Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa
mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai
pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran
perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan
seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai
substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.

Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma


karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah
pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder
akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada
kandung kemih.
Chystitis merupakan Infeksi Saluran Kemih (ISK) bawah. Infeksi saluran kemih
lebih sering terjadi pada wanita. Pada populasi wanita, infeksi ini terjadi sebesar 1-3%
pada anak usia sekolah yang kemudian meningkat cukup signifikan seiring dengan
peningkatan aktivitas seksual pada dewasa.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Cystitis?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya Cystitis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Cystitis?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi

1
Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada
laki – laki, organ ini terletak tepat dibelakang Symphisis Pubis dan didepan Rektum.
Pada perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Saat kosong,
berukuran kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi
urine, tingginya dapat mencapai um bilicus dan berbentuk seperti buah pir.
Dinding Vesica Urinaria memiliki beberapa lapisan :

a. Serosa: Lapisan terluar, merupakan perpanjangan dari lapisan peritoneal rongga


abdomino pelvis. Hanya di bagian atas pelvis
b. Otot Detrusor: Lapisan tengah. Terdiri dari otot – otot polos yang saling membentuk
sudut. Berperan penting dalam proses urinasi
c. Submukosa: Lapisan jaringan ikat, menghubungkan antara lapisan otot Detrusor
dengan lapisan mukosa
d. Mukosa: Terdiri dari epitel – epitel transisional. Membentuk lipatan saat dalam
keadaan relaks, dan akan memipih saat keadaan terisi penuh.
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak
di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis
medius
Bagian vesika urinaria terdiri dari :

a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
2
d. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).

Vesica urinaria fungsinya untuk menampung urine yang telah dibentuk oleh ginjal,
dalam rangka untuk mengekskresikan sisa metabolisme hal ini sangat penting, karena sisa
metabolisme ini kemungkinan besar mengandung zat karsinogenik yang akan kontak
dengan mukosa vesica urinaria yang berupa epitel transisional sehingga bisa
menyebabkan neoplasi. Ditinjau dari fungsi vesika urinaria ini identik dengan rectum
dalam sistema alimentary.

2.2. Definisi
Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih. Cystitis adalah keadaan
klinis akibat berkembang biaknya mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada
kandung kemih dan disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat
disebabkan oleh aliran balik uretra ke dalam kandung kemih (refluks uretrovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter dan sistoskop.
Sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh
bakteri (biasanya Escherichia coli). Sistitis merupakan inflamasi yang disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari uretra.

2.3. Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis atau
kalkuli :
a. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan
pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksi tanpa komplikasi.
b. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi
rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis,
kalkuli atau obstruksi.
c. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari
meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi
yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
d. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena
adanya urine sisa (misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik
bladder) atau karena infeksi dari usus.

3
Beberapa penyebab lain sistitis diantaranya yaitu :

a. Aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks uretrovesikal)
b. Adanya kontaminasi fekal pada meatus uretra
c. Pemakaian kateter atau sistoskop
d. Mikroorganisme : E.coli, Enterococci, Proteus, Staphylococcus aureus
e. Bahan kimia : detergent yang dicampurkan ke dalam air untuk rendam duduk,
deodorant yang disemprotkan pada vulva, obat-obatan (misalnya : siklofosfamis) yang
dimasukkan intravesika untuk terapi kanker buli-buli
f. Infeksi ginjal
g. Prostat hipertrofi karena adanya urine sisa
h. Infeksi usus
i. Infeksi kronis dari traktus bagian atas
j. Adanya sisa urine
k. Stenosis dari traktus bagian bawah

Jalur infeksi :
1. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering
ditemukan pada wanita
2. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
3. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih
misalnya appendicitis
4. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.

2.4. Klasifikasi
Sistitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1. Sistitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat
terjadi karena penyakit lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi
prostat dan striktura uretra.
2. Sistitis sekunder, merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari
penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.

2.5.Patofisiologi
Sistitis merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita
biasanya berupa sistitis akut karena jarak uretra dan vagina pendek, kelainan periuretral,
rectum (kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta efek kambuhan mikroorganisme
gram negative dari saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina, dan genital
eksternal memungkinkan organisme masuk ke vesika urinaria. Infeksi terjadi mendadak
akibat E.coli pada tubuh pasien.
Bagian distal uretra biasanya dikolonisasi oleh bakteri setelah kolonisasi
divagina, defek mukosa uretra, vagina, atau genitalia eksterna menyebabkan organisme
melekat dan berkolonisasi di suatu tempat diperiuretra dan masuk ke dalam kandung

4
kemih. Sistitis akut pada wanita biasanya disebabkan oleh Escherichia coli. Hubungan
seksual berkaitan dengan UTI (Urinary Tract Infection), terutama pada wanita yang gagal
berkemih setelah berhubungan seksual. Berkemih dianggap dapat membersihkan bakteri
dari kandung kemih. Infeksi juga dapat berkaitan dengan kontrasepsi spernis-diafragma
karena jenis kontrasepsi ini dapat menyebabkan obstruksi pasieluretra dan
mengosongkan kandung kemih yang tidak lengkap. Selain itu kontrasepsi ini juga
mengakibatkan perubahan pH dan flora normal vagina .
Pada laki-laki abnormal sumbatan menyebabkan striktur dan hiperplasi prostatik.
Infeksi saluran memih biasanya bagian atas penyebab penyakit kandung kemih
kambuhan.

5
Faktor eksogen Invasi bakteri E. coli Refluk uretrovesikal hipertrofiprostat Perlukaan saat senggama

Pemakaian Masuk ke bladder Urine kembali ke V.U Menekan kandung kemih Infeksi vagina oleh bakteri
kateter tidak melalui
steril vaskuler/limfogen
Zat-zat yang tidak Kandung kemih terdesak Melalui fistula
digunakan masuk
Bladder vesikovaginal bakteri
Bakteri masuk Bakteri sampai di kembali ke V.U
(V.U) masuk ke V.U
ke uretra kandung kemih
meradang Jaringan kandung kemih
Iritasi mukosa V.U tertekan
Bakteri diterjemahkan
Naik ke Peningkatan sel
Peristaltik Hipersensitif V.U sebagaiV.U
benda asing
tidak dapat
kandung kemih Eritema
imun dan leukosit Respon terhadap
usus menurun Terjadi proses Jaringan kandung kemih banyak
mukosa inflamasi
inflamasi V.U rusak menampung air
buli-buli Inflamasi mukosa
Invasi bakteri ke Terjadi proses Bladder terisi urine
V.U
Merangsan
mukosa V.U inflamasi vesika
Merangsang Proses regenerasi jaringan
g urinaria
Bladder Bladder terisi urine
pengeluaran pelepasan zat pirogen
mudah Kotraksi mukosa sedikit
Inflamasi
HCL di oleh leukosit
mengalami yang meradang
Inflamasi
lambung V.U
mukosa
pendarahan
Urine sering
Zat pirogen beredar Jaringan yang
Mual,muntah dikeluarkan
Hematuria dalam darah meradang tertekan

CYSTITIS
Hipotalamus Frekuensi
Reseptor nyeri berkemih ↑
Kompensasi
tersensitisasi
Hipertermi tubuh terhadap
nyeri
Gangguan eliminasi
Disuria/nyeri di urin
6 daerah suprapubik
Imobilisasi

Kelemahan Nyeri
2.6. Manifestasi Klinis

a. Kemerahan pada kandung kemih


b. Edema pada kandung kemih
c. Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine
d. Inkotinensia
e. Disuria
f. Sering berkemih
g. Nyeri di darah suprapubik (punggung bawah)
h. Hematuria
i. Demam
j. Mual
k. Muntah
l. Lemah
m. Kondisi umum menurun
n. Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)

2.7. Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi untuk chystitis adalah bersetubuh, kehamilan, kandung kemih
neurogenis, keadaan-keadaan obsdtruktif, dan diabetes mellitus . Pada umumnya faktor-
faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan infeksi saluran kemih adalah :
a. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki. Faktor-faktor
postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari urethra dekat kepada rektum dan
kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan dengan pria.
b. Abnormalitas struktural dan fungsional mekanisme yang berhubungan termasuk stasis
urin yang merupakan media untuk kultur bakteri, refluks urin yang infeksi lebih tinggi
pada saluran kemih dan peningkatan tekanan hidrostatik. Contoh : strikur, anomali
ketidak sempurnaan hubungan uretero vesicalis.
c. Obstruksi . Contoh : tumor, hipertofi prostat, calculus, sebab-sebab iatrogenic.
d. Gangguan inervasi kandung kemih . Contoh : Malformasi sum-sum tulang belakang
kongenital, multiple sklerosi.
e. Penyakit kronis . Contoh : Gout/asam urat, DM, hipertensi, Penyakit Sickle cell
f. Instrumentasi . Contoh : prosedur kateterisasi
g. Penggunaan fenasetin secara terus menerus dan tidak pada tempatnya.

2.8. Pemeriksaan Diagnostik

1. Urinalisis
 Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih.

7
 Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
 Mikroskopis : sel darah putih tanpa epitel (piuria)
 Biakan bakteri
 Kultur urine untuk menguji sesitivitas berbagai jenis antimikroba dan mengetahui
respon obat yang disekresi di urine (konsentrasi meningkat
 Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
3. Metode tes
 Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
 Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular
secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes
simplek).
4. Tes- tes tambahan:
 Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas
traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi
yang resisten.
 Jika sistitis sering kambuh, perlu dipikirkan adanya kelainan pada kandung kemih
(misalnya: keganasan, batu di saluran kemih/urolithiasis) sehingga diperlukan
pemeriksaan pencitraan (PIV, USG) atau sistoskopi.

2.9. Penatalaksanaan
Farmakologi :
1. Uncomplicated sistitis :
a. Wanita harus diterapi antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek (1-3 hari)
sesuai hasil kultur. Obat pilihan yang sensitif terhadap E.coli :
 Nitrofurantion : 50 – 100 mg 4 hari sekali PO x 7 – 10 hari, 50 mg sebelum
tidur PO x 6 bulan, 50 mg PO setelah coitus.

8
Efek samping : Nitrofuration dapat menyebabkan iritasi GI (Makanan atau
susu membantu penurunan masalah ini), Interstisial pneumonitis merupakan
kasus yang jarang terjadi pada klien yang peka terhadap nitrofurantoin
 Trimetramopin-sulfametoksaksol : 160/800 mg sebelum tidur PO 1 dosis,
160/800 mg diminum PO x 3 , 7 atau 10 hari, 80/400 mg PO setelah coitus.
Efek sampinng : Sulfa mempunyai kecenderungan untuk mengkristal,
terutama pada keasaman atau konsentrasi urine. Alergi sulfa umum terjadi
pada klien ini
 Amoxicillin / asam clavulanich : 250 mg tiap 8 jam sekali PO x 7-10 hari.
Augmentin dapat menyebabkan iritasi GI : bantuan makanan dapat
menurunkan problem ini
b. Laki-laki kultur untuk meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping
( mual, diare, kemerahan dan kandidiasis vagina)
2. Antikoligenik (prophanteline bromide) untuk mencegah hiperirritabilitas kandung
kemih dan fennazopirridin hidroklorid sebagai sebagai antiseptic saluran kemih

Non-farmakologi

a. Perbanyak minum air 8 gelas sehari atau 2,5 liter dalam sehari
b. Bersihkan alat vital dengan cara dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri dari
anus masuk ke vagina atau uretra.
c. Bersihkan alat vital sebelum berhubungan
d. Buang air kecil setelah berhubungan seksual untuk membersihkan bakteri dari saluran
kencing
e. Mandi dengan gayung/shower, tidak dengan bath tub
f. Tidak menahan kemih, sebagai upaya untuk membersihkan saluran kemih dari kuman
g. Untuk mengurangi risiko infeksi pada kateterisasi, perlu kateterisasi yang tepat. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam kateterisasi antara lain jenis kateter, teknik dan
lama kateterisasi.

2.10.Komplikasi

1. Pyelonefritis : infeksi pada medulla dan korteks ginjal


2. Infeksi bakteri melalui darah penyebaran hematogen
3. Gagal ginjal
4. Sepsis
5. Pembentukan abses ginjal atau parirenal

2.11.Pencegahan

1. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih
9
2. Jangan menahan keinginan untuk buang air kecil
3. Gunakan pakaian katun agar lembab, jangan menggunakan pakaian ketat
4. Mandi dengan air mengalir dari pada berendam
5. Bersihkan pereniem setelah defekasi dengan gerakan dari depan ke belakang
6. Banyak minum air putih guna mencegah perkembangbiakkan bakteri dalam kandung
kemih
7. Segera berkemih atau membersihkan daerah organ intim setelah berhubungan seks
8. Biasakan berkemih setiap 2-3 jam sekali

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Nama
b. Umur : terjadi pada semua umur
Cystitis pada anak-anak dapat terjadi oleh karena abnormal dalam urinary tract
(saluran kencing ). Oleh karena itu, anak-anak dengan cystitis, khususnya di
bawah usia 5 tahun, perlu tindak lanjut khusus untuk mencegah kerusakan ginjal
nantinya.
c. Jenis kelamin :
 Pada wanita, kebanyakan infeksi kandung kemih diakibatkan oleh infeksi
ascenden yang berasal dari uretra dan seringkali berkaitan dengan aktivitas
seksual.
 Pada pria, dapat diakibatkan infeksi ascenden dari uretra atau prostat tetapi
agaknya lebih sering bersifat sekunder terhadap kelainan anatomik dari traktus
urinarius.
d. Tempat Tinggal :
Ada atau tidaknya faktor predisposisi
e. Suku bangsa : Biasanya pada suku pedalaman

2. Keluhan Utama:
a. Pasien mengatakan nyeri dan panas ketika BAK.
P = nyeri dirasakan ketika BAK.
Q = nyeri dirasakan seperti disayat-sayat.
R = nyeri dirasakan di saluran kemih bagian bawah dan menjalar ke pinggang.
S = skala nyeri 5 (dari skala nyeri 0-10)
T = nyeri dirasakan terus-menerus
b. Urine sedikit
c. Rasa tidak enak di daerah suprapubis

10
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang:
 Adanya disuria, polakisuria, nokturia, rasa tidak enak di daerah suprapubis,
nyeri tekan pada palpasi di daerah suprapubis.
 Adanya gejala sistemik berupa pireksia, kadang-kadang menggigil; sering
lebih nyata pada anak-anak, kadang-kadang tanpa gejala atau tanda-tanda
infeksi lokal dari traktus urinarius.
b. Riwayat penyakit dahulu:
o Kaji riwayat ISK sebelumnya.
o Kaji apakah pasien menderita diabetes, karena biasanya lebih sering terjadi
pada penderita diabetes. Penderita diabetes memiliki kadar glukosa yang
tinggi pada urin, serta sistem imunnya kurang bekerja dengan optimal. Selain
itu, penderita diabetes juga menderita disfungsi kemih yang semakin
menambah risiko infeksi saluran kemih.
o Pada wanita, kaji apakah pernah menggunakan kontrasepsi atau diafragma,
karena penyakit ini dapat meningkat pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi atau diafragma yang tidak terpasang dengan tepat.
c. Riwayat penyakit keluarga :
Apakah ada riwayat penyakit keturunan
d. Riwayat Psikososial
Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap
penampilan kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari.

3. Pola Kesehatan Fungsional


Pengakjian fungsional Gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan:
Pasien biasanya mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada
keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b. Pola nutrisi metabolik :
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis hanya habis 3 sendok
disebabkan mual dan muntah
c. Pola eliminasi :
BAK : Poliuria, hematuria, menalami spasme berlebih pada kandung kemih
BAB : normal
d. Pola aktivitas dan latihan :
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah
terkulai diatas tempat tidur, lelah, malaise dan membutuhkan bantuan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

11
e. Pola istirahat-tidur :
Pasien tidak bisa tidur dengan tenang karena merasa nyeri pada kandung kemih
f. Pola persepsi sensori dan kognitif :
Pasien sudah mengerti tentang keadaannya dan merasa harus segera berobat.
g. Pola hubungan dengan orang lain :
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya
pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat
h. Pola reproduksi atau seksual :
Penurunan libido
i. Pola persepsi dan konsep diri :
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi.
j. Pola mekanisme koping :
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi daerah kandung kemihnya

k. Pola nilai kepercayaan/ keyakinan :


Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan
cobaan dari Allah SWT

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Kesadaran (composmentis, apatis, somnolen)
b. Tanda-tanda vital : Biasanya suhu, TD, nadi meningkat
c. Pemeriksaan abdomen : Biasanya infeksi abdomen bagian bawah dan palpasi
urine bladder (pengosongan tidak maksimal)
d. Biasanya pada pasien sistitis terjadi inflamasi dan lesi di uretra meatus dan vagina
introitus
e. Kaji perkemihan : Dorongan, frekuensi, disuria, bau urin yang menyengat, nyeri
pada suprapubik

5. Pemeriksaan Laboratorium
 Urinalis : urin tengah.
Ketika infeksi terjadi, memperlihatkan bakteriuria, WBC (White Blood Cell),
RBC (Red Blood Cell) dan endapan sel darah putih dengan keteribatan ginjal.
 Tes sensitifitas : banyak mikroorganisme sensitive terhadap antibiotic dan
antiseptic berhubungan dengan infeksi berulang.
 Pengkajian radiographic
Cystitis ditegakkan berdasarkan history, pemeriksaan medis dan laborat, jika
terdapat retensi urine dan obstruksi aliran urine dilakukan IPV (Identivikasi
perubahan dan abnormalitas structural)
 Culture : Mengidentifikasi bakteri penyebab
 Sinar X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomaly struktur
nyata.
12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses peradangan, ditandai dengan nyeri pada
suprapubik, edema pada kandung kemih, kemerahan pada kandung kemih, lemah
2. Perubahan eliminasi urin b.d perubahan kapasitas kandung kemih, ditandai
dengan disuria, frekuensi miksi bertambah, dan hematuria
3. Hipertermi b.d proses inflamasi, ditandai dengan demam, lemah, bakteriuria,
eritema pada kandung kemih

C. PERENCANAAN
No Tujuan Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan a. Kaji skala nyeri a. Mengetahui tingkat rasa
tindakan keperawatan nyeri pada klien
b. Berikan
b. Meringankan nyeri dan
selama 2x24 jam,
lingkungan yang
memberikan rasa
diharapkan nyeri klien
tenang
nyaman
berkurang. Dengan c. Ajarkan teknik
c. Mampu mengurangi
kriteria : nafas dalam
rasa nyeri yang ada
- Klien mengerti d. Ajarkan teknik
d. Teknik distraksi
penyebab nyeri pengurangan
merupakan teknik
- Klien
nyeri dengan
pengalihan perhatian
menghindari
teknik distraksi
sehingga mengurangi
posisi badan
bila skala nyeri
emosional dan kognitif
yang dapat
dibawah 5
memicu nyeri e. Kolaborasi e. Obat analgetik,
- Klien dapat
pemberian memblok eksitasi
mendemonstrasi
analgetik sesuai serabut saraf nyeri
kan teknik
indikasi
distraksi dan
relaksasi
- Skala nyeri
berkurang
2. Setelah dilakukan a. Jalin hubungan a. Meningkatkan
tindakan keperawatan baik dengan klien keefektifan intervensi
b. Kaji TTV b. Mengetahui keadaan
selama 2x24 jam,
umum klien
diharapkan eliminasi c. Ukur dan catat
c. Untuk mengetahui
urin kembali normal. urine setiap kali
adanya perubahan warna
Dengan kriteria : berkemih
dan untuk mengetahui
- Klien
13
mengetahui input/output.
d. Anjurkan untuk d. Untuk mencegah
penyebab disuri
- Klien mau berkemih setiap 2 terjadinya penumpukan
menjaga – 3 jam urine dalam vesika
kebersihan urinaria, urin setiap jam
genital eksterna e. Palpasi kandung bertambah.
e. Untuk mengetahui
dan perianal kemih tiap 4 jam
- Klien menjaga adanya distensi kandung
f. Bantu klien ke
asupan cairan kemih.
kamar kecil, f. Untuk memudahkan
harian
- Produksi urin memakai klien di dalam
dalam batasan pispot/urinal. berkemih.
g. Bantu klien
normal
g. Supaya klien tidak sukar
mendapatkan
untuk berkemih.
posisi berkemih
yang nyaman.
3. Setelah dilakukan a. Bina hubungan a. Dengan hubungan yang
tindakan keperawatan baik dengan klien baik dapat
selama 1x24 jam, meningkatkan
diharapkan suhu tubuh kerjasama dengan klien
kembali normal. sehingga pengobatan
Dengan kriteria : b. Berikan kompres dan perawatan mudah
- Klien mengerti
hangat dan dilaksanakan
penyebab b. Pemberian kompres
ajarkan cara
demam hangat merangsang
untuk memakai
- Klien mau
penurunan suhu tubuh
handuk pada
mendiskusikan
tubuh, khususnya
bila demam
pada aksila atau
semakin tinggi
- Klien mampu lipatan paha
c. Anjurkan c. Baju yang tipis akan
melakukan
memakai baju mudah untuk menyerap
teknik
tipis yang keringat yang keluar
kenyamanan
menyerap
terhadap suhu
keringat d. Observasi tanda-tanda
tubuh dengan
d. Observasi tanda-
vital merupakan deteksi
nonfarmakologi
tanda vital
14
- TTV dalam terutama suhu dini untuk mengetahui
batas normal dan denyut nadi komplikasi yang terjadi
sehingga cepat
e. Kolaborasi mengambil tindakan
e. Pemberian obat-obatan
dengan tim medis
terutamam antibiotic
dalam pemberian
akan membunuh kuman
obat-obatan
sehingga mempercepat
terutama
proses penyembuhan ,
antipiretik,
sedangkan antipiretik
antibiotika
untuk menurunkan suhu
tubuh.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

15
Chystitis adalah inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh infeksi bakteri
(biasanya escherichia coli) yang menyebar dari uretra atau karena respon alergik atau
akibat iritasi mekanis pada kandung kemih. Pada umumnya disebabkan oleh basil gram
negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada
penderita tanpa kelainan urologis atau kalkuli. Wanita cenderung mudah terserang
dibandingkan dengan laki-laki. Faktor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi
terdiri dari urethra dekat kepada rektum dan kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan
dengn pria.

Daftar Pustaka

Nursalam, Baticaca Fransisca. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Haryono Rudy. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakarta :
Rapha Publishing
Suharyono, Toto, dan Madjid, Abdul. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Trans Info Media

16
17

Anda mungkin juga menyukai