Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA HIPERTENSI

DENGAN NYERI KEPALA AKUT DI DESA PACING KECAMATAN


BANGSAL KABIPATEN MOJOKERTO

Kusnul Khotimah
1312010015

Subject: Asuhan Keperawatan, Keluarga, Lansia, Hipertensi, Nyeri

Description
Penyakit hipertensi pada lansia merupakan suatu keadaan yang ditandai
dengan hipertensi sistolik diatas 140 mmHg dan diastoliknya menetap atau lebih
dari 90 mmHg dan merupakan faktor resiko morbiditas dan mortalitas untuk
orang lanjut usia.Upaya yang paling penting dalam penyembuhan hipertensi
adalah dengan mengenal dan melakukan perawatan pada anggota keluarga yang
tepat merupakan tindakan yang tepat untuk menghadapi pasien dengan hipertensi
umtuk mencegah komplikasi dan serangan berulang. Tujuan dari penelitian ini
adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan hipertensi.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan
metode wawancara, observasi dan dokumentasi menggunakan format asuhan
keperawatan keluarga pada 3 responden keluarga dengan klien yang mengalami
nyeri kepala.
Hasil dari studi kasus pada pengkajian didapatkan keluhan nyeri pada
ketiga responden lansia yang mengalami hipertensi dengan skala nyeri 4 pada
responden 1 dan 2, pada responden 3 skala nyeri 6. Pengkajian fungsi perawatan
kesehatan didapatkan responden 1 keluarga tidak mampu mengenal masalah
kesehatan, responden 2 keluarga tidak mampu memodifikasi lingkungan untuk
menjamin kesehatan, responden 3 keluarga tidak mampu merawat anggota yang
sakit. dilakukan intervensi dan implementasi health education kepada keluarga
tentang hipertensi dan perawatan dirumah serta mengajarkan cara relaksasi non
farmakologi (kompres hangat). Pada evaluasi didapat keluarga mampu
melaksanakan 5 tugas keluarga serta nyeri berkurang pada responden 1 dan 2,
sedangkan responden 3 tidak mengalami penurunan skala nyeri.
Kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas keluarga dapat
mempengaruhi kesehatan setiap anggota keluarga. Simpulan hasil studi kasus ini
3 responden atau keluarga mampu melaksanakan 5 tugas keluarga dalam
pemenuhan kesehatan sehingga skala nyeri mampu berkurang.

Abstract
Hypertention in the elderly is a condition characterized by hypertention
systolic over 140 mmHg and diastolic remains or more than 90 mmHg and is risk
factor for morbidity dan mortality for the elderly. The purpose of this study was to
conduct a family nursing care in alderly with hypertention.
The design used in this research was a casestudy with interviews,
observation and documentation using the format of family nursing care in 3
respondents family of clients who had a headache.
The results of a case study on the assessment obtained complaint of pain
in three of the elderly respondents who had hypertention with the pain scale of 4
on respondents 1 and 2. On pain scale was 6 on respondent 3. Assessment of
health care functions obtained respondent 1’s family was unable to recognize
health problems, respondent 2’s families was not able to modify the environment
to ensure the health, respondent 3’s family was unable to take care for family
members. Conducted intervention and implementation of health education to
families about hypertention and home care as well as to taught non
pharmacological methods of relaxation (a warm compress). In evaluation ob
tained families were able to implement five family duties and reduced pain on the
respondents 1 and 2, while the respondent 3 did not experience a decrease in pain
scale.
The family’s ability to implement five family duties can affect the health of
every member of the family. Conclution from the results of this case study in 3
respondents or family are able to perform five duties of the family in the provision
of health so the scale of pain can be reduced.
Keywords: Nursing care, Family, Hypertention, Elderly, Acute

Contributor : Eka Diah Kartiningrum, M. Kes


WidySetyowati, M. Kep
Date : 29 juni-29 juli 2016
Type material : Laporan Tugas Akhir
Identifier :-
Right : Open Document
Summary :

Latar belakang
Lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi tubuh akibat perubahan
fisik, psikososial, kultural, spiritual. Perubahan fisik akan mempengaruhi berbagai
sistem tubuh salah satunya adalah sistem kardiovaskuler. Masalah kesehatan
akibat dari proses penuaan yang sering terjadi pada sistem kardiovaskuler yang
merupakan proses degenerative, diantaranya adalah penyakit hipertensi. Penyakit
hipertensi pada lansia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan hipertensi
sistolik diatas 140 mmHg dan diastoliknya menetap atau lebih dari 90 mmHg
yang memberi gejala yang berlanjut, seperti stroke, penyakit jantung koroner
(Kellicker, 2010).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya
hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor
resiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih
merupakan faktor resiko utama untuk stroke, gagal jantung dan penyakit koroner,
dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih
muda. (Zulfitri, 2013)
Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi
mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka
ini kemungkinan akan terus meningkat menjadi 29,2 di tahun 2025. Dari 972
orang pengidap hipertensi, 333 juta berada dinegara maju dan 639 sisanya berada
dinegara sedang berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi hipertensi di
Indonesia cukup tinggi, akibat yang ditimbulkan menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko yang paling
berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah (Purwanto,
2012).
Hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia padausia >
18 tahun sebesar 26,5% namun hanya 7,2% penduduk yang sadar dirinya terkena
hipertensi. Angka kejadian hipertensi di Jawa Timur sebesar 26,2%. Pada usia
lebih dari 65 tahun sebanyak 63,8%, prevalensi hipertensi pada perempuan
cenderung lebih tinggi daripada laki-laki.
Hasil studi pendahuluan di desa pacing kecamatan bangsal kabupaten
mojokerto jumlah pra lansia laki-laki 95 orang perempuan 130 orang, lansia laki-
laki 134 orang perempuan 78 orang, jumlah lansia dengan resiko tinggi laki-laki
27 orang perempuan 31 orang. Pada tahun 2015 dari jumlah 100 lansia yang rutin
berkunjung ke posyandu lansia 50 orang atau 50% lansia mengalami hipertensi.
Hasil penelitian Reni tahun 2013 menyatakan bahwa 60% dukungan
keluarga dengan baik sangat berpengaruh menimbulkan kepercayaan diri pada
penderita hipertensi dan mampu menghadapi dan mengelola penyakitnya dengan
baik. Pasien akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan
dukungan dari keluarganya.
Pada lanjut usia terjadi beberapa perubahan-perubahan pada pembuluh
darah yang menyebabkan terjadinya hipertensi. Diantaranya adalah perubahan
pada struktur dan fungsi pembuluh darah, yaitu sifat elastisitas dari pembuluh
darah menjadi berkurang dan kejadian aterosklerosis (kekakuan dinding pembuluh
darah dalam arteri) semakin meningkat, sehingga pembuluh darah menjadi
terganggu untuk melebar. Karena hipertensi memicu proses aterosklerosis arteri
koronaria, maka jantung dapat mengalami gangguan lebih lanjut akibat penurunan
aliran darah ke dalam miokardium sehingga timbul anginapektoris atau
infarkmiokard. Hipertensi juga menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang
semakin mempercepat proses aterosklerosis serta kerusakan organ, seperti cedera
retina, gagal ginjal, stroke, dan aneurisma serta diseksi aorta. (Muttaqin, 2009)
Penatalaksanaan dan perawatan hipertensi pada lanjut usia memerlukan
pendekatan tersendiri dan pemahaman yang lebih baik tentang patofisiologinya.
Perlindungan pertama yang terbaik untuk mengatasi kerusakan pembuluh darah
akibat hipertensi adalah dengan mencegahnya, dan perlindungan kedua yang
terbaik adalah dengan mengontrolnya secara rutin. Selain itu, penting sekali
supportatau dukungan keluarga psikososial dari berbagai pihak khususnya
keluarga yang merupakan orang yang paling dekat dengan lanjut usia dan
merupakan lingkungan yang paling aman dan nyaman bagi lanjut usia dalam
menghabiskan sisa hidupnya menjadi lebih berarti (zulfitri, 2013).
Upaya yang paling penting dalam penyembuhan hipertensi adalah dengan
mengenal dan melakukan perawatan pada anggota keluarga yang tepat merupakan
tindakan yang tepat untuk menghadapi pasien dengan hipertensi untuk mencegah
komplikasi dan serangan berulang. Maka perlunya dilakukan suatu pelayanan
melalui proses keperawatan keluarga oleh tenaga kesehatan sekitar daerah
setempat melalui proses keperawatan keluarga dimana tenaga kesehatan
memberikan pelayanan kepada keluarga (Ekasari, Mita, Fatmadkk, 2007).
Fungsi keluarga dalam menangani pasien lansia dengan hipertensi
meliputi 5 tugas keluarga yang harus dilaksanakan seluruh anggota keluarga yaitu
mengenal masalah yang ada pada pasien hipertensi, memutuskan tindakan yang
tepat bagi keluarga yang mengalami hipertensi, memberikan perawatan pada
keluarga yang hipertensi dengan membatasi diet dan olahraga serta minum obat
teratur, memodifikasi lingkungan kelurga untuk menjamin kesehatan keluarga
dengan hipertensi dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada jika ada
kekambuhan pada keluarga yang hipertensi.

Metodologi
Desain yang digunakan pada penelitian adalah studi kasus. Studi kasus ini
adalah studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien
keluarga pada lansia dengan hipertensi di desa Pacing kecamatan Bangsal
kabupaten Mojokerto.Partisipan dalam studi kasus ini adalah 3 keluarga dengan
lansia hipertensi yang mengalami nyeri kepala di desa Pacing kecamatan Bangsal
kabupaten Mojokerto.
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Wawancara dilakukan pada klien dan keluarga. Observasi yang
dilakukan menggunakan pemeriksaan fisik dengan metode persistem.
Dokumentasi yaitu mencatat hasil wawancara dan observasi dengan klien, dengan
menggunakan format asuhan keperawatan keluarga.
Uji keabsahan data menggunakan 2 sumber data utama yaitu klien dan
keluarga. Analisa data yang digunakan yaitu dari analisa data hasil pengkajian,
dari analisa data ditegakkan diagnosa keperawatan. Kemudian dibuat intervensi
keperawatan dan dilakukan implementasi. Setelah selesai implementasi dilakukan
evaluasi.

Hasil dan pembahasan


1. Pengkajian
Pada pengkajian pada tanggal 29 juni 2016 keluhan yang muncul dari 3
responden adalah nyeri kepala terutama pada tengkuk. Pada responden 1
nyeri muncul saat kelelahan dengan tekanan darah 160/80 mmHg, responden
2 nyeri muncul setelah makan ikan klotok atau makanan yang asin dengan
tekanan darah 180/90 mmHg, responden 3 nyeri kepala muncul jika pada
malam hari sulit tidur dengan tekanan darah 190/90 mmHg.
Salah satu tanda dan gejala hipertensi adalah tengkuk terasa pegal atau
kekakuan pada otot tengkuk yang diakibatkan karena terjadi peningkatan
tekanan pada dinding pembuluh darah di daerah leher yang mana pembuluh
darah tersebut membawa darah ke otak sehingga ketika terjadi peningkatan
tekanan vaskuler ke otak yang mengakibatkan terjadi penekanan pada syaraf
otot leher sehingga penderita merasa nyeri atau ketidaknyamanan pada leher
(Bararah, 2011).
Berdasarkan hasil pengkajian keluhan yang muncul dengan teori terdapat
kesesuaian salah satu tanda gejala pada hipertensi yaitu nyeri kepala terutama
ditengkuk yang bersifat akut atau sementara.
Pada pengkajian fungsi perawatan kesehatan keluarga responden 1
keluarga mengetahui bahwa Ny. Ms mempunyai hipertensi dan menganggap
itu penyakit yang lazim dialami oleh orang tua dan tidak pernah melakukan
hal khusus untuk mengatasinya, hanya membawa ke perawat desa saat sakit.
pada responden 2 keluarga menyediakan makanan yang tidak begitu asin
tetapi suka mengkonsumsi ikan asin atau klotok dan menganggap penyakit
Ny. R kambuh saat sedang memikirkan sesuatu tentang anaknya. Pada
responden 3 keluarga membawa Ny. S ke perawat saat sakit dan membeli
obat diwarung, anak Ny. S yang tinggal satu rumah tidak setiap hari dirumah.
Tugas kesehatan keluarga menurut Effendy, (2009) adalah memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit ketika memberikan perawatan
kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal
sebagai berikut: keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,
prognosis, dan perawatannya). Sifat dan perkembangan yang dibutuhkan,
keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan. Sumber-sumber yang
ada pada keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber
keuangan atau finansial, fasilitas fisik, psikososial dan sikap keluarga
terhadap yang sakit, untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji sejauhmana keluarga
mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa dan
cara perawatannya).
Hasil penelitian Hamid (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan keluarga
tetang hipertensi dan cara perawatannya berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada anggota keluarga (p valve: 0,011). Keterbatasan pengetahuan
tentang hipertensi berpengaruh secara langsung terhadap perilaku sehari-hari
seperti pola makan, dan cara perawatan nyeri yang muncul akibat hipertensi.
Hal ini menyebabkan tidak terkontrolnya tekanan darah. Semakin baik
pengetahuan maka semakin baik perawatan yang diberikan keluarga pada
pasien hipertensi demikian pula dari sikap. Hasil penelitian Hamid (2012)
menjelaskan sikap memperberat dengan kejadian hipertensi (p value: 0,014)
sikap negatif mendorong keluarga kurang memperhatikan dan membiarkan
penderita hipertensi mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak,
garam dan fastfood sehingga pola makan tidak sehat. Selain itu juga
mengurangi rasa empati, kepedulian dan perhatian pada setiap keluhan
penderita. Dengan perhatian yang lebih penderita hipertensi tidak merasa
sendiri karena penyakit hipertensi adalah penyakit seumur hidup dan
perawatannya seumur hidup.
Berdasarkan pengkajian dan teori pada fungsi perawatan kesehatan pada
keluarga didapatkan ketiga responden keluarga mengalami ketidakmampuan
dalam salah satu tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan responden 1 adalah Nyeri kepala akut berhubungan
dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah
terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan. Melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan, dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat (Setiawati, 2008).
Berdasarkan pengkajian dan teori responden 1 keluarga tidak mampu
melaksanakan tugas keluarga mengenal masalah kesehatan, faktor kesibukan
pekerjaan dapat menjadi keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan
yang muncul pada lansia dengan hipertensi.
Diagnosa keperawatan responden 2 adalah Nyeri kepala akut berhubungan
dengan Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk menjamin
kesehatan.
Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah
terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan. Melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan, dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat (Setiawati, 2008).
Berdasarkan pengkajian dan teori responden 2 keluarga tidak mampu
melaksanakan tugas keluarga memodifikasi lingkungan untuk menjamin
kesehatan, faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab keluarga tidak
mampu mengubah kebiasaan makan makanan yang cenderung asin serta
faktor psikologi tentang pendapatan yang menjadi stressor pada lansia yang
mengalami hipertensi.
Diagnosa keperawatan responden 3 adalah Nyeri kepala akut berhubungan
dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah
terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan. Melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan, dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
dilingkungan setempat (Setiawati, 2008).
Berdasarkan pengkajian dan teori responden 3 keluarga tidak mampu
melaksanakan tugas keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, karena
hanya berdua dan anggota keluarga yang merawat adalah anak laki-laki yang
setiap hari bekerja.
Dari ketiga responden memiliki diagnosa keperawatan yang sama, tetapi
etiologi yang berbeda dari pemeriksaan 5 tugas kesehatan keluarga.
3. Intervensi
Intervensi yang dilakukan pada ketiga responden sama yaitu:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam nyeri berkurang atau
hilang dengan kriteria hasil keluarga mengerti tentang proses penyakit,
keluarga mampu mengatasi nyeri klien, klien mengatakan nyeri berkurang,
wajah tampak rileks, keluarga dan klien mampu melakukan tindakan relaksasi
yang diajarkan (kompres hangat).
Salah satu tindakan nonfarmakologis untuk meghilangkan nyeri adalah
kompres hangat. Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu, karena panas yang diberikan mampu mendilatasi pembuluh darah
sehingga aliran darah dan suplai oksigen menjadi lancar dan meredakan
ketegangan akibatnya nyeri dapat berkurang (Asmadi, 2008).
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup Menstimulasi
kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah-masalah kesehatan,
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkuan
menjadi sehat, Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada (Murwani, 2007).
Berdasarkan intervensi yang direncanakan dan teori terdapat kesesuaian
yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan
mandiri keluarga pada lansia dengan hipertensi dirumah saat nyeri kambuh.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan dengan masalah nyeri akut pada tanggal 21-
24 juli 2016 adalah menjelaskan tentang pengertian, tanda gejala dan
komplikasi hipertensi, pengobatan dan batasan diet rendah garam.
Mengajarkan kepada keluarga dan klien teknik relaksasi (kompres hangat
pada tengkuk dan daerah nyeri). Mengajarkan kepada klien dan keluarga
tentang mobilisasi dan olahraga. Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri (seperti suara bising yang mengganggu, pencahayaan
yang terlalu terang). Menganjurkan kepada keluarga untuk meningkatkan
istirahat tidur pada klien.
Salah satu tindakan nonfarmakologis untuk meghilangkan nyeri adalah
kompres hangat. Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu, karena panas yang diberikan mampu mendilatasi pembuluh darah
sehingga aliran darah dan suplai oksigen menjadi lancar dan meredakan
ketegangan akibatnya nyeri dapat berkurang (Asmadi, 2008). Hasil penelitian
rohimah&kurniasih (2015) ada pengaruh signifikan pemberian kompres
hangat terhadap pemberian kompres hangat terhadap skala nyeri leher pada
penderita hipertensi, dengan hasil akhir perubahan skala nyeri sedang menjadi
nyeri ringan (prevalue: 0,003)
Penelitian widyastuti (2012) tentang kompres hangat terhadap nyeri sendi
diperoleh perubahan nyeri sendi dari tingkat berat ke skala sedang setelah
dilakukan kompres hangat. Hal ini menjelaskan tentang kompres hangat
memang merupakan salah satu implementasi yang tepat untuk diajarkan pada
keluarga agar dapat menanggulangi rasa nyeri akibat hipertensi.
Berdasarkan implementasi dan teori ditemukan kesesuaian yaitu
mengajarkan tindakan mandiri kompres hangat, keluarga mampu melakukan
kompres hangat dengan baik saat diajarkan. Keluarga mengerti tentang
pendidikan kesehatan yang diberikan.
5. Evaluasi
Responden 1 keluarga mengerti tentang pengertian, diit rendah garam,
tanda gejala pada hipertensi, aktifias olahraga, dan istirahat cukup serta
kompres hangat. Ny. Ms mengatakan sakit pada tengkuk berkurang dengan
skala nyeri 3. Keluarga sudah membatasi makanan tinggi garam,
menyarankan kepada Ny. Ms untuk istirahat cukup TD: 180/80 mmHg Ny.
Ms tampak rileks.
Responden 2 keluarga mengerti tentang pengertian, diit rendah garam,
aktifias olahraga, dan istirahat cukup serta kompres hangat, Ny. R
mengatakan sakit pada tengkuk berkurang dengan skala nyeri 2. Keluarga
sudah melaksanakan beberapa yang telah diajarkan seperti tidak
mengkonsumsi ikan klotok dan trasi terlalu sering. TD: 180/90 mmHg Ny. R
tampak rileks.
Responden 3 keluarga mengerti tentang pengertian, tanda gejala, diit
rendah garam, aktifias olahraga, dan istirahat cukup serta kompres hangat,
Ny. S mengatakan masih sakit pada tengkuk dengan skala nyeri 6. Keluarga
sudah melaksanakan beberapa yang telah diajarkan seperti tidak
mengkonsumsi makanan tinggi garam, terutama istirahat cukup untuk
menghindari sakit kepala dan tensi tinggi TD: 190/90 mmHg Ny. S tampak
rileks.
Salah satu tindakan nonfarmakologis untuk meghilangkan nyeri adalah
kompres hangat. Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu, karena panas yang diberikan mampu mendilatasi pembuluh darah
sehingga aliran darah dan suplai oksigen menjadi lancar dan meredakan
ketegangan akibatnya nyeri dapat berkurang (Asmadi, 2008). Hasil penelitian
rohimah&kurniasih (2015) ada pengaruh signifikan pemberian kompres
hangat terhadap pemberian kompres hangat terhadap skala nyeri leher pada
penderita hipertensi, dengan hasil akhir perubahan skala nyeri sedang menjadi
nyeri ringan.
Hasil evaluasi menunjukkan ada kesesuaian pada responden 1 dan 2 yaitu
penurunan skala nyeri, sedangkan responden 3 tidak mengalami penurunan
nyeri sesuai kriteria hasil yang ditetapkan. Hasil penelitian Fanada (2012)
pada pretest terjadi nyeri dengan skala 3 dan di posttest turun menjadi skala 1.
Demikian pula dengan Malissa (2011) pada nyeri pretest terjadi nyeri skala
sedang (53,3%) setelah dikompres 70% responden tidak mengalami nyeri.
Pada responden 3 tidak terjadi penurunan nyeri menjadi hal yang wajar.
Nyeri dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, respon nyeri, perhatian, ansietas
dan keletihan. Responden 3 merupakan penderita hipertensi yang juga
komplikasi dari penyakit lain, sehingga memiliki respon nyeri yang rendah
dengan terlihat ansietas yang berlebihan, oleh sebab itu dia tidak memahami
pemenuhan terhadap nyeri. selain itu responden juga tinggal sendiri dirumah,
oleh sebab itu faktor keletihan juga menjadi hal yang mempengaruhi
perubahan skala nyeri pasca di kompres air hangat.

Simpulan
1. Pengkajian
Dari data hasil pengkajian keluhan yang ditemukan pada ketiga responden
sama yaitu nyeri kepala terutama dibagian tengkuk.
2. Diagnosa keperawatan
Klien 1, 2 dan 3 memiliki masalah keperawatan yang sama tetapi memiliki
etiologi yang berbeda. Responden 1 yaitu Nyeri kepala akut berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Responden 2
yaitu Nyeri kepala akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan. Responden 3 yaitu Nyeri
kepala akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit. Perbedaan etiologi terjadi dipengaruhi oleh
ketidakmampuan keluarga melaksanakan salah satu dari 5 tugas kesehatan
keluarga.
3. Intervensi
Pada ketiga responden dilakukan intervensi yang sama. Yaitu menjelaskan
tentang pengertian, tanda gejala dan komplikasi hipertensi, pengobatan dan
batasan diet rendah garam, mengajarkan kepada keluarga dan klien teknik
relaksasi (kompres hangat pada tengkuk dan daerah nyeri), mengajarkan
kepada klien dan keluarga tentang mobilisasi dan olahraga, mengontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri (seperti suara bising yang
mengganggu, pencahayaan yang terlalu terang), danmenganjurkan kepada
keluarga untuk meningkatkan istirahat tidur pada klien.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga Tn. H, Tn. P dan Ny. S
yaitu 1x24 jam selama 4 hari sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa ketiga keluarga telah memahami segala
sesuatu yang telah diajarkan. Termasuk pada penurunan skala nyeri terdapat
perbedaan pada penderita yang ketiga tidak mengalami penurunan nyeri.

Rekomendasi
Di harapkan kepada keluarga mampu mempertahankan dan tetap
menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada pasien lansia yang mengalami
hipertensi dengan masalah nyeri kepala

Daftar Pustaka
Arita, Murwani. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga konsep dan aplikasi kasus.
Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Brunner&Suddart. 2013. KeperawatanMedikal Bedah,edisi 12. EGC:Jakarta.
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga, edisi 3. EGC:Jakarta.
Herlinah, Lily dkk. Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam
pengendalian hipertensi. 2013. Jurnal keperawatan komunitas, volume 1,
no 2.
Kushariyadi, 2010. Asuhan keperawatan pada lanjut usia. Jakarta: Salemba
medika
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi kesehatan sebuah pengantar proses
belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatangerontik. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Nettina, Sandra M. 2002. Pedoman praktikkeperawatan. EGC: Jakarta
Puspitaningsih, Dwi harini. Kartiningrum, Eka diah & Puspitasari, Widya. 2015.
Panduan studi kasus d3 Keperawatan. Politeknik Kesehatan Majapahit
Mojokerto.

Rahayu, niken. Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan keluarga pada ny S


dengan hipertensi. 2013. Surakarta.
Setiawati, santun & dermawan aguscitra. 2008. Asuhan keperawatan keluarga.
Trans info medika: Jakarta.
Zulfitri, reni. Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lanjut usia
hipertensi dalam mengontrol kesehatannya. FIK-UI, 2006.

Alamat corespondensi
Email : kusnulkz88@gmail.com
Alamat : Desa Tunggunjagir (001/005) Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan
No. Hp : 085748781945

Anda mungkin juga menyukai