Metode Kerja 1
Metode Kerja 1
BAB II
LiNGKUP PEKERJAAN PeNGERUKAN
ALUR PELAYARAN PELABUHAN
II-1
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
II-2
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Tipe Pekerjaan
Pengerukan :
Lingkup Pekerjaan Pengerukan Alur ¾ Capital Dredging
Pelayaran Pelabuhan ¾ Maintenance Dredging
¾ Rock Dredging
¾ Reclamation
Persyaratan Navigasi
Di Alur Pelayaran
¾ Kedalaman alur Pelayaran
¾ Lebar alur pelayaran
Pelaksanaan
Survei Hidrografi :
Pelaksanaan dan Proses
Pengerukan ¾ Penentuan posisi
(maintenance dredging) ¾ Pengukuran kedalaman
¾ Water level
II-3
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
II-4
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
II-5
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
c) Kandungan dasar.
Masalah ini terjadi pada alat keruk buckets, grabs, hoppers, roda
cutters dan pipeline. Tingginya kepekatan tanah dapat menyebabkan
tingginya intensitas adhesi (kelengketan), akibatnya efektivitas kerja
alat terganggu. Dampaknya berujung pada waktu produktivitas kerja
berkurang dan tentu saja akan bermasalah pada perjanjian kontrak
kerja.
d) Pelapisan dasar.
Kurangnya kepadatan tanah, adanya kandungan gas di dalamnya dan
kecenderungan terjadinya gelombang besar dan cepat dapat
menyebabkan kesulitan dalam pekerjaan pengerukan.
2) Faktor Manajemen
a) Kondisi perjanjian kontrak
Perjanjian kontrak terkait dengan pengetahuan dan kemampuan
pelaksana pekerjaan dalam penggunaan alat teknologi terbaru.
Teknologi dapat berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Maka
tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksana pekerjaan harus mampu
mengatasi dan mengikuti perkembangan teknologi yang terjadi di
bidang pengerukan.
II-6
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
II-7
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Pekerjaan pengerukan ini sangat mahal, hal itu disebabkan oleh material yang
dikeruk berupa batu keras, sehingga diperlukan perencanaan yang baik dalam
memutuskan apakah pekerjaan pengerukan ini layak untuk dilakukan. Metode
pengerukan pekerjaan rock dredging akan dijelaskan pada bab 4 tentang
pelaksanaan pengerukan.
II-8
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
D. Reklamasi (Reclamation)
Suatu area dapat direklamasi oleh material dari hasil pekerjaan pengerukan.
Ketika merencanakan pekerjaan reklamasi, karakteristik soil di area yang akan
direklamasi dan karakteristik material yang diperoleh dari pekerjaan pengerukan
harus diperhatikan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan
pengerukan untuk reklamasi antara lain: ukuran butiran material / sedimen,
karakteristik sedimen, efek dari gabungan sedimen yang dibentuk karena terdapat
perbedaan karakteristik soil.
Biasanya ukuran material yang kasar seperti pasir dan kerikil sangat cocok untuk
pekerjaan reklamasi, hal itu dikarenakan massa jenis material cenderung besar.
Namun perlu dipertimbangkan pula ketika daerah reklamasi memiliki
karakteristik perairan yang sangat dinamis, hal itu dapat menyebabkan intensitas
siltation yang tinggi. Dalam pekerjaan reklamasi, penentuan jumlah volume
material yang akan dikeruk harus direncanakan terlebih dahulu. Hal ini berkaitan
pada luas area yang akan dilakukan reklamasi.
II-9
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
II-10
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Draft
Negara Pelabuhan terdalam
(meter)
Shanghai 10.5
China
Dalian 17.5
India Bombay 14.3
Indonesia Belawan 11
Malaysia Port Kelang 13.5
Myanmar Yangon 9
Pakistan Port Qasim 10
Phillippines Manila 12
Sri Lanka Colombo 12.1
Thailand Bangkok 8.5
(Ports Authority database, 1987)
Persyaratan navigasi pada pembahasan ini terbatas pada ukuran alur, yakni
kedalaman dan lebar alur pelayaran. Terdapat banyak pendekatan untuk
persyaratan navigasi yang digunakan dalam mendesain kedalaman dan lebar alur
pelayaran. Hal itu tergantung pada keperluan alur yang dibuat, survey lapangan
dan kondisi lingkungan. Berikut ini disajikan contoh metode dan faktor-faktor
yang digunakan dalam mendesain kedalaman dan lebar alur pelayaran pada
beberapa negara, contohnya negara Jepang dan India.
II-11
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Standard yang digunakan oleh Jepang menjelaskan bahwa kedalaman yang sesuai
(proper depth) berarti kedalaman yang lebih dari kedalaman yang telah dijelaskan
pada Tabel 2.3. Dengan kata lain, desain kedalaman yang direkomendasikan
Jepang harus memperhatikan kondisi laut setempat, seperti: gelombang, angin,
dan arus pasut, serta pengaruhnya pada gerakan kapal, seperti: rolling, pitching,
dan squat. Contohnya: Untuk pelabuhan yang mengizinkan masuk bagi kapal-
kapal kargo dengan berat maksimum 50.000 DWT, maka desain kedalaman yang
direkomendasikan sebesar 14 meter ditambah faktor kondisi laut setempat.
GT – gross tons
DWT – dead weight tons
Tabel 2.3 Standard kedalaman kolam/alur pelayaran di Jepang (R.N Bray)
II-12
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi lebar alur pelayaran agar dapat
dilalui kapal laut dengan aman diantaranya adalah jenis lalu lintas (alur pelayaran
satu arah dan dua arah), ukuran kapal dan sudut pembelokan alur. Alur pelayaran
satu arah yaitu alur yang dilewati satu kapal atau lebih (hanya pada satu lintasan)
dengan arah yang sama. Sedangkan alur pelayaran dua arah yaitu alur yang dapat
dilewati oleh dua kapal sekaligus, biasanya kapal saling berpapasan (arah yang
saling berlawanan). Geometri lebar alur pelayaran satu arah dan dua arah dapat
dilihat pada gambar 2.3.
II-13
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Keterangan:
b = Lebar kapal yang direncanakan melewati alur pelayaran
d = Lebar untuk pergerakan horizontal kapal yang disebabkan alur pelayaran yang tidak searah dengan arus
air, sebesar 1,6 sampai dengan 2 kali lebar kapal
f = Faktor pengaman antara sisi alur, sebesar 1,5 sampai dengan 2 kali lebar kapal
L = Lebar alur pelayaran = d + 2f
Keterangan:
b = Lebar kapal yang direncanakan melewati alur pelayaran
d = Lebar untuk pergerakan horizontal kapal yang disebabkan alur pelayaran yang tidak searah dengan arus
air, sebesar 1,6 sampai dengan 2 kali lebar kapal
s = Faktor pengaman antara dua kapal, sebesar 1 kali lebar kapal
f = Faktor pengaman antara sisi alur, sebesar 1,5 sampai dengan 2 kali lebar kapal
L = Lebar alur pelayaran = 2d + 2f + s
2.3 Pelabuhan
II-14
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Untuk kondisi yang lain, misalnya dalam pengembangan suatu daerah dibutuhkan
suatu pelabuhan dan kolam pelabuhannya dengan cara mengeruk tanah serta
bangunan pelindung (breakwater), yaitu pemecah gelombang agar kapal-kapal
dapat berlabuh dengan aman, pelabuhan semacam ini disebut pula Pelabuhan
Buatan. Tipe lain yang tidak memenuhi kedua persyaratan ekstrim seperti yang
telah disebutkan diatas disebut Pelabuhan Semi Alam.
II-15
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
Pelabuhan Tanjung Priok, terletak di muara sungai Lagos di Laut Jawa, adalah
pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia sekaligus sebagai pintu gerbang arus
keluar masuk barang ekspor-impor maupun barang antar pulau. Terletak di muara
sungai Lagos, di Laut jawa. Fasilitas yang dimiliki pelabuhan Tanjung Priok
cukup memadai, yakni untuk melayani arus keluar masuk barang. Karena lokasi
di muara sungai lagos tersebut, maka masalah pengerukan merupakan masalah
rutin tahunan yang harus diatasi. Terdapat 5 terminal pelayanan peti kemas
ekspor-impor di pelabuhan ini yaitu:
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan wilayah perairan untuk
kepentingan pengelolaan pelabuhan yaitu alur pelayaran dan perlintasan kapal,
olah gerak kapal, keperluan darurat (misalnya kondisi dimana kapal kehabisan
bahan bakar di tengah alur pelayaran), tempat labuh kapal, kelestarian lingkungan,
dan aspek pertahanan keamanan negara.
Pembahasan terkait pada penggunaan wilayah perairan, yaitu alur pelayaran untuk
kepentingan pengelolaan pelabuhan. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki alur luar
dan alur dalam yang sama-sama terdapat peranan yang sangat penting. Seluruh
kapal yang ingin memasuki Pelabuhan Tanjung Priok harus melalui alur tersebut
terlebih dahulu. Sehingga, segala ketentuan mengenai keselamatan alur pelayaran
pelabuhan Tanjung Priok sangat perlu diperhatikan.
II-16
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN PENGERUKAN ALUR PELAYARAN PELABUHAN
II-17