595
beban, seperti adanya penurunan atau 2,10 0,510 4,118
peningkatan kinerja sambungan paku 3,15 0,780 4,038
dalam menahan beban. 4,15 1,038 4,000
5,15 1,293 3,985
6,15 1,545 3,981
7,15 1,795 3,983
8,15 2,050 3,976
9,15 2,285 4,004
10,15 2,550 3,980

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 218
Hasil lengkap kekakuan jembatan sambungan pasak. Dimana pada
busur sambungan paku dapat dilihat pada pembebanan pertama, lendutan jembatan
Tabel 7 berikut. busur secara teoritis yang terjadi hanya
sebesar 0,047 mm. Sedangkan lendutan
4.6. Perbandingan Kekuatan Jembatan jembatan busur sambungan pasak dan paku
Secara Teoritis dengan Jembatan Busur masing-masing sebesar 0,215 dan 0,229
Sambungan Pasak dan Jembatan Busur mm atau hampir 4 kali lipat lendutan
Sambungan Paku teoritis. Besarnya perbedaan lendutan
Perbandingan kekuatan yang tersebut diakibatkan oleh perbedaan asumsi
dimaksud dalam penelitian ini adalah jembatan busur secara teoritis yang
perbandingan lendutan dan kekakuan. diasumsikan sempurna dengan jembatan
Perbandingan kekuatan antara jembatan busur yang digunakan dalam pengujian
busur secara teoritis dengan jembatan busur yang tidak sempurna.
sambungan pasak dan jembatan busur Sedangkan untuk jembatan busur
sambungan paku bertujuan untuk sambungan pasak dan jembatan busur
mengetahui sambungan manakah diantara sambungan paku, perbedaan lendutan
pasak dan paku yang lebih mendekati terlihat jelas ketika memasuki pembebanan
analisa teoritis. Perbandingan ini juga keempat. Lendutan yang terjadi pada
bertujuan untuk mengetahui sambungan jembatan busur sambungan pasak pada
manakah yang lebih baik dalam menahan pembebanan keempat yaitu sebesar 0,813
beban. mm, sedangkan untuk jembatan busur
sambungan paku sebesar 1,038 mm atau
4.6.1. Perbandingan Lendutan Jembatan lebih besar 0,225 mm. Selain itu juga
Perbandingan lendutan jembatan terlihat bahwa pada pembebanan
busur dibatasi pada lendutan pada tempat selanjutnya, nilai lendutan jembatan busur
diletakkannya dial gauge, yaitu pada sambungan paku selalu lebih besar
tengah-tengah balok pengikat jembatan. dibandingkan sambungan pasak. Dari
Gambar 11 menunjukkan perbandingan massa jembatan, diperoleh rasio massa
lendutan jembatan busur secara teoritis, terhadap lendutan jembatan busur
jembatan busur sambungan paku, dan sambungan pasak sebesar 0,685, sedangkan
sambungan pasak. jembatan busur sambungan paku sebesar
0,431. Semakin besar rasio maka semakin
baik pula jembatan busur.

4.6.2. Perbandingan Kekakuan Jembatan


Perbandingan kekakuan antara
jembatan busur sambungan pasak dengan
jembatan busur sambungan paku dilakukan
untuk mengetahui jembatan yang memiliki
kekakuan paling baik. Kekakuan yang
dibandingkan terbatas hanya pada
Gambar 11. Perbandingan grafik beban kekakuan pada balok pengikat jembatan.
terhadap lendutan Hal ini karena lendutan yang digunakan
untuk mencari nilai kekakuan merupakan
Berdasarkan Gambar 11, dapat lendutan pada balok pengikat jembatan.
dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai Perbandingan dilakukan dengan
lendutan yang besar antara jembatan busur membandingkan nilai kekakuan masing-
secara teoritis dengan jembatan busur masing jembatan yang telah dibahas
sambungan paku dan jembatan busur sebelumnya dalam bentuk tabel. Berikut

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 219
ditampilkan kekakuan masing-masing sambungan struktur jembatan busur
jembatan pada setiap tahap pembebanan terhadap lendutandapat ditarik kesimpulan:
dalam Tabel 8. a. Lendutan yang dihasilkan kedua benda
uji jembatan busur berbeda, dimana
Tabel 8. Perbandingan Kekakuan Jembatan lendutan akhir jembatan busur
Busur Sambungan Pasak dan sambungan pasak 25,57 % atau sekitar
Sambungan Paku 0,652 mm lebih kecil pada balok
Beban Kekakuan Jembatan (kg/mm) pengikat jembatan dibandingkan
(kg) Sambungan Sambungan jembatan busur sambungan paku.
Pasak Paku b. Kekakuan yang dihasilkan kedua
0,00 - -
benda uji jembatan busur adalah
1,05 4,884 4,595
berbeda, dimana kekakuan jembatan
2,10 4,719 4,118
3,15 5,164 4,038 busur sambungan pasak dengan nilai
4,15 5,108 4,000 lendutan yang lebih kecil
5,15 5,296 3,985 menghasilkan kekakuan yang lebih
6,15 5,336 3,981 baik dibandingkan jembatan busur
7,15 5,376 3,983 sambungan paku. Kekakuan jembatan
8,15 5,362 - busur sambungan pasak pada tahap
9,15 5,398 4,595 pembebanan akhir sebesar 5,349
10,15 5,349 4,118 kg/mm2 atau 34,39 % lebih besar
dibandingkan kekakuan jembatan
Berdasarkan tabel tersebut, pada busur sambungan paku yang hanya
setiap tahap pembebanan, jembatan busur sebesar 3,980 kg/mm2.
sambungan pasak selalu menunjukkan c. Sambungan yang digunakan pada
kekakuan yang lebih besar dibandingkan benda uji jembatan busur sesuai
jembatan busur sambungan paku. Hal ini dengan perencanaan sambungan secara
karena nilai kekakuan batang berbanding teoritis. Perencanaan sambungan pasak
terbalik dengan lendutan jembatan dan dengan diameter 3 mm memenuhi
menunjukkan bahwa lendutan jembatan persyaratan PKKI 1961. Sedangkan
busur sambungan pasak lebih kecil perencanaan sambungan paku dengan
dibandingkan jembatan busur sambungan panjang 20 mm dan diameter 1,23 mm
paku pada setiap tahap pembebanan. Pada memenuhi persyaratan SNI 7973-2013.
pembebanan kesepuluh, kekakuan
jembatan busur sambungan pasak sebesar Beberapa saran yang
5,349 kg/mm2 atau 34,39 % lebih besar direkomendasikan oleh peneliti untuk
dibandingkan kekakuan jembatan busur penelitian serupa yang akan datang:
sambungan paku yang hanya sebesar 3,980 a. Jumlah benda uji yang digunakan
kg/mm2. Nilai kekakuan yang lebih besar untuk setiap jenis sambungan
menunjukkan bahwa dibutuhkan beban disarankan lebih banyak untuk
yang lebih besar untuk menggeser balok mendapatkan data yang lebih akurat.
pengikat jembatan busur sambungan pasak b. Diusahakan kualitas benda uji yang
sejauh 1 mm dibandingkan jembatan busur digunakan sebaik mungkin baik dari
sambungan paku. segi simetrisitas kedua sisi jembatan
dan kualitas sambungan agar data yang
5. KESIMPULAN DAN SARAN diperoleh lebih akurat dan tidak jauh
Berdasarkan hasil penelitian berupa berbeda dari hasil analisa teoritis.
pembahasan data dan analisis yang telah c. Beban yang digunakan pada saat
dilakukan untuk mengetahui variasi pengujian akan lebih baik jika
intervalnya dari tahap awal

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 220
pembebanan sampai akhir tetap sama
untuk memudahkan Analisa lendutan.
d. Disarankan menggunakan material lain
terutama material yang bukan
merupakan bahan alam seperti rotan.
Hal ini karena material seperti rotan
akan lebih cepat menurun kualitasnya
seiring berjalannya waktu dan kecil
kemungkinan untuk menemukan
diameter rotan yang benar-benar sesuai
dengan rancangan benda uji.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2011.
Pemeliharaan Jembatan Pelengkung
Baja.Jakarta: Pekerjaan Umum.
Hibbeler, R. C. 2002. Structural Analysis. In
R. C. Hibbeler, Structural Analysis.
RSNI-T-03. 2005. Perencanaan Struktur Baja
untuk Jembatan. Jakarta:
BadanStandarisasi Nasional.
Supriyadi, B., & Muntohar, A. S. 2007.
Jembatan. Yogyakarta: Beta Offset.

REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 221

Anda mungkin juga menyukai