Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG AKHLAK

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai
individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung
pada bagaimana akhlaknya. Apabila baik akhlaknya, maka sejahteralah lahir batinnya, apabila
rusak akhlaknya, maka rusaklah lahir batinnya.
Konsep akhlaqul karimah adalah konsep hidup yang lengkap dan tidak hanya mengatur
hubungan antara manusia, alam sekitarnya tetapi juga terhadap penciptaannya. Allah menciptakan
ilmu pengetahuan bersumber dari Al-Quran. Namun, tidak semua orang mengetahui atau percaya
akan hal itu. Ini dikarnakan keterbatasan pengetahuan manusia dalam menggali ilmu-ilmu yang
ada dalam Al-Quran itu sendiri . Oleh karna itu, permasalahan ini diangkat, yakni keterkaitan
akhlak islam dengan ilmu yang berdasarkan Al-Quran dan Hadits.

B. RUMUSAN MASALAH
Untuk mempermudah pembahasan, dalam makalah ini dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa pengertian akhlak?
2. Apa landasan hukum tentang akhlak?
3. Apa saja ruang lingkup ajaran akhlak?
4. Apa saja kegunaan mempelajari akhlak?
5. Berapa dan berapa pembagian akhlak?
6. Apa aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak?
7. Apa karakteristik ajaran akhlak dalam dunia sains?
8. Bagaimana hubungan akhlak dengan keadilan dan sains modern?
Permasalahan di atas akan menjadi sasaran pembahasan makalah ini, dengan harapan pembahasan yang kami
lakukan menjadi terarah.

C. TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak
2. Untuk mengetahui landasan hukum tentang akhlak
3. Untuk mengetahui ruang lingkup ajaran akhlak
4. Untuk mengetahui kegunaan mempelajari akhlak
5. Untuk mengetahui Pembagian akhlak
6. Untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi akhlak
7. Untuk mengetahui karakteristik ajaran akhlak dalam dunia sains
8. Untuk mengetahui hubungan akhlak dengan keadilan dan sains modern
BAB II
AKHLAK

A. PENGERTIAN AKHLAK
Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dalam bahasa arab yang berarti:
1) Perangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar khuluqun).
2) Kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata khalqun)[1]
Secara etimologis akhlak adalah:
1) Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib Al-Akhlaq, beliau mendefenisikan akhlak adalah
keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu
melalui pemikiran dan pertimbangan.[2]
2) Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran
tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatannya dengan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[3]
Dari dua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau sikap dapat
dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria berikut ini:
1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah
terjadi kepribadiannya.
2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa
paksaan atau tekanan dari luar.
4) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, atau
karena sandiwara.[4]

B. LANDASAN HUKUM TENTANG AKHLAK


1. Al-Quran

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
(QS. An-nisa: 36)
`
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.(QS. Ali-Imron: 104)
2. Hadits
‫اح شا َو ل َ ُم ت َف َ ِحِّ شا‬
ِ َ ‫ لم يكن النبي صلى هللا عليه وسلم ف‬: ‫عن عبد هللا بن عمرو رضي هللا عنهما قال‬
( ‫ إ ِ ن ِم ْن ِخ ي َ ا ُر ك ُ ْم أ َ ْح سَ ن ُ ك ُ ْم أ ْخ ال َ قا ) رواه البخاري‬: ‫َو كَ ا َن ي َ ق ُ ْو ُل‬
Artinya: Dari Abdullah bin Amru berkata: Nabi tidak pernah berbuat keji sendiri
tidak pula berbuat keji kepada orang lain. Beliau bersabda: “Sesungguhnya termasuk
sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Bukhari)

‫ سئل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن أكثر ما يدخل الناس الجنة؟ فقال‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ رواه الترمذي وابن حبان‬.‫ الفم والفرج‬: ‫ وسئل عن أكثر ما يدخل الناس النار؟ فقال‬،‫ تقوى هللا وحسن الخلق‬:
.‫ حديث حسن صحيح غريب‬:‫ وقال الترمذي‬،‫في صحيحه والبيهقي في الزهد وغيره‬
Artinya: “Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah saw ditanya tentang hal yang paling banyak
memasukan manusia ke dalam surga? Rasulullah saw menjawab: Taqwa kepada Allah, akhlak
yang baik. Kemudian Rasulullah SAW ditanya kembali tentang hal yang paling banyak
memasukan manusia kedalam neraka? Rasulullah saw menjawab: mulut
dan farji’ (kemaluan). (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hiban dalam sahihnya dan Baihaqi dalam Bab
zuhud dan selainnya, dan Tirmidzi berkata: hadis ini hasan sahih gharib)

ِ َ‫َللا صلى هللا عليه وسلم ف‬


‫ َوال‬، ‫احشا‬ ّ ‫لَم يَكُن َرسو ُل‬: ‫ قال‬: ‫وعن عبد هللا بن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما‬
(‫ والترمذي‬، ‫ ومسلم‬، ‫ )رواه البخاري‬.‫سنُكُم أَخالقا‬َ ‫ ِإنّ ِمن ِخيَ ِاركم أَح‬: ‫ وكان يقول‬، ‫ُمتَفَ ِ ِّحشا‬
Artinya: “Dari Abdullah bin ‘Amr bin Ash r.a berkata: Tidaklah Rasulullah itu orang yang keji
dan tidak pula orang yang berkata keji. Dan beliau bersabda: Sesungguhnya yang paling baik di
antara kalian adalah orang yang paling di antara kalian akhlaknya.” (HR. Bukhari, Muslim,
Tirmizdi)

C. RUANG LINGKUP AJARAN AKHLAK


Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya
berkaitan dengan pola hubungan.
1. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah yang dapat diartikan sebagi sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khaliq. Abuddin Nata
menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada
Allah, yaitu:
a) Karena Allah menciptakan manusia
b) Allah telah memberikan perlengkapan panca indera
c) Allah telah mnyediakan bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti udara, air dan lainnya.
d) Allah telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan
lautan.[5]
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berakhlak kepada Allah dan kegiatan
menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya akan membentuk
pendidikan keagamaan. Diantara nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar adalah:
a) Iman. Yaitu, sikap batin yang penuh kepercayaan kepada tuhan. Jadi, tidak hanya cukup
dengan kata percaya. Namun, harus terus meningkat menjadi sikap mempercayai tuhan dan
menaruh kepercayaan kepada-Nya.
b) Ihsan. Yaitu, kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau
bersama manusia dimanapun manusia berada. Berkaitan dengan ini dan karena menginsafi
bahwa allah selalu mengawasi manusia, maka manusia harus berbuat, berlaku dan
bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tangguh jawab,
tidak hanya sekedarnya saja.
c) Takwa. Yaitu, sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi manusia. Kemudian,
manusia selalu berusaha untuk melakukan sesuatu yang diridhai Allah, dengan menjauhi
atau menjaga diri dari hal-hal yang tidak diridhai Allah. Taqwa inilah yang mendasari budi
pekerta luhur (akhlakul karimah).
d) Ikhlas. Yaitu, sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi
memperoleh keridahaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin.
e) Tawakkal. Yaitu, sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan kepada-
Nya dan berkeyakinan bahwa Dia akan menolong manusia dalam mencari dan
menemukan jalan yang terbaik.
f) Syukur. Yaitu, sikap penuh rasa terima kasih dan pengahargaan atas semua nikmat yang
tak terbilang banyaknya yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia.
g) Sabar. Yaitu, sikap tabah menhadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan
batin dan lainnya.

2. Akhlak terhadap sesama manusia


Nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia yang patut sekali untuk dilakukan, antara lain:

a) Silaturrahmi
b) Persaudaraan (ukhuwah)
c) Persamaan(al-musawah)
d) Adil
e) Baik sangka
f) Rendah hati
g) Tepat janji
h) Lapang dada
i) Dapat dipercaya
j) Perwira
k) Hemat
l) Dermawan

3. Akhlak Terhadap Lingkungan


Lingkungan di sini meliputi segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-
tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan sesamanya
dan terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan.
Binatang, tumbuhan, benda-benda yang tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah dan
menjadi milik-Nya, serta semuanya ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan
seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat tuhan yang harus diperlakukan
secara wajar dan baik.
Dari uraian di atas memperhatikan bahwa akhlak dalam islam sangat komprehensif,
menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan tuhan. Hal yang demikian dilakukan
secara fungsional, karena seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah
dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk tuhan akan berdampak negatif bagi makhluk
lainnya.[6]

D. KEGUNAAN MEMPELAJARI AKHLAK


Suatu ilmu dipelajari karena ada kegunaannya. Oleh karena itu, mempelajari ilmu akhlak
akan membuahkan hikmah yang besar bagi yang mempelajarinya, antara lain:
1. Kemajuan rohani
Seseorang dapat membedakan mana perbuatan baik dan buruk. Sesorang akan selalu berusaha
memlihara diri agar senantiasa berada si garis akhlak yang mulia, dan menjauhi segala bentuk
tindakan yang tercela yang dimurkai oleh Allah.
2. Penuntun kebaikan
Bukan hanya sekedar memberitahu mana yg baik dan buruk, melainkan juga mempengaruhi dan
mendorong manusia supaya membentuk hidup yang lurus dengan melakukan kebaikan yang
mendatangkan manfaat bagi sesama manusia.
3. Kebutuhan primer dalam keluarga
Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan kelaurga sejahtera. Keluarga yang tidak
dibina dengan tonggak akhlak yang baik, tidak akan bahagia, sekalipun bergelimang kekayaan.
Keharmonisan keluarga terlahir dari akhlak yang luhur.
4. Kerukunan antar tetangga
Untuk membina kerukunan antar tetangga diperlukan pergaulan yang baik, dengan jalan
mengindahkan kode etik bertetangga.[7]
E. PEMBAGIAN AKHLAK
1. Akhlak yang Baik (Akhlaqul Karimah)
a) Bersifat sabar
Kesabaran dapat di bagi menjadi empat kategori yaitu: Pertama, sabar menanggung
beratnya melaksanakan kewajiban. Kedua, sabar menanggung musibah atau cobaan.
Ketiga, sabar menahan penganiayaan dari orang. Keempat, sabar menanggung
kemiskinan.
a) Bersifat benar (istiqamah)
b) Memelihara amanah
c) Bersifat kasih sayang
d) Bersifat hemat (harta benda, tenaga, waktu)
e) Bersifat kuat (Al-Quwwah): kuat fisik, jiwa, dan akal
f) Bersifat malu
g) Memelihara kesucian diri (Al-‘Ifafah)
h) Bersifat berani
i) Bersifat adil
j) Menepati janji

2. Akhlak yang Tidak Baik/ Tercela (Akhlaqul Madzmumah)


a) Sifat dengki
b) Sifat iri hati
c) Sifat angkuh (sombong)
d) Sifat riya
e) Mengambil harta anak yatim, kecuali untuk keperluan anak itu sendiri
f) Berkata kasar terhadap ibu-bapaknya atau menghardiknya
g) Mengurangkan timbangan
h) Berzina
i) Membunuh

Akhlak yang terpuji menyebabkan munculnya rasa saling mencintai dan saling menyayangi.
Sedangkan akhlak tercela menjadikan sling benci, hasud, dan permusuhan. Laksana biji yang baik
akan menghasilkan panen yang baik.[8]

F. ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI AKHLAK


1. Tingkah laku manusia
Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam
perilaku sehari-hari tapi adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku.
Fitrah manusia selalu untuk berbuat baik (hanif). Seseoarang itu di nilai berdosa karena
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya, seperti pelanggaran terhadap akhlakul karimah,
melanggar fitrah manusia, melanggar aturan agama dan adat istiadat.
2. Insting dan Naluri
Dalam ilmu akhlak ,insting berarti akal pikiran. Akal dapat memperkuat akidah, namun
harus ditopengi ilmu ,amal, dan takwa pada Allah.
Naluri merupakan asa tingkah laku perbuatan manusia. Naluri dapat diartikan sebagai
kemauan tak sadar yang dapat melahirkan perbuatan mencapai tujuan tanpa berfikir kearah tujuan
dan tanpa dipengaruhi oleh latihan berbuat.
Selain itu, banyak insting yang mendorong perilaku perbuatan yang menjurus
kepada akhlaqul karimahmaupun akhlaqul madzmumah, tergantung yang mengendalikannya.

3. Nafsu
Nafsu berasal dari bahasa Arab, yaitu, nafsun yang artinya niat. Nafsu ialah keinginan hati
yang kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari kekuatan amanah dan syahwat yang ada pada manusia.
Menurut Kartini Kartono nafsu ialah dorongan batin yang sangat kuat,memili kecenderungan yang
sangat hebat sehingga dapat menggangu keseimbangan fisik. Nafsu dapat menyingkirkan semua
pertimbangan akal, memengaruhi peringatan hati nurani dan menyingkirkan hasrat baik yang
lainnya.
Nafsu merupakan salah satu potensi yang diciptakan Allah dalam diri manusia hingga ia
dapat hidup,bersemangat,dan lebih kreatif. Nafsu sangat penting bagi kehidupan manusia. Hanya
saja mengingat tabiat nafsu itu berkecenderungan untuk mencari kesenangan, lupa diri, bermalas-
malasan yang membawa kesesatan dan tidak pernah merasa puas, maka manusia harus dapat
mengendalikannya agar tidak membawa kepada kejahatan.
Manusia yang tidak berkepribadian selalu mengikuti nafsunya tanpa pertimbangan
kemanusiaannya, yang dijadikan pedoman ialah kepuasannya. Nafsu yang sudah menjadi-jadi
sehingga bukan lagi manusia yang menguasainya melainkan nafsulah yang menguasai manusia
itu.
4. Adat dan Kebiasaan.
Adat menurut bahasa (etimologi) ialah aturan yang lazim diikuti sejak dahulu. Adat adalah
suatu pandangan hidup yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang objektif , kokoh dan benar
serta mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam masyarakat.
Kebiasaan adalah rangkain perbuatan yang dilakukan dengan sendirinya , tetapi masih di
pengaruhi oleh akal pikiran. Pada permulaan sangat dipengaruhi oleh pikiran. Tetapi makin lama
pengaruh pikiran itu makin berkurang karena sering kali dilakukan. Kebiasaan merupakan kualitas
kejiwaan, keadaan yang tetap, sehingga memudahkan pelaksanaan perbuatan. Lingkungan yang
baik mendukung kebiasaan yang baik pula. Lingkungan dapat mengubah kepribadian seseorang.
lingkungan yang tidak baik dapat menolak adanya disiplin dan pendidikan.kebiasaan buruk
mendorong kepada hal-hal yang lebih rendah, yaitu kembali kepada adat kebiasaan primitif.
Seseorang yang hidupnya dikatakan modern,tetapi lingkungan bersifat primitif bisa merubah
kepada hal yang primitif. Kebiasaan itu bisa timbul karena ada dala diri pribadi seseorang itu
yang dibawah sejak lahir. Kebiasaan yang sudah melekat pada diri seseorang sukar untuk
dihilangkan, tetapi jika ada dorongan yang kuat dalam dirinya untuk menghilangkannya,tetapi jika
ada dorongan yang kuat dalam dirinya untuk menghilangkan, ia dapat mengubahnya.
5. Kehendak dan Takdir
Kehendak menurut bahasa (etimologi) ialah kemauan, keinginan, dan harapan yang keras.
Kehendak yaitu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam
hati, bertautan dengan pikiran perasaan.
Kehendak mempunyai dua macam perbuatan , yaitu:
a) Perbuatan yang menjadi pendorong, yakni kadang-kadang mendorong kekuatan
manusia supaya berbuat sepaerti, membaca,menulis,mengarang,dll
b) Perbuatan menjadi penolak, yaitu terkadang mencegah perbuatan tersebut seperti, melarang
berkata atau berbuat.
Kehendak bukanlah sesuatu kekuatan, tetapi merupakan tempat penerapan seluruh
kekuatan. Allah menciptakan dengan kehendak. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan
kehendak dalam diri, pada hakikatnya adalah suatu kekuatan Allah.
Takdir yaitu ketetapan Allah, apa yang sudah ditetapkan Allah sebelumnya atau nasib
manusia. Secara bahasa takdir ialah ketentuan jiwa, yaitu suatu peraturan tertentu yang telah
dibuat Allah baik aspek struktual maupun aspek fungsionalnya untuk segala yang ada dalam alam
semesta yang maujud ini.[9]
Garis takdir itu ghaib bagi manusia, tak seorang pun yangmengetahui takdir yang telah
ditentukan Allah bagi dirinya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi atas dirinya esok.

G. KARAKTERISTIK AJARAN AKHLAK DALAM DUNIA SAINS


Karakteristik akhlaqul karimah adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh seorang
muslim dengan berdasarkan Al-Quran dan Hadits dalam berbagai ilmu, kebudayaan, pendidikan,
sosial, ekonomi, kesehatan, politik pekerjaan, disiplin ilmu dan berbagai macam ilmu khusus.[10]
Jadi, karakateristik ajaran akhlaqul karimah tidak terlepas dari berbagai bidang disiplin
ilmu keislaman. Bidang-bidang tersebut sebagai berikut:
1) Akhlak bidang ilmu dan kebudayaan
Karakteristik ajaran akhlaqul karimah dalam bidang kebudayaan merupakan penjelmaan
(manifestasi) akal dan rasa manusia. Ini berarti manusialah yang menciptakan kebudayaan.
Karakteristik dalam ajaran akhlaqul karimah dalam bidang budaya, mengajarkan kepada
seorang mukmin yang shaleh atau seorang mukmin yang sungguh-sungguh dalam menjalankan
syariat islam untuk melaksanakan kebudayaan dan menggali dari sumber-sumber islam secara
kaffah.
Pada surah Al-‘Alaq: 1-5) terdapat kata iqro’ diulang dua kali. Kata tersebut menurut
A.Baiquni, berarti membaca dalam arti biasa, menelaah, mengobservasi, membandingkan,
mengukur, mendeskripsikan, menganalisis, dan menyimpulkan secara deduktif.
Dari uraian ini maka karakteristik ajaran akhlaqul karimah dalam bidang ilmu dan
kebudayaan bersifat terbuka, akomodatif, tetapi juga selektif.
2) Akhlak bidang sosial
Ilmu sosial adalah ilmu yang berhubungan dengan masyarakat atau lingkungan sekitarnya.
Karakteristik ajaranakhlaqul karimah di bidang ini termasuk yang paling menonjol, karena seluruh
bidang ajaran akhlaqul karimahdalam bidang sosial ditujuakn untuk mensejahterakan manusia.
Namun, secara khusus dalam bidang sosial ini akhlak islam menjunjung tinggi sifat tolong-
menolong, saling menasehati, kesetiakawanan, tenggang rasa dan kebersamaan.
3) Akhlak bidang ekonomi
Karakteristik akhlaqul karimah dalam sistem ekonomi islam merupakan kebebasan terhadap
pemilikan harta kekayaan, nilai keseimbangan, dan nilai keadilan merupakan kebulatan nilai yang
tidak dapat dipisahkan.
4) Akhlak bidang kesehatan
Karakteristik ajaran akhlaqul karimah mewajibkan memelihara kesehatan dengan cara:
mengajak dan menganjurkan orang lain untuk menjaga kebersihan dan lingkungan, merawat
kesehatan dengan berolahraga, segera mengobati jika jatuh sakit, dan lain-lain.
Karakteristik ajaran akhlaqul karimah tentang kesehatan berpedoman pada prinsip
pencegahan lebih baik dari pada mengobati.
5) Akhlak bidang politik
Politik adalah pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, seperti, tata cara
pemerintahan dan lain-lain. Karakteristik ajaran akhlaqul karimah dalam bidang politik sperti
mentaati pemimpin yang benar, musyawarah dan lain-lain.
6) Akhlak bidang sains modern
Sains modern adalah suatu sikap taat terhadap peraturan suatu bidang ilmu yang tersusun
secara sistematis untuk meciptakan berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Karakteristik ajaran akhlaqul karimah mengenai sains modern sangat dibutuhkan, sebab
menerapkan sains modern pada seseorang, membuat seseorang tersebut tetap berpegang teguh
pada peraturan dan takkan tergoyangkan akidahnya. Sebagai ajaran yang berkenaan dengan
berbagai bidang kehidupan, karakteristik ajaranakhlaqul karimah tampil sebagai sebuah disiplin
ilmu, yaitu ilmu akhlaqul karimah.

H. HUBUNGAN AKHLAK DENGAN SAINS MODERN DAN KEADILAN


1) Hubungan Akhlak dengan Sains Modern
Hubungan akhlak dengan sains modern didasarkan atas kulminasi dari sains-sains tradisional dan
modern. Sains modern merupakan bidang ilmu yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu yang dapat digunakan untuk menenangkan segala bidang ilmu pengetahuan. [11]
2) Hubungan akhlak dengan keadilan
Akhlak dan berbuat adil sangat erat hubungannya, akhlak yang baik mampu berbuat adil, akhlak
buruk terjadi penyimpangan hak dan keadilan. Keduanya saling berhubungan dan tarik menarik,
tidak bisa dilepaskan antara satu dengan lainnya.[12]
Allah mengingatkan hambanya untuk selalu berbuat kebajikan dan keadilan, karena
berbuat keadilan itu mendekatkan diri kepada taqwa. Manusia sebagai khalifah di bumi, wajib
menerapkan konsep akhlak dan keadilan dalam kehidupannya sehari-hari. Intinya, dalam setiap
tingkah laku dan perbuatan manusia harus mengacu kepada tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
BAB III
SIMPULAN

Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria berikut ini:
1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah
terjadi kepribadiannya.
2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa
paksaan atau tekanan dari luar.
4) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, atau
karena sandiwara.
Landasan hukum tentang akhlak salah satunya adalah: “Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh
dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-nisa: 36)
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran”. Jakarta: Amzah. 2007
Alim, Muhammad. “Pendidikan Agama Islam”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006
Al-Qosim, Abdul Malik Muhammad. “Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah”. Yogyakarta: Mitra
Pustaka. 1999
Nata, Abuddin. “Akhlak Tasawuf”. Jakarta: Rajawali Pers. 2010
Yunus, Mahmud. “Pendidikan Islam”. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. 1992

[1] Muhammad Alim. “Pendidikan Agama Islam”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006. Hal: 151
[2] Ibid. Hal: 151
[3] Ibid. Hal: 151
[4] Ibid. Hal: 151-152
[5] Abuddin Nata. “Akhlak Tasawuf”. Jakarta: Rajawali Pers. 2010. Hal: 149-150

[6] Muhammad Alim. Opcit. Hal: 152-158


[7] Ibid. Hal: 158-160
[8] Abdul Malik Muhammad Al-Qosim. “Ibadah-Ibadah yang Paling Mudah”. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 1999.
Hal:18
[9] M. Yatimin Abdullah. “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran”. Jakarta: Amzah. 2007. Hal: 75-97
[10] Ibid. Hal: 113
[11] Ibid. Hal: 185
[12] Ibid. Hal: 151

Anda mungkin juga menyukai