ABSTRAK
Jembatan lengkung (arch bridge) adalah jembatan bentang panjang yang merupakan salah satu infrastruktur
yang diperlukan dalam membantu masyarakat untuk melintasi pulau, sungai dan hambatan lainnya. Dalam
merencanakan jembatan lengkung perlu diperhatikan beberapa hal sebagai contoh yaitu lokasi jembatan,
biaya pembangunan jembatan, material jembatan serta tipe sambungan pada titik buhul jembatan. Untuk
menghasilkan desain jembatan lengkung yang aman dan efisien maka peneliti melakukan penelitian
mengenai optimasi desain jembatan lengkung terhadap rasio beban dan lendutan. Penelitian akan dilakukan
dengan dua cara yaitu analisis dengan menggunakan bantuan software dan melakukan pengujian pada model
jembatan. Model jembatan akan dibuat dari bambu dengan variasi tipe sambungan sehingga dari model
jembatan tersebut maka dapat diketahui tipe sambungan yang dapat memberikan kinerja yang baik pada titik
buhul jembatan.
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 211
kekurangan dan kelemahan tergantung dan approach bridge yang dapat dilihat
pada material model yang digunakan. pada Gambar 1.
Untuk meneliti hal tersebut maka pada
penelitian ini model jembatan lengkung
akan terbuat dari bambu dengan
menggunakan beberapa variasi tipe
sambungan. Diharapkan dengan adanya
penelitian ini maka dapat diketahui desain
optimum jembatan lengkung serta tipe
sambungan yang memberikan kinerja yang
baik pada titik join pada jembatan
lengkung.
Gambar 1. Bagian-bagian jembatan lengkung
2. TINJAUAN PUSTAKA
Jembatan busur adalah jembatan yang Pada jembatan lengkung terdapat dua
konstruksinya berbentuk setengah macam gaya, yaitu gaya tarik dan gaya
lingkaran atau parabola dengan abutmen di tekan. Dalam proses pemilihan desain
kedua sisinya. Pemakaian desain berupa jembatan, ada beberapa hal yang perlu
busur ini secara alami akan mengalihkan diperhatikan, diantaranya adalah:
beban yang diterima lantai kendaraan a. Pelengkung pada jembatan
jembatan menuju ke abutmen yang Pelengkung pada jembatan busur
menjaga kedua sisi jembatan agar tidak merupakan struktur utama yang
bergerak kesamping (Supriyadi, 2007). menahan sebagian besar beban yang di
Secara struktural, jembatan busur terima oleh jembatan. Lengkung
merupakan jenis jembatan yang umumnya pada perletakan jepit,
mengandalkan batang lengkung (busur) dan dengan ketebalan awal lengkung
kabel penggantung antara busur jembatan sebesar 1,65 sampai 2 kali (L/20) dari
dengan dek jembatan untuk memikul beban puncak lengkung (L/40) ketebalan rata
yang terjadi. rata adalah L/30 dan tinggi fokus L/5
Lengkungan dapat digunakan untuk (ACI 1996).
mengurangi momen tekuk pada struktur- b. Jumlah segmen
struktur bentang panjang. Pada dasarnya, Jumlah segemen berpengaruh pada
lengkungan bekerja sebagai kebalikan dari penyaluran gaya pada jembatan,
kabel, sehingga lengkungan menerima Semakin sedikit jumlah segmen
bebannya berupa tekan, karena semakin besar gaya yang yang di pikul
ketegarannya lengkungan harus juga oleh kolom penyangga.
menahan beberapa bengkokan dan gaya c. Pengaku batas
geser yang bergantung pada bagaimana Pengaku berfungsi memaksimalkan
lengkungan dibebani dan dibentuk. penyaluran gaya, dan sebagai penguat
Khususnya, jika lengkungan memiliki struktur pada jembatan .
bentuk parabolik dan dibebani oleh beban
vertikal yang terdistribusi merata secara 3. METODE PENELITIAN
horizontal, maka dari analisis kabel hanya Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengikuti gaya-gaya mampatan yang akan mengetahui desain jembatan bentang
ditahan oleh lengkungan (Hibbeler,2002). panjang tipe busur yang optimum sehingga
Jembatan busur terduru dari beberapa menghasilkan rasio berat jembatan dan
bagian, yaitu deck, abutment, batang tegak, lendutan yang paling minimum. Untuk
batang lengkung (busur), pondasi jembatan, mencapai tujuan tersebut, maka akan
dilakukan melalui pengujian material,
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 212
pengujian model fisik dan analisis pengikat dengan jarak antar balok pengikat
pemodelan. Pengujian material digunakan sebesar 12 cm dan lebar lantai jembatan 7
untuk mengetahui mutu dan kualitas cm, yaitu dihitung dari tepi dalam ke tepi
material serta parameter yang diperlukan. dalam busur. Ditengah bentang terdapat
Pengujian yang dilakukan meliputi material gelagar melintang (cross girder) sebagai
rotan, kayu dan model fisik jembatan tempat pengujian lendutan. Lantai
busur. kendaraaan terbuat dari triplek dengan tebal
Pengujian kayu dilakukan dengan uji 3 mm dan dibuat secara menerus yang
kuat lentur pada balok kayu berukuran terpisah dari balok pengikat namun
50x50x760 mm3, sedangkan uji kuat tarik menyatu dengan balok melintang. Diameter
balok kayu dengan ukuran seperti terlihat dari struktur pelengkung dan juga balok
pada Gambar 2. pengikat adalah 2 cm, diameter dari balok
melintang adalah 1 cm, diameter bresing
adalah 1cm yang terbuat dari rotan dan
ditempatkan di daerah busur dengan jumlah
dan letak yang bergantung dari hasil
perhitungan numerical.
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 213
Material yang digunakan dalam
4. HASIL DAN PEMBAHASAN analisa struktur adalah rotan yang sama
4.1. Analisis Bahan Penyusun Jembatan dengan benda uji yaitu rotan Tohiti. Karena
Model tidak terdapat pilihan material rotan tohiti
Jembatan yang digunakan sebagai dalam SAP2000, maka sifat-sifat mekanik
benda uji saat pengujian menggunakan material rotan Tohiti yang telah diuji,
bahan berupa rotan. Untuk mengetahui meliputi modulus elastisitas, massa jenis
karakterteristik dari rotan tersebut dan Poisson ratio. Penomoran jembatan
dilakukan analisis dari tiga pengujian yang model dapat dilihat pada Gambar 4.
dilakukan di Laboratorium Struktur
Universitas Brawijaya, meliputi: 37
58 38 59 39 60 40 61 41
62 42
57 63
a. Analisis hasil penimbangan 55 35
56 36
38 39 40 41
43 64
44 65
37
Sampel rotan berdiameter 2 cm dan 35
36 42
43
44
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
45
46
47
48 49 50 51
52
53
34
54
76
12256,297 MPa 13
12
14
13
15
14
16
15
17
16
18
17
19
18
20
19
21
20
22
21
23
22
24
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 214
4.2.2. Gaya Batang Jembatan Model
Tabel 1. Kenaikan lendutan jembatan model secara Teoritis
secara teoritis Tujuan dari analisis ini adalah untuk
Beban (kg) Lendutan Kenaikan mengetahui kebutuhan sambungan dalam
rata-rata lendutan perencanaan sambungan secara teoritis.
(mm) (mm)
Gaya batang terbesar terjadi pada
0 0,000 0,000
kombinasi pembebanan 1,2D + 1,6L. Gaya
1,05 0,047 0,047
2,10 0,087 0,040
tekan terbesar terjadi pada batang 59
3,15 0,127 0,040 sebesar 104 N Sedangkan untuk gaya Tarik
4,15 0,165 0,038 yang terbesar terjadi pada batang 6 Yaitu
5,15 0,203 0,038 sebesar 103 Nilai gaya batang yang
6,15 0,241 0,038 digunakan untuk perencanaan sambungan
7,15 0,279 0,038 disini merupakan gaya batang akibat
8,15 0,317 0,038 pembebanan 10 kg.
9,15 0,355 0,038
10,15 0,393 0,038 4.3. Analisis Sambungan Jembatan
Sumber: hasil penelitian Model berdasarkan Teoritis
4.3.1. Analisis Sambungan Paku
Kenaikan lendutan yang hampir Analisa terhadap dimensi dan jumlah
selalu bersifat konstan menghasilkan grafik sambungan paku bertujuan untuk
beban terhadap lendutan yang bersifat mengetahui kesesuain antara sambungan
linear. Grafik linear menunjukkan tidak paku secara teoritis dengan saat pengujian.
adanya penurunan kemampuan jembatan Model sambungan pakunya digambarkan
akibat penambahan beban. Hal ini karena pada Gambar 6.
pada analisa menggunakan SAP2000
jembatan diasumsikan sempurna atau tanpa
kekurangan seperti kehilangan luasan pada 104 N D = 20 mm
1
Gambar 5. Grafik hubungan antara beban (P) 2
terhadap lendutan (Δ) secara teoritis 1
Sumber: hasil penelitian
0,50,5
Ket: Satuan gambar dalam cm
Gambar 7. Penempatan alat sambung paku
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 215
4.3.2. Analisis Sambungan Pasak 4.4.1. Lendutan Jembatan Model
Analisa terhadap kebutuhan Sambungan Pasak
sambungan pasak bertujuan untuk Ketika jembatan model menerima
mengetahui kesesuain antara sambungan beban, beban akan disalurkan dari balok
pasak berdasarkan teoritis dengan saat pengikat sampai ke pelengkung jembatan
pengujian. Berdasarkan hasil perhitungan yang dihubungkan oleh sambungan.
yang telah dilakukan, digunakan 1 buah Besarnya lendutan berbanding lurus dengan
sambungan pasak dengan penampang O kualitas sambungan yang dalam hal ini
berdiameter 3 mm untuk setiap buhul menggunakan pasak. Berdasarkan
jembatan. pengujian yang telah dilakukan, lendutan
Pasak Ø0,3 terbesar yang terjadi sebesar 1,898 mm.
1
Hasil ini merupakan lendutan rata-rata sisi
0,3 kiri dan kanan jembatan. Hasil lengkap
lendutan jembatan busur akibat
2 pembebanan ditampilkan pada Tabel 2.
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 216
Tabel 3. Kenaikan lendutan jembatan busur atau beban (kg) yang diperlukan untuk
sambungan pasak merubah bentuk atau menggeser sebesar
Beban Lendutan Kenaikan satuan tertentu (mm). Dalam penelitian ini
(kg) Rata-Rata Lendutan kekakuan yang dibahas terbatas pada
(mm) (mm) kekakuan balok pengikat karena lendutan
0,00 0,000 0,000
yang digunakan dalam penelitian ini hanya
1,05 0,215 0,215
lendutan pada balok pengikat jembatan.
2,10 0,445 0,230
Nilai kekakuan selalu berbanding terbalik
3,15 0,610 0,165
4,15 0,813 0,203 dengan lendutan.
5,15 0,973 0,160 Contoh pada pembebanan kesepuluh
6,15 1,153 0,180 lendutan yang terjadi sebesar 1,898 mm.
7,15 1,330 0,178 Dari beban dan lendutan tersebut diperoleh
8,15 1,520 0,190 kekakuan sebesar 5,349 kg/mm. 5,349
9,15 1,695 0,175 kg/mm berarti diperlukan gaya sebesar
10,15 1,898 0,203 5,349 kg untuk menggeser balok pengikat
jembatan sepanjang 1mm. Kekakuan
Kenaikan lendutan yang tidak bersifat terkecil terdapat pada pembebanan kedua
konstan menunjukkan kinerja sambungan yaitu sebesar 4,719 kg/mm. Sedangkan
pasak yang tidak konsisten dalam menahan kekakuan terbesar terdapat pada
beban, seperti adanya penurunan atau pembebanan kesembilan yaitu sebesar
peningkatan kinerja sambungan paku 5,398 kg/mm. Hasil lengkap kekakuan
dalam menahan beban. Penurunan kenaikan jembatan busur sambungan pasak dapat
lendutan dapat diartikan sebagai dilihat pada Tabel 4.
peningkatan kinerja sambungan pasak
sedangkan peningkatan kenaikan lendutan Tabel 4. Kekakuan jembatan busur sambungan
dapat diartikan sebagai penurunan kinerja pasak
sambungan pasak. Dari Gambar 9 dapat Beban Lendutan Kekakuan
dilihat bahwa grafik beban terhadap (kg) Rata-Rata Jembatan
(mm) (kg/mm)
lendutan hasil pengujian jembatan model
0,00 0,000 -
sambungan pasak tidak benar-benar 1,05 0,215 4,884
bersifat linear. 2,10 0,445 4,719
3,15 0,610 5,164
4,15 0,813 5,108
5,15 0,973 5,296
6,15 1,153 5,336
7,15 1,330 5,376
8,15 1,520 5,362
9,15 1,695 5,398
10,15 1,898 5,349
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 217
4.5.1. Lendutan Jembatan Model Tabel 6. Kenaikan lendutan jembatan busur
Sambungan Paku sambungan paku
Berdasarkan pengujian yang telah Beban Lendutan Kenaikan
dilakukan, lendutan terbesar yang terjadi (kg) Rata-Rata Lendutan
yaitu 2,550 mm. Lendutan ini merupakan (mm) (mm)
0,00 0,000 0,000
lendutan rata-rata sisi kiri dan kanan
1,05 0,229 0,229
jembatan. Hasil lengkap lendutan jembatan
2,10 0,510 0,282
busur akibat pembebanan ditampilkan pada
3,15 0,780 0,270
Tabel 5. 4,15 1,038 0,258
5,15 1,293 0,255
Tabel 5. Lendutan rata-rata jembatan busur 6,15 1,545 0,253
sambungan paku
7,15 1,795 0,250
Beban Lendutan (mm) Rata-rata 8,15 2,050 0,255
(kg) DIAL 1 DIAL 2 (mm)
9,15 2,285 0,235
0,00 0,000 0,000 0,000
10,15 2,550 0,265
1,05 0,292 0,165 0,229
2,10 0,650 0,370 0,510
3,15 0,940 0,620 0,780
4,15 1,195 0,880 1,038
5,15 1,445 1,140 1,293
6,15 1,690 1,400 1,545
7,15 1,940 1,650 1,795
8,15 2,160 1,940 2,050
9,15 2,360 2,210 2,285
10,15 2,610 2,490 2,550
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 218
Hasil lengkap kekakuan jembatan sambungan pasak. Dimana pada
busur sambungan paku dapat dilihat pada pembebanan pertama, lendutan jembatan
Tabel 7 berikut. busur secara teoritis yang terjadi hanya
sebesar 0,047 mm. Sedangkan lendutan
4.6. Perbandingan Kekuatan Jembatan jembatan busur sambungan pasak dan paku
Secara Teoritis dengan Jembatan Busur masing-masing sebesar 0,215 dan 0,229
Sambungan Pasak dan Jembatan Busur mm atau hampir 4 kali lipat lendutan
Sambungan Paku teoritis. Besarnya perbedaan lendutan
Perbandingan kekuatan yang tersebut diakibatkan oleh perbedaan asumsi
dimaksud dalam penelitian ini adalah jembatan busur secara teoritis yang
perbandingan lendutan dan kekakuan. diasumsikan sempurna dengan jembatan
Perbandingan kekuatan antara jembatan busur yang digunakan dalam pengujian
busur secara teoritis dengan jembatan busur yang tidak sempurna.
sambungan pasak dan jembatan busur Sedangkan untuk jembatan busur
sambungan paku bertujuan untuk sambungan pasak dan jembatan busur
mengetahui sambungan manakah diantara sambungan paku, perbedaan lendutan
pasak dan paku yang lebih mendekati terlihat jelas ketika memasuki pembebanan
analisa teoritis. Perbandingan ini juga keempat. Lendutan yang terjadi pada
bertujuan untuk mengetahui sambungan jembatan busur sambungan pasak pada
manakah yang lebih baik dalam menahan pembebanan keempat yaitu sebesar 0,813
beban. mm, sedangkan untuk jembatan busur
sambungan paku sebesar 1,038 mm atau
4.6.1. Perbandingan Lendutan Jembatan lebih besar 0,225 mm. Selain itu juga
Perbandingan lendutan jembatan terlihat bahwa pada pembebanan
busur dibatasi pada lendutan pada tempat selanjutnya, nilai lendutan jembatan busur
diletakkannya dial gauge, yaitu pada sambungan paku selalu lebih besar
tengah-tengah balok pengikat jembatan. dibandingkan sambungan pasak. Dari
Gambar 11 menunjukkan perbandingan massa jembatan, diperoleh rasio massa
lendutan jembatan busur secara teoritis, terhadap lendutan jembatan busur
jembatan busur sambungan paku, dan sambungan pasak sebesar 0,685, sedangkan
sambungan pasak. jembatan busur sambungan paku sebesar
0,431. Semakin besar rasio maka semakin
baik pula jembatan busur.
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 219
ditampilkan kekakuan masing-masing sambungan struktur jembatan busur
jembatan pada setiap tahap pembebanan terhadap lendutandapat ditarik kesimpulan:
dalam Tabel 8. a. Lendutan yang dihasilkan kedua benda
uji jembatan busur berbeda, dimana
Tabel 8. Perbandingan Kekakuan Jembatan lendutan akhir jembatan busur
Busur Sambungan Pasak dan sambungan pasak 25,57 % atau sekitar
Sambungan Paku 0,652 mm lebih kecil pada balok
Beban Kekakuan Jembatan (kg/mm) pengikat jembatan dibandingkan
(kg) Sambungan Sambungan jembatan busur sambungan paku.
Pasak Paku b. Kekakuan yang dihasilkan kedua
0,00 - -
benda uji jembatan busur adalah
1,05 4,884 4,595
berbeda, dimana kekakuan jembatan
2,10 4,719 4,118
3,15 5,164 4,038 busur sambungan pasak dengan nilai
4,15 5,108 4,000 lendutan yang lebih kecil
5,15 5,296 3,985 menghasilkan kekakuan yang lebih
6,15 5,336 3,981 baik dibandingkan jembatan busur
7,15 5,376 3,983 sambungan paku. Kekakuan jembatan
8,15 5,362 - busur sambungan pasak pada tahap
9,15 5,398 4,595 pembebanan akhir sebesar 5,349
10,15 5,349 4,118 kg/mm2 atau 34,39 % lebih besar
dibandingkan kekakuan jembatan
Berdasarkan tabel tersebut, pada busur sambungan paku yang hanya
setiap tahap pembebanan, jembatan busur sebesar 3,980 kg/mm2.
sambungan pasak selalu menunjukkan c. Sambungan yang digunakan pada
kekakuan yang lebih besar dibandingkan benda uji jembatan busur sesuai
jembatan busur sambungan paku. Hal ini dengan perencanaan sambungan secara
karena nilai kekakuan batang berbanding teoritis. Perencanaan sambungan pasak
terbalik dengan lendutan jembatan dan dengan diameter 3 mm memenuhi
menunjukkan bahwa lendutan jembatan persyaratan PKKI 1961. Sedangkan
busur sambungan pasak lebih kecil perencanaan sambungan paku dengan
dibandingkan jembatan busur sambungan panjang 20 mm dan diameter 1,23 mm
paku pada setiap tahap pembebanan. Pada memenuhi persyaratan SNI 7973-2013.
pembebanan kesepuluh, kekakuan
jembatan busur sambungan pasak sebesar Beberapa saran yang
5,349 kg/mm2 atau 34,39 % lebih besar direkomendasikan oleh peneliti untuk
dibandingkan kekakuan jembatan busur penelitian serupa yang akan datang:
sambungan paku yang hanya sebesar 3,980 a. Jumlah benda uji yang digunakan
kg/mm2. Nilai kekakuan yang lebih besar untuk setiap jenis sambungan
menunjukkan bahwa dibutuhkan beban disarankan lebih banyak untuk
yang lebih besar untuk menggeser balok mendapatkan data yang lebih akurat.
pengikat jembatan busur sambungan pasak b. Diusahakan kualitas benda uji yang
sejauh 1 mm dibandingkan jembatan busur digunakan sebaik mungkin baik dari
sambungan paku. segi simetrisitas kedua sisi jembatan
dan kualitas sambungan agar data yang
5. KESIMPULAN DAN SARAN diperoleh lebih akurat dan tidak jauh
Berdasarkan hasil penelitian berupa berbeda dari hasil analisa teoritis.
pembahasan data dan analisis yang telah c. Beban yang digunakan pada saat
dilakukan untuk mengetahui variasi pengujian akan lebih baik jika
intervalnya dari tahap awal
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 220
pembebanan sampai akhir tetap sama
untuk memudahkan Analisa lendutan.
d. Disarankan menggunakan material lain
terutama material yang bukan
merupakan bahan alam seperti rotan.
Hal ini karena material seperti rotan
akan lebih cepat menurun kualitasnya
seiring berjalannya waktu dan kecil
kemungkinan untuk menemukan
diameter rotan yang benar-benar sesuai
dengan rancangan benda uji.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2011.
Pemeliharaan Jembatan Pelengkung
Baja.Jakarta: Pekerjaan Umum.
Hibbeler, R. C. 2002. Structural Analysis. In
R. C. Hibbeler, Structural Analysis.
RSNI-T-03. 2005. Perencanaan Struktur Baja
untuk Jembatan. Jakarta:
BadanStandarisasi Nasional.
Supriyadi, B., & Muntohar, A. S. 2007.
Jembatan. Yogyakarta: Beta Offset.
REKAYASA SIPIL / VOLUME 10, NO.3 – 2016 ISSN 1978 - 5658 221